Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT HUKUK ISLAM DALAM PRESPEKTIF FILSAFAT ILMU

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam
Dosen pengampu:
Dr. Sabilal Rosyad, M.Ag

Disusun oleh:
1. Achmad Taufiq Hidayat (1119124)

2.Ridwan Al Wahidin (1120041)

Kelas: HKI B
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH.
ABDURRAHMAN WAHID/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I ...........................................................................................................................................

PENDAHULUAN .......................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................

C. TUJUAN .........................................................................................................................

BAB II .........................................................................................................................................

PEMBAHASAN ..........................................................................................................................

A. Pengertian Filsafat Hukum Islam Dan Karakteristiknya .................................................

B Hubungan FHI dengan Filsafat Ilmu ...............................................................................

C. Landasan Filosofi Ilmu Ontologi, Epstimologi dan Aksiologi........................................

BAB III ........................................................................................................................................

PENUTUP ...................................................................................................................................

A. Simpulan..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fillsafat hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan hukum
islam baik yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang
digunakan untuk memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum islam, sehingga sesuai
dengan maksud dan tujuan Allah menetapkannya di muka bumi, yaitu untuk kesejahteraan
umat manusia seluruhnya. Dengan filsafat ini, hukum islam akan benar-benar cocok sepanjang
masa di semesta alam. Filsafat Hukum islam adalah kajian filosofis tentang hakikat hukum Islam,
sumber asal-muasal hukum Islam dan prinsip penerapannya serta fungsi dan manfaat hukum
Islam bagi kehidupan masyarakat yang melaksanakannya.

Filsafat hukum Islam sendiri yakni pengetahuan tentang hakikat (ontologi), metode
(epistemologi), tujuan dan rahasia (aksiologi) tentang hukum Islam, yang dilakukan secara
ilmiah, sistematis, radikal dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan menggunakan filsafat
sebagai instrumen analisis, layaknya filsafat pada umumya yang tidak bisa lepas dari tiga
komponen: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka filsafat hukum Islam juga terkait erat
dengan tiga komponen di atas, yaitu: apa ontologi hukum Islam; bagaimana epistemologi
hukum Islam; serta aksiologi hukum Islam. Sebagai cabang dari filasafat ilmu, epistemologi
dapat menyangkut masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan atau
bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh
pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Filsafat Hukum Islam Dan Karakteristiknya?

2.Bagaimana Hubungan Filsafat Hukum Islam dan Filsafat Ilmu?

3.Apa Saja Landasan Filosofi Ilmu?

C. Tujuan

1.Untuk Mengetahui Filsafat Hukum Islam Dan Karakteristiknya.

2. Untuk Memahami Hubungan Antara Filsafat Hukum Islam Dengan Filsafat Ilmu.

3. Untuk Mengetahui Landasan Filosofi Ilmu.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Hukum Islam dan Karakteristiknya

Filsafat menurut bahasa berarti hikmah dan hakim, yang dalam bahasa arab dipakai kata
filsafat dan filisof. Filsafat hukum islam ialah filsafat yang diterapkan pada hukum islam. Ia
merupakan filsafat khusus dan objeknya adalah hukum islam. Maka filsafat hukum islam adalah
filsafat yang menganalisis hukum islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkan
keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum islam secara ilmiah dengan filsafat
sebagai alatnya.1 Menurut Azhar Basyir, filsafat hukum islam adalah pemikiran secara ilmiah,
sistematis, dapat dipertanggungjawabkan dan radikal tentang hukum islam.

