Anda di halaman 1dari 5

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES JAHE DAN KOMPRES KAYU MANIS

TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTHRITIS


DI PANTI SUDAGARAN

PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA)adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi dan
penyebab utama dari rasa nyeri dan cacat yang menurunkan status kesehatan (Allen &
Golightly, 2015). Prevalensi penyakit sendi di Indonesia mencapai 34,4 juta orang dengan
perbandingan penyakit sebesar 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita, terdapat 5% pada
usia < 40 tahun, 30% pada usia 40 - 60 tahun, dan 65% pada usia > 60 tahun (Dewi, et al,
2018). Menurut Riskesdas tahun 2013 di Jawa Tengah prevalensi penderita osteoartritis
sebanyak 16,7% (Asmaraningjati et al,2018) meningkat di tahun 2015 sebanyak 67,2% (Irza,
2015). Efektifitas kompres hangat meningkatkan aliran darah untuk mendapatkan efek
analgesik dan relaksasi otot sehingga proses inflamasi berkurang. Kompres jahe dapat
dikombinasikan dengan penambahan Jahe dan Kayu manis. Jahe memiliki sifat pedas, pahit,
dan aromatik dari oleoresin seperti zingeron, gingerol dan shogaol. Oleoresin memiliki
potensi antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. Kompres jahe menurunkan nyeri sendi pada
tahap transduksi, dimana pada tahapan ini jahe memiliki kandungan gingerol yang
mengandung siklooksigenase yang bisa menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai
mediator nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi. Sehingga jahe dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pengobatan non farmakologis untuk menurunkan nyeri (Izza,
2014).
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan design quasy experiment with
two group design pretest-postest karena penelitian ini terdiri dari dua perlakuan. Teknik
dalam penelitian ini adalah random sampling Responden dalam penelitian ini dibagi menjagi
2 yaitu 15 responden dengan kompres jahe dan 15 responden dengan kompres kayu
manis.penelitian menggunakan uji statistik dengan uji “mann whitney”. penelitian dilakukan
pada bulan Januari 2020 di Panti Sudagaran.
HASIL
Tabel 1
Kelompok intervensi Kelompok intervensi
Karakteristik responden Kompres jahe Kompres kayu manis
f % f %
Umur
61 - 70 tahun 6 40 3 20
71 - 80 tahun 5 33,3 6 40
81 - 95 tahun 4 26,7 6 40
Jenis kelamin
Laki-laki 6 40 6 40
Perempuan 9 60 9 60
Pendidikan
SD 7 46,7 7 46,7
SMP 1 6,7 3 20
SMA 1 6,7 1 6,7
Tidak sekolah 6 40 4 26,7
Berdasarkan tabel 1 sebagian besar umur responden kompres jahe berumur 60-70
tahun (40%), responden yang berumur 71-80 tahun (33,3%), dan yang berumur 81-95 tahun
(26,7%). Sedangkan responden kompres kayu manis sebagian besar berumur 71-80 tahun
(40%), yang berumur 81-95 (40%), dan yang berumur 60-70 than (20%). Sebagian besar
responden jahe maupun responden kayu manis berjenis kelamin laki-laki (40%) dan
sedangkan responden perempuan (60%).Responden jahe dengan pendidikan SD (46,7%),
SMP (6,7%), SMA (6,7%), dan Tidak Sekolah (40%). Sedangkan responden kayu manis
dengan pendidikan SD (46,7%), SMP (20,0%), SMA (6,7%), dan Tidak Sekolah (26,7%).
Tabel 2
Kompres jahe Kompres kayu manis
Nyeri
M ± SD Range M ± SD Range
Sebelum 5,47 ± 0,990 4-7 2,47 ± 1,407 0-5
Sesudah 5,53±0,837 4-7 3,93±0,961 2-6
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nyeri sebelum diberikan kompres jahe adalah
5,47 dengan standar deviasi 0,990. Tingkat nyeri sebelum diberikan kompres jahe paling
rendah sebesar 4 dan paling tinggi adalah 7. Sedangkan setelah diberikan kompres jahe
diperoleh rata-rata 2,47 dengan standar deviasi 1,407. Tingkat nyeri paling rendah sebesar 0
dan paling tinggi adalah 5. Rata-rata nyeri lansia sebelum diberikan kompres kayu manis
adalah 5,53 dengan standar deviasi 0,837. Tingkat nyeri lansia sebelum diberikan kompres
kayu manis paling rendah sebesar 4 dan paling tinggi adalah 7. Sedangkan setelah diberikan
kompres kayu manis diperoleh rata-rata 3,93 dengan standar deviasi 0,961. Tingkat nyeri
lansia paling rendah sebesar 2 dan paling tinggi adalah 6.
