Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas akan memenuhi

keinginan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, sehingga keluhan

pengguna bisa diminimalkan baik terhadap pelayanan kesehatan umumnya

maupun pelayanan keperawatan khususnya. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Brady et al (1993) dalam Loveridge dan Cumming (1996) menyatakan

bahwa dengan memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat

menurunkan angka kesalahan dalam melakukan perawatan, menekan

peningkatan length of stay dan dapat memberikan suasana emosional pada

klien, keluarga dan staf perawatan. Menurut Lovarigdge dan Cumming

(1996), menyatakan bahwa pelayanan keperawatan yang berkualitas akan

menghasilkan kepuasan pada klien dimana secara tidak langsung perawat

sebagai pemberi pelayanan akan merasakan kepuasan dalam bekerja.

Kepuasan perawat dapat terjadi jika perawat menjiwai dalam memberikan

pelayanan kesehatan. Bila mereka merasa puas maka akan memberikan reaksi

positif terhadap kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit (Cox; 2001).

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan

kesehatan secara keseluruhan.Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan

faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya

kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan.


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota

staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional

(Gillies, 1986) dimana kepercayaan utama dari manajemen keperawatan

adalah berfokus pada perilaku manusia. Manajemen keperawatan merupakan

pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan

menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,

motivasi dan pengendalian. Keempat unsur tersebut saling berhubungan dan

memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia, dan

konseptual yang mendukung tercapainya suatu tujuan.Seluruh aktivitas

manajemen baik kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih

dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan (Swanburg, 2000).

Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian

dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal

tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap

perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional

dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002).

Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,

memimpin dan mengevaluasi fasilitas yang ada untuk memberikan asuhan

keperawatan yang seefektif dan seeefisien mungkin bagi pelanggan.Perawat

sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki

kemampuan manajerial yang baik sehingga pelayanan yang diberikan dapat

memuaskan. Upaya untuk mencapai kemampuan manajerial pada lingkup

yang lebih besar dapat dimulai dari lingkup yang lebih kecil. Salah satu
carauntuk meningkatkan kemampuan manajerial yang handal selain

didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran praktikan di

lahan praktek.

Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan

dengan membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan

dan aplikasi pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara

langsung yang dilakukan oleh perawat konselor, kepala ruangan, MA, kabid

keperawatan dengan melibatkan seluruh tim keperawatan. Karakteristik dari

ronde keperawatan meliputi : pasien dilibatkan secara langsung, pasien

merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi, konselor

memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan perawat

dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien

yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk

membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus

tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan,

perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.Ronde

keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang

memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan

teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.


Berdasarkan uraian diatas kami mahasiswa Profesi Ners STIKes

Muhammadiyah Palembang melaksanaan ronde kepewatan pada pasien

kelolahan di Ruang Edelwais RSUD Banyumas

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Edelwais

RSUD Banyumas

2. Tujuan Khusus

a. Kelompok dapat melaksanakan Ronde Keperawatan di Ruang Edelwais

RSUD Banyumas

b. Kelompok dapat membagi tugas dalam pelaksanaan ronde keperawatan

di Ruang Edelwais RSUD Banyumas

c. Kelompok dapat mengaplikasikan ronde keperawatan di Ruang

Edelwais RSUD Banyumas

C. Manfaat

1. Bagi perawat

a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional

b. Terjalin kerjasama antar TIM

c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat

dan benar

2. Bagi pasien

a. Masalah pasien dapat teratasi

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi


D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

1. Tempat

Pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan bertempat di Kamar

perawatan pasien Kelas III ruang Edelwais RSUD Banyumas

2. Waktu

Ronde keperawatan ini berlangsung pada hari Selasa 10 Mei 2016.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Ronde Keperawatan


1. Pengertian

Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah keperawatan kilen yang dilaksanakan oleh perawat,

disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan

keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilaksanakan oleh

perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat assosciate,

yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.

2. Kriteria Pasien

Kriteria Pasien yang dilakukan ronde adalah :

a. Pasien dengan penyakit kronis

b. Pasien dengan penyakit komplikasi

c. Pasien dengan penyakit akut

d. Pasien dengan permasalah keperawatan yang belum terselesaikan.

3. Tujuan

a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.

b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal

dari masalah Pasien.

c. Meningkatkan validitas data Pasien.


d. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

e. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.