Filsafat hukum islam merupakan anak sulung dari filsafat islam. Dengan kata lain filsafat
hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan hukum islam baik yang
menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunakan untuk
memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum islam, sehingga sesuai dengan maksud
dan tujuan Allah menetapkannya di muka bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia
seluruhnya. Dengan filsafat ini, hukum islam akan benar-benar cocok sepanjang masa di
semesta alam. Filsafat Hukum islam adalah kajian filosofis tentang hakikat hukum Islam,
sumber asal-muasal hukum Islam dan prinsip penerapannya serta fungsi dan manfaat hukum
Islam bagi kehidupan masyarakat yang melaksanakannya.2

Maka filsafat hukum islam itu berupaya menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat
yang terjadi di tengah masyarakat. Dengan kata lain filsafat hukum islam bersikap kritis
terhadap masalah-masalah. Jawaban-jawabannya tidak luput dari kritik lebih lanjut, sehingga ia
dikatakan sebagai seni kritik, dalam arti tidak pernah merasa puas diri dalam mencari, tidak
menganggap suatu jawaban sudah selesai, tetapi selalu bersedia bahkan senang membuka
kembali perdebatan.

1
Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997, 14.
2
Hasbi Ash-Shidieqi, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993, 34.
Filsafat hukum islam sebagaimana filsafat lainnya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
tidak terjangkau oleh ilmu hukum. Filsafat hukum islam itu mempunyai dua tugas yaitu:

1. Tugas Kritis, yaitu mempertanyakan kembali paradigm-paradigma yang telah mapan di


dalam hukum islam.

2. Tugas Kontruktif, yaitu mempersatukan cabangcabang hukum islam dalam kesatuan sistem
hukum islam sehingga Nampak bahwa antara satu cabang hukum islam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan: apa hakikat hukum islam: dan lain-lain.
Filsafat adalah alam berpikir, karena berfilsafat itu sendiri adalah berpikir. Tetapi tidak semua
kegiatan berpikir dikatakan berfilsafat. Berpikir yang disebut berfilsafat adalah berpikir dengan
insaf, yaiu dengan teliti dan menurut suatu aturan yang pasti. Harun Nasution mengatakan
bahwa inisiatif filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat
dengan tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar
persoalan.3

Dengan demikian, tugas filosof adalah mengetahui sebab-sebab sesuatu, menjawab


pertanyaan-pertanyaan fundamental dan pokok, serta bertanggung jawab, sehingga dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Mengenai tujuan mempelajari filsafat diantaranya
adalah memberikan Weltanchauung (filsafahhidup). Weltanchauung mengajari manusia untuk
menjadi manusia yang sebenarnya, yaitu manusia yang mengikuti kebenaran, mempunyai
ketenagan pikiran, kepuasan, kemantapan hati, kesadaran akan arti dan tujuan hidup, gairah
rohani dan keinsafan. Setelah itu mengaplikasikannya dalam bentuk topangan atas dunia baru,
menuntun kepadanya, mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan, berjiwa dan bersemangan
universal, dan sebagainya.

Hukum berasal dari bahasa Arab (‫ )الحكم‬yang secara etimologi berarti “memustuskan,
menetapkan dan menyelesaikan”. Kata hukum dan kata lain yang berakar dari kata itu terdapat
dalam 88 tempat di dalam Al-Qur’an, tersebar dalam beberapa surat yang mengandung arti
tersebut. Selanjutnya kata hukum juga sudah menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia.
Dalam memberikan arti secara definitif kepada kata
“Hukum” terdapat rumusan yang begitu luas. Meskipun demikian dalam arti yang sederhana
dapat dikatakan bahwa hukum adalah “seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia
yang ditetapkan dan diakui oleh Negara atau sekelompok masyarakat, berlaku dan mengikat
untuk seluruh anggotanya”. Muslehuddin mendefinisikan hukum sebagai “kumpulan peraturan,
baik berupa hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan, yang mana sebuah Negara
atau masyarakat mengaku terikat dengan sebagai anggota dan subjeknya”.

