Anda di halaman 1dari 2

1. A.

Hukum agraria penting dikaitkan dengan administrasi pertanahan untuk memberikan


kepa​stian hukum bagi masyarakat. Maka, jika hukum tidak dikaitkan dengan administrasi
pertanahan, masyarakat tidak akan mendapatkan perlindungan hukum ketika bersengketa,
terutama bagi petani.

B. Menurut saya, hukum agraria juga mengatur tentang tata ruang dan pengelolaan SDA
karena alasan sebagai berikut:
- Menurut UUPA, ruang lingkup agraria meliputi bumi, air, hingga kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya.
- Adanya Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria
dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional juga turut menjadikan bukti bahwa hukum agraria mengatur
tentang tata ruang.

2. A. Masyarakat menggunakan hukum adat yang tidak tertulis. Maka, bagi masyarakat
yang sedang memerlukan bantuan hukum tetapi tidak memiliki sertifikat tanah susah
untuk mendapatkan perlindungan hukum karena tidak ada bukti yang konkret. Selain itu,
setiap daerah memiliki hukum adat yang bisa jadi berbeda.

B. Setelah adanya UUPA, maka sudah tidak berlaku lagi tanah hak barat. Tanah-tanah
tersebut kemudiain dikonversi menjadi hak milik, HGU, HGB, dan hak pakai.
- Hak pakai adalah hal untuk menggunakan tanah kepada pihak lain yang bisa
dibangun properti atau lainnya.
- Hak Guna Bangunan memiliki masa berlaku, hanya saja dapat digadaikan untuk
pengajuan kredit ke lembaga keuangan.
- Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh
negara untuk usaha pertanian, perikanan, atau peternakan.
- Hak Milik yaitu hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dimiliki oleh
seluruh WNI atas tanah.

3. A. Ya, dapat dibatalkan kepemilikannya. Ada beberapa alasan, di antaranya karena alasan
administratif yang mana ada pihak lain yang mampu membuktikan kepemilikan tanah
serupa dan didukung oleh putusan pengadilan yang inkracht. Dasar hukumnya adalah
Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah
Negara dan Hak Pengelolaan (“Permen Agraria/BPN 9/1999”)

B. Meski telah bersertifikat, pengadilan dapat membatalkan kepemilikannya jika terdapat


bukti yang kuat.i Menurut Pasal 104 ayat (1) Permen Agraria/BPN 9/1999, yang menjadi
objek pembatalan hak atas tanah meliputi:
● surat keputusan pemberian hak atas tanah.
● sertifikat hak atas tanah.
● surat keputusan pemberian hak atas tanah dalam rangka pengaturan penguasaan tanah.
Sementara itu, berdasarkan Pasal 106 ayat (1) jo. Pasal 107 Permen Agraria/BPN 9/1999
permohonan pembatalan dapat dilakukan jika diduga terdapat cacat hukum administratif
dalam penerbitan sertifikat berupa

● Kesalahan prosedur;
● Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;
● Kesalahan subjek hak;
● Kesalahan objek hak;
● Kesalahan jenis hak;
● Kesalahan perhitungan luas;
● Terdapat tumpang tindih hak atas tanah;
● Data yuridis atau data data fisik tidak benar; atau
● Kesalahan lainnya yang bersifat administratif

4. A. Tanah dengan HGB dan hak pakai dapat diwaqafkan untuk kepentingan umum meski
dengan waktu yang terbatas. Sementara tanah dengan SHM dapat diwaqafkan tidak
dengan keterbatasan waktu.

B. Ya, karena memenuhi asas penggunaan tanah untuk kepentingan umum yang meliputi:

● Kemanusiaan
● Keadilan
● Kemanfaatan
● Kepastian
● Keterbukaan
● Kesepakatan
● Keikutsertaan
● Kesejahteraan
● Keberlanjutan
● Keselarasan

Anda mungkin juga menyukai