Tabel 3
Perbedaan Effect size Effect suze
(Grey dan Kinnear) (Kerby)
Sebelum dan sesudah lompres jahe 0,924 0,925
Sebelum dan sesudah kompres kayu manis 0,790 0,792
Efektifitas kompres jahe menunjukkan effect size sebesar 0,924 dan 0,925 (efek
besar), efektifitas kompres kayu manis sebesar 0,790 dan 0,792 (efek besar). Menurut Cohen
effect size 0,10 (efek kecil), 0,30 (efek sedang), 0,50 (efek besar). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kompres jahe lebih efektif dibandingkan kompres kayu manis.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita osteoarthritis dipanti
sudagaran berumur 60-80 tahun. Berdasarkan hasil tersebut bahwa terjadinya osteoarthritis
sejalan dengan adanya peningkatan usia. Hal ini sesuai dengan penelitian Pamungkas dan
Sari (2010) menybutkan bahwa toleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan
pertambahan usia, semakin bertambah usia seseorang, maka bertambah pula pemahaman
terhadap nyeri dan usaha untuk mengatasinya, dimana pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologisdan mengalami kerusakan fungsi.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki jenis kelamin
perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Price and Wilson (2013)
mendapatkan hasil bahwa osteoarthritis 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia 50-80 tahun wanita
mengalami penurunan hormone esterogen yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nyeri sebelum diberikan
kompres jahe adalah 5,47 dengan standar deviasi 0,990. Tingkat nyeri sebelum diberikan
kompres jahe paling rendah adalah 4 dan yang paling tinggi adalah 7. Sedangkan setelah
diberikan kompres jahe diperoleh rata-rata 2,47 dengan standar deviasi 1,407. Tingkat nyeri
setelah diberikan kompres jahe paling rendah adalah 0 dan yang paling tinggi adalah 5. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tingkat nyeri mengalami penurunan sebelum dan sesudah
diberikan intervensi kompres jahe. hal ini menjadikan kompres jahe berperan dalam
kenyamanan lansia dan dapat digunakan sebagai terapi selama lansia mengalami nyeri
osteoarthritis.
Jahe mengandung oleoresin seperti zingeron, gingerol dan shogaol. Oleoresin
memiliki potensi antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. Kandungan air dan minyak yang
tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas
oleoresin untuk menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke
sirkulasi perifer (Masyhurrosyid, dkk 2016). kompres jahe menurunkan nyeri sendi pada
tahap transduksi, dimana pada tahapan ini jahe memiliki kandungan gingerol yang
mengandung siklooksigenase yang bisa menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai
mediator nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi. Sehingga jahe dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pengobatan non farmakologis untuk menurunkan nyeri (Izza,
2014).
Salah satu manfaat jahe adalah untuk mengatasi osteoarthritis karena jahe memiliki
kandungan enzim siklooksigenase yang dapat mengurangi peradangan pada penderita
osteoarthritis, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas,
dimana dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah. Pemberian kompres jahe selain merelaksasikan otot-otot atau bagian tubuh
yang sakit tetapi juga menurunkan intensitas nyeri (Bruner and Suddarth, 2012).
Campuran air hangat dan jahe segar yang diparut akan menimbulkan efek panas dari air
hangat dan pedas jari jahe segar. Efek panas dari jahe tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan
menyebabkan penurunan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi seperti
bradikinin, histamine, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri. Panas akan merangsang
sel saraf menutup sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat
dihambat (Podungge,2015).
Efek panas dari jahe dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan menyebabkan penurunan nyeri dengan
menyingkirkan produk-produk inflamasi seperti bradikinin, histamine, dan prostaglandin
yang menimbulkan nyeri. Panas akan merangsang sel saraf menutup sehingga transmisi
impuls nyeri ke medulla spinalis dari otak dapat dihambat (Niempoog,2012).
Hasil penelitian dari masyhurrosidi et al (2015) menunjukkan bahwa dari total 20 responden,
tingkat skala nyeri tertinggi sebelum tindakan adalah skala 8 sedangkan skala nyeri tertinggi
setelah dilakukan tindakan adalah skala 5. Secara keseluruhan rata-rata penurunan skala nyeri
sebesar 2,75. Pengukuran skala nyeri, didapatkan skala nyeri rendah yaitu sejumlah 1
responden (5%), nyeri sedang menjadi nyeri rendah sejumlah 12 responden (10%) dan tetap
sebanyak 2 responden(10%), nyeri sedang sebanyak 3 responden (15%). Dari hasil uji
statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompres hangat rebusan jahe pada klien
usia lanjut dengan osteoarthritis lutut.