3 Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Cet..1, Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997, 37.
Islam (al-islām, ‫ )اإلسالم‬memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya.
Sebagai ajaran, Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Pengikut ajaran
Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau
lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimah bagi perempuan. Dengan lebih
dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama
terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan
firman-Nya kepada manusia melalui para Nabi dan Rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia
oleh Allah.
Karakteristik Filsafat Hukum Islam

1. Sebagai Filsafat Relegius

Topik-topik filsafat Islam bersifat relegius, dimulai dengan meng-Esakan Tuhan dan
menganalisis secara universal dan menukik ke teori keTuhanan yang tak terdahuluaisebelunya.
Seolah-olah menyaingi alairan kalamiah Mu’tazilah dan Asy’ariyah yang mengoreksi kekurangan
nya dan berkonsentrasi mengambarkan Allah Yang Maha Agung dalam pola yang berlandasan
tajrid (pengabstrakan), tanzih (penyucian), keesaan mutlak dan kesempurnaan total. Dari Yang
Esa ber-emanasi segala sesuatu. Karena Ia pencita, maka Ia menciptakan dari bukan sesuau,
menciptakan alam sejak azzali, mengatur dan menatanya. Karena alam merupakan akibat bagi-
Nya, maka dalam wujud dan keabadian-Nya, maka Ia menciptakannya karena semata-mata
anugerah-Nya.

2. Filsafat Rasional

Akal manusia juga merupakan salah satu potensi jiwa dan disebut rasional soul. Walaupun
berciri khas relegiusspritual, tetapi tetap bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika
ketuhanan, manusia dan alam, karena wajib alwujud adalah akal murni. Ia adalah obyek
berpikir sekaligus obyek pemikiran.

3. Filsafat Sinkretis

Filsafat Islam memadukan antara sesama filosof. Memadukan berarti mendekatkan dan
mengumpulkan dua sudut, dalam filsafat ada aspek-aspek yang tidak sesuai dengan agama.
Sebaliknya sebagian dari teks agama ada yang tidak sejalan dengan sudut pandang filsafat. Para
filosuf Islam secara khusus konsentrasi mempelajari Plato dan Ariestoteles. Untuk itu mereka
menerjemahkan dialog-dialog penting Plato. Republik, hukum, Themaus, Sophis, Paidon, dan
Apologia (pidato pembelaan Socretes).
4. Filsafat yang Berhubungan Kuat dengan Ilmu Pengetahuan Saling take and give, karena
dalam kajian-kajian filosof terdapat ilmu pengetahun dan sejumlah problematika saintis,
sebaliknya dalam saintis terdapat prinsip-prinsip dan teoriteori filosofis. Filosof Islam
menganggap ilmu-ilmu pengetahuan rasional sebagai bagian dari filsafat. Misalnya adalah buku
As-Syifa’ milik Ibnu Sina yang merupakan Encyclopedia, Al-Qanun, kemudian Al-Kindi mengkaji
masalah-masalah matematis dan fisis. Al-Farabi mempunyai kajian Ilmu ukur dan mekanik.

B. Hubungan Filsafat Hukum Islam dengan Filsafat ilmu

Filsafat hukum Islam merupakan filsafat khusus yang objeknya tertentu, yakni hukum Islam.
Artinya filsafat hukum Islam adalah filsafat yang diterapkan pada hukum Islam, di mana filsafat
digunakan untuk menganalisis hukum Islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapat
keterangan yang mendasar.4

Filsafat hukum Islam sendiri yakni pengetahuan tentang hakikat (ontologi), metode
(epistemologi), tujuan dan rahasia (aksiologi) tentang hukum Islam, yang dilakukan secara
ilmiah, sistematis, radikal dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan menggunakan filsafat
sebagai instrumen analisis, layaknya filsafat pada umumya yang tidak bisa lepas dari tiga
komponen: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka filsafat hukum Islam juga terkait erat
dengan tiga komponen di atas, yaitu: apa ontologi hukum Islam; bagaimana epistemologi
hukum Islam; serta aksiologi hukum Islam. Sebagai cabang dari filasafat ilmu, epistemologi
dapat menyangkut masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan atau
bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh
pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat.

