Anda di halaman 1dari 15

Kesepakatan

Setelah Akad
AMAR HADID

PRE MARRIAGE CLASS 2021


Akad adalah pertanda sahnya pernikahan anda
dengan pasangan dari sisi agama juga hukum
negara. Status anda berubah dari "jomblo"
menjadi "suami/istri". Begitu pula kewajiban
anda, berubah dari kewajiban-kewajiban yang
diperintahkan untuk jomblo, bertambah dengan
kewajiban-kewajiban yang diperintahkan untuk
pasangan yang sudah menikah.

Ayat-ayat serta hadist-hadist tentang


pernikahan mulai berlaku pada anda dan juga
pasangan. Perintah untuk menafkahi istri,
mematuhi suami, berperilaku ma’ruf pada
pasangan, hingga aturan ketika berhubungan
dengan pasangan harus anda patuhi.

Agar suami dan istri sepemahaman dalam


prinsip yang sama sejak awal menikah, maka
perlu disepakati mengenai beberapa hal yang
masih belum jelas atau yang perlu diperjelas.

1
Visi dan Rencana

Dalam level visi rumah tangga, dilevel kedua


dari visi adalah visi yang sudah disatukan. Visi
yang dimiliki, visi yang disatukan, dan visi yang
dijalankan. Menyatukan berarti mengambil
aspek dari kedua visi dan dijadikan menjadi
satu. Bukan memilih salah satu dan menolak
yang lain.

Prinsip-prinsip apa yang harus dipegang?


Rutinitas apa yang wajib dijalankan?
Dimana akan tinggal?
Apakah istri boleh bekerja?
Apakah berencana menggunakan
pembantu?
Apakah akan melanjutkan sekolah?
Kapan akan punya anak?
Berapa anak yang diinginkan?
Anak akan disekolahkan dimana?

Pertanyaan-pertanyaan ini akan memperinci visi


serta rencana, baik jangka pendek maupun
jangka panjang rumah tangga, yang akan
menjadi pegangan kedua pasangan.
2
Keuangan

Akar dari masalah keuangan umumnya adalah


misskomunikasi pasangan serta inkompetensi
suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi yang
diinginkan oleh istri.

Masalah-masalah tersebut mayoritas muncul


karena tidak adanya tranparansi sejak awal
menikah. Dari ketidaktahuan istri tentang kondisi
keuangan, dari mana sumbernya, untuk apa saja
digunakan, dan misskomunikasi lainnya.

Suami tidak perlu malu perihal kondisi keuangan


yang dimilikinya. Istri juga tidak selayaknya
menuntut berlebihan karena seharusnya dari
awal sudah dipahami dan dimengerti tentang
kondisi ekonomi suaminya.

3
Berikut beberapa pertanyaan untuk disepakati
setelah akad:

Berapa gaji dan berapa uang tabungan


yang dimiliki?
Bagaimana manajemen keuangan? Siapa
yang pegang uang?
Apakah hasil uang istri digunakan juga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga?
Bagaimana proses memberikan nafkah ke
istri? Apakah hanya ketika istri minta?
Apakah diberi setiap bulan dengan rincian
tertentu? Atau semua uang suami dipegang
istri?
Bagaimana rencana untuk tabungan haji?
Berapa banyak uang yang disisihkan untuk
orang tua?
Apakah ada tuntutan dari keluarga besar
untuk membantu menafkahi?

4
Perihal berapa persen atau berapa banyak
yang diwajibkan, dijelaskan dalam Al-Qur'an
serta sabda Nabi saw.

Allah Ta'ala berfirman,

ِ‫ﷲﱠ َﻻ ﻳُﻜَﻠﱢ ُﻒ‬


ُ ‫ﻦ ُﻗ ِﺪ َر َﻋ َﻠ ْﻴﻪِ ِر ْز ُﻗ ُﻪ َﻓ ْﻠ ُﻴ ْﻨﻔِ ْﻖ ﻣِ ﱠﻤﺎ آَ َﺗﺎ ُه‬
ْ ‫ﺳﻌَ ﺘِﻪِ َو َﻣ‬َ ‫ﻦ‬ ْ ِ‫ﺳﻌَ ﺔٍ ﻣ‬ َ ‫ﻳُ ْﻨﻔِ ْﻖ ُذو‬
‫ﻫﺎ‬َ ‫ﺴﺎ ِإ ﱠﻻ َﻣﺎ آَ َﺗﺎ‬
ً ‫ﷲﱠُ ﻧَ ْﻔ‬

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah


menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah berikan kepadanya" (QS. Ath Tholaq: 7).