Hasil penelitian Hidayat dan Putra (2018) menunjukkan bahwa secara deskriptif
sebelum dan sesudah dilakukan kompres jahe jumlah responden yang mengeluh nyeri dengan
skala 7-8 awalnya berjumlah 7 responden, kemudian menurun menjadi 1 responden, dan
jumlah responden yang mengeluh nyeri dengan skala 4-6 awalnya 30 responden kemudian
menurun menjadi 24 responden , serta responden yang mengeluh nyeri dengan skala 1-3
awalnya 4 kemudian meningkat menjadi 16 responden. Hal tersebut menggambarkan
keberhasilan kompres jahe untuk menurunkan skala nyeri osteoarthritis pada lansia.
Hasil penelitian Prihandhani (2016) menunjukkan bahwa dari total 42 responden terdapat
pengaruh yang signifikan dari pemberian kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan
tingkat nyeri. Hasil penelitian Maria (2019) menunjukkan bahwa dari 57 responden,
intensitas nyeri sebelum diberikan kompres hangat jahe memiliki rata-rata 41,87 dengan
standar deviasi 12,053. Sedangkan intensitas nyeri setelah diberikan kompres hangat jahe
memiliki rata-rata 26,02 dengan standar deviasi 10,865. Terdapat pengaruh terhadap
intensitas nyeri lansia sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat jahe.
Hasil penelitian Rahayu et al (2007) menunjukkan hasil bahwa terapi ompres jahe lebih
efektif dalam mengurangi skala nyeri sendi pada lansia dibandingkan hanya menggunakan
kompres air hangat, dapat digunakan sebagai alternative manajemen nyeri sendi pada lansia
yang mudah dan murah.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nyeri sebelum diberikan
kompres kayu manis adalah 5,53 dengan standar deviasi 0,834 . Tingkat nyeri sebelum
diberikan kompres kayu manis paling rendah adalah 4 dan paling tinggi adalah 7. Sedangkan
setelah kompres kayu manis diperoleh rata-rata 3,93 dengan standar deviasi 0,961. Tingkat
nyeri setelah diberikan kompres kayu manispaling rendah sebesar 2 dan paling tinggi adalah
6. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat nyeri mengalami penurunan sesebelum dan
sesudah diberikan intervensi kompres kayu manis. Hal ini menjadikan kompres kayu manis
berperan dalam memberikan kenyamanan lansia selama mengalami masalah osteoarthritis.
Kandungan minyak atsiri dalam kayu manis dapat membntu dalam proses penyerapan ke
dalam kulit dan untuk melihat manfaat kayu manis terhadap penurunan nyeri. Minyak atsiri
yang terdapat dalam kulit kayu manis mengandung eugeno yang memiliki rasa sangat pedas
dan panas sehingga mampu membuka pori-pori di kulit. Penambahan kayu manis dalam air
hangat lebih mendorong pembuangan produk-produk antiinflamasi yang dapat memperlancar
sirkulasi darah sehingga dapat menurunkan nyeri (Margowati,,2017).
Hasil penelitian Marvia et al (2019) menunjukkan bahwa dari total 15 responden
tingkat nyeri sendi sebelum diberikan kompres kayu manis sebagian besar responden
mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 10 responden (67%) dan nyeri ringan sebanyak 5
responden (33%). Tingkat nyeri sendi setelah diberikan kompres kayu manis sebagian besar
responden berada pada tingkat nyeri ringan yaitu sebanyak 12 responden (80%) dan nyeri
sedang yaitu sebanyak 3 responden (20%). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
kompres kayu manis terhadap perubahan tingkat nyeri sendi pada lansia.
Hasil penelitian Antoni et al (2019) menunjukkan bahwa dari 13 responden rata-rata
skala nyeri sebelum intervensi adalah 6,92, dengan selisih mean2,07, standar deviasi 0,954
dengan nilai minimal 5 dan nilai maksimal 8. Sedangkan pada skala nyeri setelah dilakukan
intervensi didapatkan nilai rata-rata 4,85, standar deviasi 1,811, dengan minimal 3 dan
maksimal 7. Setelah di lakukan uji signifikansi menggunakan uji wicoxon terhadap
perbandinngan skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian kompres kayu manis di dapatkan
adanya perubahan yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan nilai -Z sebesar 4,377 dan jumlah N
15 didapatkan hasil effect size sebesar 0,29 (efek sedang). Sedangkan nilai -Z sebesar 3,812
dan jumlah N 15 , dan didapatkan hasil effect size sebesar 0,25 (efek sedang). Efektifitas
kompres jahe lebih efektif dibandingkan kompres kayu manis dalam menurunkan nyeri
dikarenakan jahe memiliki kandungan gingerol yang mengandung siklooksigenase yang bisa
menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai mediator nyeri, sehingga terjadi penurunan
nyeri sendi. Sehingga jahe dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengobatan non
farmakologis untuk menurunkan nyeri (Izza, 2014). Sedangkan pada kelompok kompres kayu
manis kurang efektif dikarenakan . Penambahan kayu manis dalam air hangat lebih
mendorong pembuangan produk-produk antiinflamasi yang dapat memperlancar sirkulasi
darah sehingga dapat menurunkan nyeri (Margowati,,2017).
