Anda di halaman 1dari 8

SKENARIO ROLE PLAY

Pada suatu hari, perawat Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menerima informasi bahwa ada
seorang pemuda di Desa Sumber Waras yang dipasung selama 5 tahun. Menurut informasi,
pemuda tersebut di pasung karena sering melakukan perilaku kekerasan. Lalu, perawat Rumah
Sakit Jiwa Menur Surabaya berinisiatif untuk melakukan kunjungan ke rumah pemuda tersebut.
Namun sebelum melakukan kunjungan ke rumah keluarga klien, perawat terlebih dahulu
membuat janji 2 hari sebelumnya.
2 hari kemudian.
SESI I
Perawat I

: Assalamualaikum Wr.Wb

Ibu

: Waalaikumsalam Wr.Wb (sambil mempersilahkan duduk)

Perawat I

: Bapak ibu perkenalakan kami perawat RS.Jiwa Menur. Perkenalkan saya


Riyaldi, bersama 2 teman saya ibu, Ratna dan Riska. Kedatangan kami disini
bertujuan untuk program psikoedukasi seperti yang saya janjikan 2 hari yang lalu.

Perawat II

: Sebelumnya ibu namanya siapa dan panggilannya siapa?

Ibu

: Panggil saja Ibu Licha.

Perawat II

: Ibu Licha, bagaimana perasaan ibu dalam mengikuti program psikoedukasi ini?

Ibu

: Saya senang bisa mengikuti program seperti ini. Karena saya tidak tahu apa yang
harus saya lakukan untuk menghadapi anak saya dengan kondisi yang seperti itu.

Perawat II

: Begitu ya bu. Kami juga senang jika ibu mendukung pelaksanaan program ini.
Kami melakukan beberapa sesi dalam terapi ini ibu, yaitu ada 5 sesi. Setiap 1 sesi
kita butuh 1 hari ibu dan untuk 1 sesinya membutuhkan waktu 60 menit. Apakah
ibu setuju?

Ibu

: Iya mbak, tentu saya setuju.

Perawat III

: Apa yang dirasakan ketika ibu dan bapak mengetahui bahwa anak ibu dan bapak
mengalami perilaku kekerasan?

Bapak

: Tentunya saya merasa sedih, malu dengan tetangga yang lain, takut dan khawatir
jika ada anggota keluarga maupun tetangga yang celaka karena anak saya.

Perawat III

: Apa ada masalah dalam merawat anak bapak?

Bapak

: Sebenarnya tidak ada masalah dalam merawat anak kami tetapi kami takut kalau
sewaktu-waktu anak kami mengamuk dan mencelakai tetangga, makanya kami
memutuskan untuk memasung anak kami.

Ibu

: Tapi untuk makan minum kami tetap memberikan setiap hari mbak. Untuk
buang air kecil maupun besar tetap di tempat pemasungan. Dan sengaja kami
pasung di dekat sawah.

Perawat I

: Adakah perubahan dalam keluarga ketika bapak dan ibu mengetahui bahwa ada
anak bapak yang mengalami perilaku kekerasan?

Ibu

: Dulunya anak kami itu sangat pendiam dan kami berharap besar supaya dia bisa
membawa perubahan yang lebih baik dalam keluarga kami. Tapi setelah ada
kejadian ini, kami seperti kehilangan harapan. Karena kebetulan dia anak sulung
kami.

Perawat I

: Bu maaf sebelumnya, mengapa anak ibu harus dipasung dan tidak dibawa ke
Rumah Sakit untuk diterapi?

Bapak

: Karena kami tidak mempunyai dana untuk membawa anak kami ke Rumah
Sakit. Selain itu Rumah Sakitnya juga jauh dari rumah kami.

Perawat I

: Apa yang menjadi harapan bapak maupun ibu dalam terapi ini?

Bapak

: Harapan kami, kami ingin lebih maksimal dalam merawat dan anak kami bisa
mengurangi perilaku kekerasannya.

Perawat II

: Kalau begitu, apa sekarang ada yang perlu ditanyakan tentang masalah anak
bapak dan ibu?

Ibu

: Apa yang harus kami lakukan dalam merawat anak kami di rumah?

Perawat II

: Untuk hal tersebut kita diskusikan di sesi 2 ya bu. Karena waktu sudah berjalan
60 menit.

Ibu

: Iya mbak.

Perawat II

: Berarti dapat kami simpulkan bahwa masalah bapak dan ibu adalah ketakutan
akibat perilaku kekerasan anak ibu sehingga bapak dan ibu memutuskan untuk
memasung anak ibu. Bagaimana perasaan ibu setelah mengikuti sesi I ini bu?

Ibu

: Kami sangat lega karena kami bisa berbagi informasi mengenai anak kami. Dan
kami juga tidak sabar agar anak kami mengurangi perilaku kekerasannya.

Perawat III

: Iya ibu. Kalau begitu kita buat kontrak untuk besok. Besok kita akan membahas
tentang perilaku kekerasan anak ibu serta merawat anak ibu. Kita besok
berkunjung lagi kesini, ibu ada waktu pukul berapa?

Ibu

: Saya selalu ada di rumah mbak. Tapi lebih enak pagi hari.

Perawat III

: Kalau begitu besok pukul 8 pagi kami kesini bu.

Ibu

: Iya mbak.

Perawat I

: kalau begitu kami permisi bu. Wassalamualaikum.