4. Peran

a. Perawat Primer dan Perawat Assosciate

- Menjelaskan keadaan dan data demografi Pasien

- Menjelaskan masalah keperawatan utama

- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

- Menjelaskan tindakan selanjutnya

- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

b. Perawat Primer lain dan atau Konselor

- Memberikan justifikasi

- Memberikan reinforcement

- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta

tindakan yang rasional.

- Mengarahkan dan koreksi

- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.

5. Kegiatan

Kegiatan ronde keperawatan ini dibagi tiga, yaitu :

a. Persiapan

- Kepala ruangan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan, PP

menyiapkan pengelolaan kasus dan pengkajian yang telah


divalidasikan sampai intervensi dan PA melaksanakan prosedur

tindakan keperawatan sesuai perencanaan.

- Analisa data dari pengkajian

- Menentukan nama Pasien, jenis penyakit serta masalah

keperawatan.

- Menelusuri literatur dan referensi pendukung untuk memperjelas

keterkaitan permasalahan.

- Diskusi perencanaan ronde keperawatan secara sistematis.

- Melibatkan pembimbing dalam persiapan ronde keperawatan.

- Pemberitahuan pelaksanaan ronde keperawatan.

b. Pelaksanaan

Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Edelwais RSUD Banyumas

dengan rincian sebagai berikut :

- Ronde keperawatan dihadiri pembimbing pendidikan, pembimbing

ruangan dan rumah sakit, perawat ruangan, perawat konselor, kepala

ruangan, PP dan PA.

- Penjelasan tentang Pasien oleh perawat primer dalam hal ini

penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana

tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas

yang perlu didiskusikan.

- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut di nurse station.


- Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat

konselor/kepala ruangan tentang masalah Pasien serta rencana

tindakan yang akan dilakukan.

- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang

akan ditetapkan.

c. Pasca ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada Pasien tersebut serta

menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

Evaluasi dilakukan tentang :

- Pelaksanaan masing-masing peran.

- Proses keberhasilan ronde keperawatan

- Tingkat keberhasilan penyelesaian permasalan Pasien.


d. Alur ronde

PP

Penetapan pasien

Tahap pra ronde


Persiapan pasien : Meeting bersama
Informed Concent berdiskusi
Hasil pengkajian / penyelesaian
intervensi menyelesaian secara
Pembagian tugas teori

Apa yang menjadi masalah


Cross cek data yang ada
Apa yang menyebabkan masalah
Penyajian masalah tersebut
Bagaimana pendekatan (proses, SAK,
SOP)
Tahap ronde pada bed
pasien
Validasi data

Diskusi Karu, PP, Perawat


konselor

Tahap ronde pada


nurse station
Analisa Data

Masalah teratasi Aplikasi hasil analisa dan


diskusi

Tahap pasca ronde Berdiskusi di ruang


Conerence tetang penilaian
kegiatan pasca ronde
6. Materi :
a. Proposal pelaksanaan ronde keperawatan

b. Konsep teori keperawatan

c. Dokumentasi keperawatan Pasien

B. Konsep Dasar Katarak


1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani “cataracta”yang berarti air
terjun. Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada
lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi
pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62)
Jadi kesimpulan dari definisi diatas katarak adalah suatu keadaan
patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa,
atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.

2. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan.anak dapatt
menderita katarak yang biasanya merupakkan penyakit yang
diturunkan,peradangan didalam kehamilan. Keadaan ini disebut sebagai
katarak kongenital.
Penyebab katarak lainnya adalah:
 Faktor keturunan
 Cacat bawaan sejak lahir
 Masalah kesehatan, misal diabetes
 Penggunaan obat tertentu,khususnya steroid
 Gangguan metabolisme seperti DM
 Gangguan pertumbuhan
 Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama
 Rokok dan alcohol
 Operasi mata sebelumnya
 Trauma pada mata
 Dan factor factor lain yang belum diketahui
3. Patoflow
4. Patofisiologi
Secara normal lensa berwarna transparan. Hal ini terjadi karena
adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang
tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Bila terdapat
peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, maka terjadi
penurunan sintesa jumlah protein. Maka jumlah protein dalam lensa
berlebihan, sehingga pada lensa terdapat massa yang transparan atau bintik
kecil di sekitar lensa dan membentuk suatu kapsul. Terjadinya
penumpukan cairan, degenerasi dan disintegrasi pada serabut
menyebabkan jalannya cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning
dengan baik sehingga penglihatan terganggu.

