Anda di halaman 1dari 19

TINDAK PIDANA TERTENTU

“PEMBERANTASAN KORUPSI DI BERBAGAI NEGARA”

KELOMPOK 4:

MUHAMMAD OSAMA MURIADI 04020200520


MOHAMMAD ALFAREZA REZWANDY 04020200523
MUH FAERUS AULIA RAHMAN 04020200525
YUSRIL HENDRA PUTRA 04020200562
MUH ALBI ZAHIL 04020200565
TASYA NABILA 04020200577
A MUHAMMAD ISMAIL 04020200654

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan -
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya nanti.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Tindak Pidana Tertentu, Dr. Hj. Amelia Arief, S.H.,M.H., yang telah
memberikan tugas makalah dengan tujuan menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami
menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Makassar, 24 November 2022

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….2
Daftar Isi………………………………………………………………………………………
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………4
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………..4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberantasan Korupsi…………………………………………………....6
B. Jenis-Jenis Pemberantasan Korupsi…………………………………………………....6
C. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara……………………………
9
D. Contoh Kasus Pemberantasan Korupsi di Berbagai
Negara…………………………..12
E. Perbandingan dan Data Kasus Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara…………
15
F. Limitasi Pemberantasan Korupsi di Berbagai
Negara………………………………..15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………………………………...18
B. Saran………………………………………………………………………………….18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberantasan tindak pidana korupsi selalu menjadi perhatian yang lebih
dibandingkan dengan tindak pidana lain di berbagai belahan dunia. Korupsi merupakan
masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan
juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun
perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-
cita menju masyarakat adil dan makmur.

Pembicaraan tentang korupsi seakan tidak ada putus-putusnya. Fenomena ini memang
sangat menarik untuk dikaji, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini, dimana ada
indikasi yang mencerminkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Masalah
korupsi bukan masalah baru dalam persoalan baru dalam persoalan hukum dan ekonomi
suatu negara karena masalah korupsi telah ada sejak lama, baik di negara maju maupun di
negara berkembang termasuk juga di Indonesia. Korupsi telah merayap dan menyelinap
dan merayap dalam berbagai bentuk sehingga menggerogoti keuangan Negara,
perekonomian Negara dan merugikan kepentingan masyarakat.

Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan melalui berbagai cara,


namun hingga saat ini masih saja terjadi korupsi dengan berbagai cara yang dilakukan
oleh berbagai lembaga. Terdapat beberapa bahaya dan hamabatan sebagai akibat korupsi
terhadap masyarakat dan individu, generasi muda, politik, ekonomi bangsa. Oleh karena
itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengatasinya dan suatu pemberantasan kasus
korupsi di Indonesia maupun di Negara lain.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemberantasan korupsi?
2. Apa saja jenis-jenis pemberantasan korupsi?
3. Apa dasar hukum yang mengatur tentang pemberantasan korupsi?
4. Bagaimanakah kasus pemberantasan korupsi di berbagai negara?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemberantasan korupsi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pemberantasan korupsi
3. Untuk mengetahui dasar hukum pemberantasan korupsi
4. Untuk mengetahui bagaimana kasus pemberantasan korupsi
5. Untuk mengetahui perbandingan pemberantasan korupsi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara


Pengertian Korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum
dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat
merugikan negara atau perekonomian negara. Secara gamblang dalam UU No. 31
Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi di jelaskan dalam 13
pasal.

Usaha untuk memerangi korupsi tidak saja menjadi masalah di Indonesia, tetapi
telah berkembang secara terorganisir dan lintas batas negara dan menjadi persoalan
dunia internasional. Kejahatan korupsi berkembang sejalan dengan perkembangan
ekonomi dan globalisasi. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antar negara dan
lembaga internasional dalam menaggulangi kejahatan korupsi. Pentingnya kerja sama
internasional dalam memerangi korupsi telah dibuktikan oleh China. China
merupakan salah satu negara yang menunjukan usaha yang sunguh sungguh dalam
memberantas korupsi dan hasilnya cukup menkjubkan. Keberhasilan China tidak
terlepas dari kesediaannya untuk belajar dan aktif dalam kegiatan internasional dalam
memberantas korupsi. Keseriusan Indonesia ikut serta di dalam kerja sama
internasional dan bejar dari kebijakan internasional dalam pemeberantasan korupsi
dapat dilihat dengan di undangkannya Undang Undang Nomor 7 tahun 2006 tentang
Pengesahan United Nations ConventionAgaints Corruption 2003.