C. Landasan Filosofi Ilmu

1. Ontologi, Secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya adalah
“Ontos” dan “Logos”. Ontos adalah “yang ada” sedangkan Logos adalah “ilmu”. Sederhananya,
ontologi merupakan ilmu yang berbicara tentang yang ada. Secara istilah, ontologi adalah
cabang dari ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan
yang meliputi keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.5

Ontologi kerap kali diidentikkan dengan metafisika. Ontologi merupakan cabang ilmu
filsafat yang berhubungan dengan hakikat apa yang terjadi. Ontologi menjadi pembahasan yang

4 Fathurrrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, cet. ke-1 (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 37.

5Mahfud, Mengenal Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dalam Pendidikan Islam, Cendekia: Jurnal Studi
Keislaman,Vol.4, No.1, 2018, 84.
utama dalam filsafat, dimana membahas tentang realitas atau kenyataan. Pada dasarnya
ontologi berbicara asas-asas rasional dari yang ada atau disebut suatu kajian mengenai teori
tentang “ada”, karena membahas apa yang ingin diketahui dan seberapa jauh keingintahuan
tersebut. Menurut Jujun S. Suriasumantri menjelaskan bahwa pokok dari permasalahan yang
menjadi objek kajian dari filsafat awalnya meliputi logika, etika, metafisika, dan politik yang
kemudian banyak berkembang hingga menjadi cabang-cabang dari filsafat yang mempunyai
bidang kajian lebih spesifik lagi yang kemudian disebut sebagai filsafat ilmu. Kajian ontologi
sendiri sering dikaitkan dengan objek ilmu dalam pandangan Islam, terbagi menjadi dua yaitu
Pertama, objek ilmu yang bersifat materi, maksudnya adalah objek ilmu yang dapat didengar,
dilihat, dan dirasakan. Contohnya ilmu sains, ilmu eksak, ilmu politik, sosial, budaya, psikologi,
dan lain sebagainya. Kedua, objek ilmu yang bersifat non-materi. Berlawanan dengan objek
materi, pada non-materi ini tidak bisa didengar, dilihat, dan dirasakan. Hasil akhir dari objek
non-materi ini lebih sebagai kepuasan spiritual. Contohnya objek yang berbicara tentang ruh,
sifat dan wujud Tuhan.6

Ontologis dasarnya berbicara tentang hakikat “yang ada” ilmu pengetahuan, hakikat objek
pengetahuan, dan hakikat hubungan subjek-objek ilmu. Bagaimana ilmu pengetahuan ditinjau
secara ontologi maka pembahasannya adalah ontologi melakukan pemeriksaan, melakukan
analisis terhadap ilmu pengetahuan berdasarkan apakah ilmu pengetahuan itu benarbenar ada
atau tidak ada. Contohnya pada Manajemen Pendidikan Islam, secara ontologis maka
pembahasannya itu terfokus pada Manajemen Pendidikan Islam itu benar-benar ada tidak,
jangan hanya program studinya saja tapi sebenarnya ilmu yang diajarkan di dalamnya itu
sebetulnya tidak berbeda dengan Manajemen Pendidikan pada umumnya. Jadi ontologis
mencoba membuktikan dan menelaah bahwa sebuah ilmu pengetahuan itu benar-benar dapat
dibuktikan keberadaannya.

2. Epstimologi, Secara bahasa, epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya
Episteme artinya “pengetahuan” dan Logos artinya “ilmu”. Secara istilah, epistemologi adalah
suatu ilmu yang mengkaji tentang sumber pengetahuan, metode, struktur, dan benar tidaknya
suatu pengetahuan tersebut.7

Epistemologi diartikan sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasarnya, serta penegasan bahwa seseorang memiliki pengetahuan.
Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang
keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi
adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan

6Novi Khomsatun, Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi, EDUCREATIVE: Jurnal
Pendidikan Kreatif Anak, Vol. 4, No. 2, 2019, 229-231.
7 Agus Arwani, Epistemologi Hukum Ekonomi Islam (Muamalah), Religia, Vol. 15, No. 1, 2017, 127.
dipelajari secara substantif. Ketika ontologi berusaha mencari secara reflektif tentang yang ada,
berbeda epistemologi berupaya membahas tentang terjadinya dan kebenaran ilmu. Landasan
epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan, karena menjadi
tempat berpijak dimana suatu pengetahuan yang baik ialah yang memiliki landasan yang kuat.8