Dalam ayat lain disebutkan,

ْ ‫ﻦﺑ‬
ِ ‫ﺎﻟ َﻤﻌْ ُﺮ‬
‫وف‬ ِ ‫ِﺴ َﻮﺗُﻬُ ﱠ‬ ‫اﻟ َﻤ ْﻮﻟُﻮدِ َﻟ ُﻪ ِر ْز ُﻗﻬُ ﱠ‬
ْ ‫ﻦ َوﻛ‬ ْ ‫َو َﻋ َﲆ‬

"Dan kewajiban ayah memberi makan dan


pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf"
(QS. Al Baqarah: 233).

5
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Suami punya
kewajiban dengan cara yang ma’ruf (baik)
memberi nafkah pada istri, termasuk pula dalam
hal pakaian. Yang dimaksud dengan cara yang
ma’ruf adalah dengan memperhatikan
kebiasaan masyarakat. Nafkah tersebut tidak
berlebih dan tidak pula kurang. Hendaklah
suami memberi nafkah sesuai kemampuannya
dan yang mudah untuknya, serta bersikap
pertengahan dan hemat" (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 2: 375).

Dengan cara yang ma’ruf bukan berarti hanya


untuk kebutuhan minimalnya, seperti hanya
makan dan baju yang bagus.

Tetapi juga kebutuhan-kebutuhan lain seperti


make up, perawatan, kendaraan, yang layak
memperhatikan kebiasaan dalam masyarakat.

6
Pembagian peran

Selain hal-hal yang bersifat konseptual. hal-hal


yang kelihatan remeh seperti pembagian peran
juga perlu untuk disepakati demi menghindarkan
keluarga dari konflik yang tidak diperlukan.

Berikut beberapa pertanyaan yang bisa


diajukan kepada pasangan:
Makanan beli atau masak?
Siapa yang belanja kebutuhan?
Siapa yang bertugas menyapu dan
membersihkan rumah?
Siapa yang bertugas mencuci piring?
Siapa yang bertugas mencuci baju? Atau
menggunakan jasa laundry?
Siapa yang mengantarkan anak ke sekolah?
Siapa yang mengajarkan anak ngaji?

7
Pertanyaan "siapa" bukan berarti hanya salah
satu saja yang menjalankan tugas-tugas
tersebut. Boleh bersama-sama, boleh dibagi
shift atau giliran. Intinya hanya perlu saling
mengetahui dan saling menyepakati agar tidak
saling lepas tangan dan saling menuntut serta
menyalahkan.

Dengan adanya kesepakatan akan


menghasilkan sebuah pertanggungjawaban.
Untuk para laki-laki jangan semerta-merta
karena tugas rumah tangga berarti urusan istri.
Membantu pekerjaan istri di rumah termasuk
bentuk berbuat baik dari suami pada istri dan
menunjukkan keluhuran akhlak suami.

8
TENTANG HUBUNGAN BADAN

Tentang hubungan badan bukan hal yang perlu


disepakati, tetapi perlu untuk dipahami suami
dan istri. Sudah diatur dalam Islam tentang
anjuran dan larangan ketika sedang
berhubungan dengan istri. Berikut tata cara
yang diajarkan dalam Islam:

1. Niatkan untuk mencari pahala

َ َ‫ﺣ َﺮامٍ أَﻛ‬


َ‫ﺎن‬ َ ‫ﺟ ٌﺮ َﻗﺎلَ أ َ َرأ َ ْﻳ ُﺘ ْﻢ َﻟ ْﻮ َو َﺿﻌَ ﻬَ ﺎ ﻓِﻰ‬
ْ َ ‫ﻮن َﻟ ُﻪ ِﻓﻴﻬَ ﺎ أ‬ َ ‫ﺪﻧَﺎ‬
ُ ُ ‫ﺷﻬْ َﻮ َﺗ ُﻪ َو َﻳﻜ‬ َ َ ‫ﻳَﺄْﺗِﻰ أ‬
ُ ‫ﺣ‬
ْ َ ‫ﺎن َﻟ ُﻪ أ‬
‫ﺟ ٌﺮ‬ َ َ‫ل ﻛ‬ ِ ‫ﻼ‬َ ‫ﺤ‬ ْ ‫ِﻚ إ َذا َو َﺿﻌَ ﻬَ ﺎ ﻓِﻰ‬
َ ‫اﻟ‬ َ َ
ِ َ ‫َﻋﻠ ْﻴﻪِ ِﻓﻴﻬَ ﺎ ِو ْز ٌر ﻓﻜَﺬﻟ‬
َ