B. Jenis – Jenis Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara

6
Jenis-jenis untuk memberantas korupsi diberbagai negara dapat diambil contoh dari 3
negara anti korupsi yaitu :
1. Denmark
Posisi Denmark hampir tidak pernah bergeser di ranking pertama IPK setiap
tahunnya. Di negara skandinavia ini, korupsi seakan kata yang asing. Bisnis di
Denmark bisa berjalan dengan mulus tanpa hambatan korupsi, suap, atau
pemerasan.
Undang-undang Kriminal Denmark soal larangan menerima suap dan jenis
korupsi lainnya benarbenar bekerja dengan baik dan dipatuhi. Tidak hanya untuk
pegawai pemerintah atau penyelenggara negara, penyuapan juga dilarang di
Denmark untuk perusahaan swasta dan pegawai negeri asing.

Hasilnya bisa ditebak, Denmark menjadi salah satu negara yang paling
makmur. Kesenjangan pendapatan di Denmark adalah salah satu yang paling kecil
di dunia. Tingkat pengangguran juga sangat kecil, dan mendapatkan pekerjaan di
Denmark mudah. Fasilitas kesehatan di negara berpenduduk 5,8 juta orang ini
gratis, berkat pengelolaan pajak penghasilan yang baik oleh pemerintah. Hal ini
juga terjadi berkat sinergi antara pemerintah pusat Kopenhagen dan pemerintah
daerah: pusat membuat regulasi kesehatan dan alokasi dana, daerah
menerapkannya dengan layanan kesehatan yang baik tanpa dikorupsi. Pendidikan
di Denmark juga gratis untuk penduduk dan warga pendatang dari negara Uni
Eropa. Selain itu, para pelajar rutin mendapatkan bantuan langsung tunai per
bulannya DKK 950 (sekitar Rp 2 juta) bagi yang masih tinggal dengan orang tua,
atau DKK 5.486 (sekitar Rp 12 juta) bagi pelajar yang tinggal jauh dari orang tua.

2. Finlandia
Finlandia juga sangat membanggakan posisinya sebagai negara paling bebas
korupsi di dunia. Korupsi pemerintahan hampir nihil di Finlandia saat ini, tidak
ada tradisi suap menyuap dan gratifikasi. Perihal korupsi semuanya tercantum
dalam UU Pidana Finlandia dan ditegakkan dengan baik. Bersihnya Finlandia dari
korupsi juga berkat kultur keterbukaan dan transparansi dari penyelenggara
negara, sistem pengendalian internal dan eksternal yang luar biasa, hingga
keterlibatan masyarakat sipil dalam pemberantasan korupsi. Korupsi yang hampir

7
nol tentu saja berdampak pada pelayanan publik yang mengagumkan untuk
rakyatnya.

Di Finlandia pendidikan gratis, mulai dari SD hingga universitas. Layanan


kesehatan hampir seluruhnya dibiayai oleh pajak, artinya rakyat bisa mendapatkan
pengobatan gratis. Korupsi tidak dipungkiri berdampak pada tingginya angka
kemiskinan yang kemudian merembet pada meningkatnya kriminalitas. Hal ini
tidak terjadi di Finlandia sebagai negara paling bersih dari korupsi. Negara di
utara Eropa ini dianggap sebagai yang paling aman di dunia, berdasarkan laporan
Forum Ekonomi Dunia pada 2017. Kesejahteraan dan kemakmuran tersebut
akhirnya menjadikan Finlandia selalu berada di jajaran teratas negara paling
bahagia di dunia dalam Laporan Kebahagiaan Dunia PBB setiap tahunnya.
Predikat ini tentu saja tidak akan diberikan jika 5,5 juta rakyatnya tidak puas
dengan jalannya pemerintahan dan kehidupan di Finlandia.

3. Selandia Baru
Dalam berbagai pengukuran korupsi di seluruh dunia, Selandia Baru selalu
berada di urutan teratas negara paling bersih dari korupsi. Negara di Pasifik ini
dianggap memiliki regulasi yang efektif untuk mencegah korupsi. Di Selandia
Baru, prinsip transparansi dikedepankan dan birokrasi dipangkas. Iklim usaha juga
sangat kondusif di negara ini, dengan pengurusan izin usaha yang bisa beres
dalam waktu sehari saja.

Selandia Baru juga sukses menegakkan hukum antikorupsi yang memiliki


ancaman penjara hingga 14 tahun. Pejabat publik dilarang menerima gratifikasi,
yang semuanya diterapkan dengan ketat di seluruh jajaran pemerintahan. Kondisi
ini memungkinkan Selandia Baru memiliki pelayanan kesehatan yang baik.
Standar dan pelayanan kesehatan Selandia Baru sangat tinggi, dan seluruh
biayanya disubsidi pemerintah alias gratis. Biaya hidup di Selandia Baru juga
sangat rendah, namun kualitas hidup mereka justru tinggi.

Selandia Baru juga menempati ranking 10 untuk pendidikan terbaik di dunia,


berdasarkan World Population View. Sistem pendidikan di Negeri Kiwi ini
dianggap salah satu yang terbaik di dunia. Tentu saja, biaya pendidikan gratis
8
untuk seluruh penduduknya. Indeks Perdamaian Global 2021 menempatkan
Selandia Baru sebagai negra paling aman kedua di dunia setelah Islandia. Jadi di
negara ini biasa saja meninggalkan rumah atau kendaraan tidak terkunci. Tingkat
keamanan hidup di negara ini dianggap semakin bertambah usai Perdana Menteri
Jacinda Ardern menerapkan aturan ketat soal kepemilikan senjata api, setelah
penembakan di masjid Christchurch oleh teroris sayap kanan yang menewaskan
51 orang.

4. Indonesia
Indonesia pada IPK menempati ranking 96 bersama dengan Brasil, Lesotho,
dan Turki dari 180 negara di dunia. Skor Indonesia 38, naik satu poin dibanding
tahun sebelumnya. Tentu saja, ini bukan hal yang membanggakan. Masih saja kita
melihat berita para koruptor tertangkap, tidak ada habisnya. Penyuapan dan
gratifikasi masih kerap terjadi di negara ini.

Akibatnya tentu saja, perekonomian yang melemah, layanan publik dan


kesehatan yang buruk, atau pembangunan yang terhambat. Korupsi juga
menyebabkan semakin lebarnya jurang ketimpangan pendapatan dan kesenjangan
sosial.

Selama masih ada korupsi di negeri ini, rasanya akan sulit melihat Indonesia
berhasil mewujudkan cita-cita kemerdekaannya: Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tapi semua
masih belum terlambat. Masa depan yang cerah menanti di hadapan kita. Upaya
pemberantasan korupsi masih terus digalakkan dibarengi dengan strategi
pencegahan dan pendidikan dalam Trisula Pemberantasan Korupsi KPK.

Cara pertama yang harus dilakukan adalah mulai dari sendiri, dengan
memegang teguh nilai-nilai integritas pribadi, lalu menularkannya ke orang lain.

9
Tidak ada jalan lain, kita harus menjadi memberantas korupsi untuk mewujudkan
Indonesia yang lebih baik.

C. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara


Setiap Negara memiliki perbedaan tentang dasar hukum dalam bidang tindak
pidana korupsi yang telah diatur sesuai dengan kultur budaya dan sistem yang telah
disepakati secara bersama-sama di negara masing-masing. Contohnya di Indonesia
UU Nomor 20 Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.

Undang-undang di atas telah menjadi landasan hukum pemberantasan tindak


pidana korupsi di tanah air. UU ini menjelaskan bahwa korupsit adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau yang
berakibat merugikan negara atau perekonomian negara.

Definisi korupsi dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU ini. Berdasarkan pasal-
pasal tersebut, korupsidipetakankedalam 30 bentuk, yang dikelompokkan lagi menjadi
7 jenis, yaitu penggelapan dalam jabatan, pemerasan, gratifikasi, suap menyuap,
benturan kepentingan dalam pengadaan, perbuatan curang, dan kerugian keuangan
negara.

Hukuman kasus korupsi di Indonesia sendiri tertuang dalam Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor). Disebutkan pada Pasal 1 bahwa hukuman koruptor di Indonesia
paling sedikit 4 tahun dan paling lama 20 tahun, dengan denda minimal Rp200 juta
dan denda maksimal Rp1 miliar.

Berikut merupakan dasar hukum di Indonesia yang mengatur tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tentunya akan berbeda dasar hukum yang
ada di Indonesia dengan yang ada di negara lain seperti:
1. Tiongkok
Meskipun merupakan Negeri Otoritarian, namun Pemerintahan Xi Jinping
secara tegas memberlakukan hukuman berat bagi siapa saja yang korupsi, mulai
dari yang diasebut ‘Macan’ kuat di atas hingga ‘Lalat’ di bawah Di Negara Panda
10
itu, kasus korupsi yang menyedot kerugian negara di atas Rp215 juta akan
langsung mendapat hukuman mati. Dan itu bukan hanya peraturan tertulis atau
sekedarttt omong kosong saja, namun mereka benar-benar melakukannya. 

Yang paling menyita perhatian adalah kasus korupsi yang melibatkan Menteri
Perkeretaapian Liu Zhijun di tahun 2013, dimana ia dipecatdari PartaKomunis
China dan mendapatkan hukuman mati percobaan, yang dalam sistem peradilan di
China akan berubah menjadi hukuman penjara seumur hidup. 

2. Vietnam
Hukuman mati bagi koruptor juga diterapkan di Vietnam.  Namun hukuman
itu tidak berlaku bagi ibu hamil dan ibu yang mengasuh anak di bawah usia 36
tahun saat vonis dijatuhkan.  Biasanya hukuman juga diubah menjadi seumur
hidup dalam beberapa kasus. Salah satup erwujudannya yang paling terkenal
adalah vonis bagi  seorang mantan pimpinan salah satu bank besar di Vietnam
yakni Nguyen Xuan Son yang melakukan korupsi dan menyebabkan kerugian
besar pada perbankan sehingga ia lantas divonis hukuman mati pada 2017. 
Sementara seorang rekannya yang terbukti terlibat pun mendapatkan vonis yang
tidakt kalah berat yakni penjara seumur hidup.

3. Singapura
Negara yang paling tegas dalam memberikan hukuman mati tanpa ampun di
dunia sepertinya jatuh kepada Singapura. Hal itu sudah berlangsung sejak bapak
bangsa mereka yakni Lee Kuan Yew, yang melihat tinggi nyaris korupsi di
negaranya, ia menyatakan perang terhadap korupsi dengan mengatakan,
"tidakseorang pun,bahkan tidak atas  pejabat pemerintah diimunisasi dari
penyelidikan dan hukuman karena korupsi." Hal ini menyebabkan serangkaian
undang-undang anti korupsi, sepertiUndang-Undang Pencegahan Korupsi (PCA)
1988 yang belakangan berganti nama menjadi Undang-Undang Korupsi
(PenyitaanManfaat). Seluruh upaya itu pun benar-benar dilakukan tanpa ampun
dimana sepanjang tahun 1990-an, para koruptor dan pelaku tindakan extraordinary
crime seperti perdagangan narkoba dihukum mati. 

11
Hasilnya adalah dalam Indeks Persepsi Korupsi dunia tahun 2021, Negeri
Singa itu menjadi Negara paling bersih dari korupsi nomor 3 di seluruh dunia, dan
menjadi satu-satunya negara dari Asia yang menduduki posisi 10 besar. Sebagai
perbandingan, Indonesia sendiri berada di nomor 102, jauhhya! 

4. Korea Selatan

Hukuman berat bagi koruptor namun tidak berbentuk penjara seumur hidup
atau hukuman mati juga diberlakukan di Korea Selatan. Menariknya, Negeri
Ginseng itu menggunakan ‘hukumansosial’ lho. Di Korea Selatan, koruptor akan
dikucilkan masyarakat dan menerima ‘persekusi’ masal hingga mereka benar-
benar merasa malu dan tertekan. Salah satu kasus yang fenomenal adalah mantan
Presiden Roh Moo-hyun yang bunuh diri dengan melompat dari ketinggian 20
meter. Ia diduga tak kuasa menahan malu karena terbukti melakukan korupsi.

5. Jerman
Negeri Panser ini menerapkan vonis hukuman yang mewajibkan para koruptor
untuk mengembalikan uang negara yang dikorupsi dengan jumlah yang sama
persis. Itu masih ditambah dengan penjara sekitar 5 tahun. Meski tidak dihukum
mati, namun cukup berat! 