Epistemologi merupakan nama lain dari logika material yang membahas dari
pengetahuan. Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan yang mengkaji bagaimana
mengetahui benda-benda. Selain itu, epistemologi merupakan suatu doktrin filsafat yang lebih
menekankan pada peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan
peranan akal. Karena pada dasarnya pengetahuan yang diperoleh menggunakan indra hasil
tangkapannya secara aktif diteruskan dan ditampilkan oleh akal. Pengetahuan ini yang
berusaha menjawab dari pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana cara manusia memperoleh
dan menangkap pengetahuan dan jenisnya. Epistemologi menganggap bahwa setiap
pengetahuan manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga
akhirnya dapat diketahui manusia. Dengan demikian, jelaslah bahwa epistemologi ini
membahas tentang sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakikat pengetahuan yang
memberikan kepercayaan dan jaminan dari kebenarannya.9

Epistemologi dasarnya berbicara tentang dasar, sumber, karakteristik, kebenaran, dan cara
mendapatkan suatu pengetahuan. Aspek terpenting yang dibahas dalam epistemologi yaitu
sumber pengetahuan dan metode pengetahuan. Kedua hal itu dibicarakan dalam epistemologi
dan ada juga kuantitas pengetahuan juga dibahas di epistemologi. Jadi ketika ilmu pengetahuan
disoroti melalui epistemologi maka pembahasannya terarah pada bagaimana sumber yang
dipakai oleh para ilmuwan di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan metodenya
seperti apa karena setiap jenis ilmu itu mempunyai sumber dan metode pengetahuan yang
tidak sama, boleh jadi sama tapi tentu ada karakteristik atau nuansa yang membedakan ilmu
tersebut.

3. Aksiologi, Salah satu cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya disebut aksiologi. Aksiologi mencoba untuk mencapai hakikat dan
manfaat yang ada dalam suatu pengetahuan. Diketahui bahwa salah satu manfaat dari ilmu
pengetahuan yaitu untuk memberikan kemaslahatan dan kemudahan bagi kehidupan manusia.
hal ini yang menjadikan aksiologis memilih peran sangat penting dalam suatu proses
pengembangan ilmu pengetahuan karena ketika suatu cabang ilmu tidak memiliki nilai
aksiologis akan lebih cenderung mendatangkan kemudharatan bagi kehidupan manusia bahkan

8
Novi Khomsatun, Pendidikan Islam Dalam Tinjauan, 229-231.
9
Nur Afni Puji Rahayu, Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi
Melalui Model Kooperatif Tipe Round Table, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol.
tidak menutup kemungkinan juga ilmu yang bersangkutan dapat mengancam kehidupan sosial
dan keseimbangan alam.10

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang berarti nilai dan logos yang berarti
ilmu. Sederhananya aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Aksiologis dasarnya berbicara tentang
hubungan ilmu dengan nilai, apakah ilmu bebas nilai dan apakah ilmu terikat nilai. Karena
berhubungan dengan nilai maka aksiologi berhubungan dengan baik dan buruk, berhubungan
dengan layak atau pantas, tidak layak atau tidak pantas. Ketika para ilmuwan dulu ingin
membentuk satu jenis ilmu pengetahuan maka sebenarnya dia harus atau telah melakukan uji
aksiologis. Contohnya apa gunanya ilmu Manajemen Pendidikan Islam yaitu kajian-kajian
aksiologi yang membahas itu.