5. Manifestasi Klinis
Gejala umum gangguan katarak meliputi:

 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabutt menghalangi objek


 Peka terhaadap sinar atau cahaya
 Dapat melihat dobel pada satu mata
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
 Penglihatan buram atau berkabut,bahkan sampai tidak bisa melihat
 Padaa keadaan terang mata terasa silau
 Penglihatan semakin buram pada sore hari
 penurunan ketajaman penglihatan
 adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tidak tampak pada pemeriksaan dengan optalmoskop
 merasa sangat silau dengan cahaya

Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara


progresif dan penglihatan seperti berasap.sejak awal, katarak dapat terlihat
melalui pupil yang telah berdilatasi dengan oftalmoskop,slit lamp, atau
shadow test.setelah katarak bertambah matang maka retina menjadi
semakin sulit dilihat sampai akhirnya reflex fundus tidak ada dan pupil
berwarna putih.
Katarak memiliki gejala seperti penglihatan tidak jelas, peka
terhadap sinar atau cahaya, penglihatan ganda, lensa mata buram.
Gejala-gejala mengembangkan katarak-katarak termasuk pelihatan
ganda atau kabur, kepekaan terhadap sinar dan cahaya yang menyilaukan
(seperti matahari yang terik atau lampu-lampu besar mobil), persepsi
warna yang kurang jelas, dan seringnya berganti-ganti kacamata yang
diresepkan. Ketika katarak tumbuh memburuk, kacamata-kacamata yang
lebih kuat tidak lagi memperbaiki penglihatan, meskipin memegang
obyek-obyek lebih dekat ke mata mungkin membantu membaca dan
bekerja yang dekat (close-up). Pupil, yang normalnya tampak hitam,
mungkin menjalani perubahan-perubahan warna yang nyata dan tampak
kekuningan atau putih.

6. Klasifikasi Penyakit
1) Katarak primer
a. Karatak kongenital
Terjadi sebelum dan segera setelah bayi lahir. Katarak kongenital
dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
yang menderita penyakit:
- Rubella
- Galaktosemi
- DM
b. Katarak juvenil
Merupakan lanjutan di katarak kongenital, terbentuk pada usia 3 bulan
sampai dengan 9 tahun.
c. Katarak senil
Katarak yang terdapat pada usia di atas 50 tahun.
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak senil dibedakan atas:
- Katarak Insipien
Kekeruhan berupa bercak-bercak seperti biji dengan dasar di perifer
dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior atau posterior.
- Katarak Immature
Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga
masih ditemukan bagian-bagian yang jernih. Kekeruhan terdapat pada
bagian posterior dan belakang nukleus lensa
- Katarak Matur
Kekeruhan yang telah mengenai seluruh massa lensa. Sehingga semua
sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior
lensa.

- Katarak Hipermatur
Korteks lensa mencair sehingga nukleus lensa turun, terjadi kerusakan
kapsul lensa sehingga isi korteks yang mencair keluar dari lensa
menjadi kempis.

2) Katarak sekunder
Katarak sekunder (komplikata) adalah katarak yang terjadi akibat
penyakit lain atau setelah trauma yang memecah lensa.
Penyebab katarak sekunder (komplikata) yaitu:

a. Penyakit mata (yang menyebabkan katarak monokuler)


 Uveitis
 Glaucoma
 Miopi maligna
 Ablasio retina yang lama
b. Penyakit sistemik
 Galaktosemia
 Diabetes Mellitus
 Tetani akibat insufisiensi gland; paratiroid pasca bedah struma
c. Trauma
1. Trauma fisik
 Trauma tumpul, menyebabkan katarak:
 Vissious ring
 Berbentuk roset (bintang)
 Katarak zonular (malelar)
 Katarak kapsula lentis yang keriput.
 Trauma tajam (tembus)
2. Trauma radiasi
3. Trauma toksik

7. Penatalaksanaan

1) Pada katarak kongenital dapat dilakukan tredektomi optis. Apabila


lensa keruh sehingga tidak tampak /dapat dilakukan tredektomi optis
pada anak usia kurang dari satu tahun maka dapat dilakukan insisi
lensa, untuk anak yang lebih besar dapat dilakukan ekstraksi linier.
2) Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks tidak tampak dan
bila katarak bersifat total. Operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan
atau lebih muda bila sudah dapat dilakukan pembiusan.
3) Operasi/pembedahan pada jenis katarak lain:
a. ECCE (Ekstra Catarak Capsular Ekstrasi)
Tindakan pembedahan dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar
melalui robekan tersebut.
b. ICCE(Intra Catarak Capsular Ekstraksi)
Pembedakan dengan mengeluarkan isi lensa bersama kapsul.
EKIK tidak boleh dilakukan pada usia kurang dari 40 tahun,
karena masih mempunyai ligament hialoedia kapsuler.
8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul:
1) Glaucoma
2) Ablasio retina

