PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelayanan kesehatan. Bila mereka merasa puas maka akan memberikan reaksi
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya
manajemen baik kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih
tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
yang lebih besar dapat dimulai dari lingkup yang lebih kecil. Salah satu
carauntuk meningkatkan kemampuan manajerial yang handal selain
lahan praktek.
langsung yang dilakukan oleh perawat konselor, kepala ruangan, MA, kabid
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan,
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
RSUD Banyumas
2. Tujuan Khusus
RSUD Banyumas
C. Manfaat
1. Bagi perawat
dan benar
2. Bagi pasien
1. Tempat
2. Waktu
2. Kriteria Pasien
3. Tujuan
4. Peran
- Memberikan justifikasi
- Memberikan reinforcement
5. Kegiatan
a. Persiapan
keperawatan.
keterkaitan permasalahan.
b. Pelaksanaan
akan ditetapkan.
c. Pasca ronde
PP
Penetapan pasien
2. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan.anak dapatt
menderita katarak yang biasanya merupakkan penyakit yang
diturunkan,peradangan didalam kehamilan. Keadaan ini disebut sebagai
katarak kongenital.
Penyebab katarak lainnya adalah:
Faktor keturunan
Cacat bawaan sejak lahir
Masalah kesehatan, misal diabetes
Penggunaan obat tertentu,khususnya steroid
Gangguan metabolisme seperti DM
Gangguan pertumbuhan
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama
Rokok dan alcohol
Operasi mata sebelumnya
Trauma pada mata
Dan factor factor lain yang belum diketahui
3. Patoflow
4. Patofisiologi
Secara normal lensa berwarna transparan. Hal ini terjadi karena
adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang
tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Bila terdapat
peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, maka terjadi
penurunan sintesa jumlah protein. Maka jumlah protein dalam lensa
berlebihan, sehingga pada lensa terdapat massa yang transparan atau bintik
kecil di sekitar lensa dan membentuk suatu kapsul. Terjadinya
penumpukan cairan, degenerasi dan disintegrasi pada serabut
menyebabkan jalannya cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning
dengan baik sehingga penglihatan terganggu.
5. Manifestasi Klinis
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
6. Klasifikasi Penyakit
1) Katarak primer
a. Karatak kongenital
Terjadi sebelum dan segera setelah bayi lahir. Katarak kongenital
dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
yang menderita penyakit:
- Rubella
- Galaktosemi
- DM
b. Katarak juvenil
Merupakan lanjutan di katarak kongenital, terbentuk pada usia 3 bulan
sampai dengan 9 tahun.
c. Katarak senil
Katarak yang terdapat pada usia di atas 50 tahun.
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak senil dibedakan atas:
- Katarak Insipien
Kekeruhan berupa bercak-bercak seperti biji dengan dasar di perifer
dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior atau posterior.
- Katarak Immature
Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga
masih ditemukan bagian-bagian yang jernih. Kekeruhan terdapat pada
bagian posterior dan belakang nukleus lensa
- Katarak Matur
Kekeruhan yang telah mengenai seluruh massa lensa. Sehingga semua
sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior
lensa.
- Katarak Hipermatur
Korteks lensa mencair sehingga nukleus lensa turun, terjadi kerusakan
kapsul lensa sehingga isi korteks yang mencair keluar dari lensa
menjadi kempis.
2) Katarak sekunder
Katarak sekunder (komplikata) adalah katarak yang terjadi akibat
penyakit lain atau setelah trauma yang memecah lensa.
Penyebab katarak sekunder (komplikata) yaitu:
7. Penatalaksanaan
9. Pemeriksaan Penunjang
Retinometri
Tes yang dilakukan untuk mengetaahui apakah penglihatan yang turun
itu disebabkan katarak atau tidak.
Keratometri
Pemeriksaan lampu slit
Oftalmoskopis
Yaitu dengan melihat refleks merah didalam manik mata atau pupil.
Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat reflek merah padda pupil
yang merupakan reflek retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat
katarak atau kekeruhan padat pada pupil maka refleks merah ini tidak
akan terlihat.
A-Scan ultrasound (Echography )
Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan
implantasi.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya / hobby berhubungan dengan
gangguan
penglihatan.
2) Neurosensori
Pre Operasi
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan sensori sekunder akibat
katarak.
Kriteria evaluasi:
a. Meningkatkan ketajaman penglihatan.
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b. Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di
sekitarnya.
c. Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d. Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
bedah invasif yang akan dilaksanakan.
Kriteria evaluasi:
a. Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b. Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di
sekitarnya.
c. Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d. Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Post Operasi
1) Perubahan kenyamanan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat operasi ekstraksi katarak.
Kriteria evaluasi:
Mengatakan bahwa sakit telah terkontrol/dihilangkan.
Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas hiburan.
c. Berikan lingkungan yang tenang (kondusif) untuk istirahat.
d. Ajarkan teknik relaksasi.
e. Kolaborasi pemberian anastesi.
b. Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tissue basah / bola kapas setiap usapan.
Kriteria evaluasi:
a. Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi:
a. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,
pembatasan aktivitas, penampilan balutan mata.
b. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tidak
sakit sesuai keinginan.
c. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggosok
mata membungkuk.
d. Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru.
e. Anjurkan penggunaan teknik manajemen stress.
f. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
g. Minta klien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri
mata tajam tiba-tiba.
h. Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk
buah pir.
i. Kolaborasi pemberian Antipiretik, Analgesik.
5) Kurang pengetahuan tentang prosedur, kondisi, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan dokumentasi mengenal sumber informasi,
keterbatasan cognitive.
Kriteria evaluasi:
a. Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan.
Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur /
lensa.
b. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
c. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
d. Diskusikan kemungkinan efek / interaksi antara obat mata dan masalah
medis klien.
e. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat,
mengejan saat defekasi, meniup hidung.
f. Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio.
g. Anjurkan klien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan
menggunakan kaca mata gelap bila keluar /dalam ruang terang.
h. Dorong pemasukan cairan adekuat / gejala memerlukan upaya evaluasi
medis.