Jadi pada intinya kajian aksiologi itu membahas tentang layak atau tidaknya sebuah ilmu
pengetahuan, pantas atau tidaknya ilmu pengetahuan itu dikembangkan. Kemudian aksiologi
ini juga yang melakukan pengereman jika ada ilmu pengetahuan tertentu yang memang tingkat
perkembangannya begitu cepat, sehingga pada akhirnya nanti akan mendehumanisasi atau
membuang nilai-nilai yang dipegang kuat oleh umat manusia. Dalam teori Islam klasik, wilayah
etis tentang baik dan buruk ada dua pilihan, yaitu the theistic-subjectivism dan rationalistic-
objectivism. Dalam hal ini, the theistic- subjectivism menekankan pada pemahaman bahwa baik
dan buruk hanya ditentukan oleh Tuhan. Sedangkan rationalistic-objectivism lebih menekankan
pada peran akal dalam menentukan baik dan buruknya sesuatu. Dalam pandangan Islam,
ditinjau dari sisi manfaat (dimensi aksiologi) atas penerapan dan orientasinya, maka ilmu
dibedakan menjadi dua, yaitu: Pertama, ilmu yang diterapkan dan bermanfaat langsung untuk
kehidupan manusia di dunia.

Dalam kelompok ilmu ini adalah yang jelas-jelas langsung dirasakan dan dibutuhkan oleh
manusia di dunia atau dibutuhkan dalam masa hidupnya, seperti ilmu sains yang mencakup
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kejiwaan (psikologi). Kedua, ilmu yang bermanfaat secara
tidak langsung untuk kehidupan manusia di dunia, tetapi untuk kehidupan akhirat. Dimensi
spiritual dalam kelompok ini dikategorikan dengan ilmu-ilmu yang bersifat non-materi dan hasil
yang dirasakan tidak langsung untuk kehidupan manusia di dunia atau semasa hidupnya. Ilmu
ini lebih banyak berkaitan dengan agama dan keimanan seseorang.11

Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan manusia yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material.

10Juhari, Aksiologi Ilmu Pengetahuan (Telaah Tentang Manfaat Ilmu Pengetahuan dalam Konteks Ilmu Dakwah), Al-
Idarah: Juenal Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 3, No. 1, 2019, 101.
11 Novi Khomsatun, Pendidikan Islam Dalam Tinjauan, 234
Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non
yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam
menerapkan ilmu.12

Para ilmuwan barat berpandangan bahwa pemikiran keilmuan dalam bidang apapun harus
bersifat bebas nilai (free value) karena ilmu pengetahuan disandarkan pada nilai-nilai tertentu
akan mengandung bias dan bersifat tidak netral. Di sisi lain, sebagian dari ilmuwan barat
terutama kaum pragmatisme dan penganut filsafat etika mengatakan bahwa setiap rumusan
baru dalam ilmu pengetahuan akan diakui kebenarannya ketika ilmu tersebut bersifat
pragmatis atau bernilai guna bagi kehidupan sosial. Berpijak pada landasan aksiologi, suatu
pernyataan ilmiah dapat dianggap benar bila pernyataan ilmiah tersebut mengandung unsur
aksiologi di dalamnya yaitu adanya nilai manfaat bagi kehidupan manusia.

Ilmu pengetahuan memiliki ruh yang menginginkan adanya nilai manfaat dari ilmu
pengetahuan tersebut, sehingga pengamalan terhadap ilmu tersebut juga harus berlandas pada
tata nilai yang ada di masyarakat. Menghilangkan unsur aksiologis dari ilmu pengetahuan
berarti telah memperlemah posisi dari ilmu tersebut dari sudut pandang filsafat ilmu
pengetahuan. Aksiologi juga dapat dikatakan analisis terhadap nilai-nilai. Maksud dari analisis
yaitu membatasi arti, ciri, tipe, kriteria, dan status dari nilai-nilai. Sedangkan nilai yang
dimaksud di sini yaitu menyangkut segala yang bernilai. Nilai berarti harkat yaitu kualitas suatu
hal yang menjadikan hal tersebut berguna. Nilai dapat bermakna bernilai guna sebagai suatu
kebaikan. Apalagi dalam aksiologi dimana aksiologi merupakan bidang menyelidiki atau
menganalisis nilai-nilai maka dalam implikasinya aksiologi mencoba untuk menguji dan
mengintegrasikan semua nilai kehidupan dalam kehidupan manusia dan membinanya dalam
kepribadian seseorang.13