Kandungan rizoma jahe segar dan zat aktifnya dari oleoresin yang terdiri dari
gingerol, songaol, dan zingiberence yang merupakan homolog dari fenol melalui proses
pemanasan. Degradasi panas dari gingerol menjadi gingerone, shogaol, dan kandungan lain
terbentuk dengan pemanasan rimpang kering dan segar pada suhu pelarut air 100˚C .
Komponen jahe mampu menekan inflamasi dan mampu mengatur proses biokimia yang
mengaktifkan inflamasi akut dan kronis seperti osteoarthritis dengan menekan proinflamasi
sitokinin dan kemokin yang diproduksi oleh sinoviosit, kondrosit, dan leukosit. Jahe secara
efektif mampu menghambat ekspresi kemokin (Thomas,dkk 2015).
Penambahan campuran kayu manis dalam tarapi kompres hangat dapat lebih
meningkatkan terjadinya penurunan nyeri, karena kayu manis mengandung anti inflamasii
dan anti rematik yang berperan dalam proses penyembuhan peradangan sendi yang terjadi
pada osteoarthritis. Hal ini dikarenakan kayu manis mengandung sinamaldehiod yang dapat
menghambat proses peradangan sehingga dapat mengatasi nyeri. Minyak atsiri pada kayu
manis mengandung eugenol, dimana eugenol mempunyai rasa yang sangat pedas dan panas
sehingga mampu membuka pori-pori kulit. Kandungan kayu manis yang berperan dalam
inflamasi berasal dari sinamaldehid. Kandungan sinamaldehid mampu masuk kedalam
sistemik tubuh dengan terjadinya pelebaran pori-pori kulit. Sinamaldehid diduga mampu
menghambat lipoxygenase yang merupakan mediator di dalam tubuh yang mampu mengubah
asam free arachidonic acid menjadi leukotrienes, jika leukotrinnya menurun maka proses
inflamasi akan terhambat dan keluhan nyeri yang dirasakan berkurang
(Prasetyaningrum,2012).
KESIMPULAN
1. Karakteristik nyeri responden sebelum dilakukan kompres jahedan kompres kayu manis
termasuk dalam nyeri sedang - berat (skala 4-7), setellah diberikan kompres jahe dan
kayu manis termasuk dalam nyeri ringan – sedang (skala 0-6)
2. Nyeri sebelum diberikan kompres jahe diperoleh rata-rata 5,47 dengan standar deviasi
0,990. Sedangkan setelah dilakukan kompres jahe diperoleh rata-rata 2,47 dengan
standar deviasi 1,407.
3. Nyeri sebelum diberikan kompres kayu manis diperoleh rata-rata 5,53 dengan standar
deviasi 0,834. Sedangkan setelah di berikan kompres kayu manis di peroleh rata-rata
3,93 dengan standar deviasi 0,961.
4. Terdapat perbedaan skala nyeri rata-rata sebelum dilakukan kompres jahe yaitu sebesar
5,47. Sedangkan sebelum dilakukan kompres kayu manis sebesar 5,53.
5. Terdapat perbedaan skala nyeri rata-rata sesudah diberikan kompres jahe yaitu sebesar
2,47. Sedangkan sesudah diberikan kompres kayu manis sebesar 3,93.
6. kompres jahe lebih efektif dibandingkan kompres kayu manis dalam menurunkan nyeri
dengan nilai effect size kompres jahe sebesar 0,29 (efek sedang) dan kompres kayu manis
sebesar 0,25 (efek sedang).
SARAN
Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan dapat memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
tindakan nonfarmakologis dalam menurunkan nyeri. Sebagai salah satu upaya meningkatkan
pengetahuan mengenai tanaman tradisional yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri
seperti jahe dan kayu manis
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya dengan
menggunakan terapi non farmakologi yang lain seperti senam ergonomik dan latihan gerak
sendi terhadap penurunan nyeri pada lansia dengan osteoartritis.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai