Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PE NDAHULUAN

SEPSIS

Disusun oleh:

Nur Fitriani (2011040187)

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

i
A. Pengertian

Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui (ditentukan dengan

biakan positif terhadap organism dari tempat tersebut). SIRS (Systemic Infammatory

Response Syndrome) adalah pasien yang memiliki kriteria dua atau lebih sebagai berikut:

1. Demam (Suhu >38C) atau Hipotermi (<36C)

2. Takikardi / frekuensi denyut jantung >90x/menit

3. Takipnea / frekuensi nafas lebih >24x/menit

4. Leukositosis (hitung leukosit >12.000/mm3

Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong,

2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada

aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis adalah

infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary

E. Muscari, 2005).

Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine

sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus

(herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun

jarang ditemui. (John, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua, antara lain:

1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada

saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka

mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat

dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak

1
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,

sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

B. Etiologi

Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis

seperti septikemia, pneumonia dan meningitis berhubungan dengan imaturitas dari

system imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab

neonates sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,

virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

1. Bakteri escherichia koli

2. Streptococus group B

3. Stophylococus aureus

4. Enterococus

5. Listeria monocytogenes

6. Klepsiella

7. Entererobacter sp

8. Pseudemonas aeruginosa

9. Proteus sp

10. Organisme anaerobic

Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48

jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari

cairan amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya

2
gejala pada early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik

shock.

b. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa

kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit

(nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,

bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabi litas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala

lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut

kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI

pusar

3
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,

kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) ata u penonjolan pada

ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada

lengan atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan

dan sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut ( peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan

diare

(Asrining, 2007).

D. Patofisiologi

Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).

Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi

yang mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-

ekonomi ibu, ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya

infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi

rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status

paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan

prosedur selama persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan

bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.

Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.

Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.

4
Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun sehingga

menyebabkan hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan

pertahanan kulit. Kemudian adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami

kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza.

IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung

mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu

perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter

nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka.

Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat

tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko

penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,

sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-kadang di ruang perawatan

terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi

nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies

Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu

formula hanya didominasi oleh E.colli.

E. PATHWAY

Insfeksi pada ibu

5
Masuk kedalam tubuh janin

Terjadi infeksi
awal

Infeksi menyebar ke seluruh tubuh janin

hipotalamus Organ hati Organ pernafasan System gastrointestinal

Menghasilkan Eritrosit banyak Lisis Fungsi tidak optimal Muntah, diare


panas tubuh
hiperbilirunemia Bayi akan sesak Malas menghisap
Hiperterm
i Jaundice (ikterik)

Gangguan Deficit volume


Ke otak
pola nafas cairan dan
1. Monitoring tanda-
tanda vital setiap 2 elekttrolit
jam dan pantau Ensepalopati
warna kulit
2. Observasi adanya
kejang dan dehidrasi Kemit 1. Posisikan pasien semi
3. Berikan kompres fowler 1. Monitoring tanda-tanda
ikterik
dengan air hangat 2. Auskultasi suara vital setiap 2 jam dan pantau
pada aksila, leher (Kejang) nafas warna kulit
dan lipatan paha, 3. Monitor respirasi dan 2. Observasi adanya
hindari penggunaan status O2, TTV hipertermi, kejang dan
alcohol untuk 4. Bila perlu lakukan dehidrasi
kompres suction, pustural 3. Berikan kompres hangat
4. Kolaborasikan drainage jika terjadi hipertermi, dan
pemberian pertimbangakan untuk langka
antipiretik sesuai kolaborasikan antipiretik
kebutuhan juka 4. Berikan ASI?PASI sesuai
panas tidak turun jadwal dengan jumlah
pemberian yang telah
ditentukan
F.  Komplikasi

a. Hipoglikemia, hiperglikemia,  asidosis metabolik, dan jaundice

6
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik.

Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang.

Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan

produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak

disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat

menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu

banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh  yang disebabkan oleh organ

hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati

akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.

b. Dehidrasi

Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang,

tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia..

c.  Hiperbilirubinemia dan anemia

Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan

pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang

sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan

hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen).

Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu

mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat

infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel

darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat

dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi

hemoglobin sering terjadi.

7
d. Meningitis

 Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran

darah.

e. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)

Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang

mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan

mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan

darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu

terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika

diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara

menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin :

3. Leukositosis (>34.000×109 /L)

4. Leukopenia (< 4.000x 109 /L)

5. Netrofil muda 10%

6. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio

>0,2

7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

H. Penatalaksanaan

a. Perawatan

8
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk

menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk

mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit

(Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:

1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal

harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara

teratur.

2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,

maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis

yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi

terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk

memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan

dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.

3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau

sianosis

4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai

5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan

perdarahan

6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut

kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.

7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi

nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli

b. Terapi pengobatan

9
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme

tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk

kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria

efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat

diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau

kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.

(Sangayu, 2012).

I. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu

dikaji adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan

antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus

presipitatus). Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain.

Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea,

dll). Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi

(mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji tatus

sosial ekonomi keluarga.

Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya

setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi,

peka rangsang, pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara

fisiologis, hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan

adalah hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan

10
dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala

traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea

b. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

c. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi

atau inflamasi

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

demam

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap

makanan/minuman

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea

Kriteria hasil :

- Tidak ada sianosis  dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara

nafas yang bersih

- Menunjukan jalan nafas yang paten (pelayan tidak merasa tercekik, tidak ada

suara nafas abnormal)

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional :

INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi powler Posisi semi powler dapat
memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara napas, catat Suara napas tambahan dapat menjadi

11
INTERVENSI RASIONAL
adanya suara napas tambahan sebagai tanda jalan napas yang tidak
adekuat
3. Monitor respirasi dan status Pada sepsis terjadinya gangguan
O2,TTV respirasi dan status O2 sering ditemukan
yang menyebabkan TTV tidak dalam
rentan normal
4. Berikan pelembab udara kasa Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
basah Nacl lembab menjadi tempat masuk organisme
5.Ajarkan batuk efektif, suction, Untuk mengeluarkan sekret pada saluran
pustural drainage napas untuk menciptakan jalan napas
yang paten

b.  Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


Kriteria hasil :
- Suhu dalam batas normal
- Perkembangan status klien membaik selama masa terapi
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan isolasi atau pantau Isolasi/pembatasan pengunjung
pengunjung sesuai indikasi dibutuhkan untuk melindungi pasien
imunosupresi dan mengurangi risiki
kemungkinan infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan Menugrangi kontaminasi silang
sesudah melakukan aktivitas
walaupun menggunakan sarung
tangan steril
3. Dorong sering menggati posisi, Bersihan paru yang baik mencegah
napas dalam/batuk pneumonia
4. Batasi penggunaan alat/prosedur Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
invasif jika memungkinkan menjadi tempat masuk organisme

5. Lakukan inspeksi terhadap luka/


Mencatat tanda-tanda inflamasi atau
sisi alat invasif setiap hari infeksi lokal, perubahan pada karakter
drainase luka atau sputum dan urine.
Mencegah infeksi yang berkelanjutan
6. Gunakan teknik steril setiap Mencegah masuknya bakteri,
waktu pada saat penggantian mengurangi risiko infeksi nasokomial
balutan ataupun suction atau
pemberian perawatan
7. Pantau kecenderungan suhu, Demam (38,5oC - 40 oC) disebabkan
jika demam berikan kompres oleh efek-efek dari endotoksin pada
hangat. hipotalamus dan endorfin yang
melepaskan pirogen. Hipotermia
(<36 oC) adalah tanda-tanda genting

12
INTERVENSI RASIONAL
yang menunjukkan status syok atau
penurunan perfusi jaringan
8. Amati adanya menggigil dan Menggigil seringkali mendahului
diaforesis memuncaknya suhu pada adanya infeksi
9. Memantau tanda-tanda Dapat menunjukkan ketidaktepatan atau
penyimpangan kondisi atau ketiakadekuatan terapi antibiotik atau
kegagalan untuk membaik selama perumbuhan berlebih ari organisme
masa terapi resisten
10. Inspeksi rongga mulut Depresi sistem imun dan penggunaan
terhadap plak putih atau sariawan, dari antibiotik dapat meningkatkan risiko
selidiki juga adanya rasa gatal atau infeksi sekunder.
peradangan vaginal/perineal
11. Kolaborasi dalam pemberian Terapi pengobatan sangat membantu
obat antibiotik. Perhatikan dampak penyembuan dalam masa terapi
pemberian obat perawatan

c. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi


atau inflamasi
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
- Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
Intervensi dan Rasional :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan
setiap dua jam dan pantau warna akan mempengaruhi proses regulasi
kulit ataupun metabolisme dalam tubuh.
2.  Observasi adanya kejang dan Hipertermi sangat potensial untuk
dehidrasi menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha
hangat pada aksila, leher dan terdapat pembuluh-pembuluh dasar besar
lipatan paha, hindari yang akan membantu menurunkan demam.
penggunaan alcohol untuk Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena
kompres. akan menyebabkan penurunan dan
peningkatan panas secara drastis.
4. Kolaborasi : Berikan Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk
antipiretik sesuai kebutuhan jika menurunkan panas dengan segera.
panas tidak turun.

13
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat
demam
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
- Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit) 
- Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang
setiap dua jam dan pantau warna signifikan akan mempengaruhi proses
kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, Hipertermi sangat potensial untuk
kejang dan dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika Kompres air hangat lebih cocok digunakan
terjadi hipertermi, dan pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk
pertimbangkan untuk langkah menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi
kolaborasi dengan memberikan secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu
antipiretik. lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh
karena itu pemberian antipiretik
diperlukan untuk segera menurunkan
panas, misal dengan asetaminofen.
4 Berikan ASI/PASI sesuai Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
jadwal dengan jumlah diperlukan untuk mencegah bayi dari
pemberian yang telah ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi


Kriteria hasil :
- Saturasi oksigen >90 %
- Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan
- Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara
fungsi jaringan
Intervensi dan Rasional :

14
INTERVENSI RASIONAL
1.  Pertahankan tirah baring Menurunkan beban kerja mikard dan
konsumsi oksigen
2. Pantau perubahan pada tekanan Hipotensi akan berkembang bersamaan
darah dengan mikroorganisme menyerang
aliran darah
3. Pantau frekuensi dan irama Disritmia jantung dapat terjadi sebagai
jantung, perhatikan disritmia akibat dari hipoksia
4. Kaji ferkuensi nafas, kedalaman,Peningkatan pernapasan terjadi sebagai
dan kualitas respon terhadap efek-efek langsung
endotoksin pada pusat pernapasan
didalam otak
5. Catat haluaran urine setiap jam Penurunan urine mengindikasikan
dan berat jenisnya penurunan perfungsi ginjal
6. Kaji perubahan warna kulit, Mengetahui status syok yang berlanjut
suhu, kelembapan

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap


makanan/minuman
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi dan Rasional :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor adanya penurunan berat Anoreksia ataupun intoleran terhadap
badan makanan atau minuman dapat
menyebabkan terjadinya penurunan berat
badan
2.  Identifikasi makanan kesukaan  Meningkatkan selera klien terhadap
makanan atau minuman
3.   Anjurkan untuk melakukan oral Menurunkan rasa mual terhadap
hygene sebelum makan makanan
4. Monitor intake cairan dan nutrisi Kekurangan cairan dapat menyebabkan
dehidrasi dan hiper termi. Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan
5. Anjurkan klien untuk Protein dan vitamin C berperan penting
mengkonsumsi makanan yang dalam penyembuhan yang berkaitan
berprotein dan vitamin C dengan infeksi

15
INTERVENSI RASIONAL
6. Yakinkan diet yang dimakan Kekurangan serat dapat menyebabkan
juga mengandung tinggi serat konstipasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi Mengidentifikasi masalah nutrisi dalam
untuk menentukan jumlah terapi perawatannya
kaloriyang dibutuhkan pasien

16
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Berkow & Beers. 2007. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di

http://debussy.hon.ch/cgibin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET. Bobak. 2004.

Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing . JAYPEE:New Delhi

Darsana, Wayan. Laporan Pendahuluan Sepsis Neonatorum. 18 September 2010.

http://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/09/laporan-pendahuluan-sepsis-neonatorum.html

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi


Doenges, Marilynn E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Indri. Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum. 11 Mei 2009.  http://indri-
dpl.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-sepsis-neonatorum.html
NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media ihardy:Yogyakarta
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Penerbit Buku
Kesehatan: Jakarta
McMillan, Julia A. 2006. Oski’s Pediatrics Principles & Practice. Lippincott Williams &
Wilkins: USA
Udara, Sangayu. Sepsis Neonatorum. 16 Mei
2012. http://udarajunior.blogspot.com/2012/05/sepsis-neonatorum.html
Surasmi, Asrining. 2010. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta http://fahrinnizami.blogspot.co.id/2016/03/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_28.html

17

Anda mungkin juga menyukai