D. Contoh Kasus Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara


1. Nigeria
Contoh kasus korupsi terbesar di dunia pertama ada di Nigeria. Sani Abacha
adalah seorang perwira dan diktator tentara Nigeria yang menjabat sebagai
presiden Nigeria dari tahun 1993 hingga kematiannya pada tahun 1998.
Pemerintahannya selama lima tahun diselimuti tuduhan korupsi, meskipun tingkat
keparahan korupsi itu baru disorot setelah kematiannya, di mana ternyata dia
mengambil antara US$3 dan $5 miliar uang publik.

Pada tahun 2014, Departemen Kehakiman AS mengungkapkan bahwa mereka


membekukan lebih dari US$458 juta dana terlarang yang disembunyikan Abacha
dan konspiratornya di seluruh dunia. Selama bertahun-tahun, Nigeria berjuang

12
untuk memulihkan uang yang dicuri, tetapi perusahaan yang terkait dengan
keluarga Abacha telah pergi ke pengadilan untuk mencegah repatriasi.

Untungnya, pihak Inggris mengumumkan telah menempatkan US$268 juta,


yang telah disimpan di rekening Deutsche Bank, ke dalam dana pemulihan aset
yang pada akhirnya akan mengembalikan uang tunai ke Nigeria.

2. Ukraina
Sebuah lapangan golf, peternakan burung unta, kebun binatang pribadi, dan
replika galleon Spanyol ukuran penuh hanyalah beberapa atraksi di Mezhyhirya,
perkebunan 137 hektar jutaan dolar milik mantan Presiden Ukraina Viktor
Yanukovych.

Yanukovych dan keluarganya melarikan diri ke Rusia pada Februari 2014


setelah kerusuhan sipil memicu konflik mematikan yang merenggut lebih dari 100
nyawa. Tiga tahun setelah peristiwa tragis ini, pengadilan Ukraina memutuskan
Yanukovych bersalah atas pengkhianatan tingkat tinggi dan menjatuhkan
hukuman 13 tahun penjara di absentia.

Saat dia melarikan diri, Yanukovych meninggalkan dokumen yang


menunjukkan bagaimana dia membiayai kehidupan mewah dengan mengorbankan
warganya. Menggunakan calon sebagai frontman dalam jaringan kompleks
perusahaan cangkang dari Wina ke London ke Lichtenstein, Yanukovych diduga
menyembunyikan keterlibatannya saat menyedot dana publik Ukraina untuk
keuntungan pribadi.

Pada bulan Februari, siaran publik Swedia SVT melaporkan bahwa


perusahaan cangkang Yanukovych dengan rekening bank Swedia menerima suap
sebesar US$3,7 juta pada tahun 2011 dan melakukan dua transaksi dengan nilai
total US$18 juta pada tahun 2007 dan 2014.

3. Panama
Menyusul kebocoran besar dari firma hukum Panama, Mossack Fonseca,
Panama Papers mengungkap rahasia tergelap dari industri kerahasiaan keuangan.
13
Panama Papers menunjukkan bahwa Mossack Fonseca menciptakan 214.000
perusahaan cangkang untuk individu yang ingin menyembunyikan identitas
mereka. Di balik perusahaan cangkang terdapat setidaknya 140 politisi dan
pejabat publik, termasuk 12 pemimpin pemerintah dan 33 individu atau
perusahaan yang masuk daftar hitam atau dalam daftar sanksi oleh pemerintah
Amerika Serikat untuk pelanggaran seperti perdagangan manusia dan terorisme.

Sejak skandal itu meletus, beberapa kepala pemerintahan telah mengundurkan


diri atau menghadapi tuntutan, setidaknya 82 negara meluncurkan penyelidikan
resmi dan Mossack Fonseca ditutup. Sebagai hasil dari Panama Papers, beberapa
negara berkomitmen untuk mengakhiri kerahasiaan keuangan, dengan setidaknya
16 negara atau badan internasional mencapai setidaknya satu reformasi substansial
dan sekitar 23 negara memulihkan setidaknya US$1,2 miliar dalam bentuk pajak.

4. Venezuela
Kurang dari 20 tahun yang lalu, Venezuela adalah negara terkaya di Amerika
Selatan. Dan sekarang, ia menghadapi salah satu krisis politik dan kemanusiaan
terburuk di negaranya, akibat dari kasus korupsi di dalamnya. Penjarahan
perusahaan minyak milik negara, PDVSA, adalah contoh dari korupsi yang
meluas di tingkat tertinggi pemerintahan. Setelah menjadi basis kekayaan
Venezuela, cadangan minyak negara yang besar akhirnya memenuhi kantong
sekelompok kecil individu.

Dengan bantuan dari bank-bank Eropa dan AS, sekelompok mantan pejabat
Venezuela diduga menyedot US$1,2 miliar dari PDVSA ke AS, mengeksploitasi
sistem pertukaran mata uang yang rumit di negara itu yang hanya memungkinkan
orang dan perusahaan tertentu untuk menukar mata uang di tempat resmi, sangat
meningkat cepat.

Para pejabat membeli Bolivar Venezuela di pasar gelap, dengan nilai tukar ca.
1:100 (tahun 2014). Itu berarti mereka bisa membeli 100 juta Bolivar seharga $1
juta. Mereka kemudian menukar uang ini kembali dengan kurs resmi 1:10, yang
berarti mereka akan mendapatkan kembali $10 juta – peningkatan sepuluh kali

14
lipat. Dua orang yang terlibat dalam skandal itu mengaku bersalah tahun lalu, dan
penyelidik saat ini sedang menyelidiki lebih detail skema pencucian uang.

E. Perbandingan dan Data Kasus Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa Singapura dan Hongkong memilki IPK
yang begitu baik yang menunjukkan efektifnya pemberantasan tindak pidana korupsi
di negara tersebut. Hal tersebut bertolak belakang dari Indonesia yang hanya
menempati peringkat 114 dengan IPK 32, yang menunjukkan masih lemahnya
pencegahan dan penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia. Dalam hal upaya
penanganan tindak pidana korupsi, penulis memfokuskan pada negara Singapura yang

15
penulis jadikan perbandingan dan merupakan role model yang sempurna dan dapat
diaplikasikan di Indonesia.

F. Limitasi Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara


Laporan Corruption Perception Index 2021 yang dirilis lembaga pemerhati praktik
korupsi global Transparency Internasional menunjukkan Denmark menduduki posisi
pertama sebagai negara paling anti korupsi di dunia. Dengan penilaian dari 180
negara yang diukur dengan skala 0 (sangat korup) hingga 100 (sangatbersih),
Denmark berhasil meraih skor 88. National Geographic menyatakan, selama tujuh
tahun berturut-turut Denmark juga didapuk sebagai tiga besar negara paling bahagia
di duniaversi World Happiness Report.
Dengan pemerintahan stabil, mudahnya kesesehatan dan pendidikan, hingga
angka korupsi rendah, tentu saja kesejahteraan begitu dirasakan oleh masyarakat
Denmark. Dokumen Pemberantasan Korupsi di Denmark menunjukkan, negara ini
memiliki lembaga Ombudsman bernama Folketingets Ombudsmand atau Danish
Parlimentary Ombudsman.Lembaga yang didirikan pada tahun 1955 ini adalah
lembaga independen sebagai sarana kepentingan publik yang berporos pada pemerhati
transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi pemerintahan.

Ombudsman bertanggungjawab menjadi pengawas, penasihat, dan penyidik


pejabat apabila menyalahgunakan kekuasaan. Namun, peran Ombudsman tidak bisa
berjalan dengan optimal bilatidakadapenegakhukum yang baik. Beruntung, di
Denmark, penegakan hukum bergerak secara adil dan tidak pandang bulu. Semua
pelaku korupsi dan perusahaan atau penyuap mendapatkan hukuman sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.

Hukumonline.com menyebutkan, Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus


Abildgaard Kristensen dalam diskusi “Evaluasi Capaian Indonesia Atas Komitmen
Antikorupsi Internasional” pada 2018 mengatakanbahwa parlemen Denmark memiliki
komitmen tinggidalam memberantas korupsi. Bukan polisi atau lembaga anti korupsi
yang mengepalai pemberantasan korupsi, tapi Ombudsman dan auditor negara yang
terintregasi langsung dengan pemerintahan.Selain itu, penjabat Denmark cenderung
memiliki gaya hidup yang jauh dari kemewahan. Politikus negara menjadi panutan

16
bagi masyarakat dengan cara hidup yang sederhana, termasuk dalam hal kecil seperti
menggunakan sepeda saat pergi ke kantor dan mengenakan jas yang tidak mewah.