9. Pemeriksaan Penunjang
 Retinometri
Tes yang dilakukan untuk mengetaahui apakah penglihatan yang turun
itu disebabkan katarak atau tidak.
 Keratometri
 Pemeriksaan lampu slit
 Oftalmoskopis
Yaitu dengan melihat refleks merah didalam manik mata atau pupil.
Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat reflek merah padda pupil
yang merupakan reflek retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat
katarak atau kekeruhan padat pada pupil maka refleks merah ini tidak
akan terlihat.
 A-Scan ultrasound (Echography )
 Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan
implantasi.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian/Data Dasar Pengkajian

1) Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya / hobby berhubungan dengan
gangguan
penglihatan.
2) Neurosensori

Gejala : gangguan penglihatan (kabur, tidak jelas) sinar terang


mengakibatkan silau dengan kehilangan bertatap mata perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap.
Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil. penglihatan.
2. Pemeriksaan Diagnostik

1) Snallen chart / mesin telebinokular


2) Lapang penglihatan
3) Opthalmoscopy
4) Darah lengkap / LED
5) EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
6) Test Toleransi Glukosa
3. Prioritas Keperawatan

1) Untuk mencegah penyimpangan penglihatan lebih lanjut.


2) Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman
penglihatan.
3) Mencegah komplikasi operasi.
4) Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis
dankebutuhan pengobatan.
4. Tujuan Pemulangan

1) Penglihatan di pertahankan pada tingkat sebaik mungkin.


2) Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.
3) Komplikasi dicegah / minimal.
4) Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami.

Diagnosa yang Mungkin Muncul

Pre Operasi
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan sensori sekunder akibat
katarak.
Kriteria evaluasi:
a. Meningkatkan ketajaman penglihatan.
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b. Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di
sekitarnya.
c. Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d. Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
bedah invasif yang akan dilaksanakan.
Kriteria evaluasi:
a. Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b. Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di
sekitarnya.
c. Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d. Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Post Operasi
1) Perubahan kenyamanan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat operasi ekstraksi katarak.
Kriteria evaluasi:
Mengatakan bahwa sakit telah terkontrol/dihilangkan.
Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas hiburan.
c. Berikan lingkungan yang tenang (kondusif) untuk istirahat.
d. Ajarkan teknik relaksasi.
e. Kolaborasi pemberian anastesi.

2) Gangguan sensori – perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori /
status organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
Kriteria evaluasi:
a. Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata
terlibat.
b. Orientasikan klien terhadap lingkungan.
c. Observasi tanda-tanda, dan gejala-gejala disorientasi.
d. Dekatkan dari sisi yang tidak di operasi, bicara dan menyentuh.
e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata.
f. Ingatkan klien untuk memakai kaca mata katarak yang tujuannya
memperbesar ±25%.
g. Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tidak
di operasi.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.


Kriteria evaluasi:
a. Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainage purulen,
eritrema dan demam.
b. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan resiko
infeksi.
Intervensi:
a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh /
mengobati mata.

b. Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tissue basah / bola kapas setiap usapan.

c. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang di


operasi.

d. Observasi / diskusikan tanda terjadinya infeksi.

e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.

4) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan


intra okuler, kehilangan vitreous.

Kriteria evaluasi:
a. Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi:
a. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,
pembatasan aktivitas, penampilan balutan mata.
b. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tidak
sakit sesuai keinginan.
c. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggosok
mata membungkuk.
d. Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru.
e. Anjurkan penggunaan teknik manajemen stress.
f. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
g. Minta klien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri
mata tajam tiba-tiba.
h. Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk
buah pir.
i. Kolaborasi pemberian Antipiretik, Analgesik.
5) Kurang pengetahuan tentang prosedur, kondisi, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan dokumentasi mengenal sumber informasi,
keterbatasan cognitive.
Kriteria evaluasi:
a. Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan.
Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur /
lensa.
b. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
c. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
d. Diskusikan kemungkinan efek / interaksi antara obat mata dan masalah
medis klien.
e. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat,
mengejan saat defekasi, meniup hidung.
f. Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio.
g. Anjurkan klien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan
menggunakan kaca mata gelap bila keluar /dalam ruang terang.
h. Dorong pemasukan cairan adekuat / gejala memerlukan upaya evaluasi
medis.

Anda mungkin juga menyukai