Aksiologi memberikan manfaat untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia


yang negatif sehingga ilmu pengetahuan tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Daya kerja dari
aksiologi diantaranya yaitu: Pertama, menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat
menemukan kebenaran yang hakiki, maka perilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh
kejujuran dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung. Kedua, dalam pemilihan objek
penelaahan dapat dilakukan secara etis yang tidak mengubah kodrat manusia, tidak
merendahkan martabat manusia, tidak mencampuri masalah kehidupan dan netral dari nilai-
nilai yang bersifat dogmatik, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik. Ketiga,
pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup yang memperhatikan

12 Maria Sanprayogi & Moh. Toriqul Chaer, Aksiologi Filsafat Ilmu, 106-108.

13 Ida Rochmawati, Pendidikan Karakter dalam Kajian Filsafat Nilai, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 1, 2019, 43.
kodrat dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu
dan temuantemuan universal.14

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat menurut bahasa berarti hikmah dan hakim, yang dalam bahasa arab dipakai
kata filsafat dan filisof. Filsafat hukum islam ialah filsafat yang diterapkan pada hukum islam. Ia
merupakan filsafat khusus dan objeknya adalah hukum islam. Maka filsafat hukum islam adalah
filsafat yang menganalisis hukum islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkan
keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum islam secara ilmiah dengan filsafat
sebagai alatnya.15 Menurut Azhar Basyir, filsafat hukum islam adalah pemikiran secara ilmiah,
sistematis, dapat dipertanggungjawabkan dan radikal tentang hukum islam.

Filsafat hukum islam merupakan anak sulung dari filsafat islam. Dengan kata lain filsafat
hukum islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan hukum islam baik yang
menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunakan untuk
memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum islam, sehingga sesuai dengan maksud
dan tujuan Allah menetapkannya di muka bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia
seluruhnya. Dengan filsafat ini, hukum islam akan benar-benar cocok sepanjang masa di
semesta alam. Filsafat Hukum islam adalah kajian filosofis tentang hakikat hukum Islam,
sumber asal-muasal hukum Islam dan prinsip penerapannya serta fungsi dan manfaat hukum
Islam bagi kehidupan masyarakat yang melaksanakannya.

 Karakteristik Filsafat Hukum Islam

1. Sebagai Filsafat Relegius

2. Filsafat Rasional

3. Filsafat Sinkretis

4. Filsafat yang Berhubungan Kuat dengan Ilmu Pengetahuan Saling take and give

 Landasan Filosofi Ilmu

14
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 82.
15 Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997, 14.
1. Ontologi, Secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya
adalah “Ontos” dan “Logos”. Ontos adalah “yang ada” sedangkan Logos adalah
“ilmu”. Sederhananya, ontologi merupakan ilmu yang berbicara tentang yang
ada.

2. Epstimologi, Secara bahasa, epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal
katanya Episteme artinya “pengetahuan” dan Logos artinya “ilmu”. Secara
istilah, epistemologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sumber
pengetahuan, metode, struktur, dan benar tidaknya suatu pengetahuan
tersebut.

3. Aksiologi, Salah satu cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya disebut aksiologi. Aksiologi mencoba untuk
mencapai hakikat dan manfaat yang ada dalam suatu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997, 14.

Hasbi Ash-Shidieqi, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993, 34.
Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Cet..1, Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997, 37.

Mahfud, Mengenal Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dalam Pendidikan Islam, Cendekia: Jurnal
Studi Keislaman,Vol.4, No.1, 2018, 84.

Novi Khomsatun, Pendidikan Islam Dalam Tinjauan, 229-231.

Ida Rochmawati, Pendidikan Karakter dalam Kajian Filsafat Nilai, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3,
No. 1, 2019, 43.

Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1997, 14.

Anda mungkin juga menyukai