Para pejabat di parlemen pemerintahan juga memiliki inisiatif dalam melakukan


publikasi pengeluaran bulanan mereka.Kebijakan transparansi bernama “Skema
Keterbukaan” ini sudah diberlakukan sejak tahun 2009 dan menjadi upaya
pengawasan yang efektif untuk memantau perilaku para pejabat negara. Meskipun
begitu, bukan berarti Denmark sepenuhnya “bersih”. Mereka masih menghadapi
problem nepotisme dalam hal relasi bisnis. Lalu bagaimana di Indonesia? Mengutip
dari Jurnal Perbandingan Penanganan Tindak Pidana Korupsi di Negara Singapura
dan Indonesia, pemberantasan korupsi di Indonesia masih sepenuhnya dipegang oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan, dan Polri.
Memang, Indonesia mempunyai unit pengawas yang bertugas memantau aktivitas
keuangan. Sebut saja, Badan Pengawas Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas
Keuangan Pembangunan (BPKP). Di luar itu, ada Indonesia Corruption Watch (ICW)
sebagai lembaga swadaya masyarakat. Namun dalam prakteknya, lembaga-lembaga
ini tidak bisa melakukan pengawasan secara menyeluruh. Tugas mengawasi aliran
dana (perbankan) justru dibebankan pada Pusat Pelaporan dan Analisis Keuangan
(PPATK) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kewenangan yang tumpang tindih itu
membuat kasus korupsi tidak bisa diselesaikan dengan baik karena bisa saja saling
lempar tangan atau justru berebut.

Selain itu, kebanyakan kasus korupsi di Indonesia Nampak hanya terlihat terus-
terusan melakukan penyelidikan dan menjatuhkan vonis, tapi tidak ada tindakan yang
benar-benar membuat pelaku korupsi jera. Ditambah lagi, kita melihat bahwa banyak
pejabat di Indonesia yang bergaya hidup konsumtif, menginginkan kekuasaan,
sehingga mudah tergiur dengan iming-iming cuan demi memuaskan dahaga aka
nkekayaan. Cara pikir yang sudah mengakar sejak zaman dulu ini kemudian
menciptakan budaya korupsi yang berkembang di Tanah Air. Bahkan Indonesia
menempatiurutan ke-96 dalam Corruption Perception Index 2022 yang dirilis
Transparency Internasional, dengan skor 38.Meskipun dikatakan angka tersebut sudah
lebih baik dari sebelumnya, namun tentu korupsi ini tidak akan pernah hilang ataupun
beres jika tidak ada koordinasi yang baik antara lembaga pemerintah berwenang,
pemahaman masyarakat, serta kesadaran pribadi dari mereka yang memiliki jabatan.
17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan
negara atau perekonomian negara. Usaha untuk memerangi korupsi tidak saja menjadi
masalah di Indonesia, tetapi telah berkembang secara terorganisir dan lintas batas negara
dan menjadi persoalan dunia internasional. Kejahatan korupsi berkembang sejalan dengan
perkembangan ekonomi dan globalisasi. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antar
negara dan lembaga internasional dalam menaggulangi kejahatan korupsi. Singapura dan
Hongkong memilki IPK yang begitu baik yang menunjukkan efektifnya pemberantasan
tindak pidana korupsi di negara tersebut. Hal tersebut bertolak belakang dari Indonesia
yang hanya menempati peringkat 114 dengan IPK 32, yang menunjukkan masih
lemahnya pencegahan dan penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia. Dalam hal
upaya penanganan tindak pidana korupsi, penulis memfokuskan pada negara Singapura
yang penulis jadikan perbandingan dan merupakan role model yang sempurna dan dapat
diaplikasikan di Indonesia.

B. Saran
Setelah melihat banyaknya kasus tindak pidana korupsi di berbagai negara, saran dari
kami adalah dibutuhkannya upaya tindakan hukum yang lebih keras dan tegas dalam
18
memberikan hukuman (punishment) terhadap para pelaku tindak pidana yang telah
menyelewengkan wewenang maupun tanggung jawab sebagai aparatur Negara. Hal
tersebut dilakukan agar dapat menimbulkan efek jera dan rasa takut bagi siapa saja yang
akan melakukan perbuatan tercela tersebut yang dapat merugikan negara dan masyarakat.

19

Anda mungkin juga menyukai