"Tahukah engkau jika seseorang memenuhi


syahwatnya pada yang haram, dia berdosa.
Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu
pada yang halal, ia mendapat pahala." (HR.
Muslim, no. 2376).

9
2. Membaca doa sebelum berhubungan badan
Doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah:
Bismillah, allahumma jannibnaasy syaithoona wa
jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia


berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ﱠ‬
َ ‫اﻟﺸ ْﻴ َﻄ‬
، ‫ﺎن‬ َ ‫ اﻟﻠﱠﻬُ ﱠﻢ‬، ِ‫ﺎﺳﻢِ ﷲﱠ‬
‫ﺟ ﱢﻨ ْﺒ َﻨﺎ‬ ْ ِ‫ﻫ َﻠ ُﻪ َﻓ َﻘﺎلَ ﺑ‬ ْ َ ‫ِﻰ أ‬ ْ ْ َ ‫ﺪﻛ ُ ْﻢ إ َذا أَرا َد أ‬
َ ‫ن ﻳَﺄﺗ‬ َ ِ َ ‫ﺣ‬ َ َ‫ن أ‬
‫لَ ْو أ َ ﱠ‬
‫َﻀ ﱡﺮ ُه‬ُ ‫ِﻚ َﻟ ْﻢ ﻳ‬ َ ‫ﺪ ﻓِﻰ َذﻟ‬ٌ ‫ﺪ ْر ﺑَ ْﻴ َﻨﻬُ َﻤﺎ َو َﻟ‬ ْ ‫ َﻓ ِﺈﻧﱠ ُﻪ ِإ‬. ‫ﺎن َﻣﺎ َر َز ْﻗ َﺘ َﻨﺎ‬
‫ن ﻳ َُﻘ ﱠ‬ َ ‫اﻟﺸ ْﻴ َﻄ‬‫ﱠ‬ ‫ﺐ‬ِ ‫ﺟ ﱢﻨ‬َ ‫َو‬
‫ﺪا‬ َ
ً َ‫ﺎن أﺑ‬ ٌ ‫ﺷ ْﻴ َﻄ‬ َ

"Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami)


ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia
membaca do’a: [Bismillah Allahumma
jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona
maa rozaqtanaa], "Dengan (menyebut) nama
Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan)
setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang
Engkau anugerahkan kepada kami", kemudian
jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari
hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan
bisa mencelakakan anak tersebut selamanya."
(HR. Bukhari, no. 6388; Muslim, no. 1434).

10
3. Menyetubuhi istri dari arah mana pun selain di
dubur

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫ﺣ ْﺮ َﺛﻜ ُ ْﻢ أَﻧﱠﻰ‬
‫ﺷ ْﺌ ُﺘ ْﻢ‬ َ ‫ث َﻟﻜ ُ ْﻢ َﻓﺄْﺗُﻮا‬
ٌ ‫ﺣ ْﺮ‬ ُ ‫ِﺴ‬
َ ‫ﺎؤﻛ ُ ْﻢ‬ َ ‫ﻧ‬

"Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat


kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja
kamu kehendaki." (QS. Al Baqarah: 223).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Yang


namanya ladang (tempat bercocok tanam)
pada wanita adalah di kemaluannya yaitu
tempat mani bersemai untuk mendapatkan
keturunan. Ini adalah dalil bolehnya menyetubuhi
istri di kemaluannya, terserah dari arah depan,
belakang atau istri dibalikkan." (Syarh Shahih
Muslim, 10: 6).

11
4. Jika ingin mengulangi hubungan intim,
hendaklah berwudhu dahulu.

Ada hadits yang disebutkan dalam Shahih


Muslim,

‫ » ِإ َذا أ َ َﺗﻰ‬-‫ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ِ‫ﺳﻮلُ ﷲﱠ‬ ُ ‫ى َﻗﺎلَ َﻗﺎلَ َر‬ ْ


‫ﺳﻌِ ﻴ ٍﺪ اﻟﺨُ ْﺪ ِر ﱢ‬ َ ‫ﻦ أﺑِﻰ‬
َ ْ ‫َﻋ‬
َ ‫ َزا َد أَﺑ ُﻮ ﺑَﻜْ ٍﺮ ﻓِﻰ‬.« ْ‫ن ﻳَﻌُ ﻮ َد َﻓ ْﻠ َﻴ َﺘ َﻮ ﱠﺿﺄ‬
‫ﺣﺪِﻳﺜِﻪِ ﺑَ ْﻴ َﻨﻬُ َﻤﺎ ُو ُﺿﻮ ًءا‬ ْ َ ‫ﻫ َﻠ ُﻪ ُﺛ ﱠﻢ أ َ َرا َد أ‬ ْ َ ‫ﺪﻛ ُ ْﻢ أ‬ َ َ‫أ‬
ُ ‫ﺣ‬
‫ﺎو َد‬ ِ َ‫ن ﻳُﻌ‬ ْ َ ‫َو َﻗﺎلَ ُﺛ ﱠﻢ أ َ َرا َد أ‬

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian
menyetubuhi istrinya lalu ia ingin mengulanginya,
maka hendaklah ia berwudhu."

Abu Bakr dalam haditsnya menambahkan,


“Hendaklah menambahkan wudhu di antara
kedua hubungan intim tersebut.” Lalu
ditambahkan, "Jika ia ingin mengulangi
hubungan intim." (HR. Muslim, no. 308).

12
5. Wajib mandi junub meskipun tidak keluar mani
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

ْ َ ‫ُﻞ ﻳُﺠَﺎﻣِ ﻊُ أ‬
‫ﻫ َﻠ ُﻪ ُﺛ ﱠﻢ‬ ِ ‫ َﻋ‬-‫ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ِ‫ﺳﻮلَ ﷲﱠ‬
ِ ‫ﻦ اﻟ ﱠﺮﺟ‬ ُ ‫ﺳﺄلَ َر‬
َ
َ ‫ﻼ‬ً ُ‫ن َرﺟ‬ ‫ِإ ﱠ‬
‫ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬- ِ‫ﺳﻮلُ ﷲﱠ‬ ُ ‫ َﻓ َﻘﺎلَ َر‬.‫ِﺴ ٌﺔ‬َ ‫ِﺸ ُﺔ ﺟَﺎﻟ‬ َ ‫ﺴﻞُ َو َﻋﺎﺋ‬ ْ ‫ﻫﻞْ َﻋ َﻠ ْﻴ ِﻬ َﻤﺎ‬
ْ ‫اﻟ ُﻐ‬ َ ُ‫ﺴﻞ‬ ِ ْ‫ﻳُﻜ‬
ُ‫ﺴﻞ‬ ِ ‫ﻫ ِﺬ ِه ُﺛ ﱠﻢ ﻧَ ْﻐ َﺘ‬َ ‫ِﻚ أَﻧَﺎ َو‬
َ ‫ » ِإﻧﱢﻰ ﻷ َ ْﻓﻌَ ﻞُ َذﻟ‬-‫وﺳﻠﻢ‬

"Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seorang
laki-laki yang menyetubuhi istrinya namun tidak
sampai keluar air mani. Apakah keduanya wajib
mandi? Sedangkan Aisyah ketika itu sedang
duduk di samping, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, "Aku sendiri pernah
bersetubuh dengan wanita ini (yang dimaksud
adalah Aisyah, pen.) namun tidak keluar mani,
kemudian kami pun mandi." (HR. Muslim, no.
350).

13
6. Dilarang menyetubuhi wanita di waktu
haidnya

Allah Ta’ala berfirman,

‫ﻴﺾ‬ ْ ‫ﺴﺎ َء ﻓِﻲ‬


ِ ِ‫اﻟ َﻤﺤ‬ ْ ‫َﻓ‬
َ ‫ﺎﻋ َﺘ ِﺰﻟُﻮا اﻟ ﱢﻨ‬

"Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan


diri dari (hubungan intim dengan) wanita di
waktu haid." (QS. Al-Baqarah: 222).

14

Anda mungkin juga menyukai