Ibu

: Iya mas. Waalaikumsalam.

SESI III
Perawat I

: Assalamualaikum Wr.Wb

Ibu

: Waalaikumsalam Wr.Wb (sambil mempersilahkan duduk)

Perawat I

: Bagaimana perasaannya hari ini, Bu? Setelah mengikuti 2 sesi sebelumnya?


Apakah ada ada pertanyaan tentang 2 sesi sebelumnya yang belum dimengerti?

Ibu

: Perasaan saya lebih baik daripada sebelum bertemu mbak dan mas. Sekarang
saya sudah mulai melepas anak saya pelan-pelan setiap pagi sekitar 1-2 jam,
biasanya bapaknya mengajaknya untuk jalan-jalan berolahraga dekat sini. Dan
saya membersihkan tempatnya dipasung.

Bapak

: Awalnya waktu saya keluarkan, masih banyak pandangan negatif dari para
tetangga. Sehingga terkadang, saya dan istri merasa putus asa dan tidak ingin
merawat anak saya lagi.

Perawat II

: Baik, kalau begitu bapak dan ibu ingin waktu berapa lama dalam sesi ke tiga ini?
Apakah 30 menit cukup?

Bapak

: Iya mbak, silahkan.

Perawat III

: Sekarang, karena adanya perasaan sedikit putus asa yang terkadang dirasakan
oleh bapak dan ibu, sehingga pada sesi ini kami akan memberikan cara-cara
dalam menghadapi stress agar bapk dan ibu tidak memiliki perasaan untuk
menyerah dalam merawat anaknya.

Perawat I

: Ketika anak bapak dan ibu dilepas dari pasungnya, memang awalnya tetangga
masih berpikiran negatif karena masih belum terbiasa dengan hal tersebut.
Namun, bapak bisa sedikit menjelaskan kepada tetangga bahwa anak bapak tidak
akan melakukan kekerasan jika tidak ada yang membuat dia marah.

Perawat II

: Ketika stress dan rasa putus asa itu muncul lagi, maka bapak dapat mengikuti
tehnik yang akan saya ajarkan sekarang. Tehnik ini namanya tehnik relaksasi
dengan nafas dalam (tarik nafas dalam dengan hidung sambil membaca istighfar

di dalam hati lalu dikeluarkan perlahan melalui mulut). Tak lupa bapak dan ibu
mengingat bahwa Wahyu adalah anak bapak yang bapak harapkan dan sampai
sekarang pun masih bapak harapkan apalagi umur Wahyu juga masih muda.
Perawat I

: Coba sekarang bapak ibu ulangi tehnik yang saya ajarkan tadi.

Bapak, ibu

: (mengulangi tehnik relaksasi)

Perawat I

: Iya bagus pak. Sekarang bapak dan ibu sudah dapat melakukan tehnik relaksasi
secara mandiri. Sehingga pada saat bapak dan ibu mengalami stress, bapak ibu
bisa melakukan tehnik relaksasi yang sudah saya ajarkan tadi.

Bapak

: Iya mas, terima kasih untuk tehniknya. Saya sekarang lebih bersemangat untuk
merawat anak saya.

Perawat II

: Iya bapak bagus sekali. Besok kita dapat melakukan sesi yang ke-4 dengan
anggota keluarga yang lain, seperti adik dari Mas Wahyu dengan topik yaitu
mengurangi beban keluarga. Bagaimana bapak, kita besok melanjutkan sesi yang
selanjutnya pada pukul berapa?

Ibu

: Seperti biasa saja Mbak. Pukul 8 pagi di rumah saya.

Perawat II

: Baiklah kalau begitu ibu., kami permisi. Wassalamualaikum.

Ibu

: Iya mbak. Waalaikumsalam.

SESI IV
Perawat I

: Assalamualaikum Wr.Wb

Ibu

: Waalaikumsalam Wr.Wb (sambil mempersilahkan duduk)

Perawat II

: Ibu bagaimana kabarnya hari ini? Apa bapak ibu masih ingat tehnik relaksasi
yang saya ajarkan kemarin?

Bapak

: Baik mbak. Iya kami masih ingat.

Perawat II

: Coba bapak ibu ulangi tehnik relaksasinya pak.

Bapak, ibu

: (mampraktekkan tehnik relaksasi)

Perawat III

: Bagus bapak ibu. Hari ini kita akan membahas tentang cara untuk mengurangi
beban di dalam keluarga. Untuk 30 menit ke depan, apakah cukup?

Ibu

: Iya mbak. Cukup.

Perawat III

: Kalau boleh kami tahu, apakah Mas Wahyu memiliki adik atau kakak?

Ibu

: Ada 2 adik perempuan Nak Wahyu tetapi mereka masih belum mau ikut
merawat Wahyu dan cenderung malu bahkan tidak mau mengakui Wahyu sebagai
kakaknya.

Perawat I

: Kalau begitu, boleh saya bertemu dengan adiknya Mas Wahyu.

Bapak

: Iya mas boleh (lalu bapak Wahyu masuk ke dalam dan memanggil adik dari
Wahyu).

Selang beberapa menit


Perawat I

: Boleh saya tahu, siapa nama mbak-mbak ini?

Ratih

: Saya adik yang pertama mas, nama saya Ratih dan ini adik saya, namanya
Vinka.

Perawat II

: Kalau boleh kita tahu, bagaimana tanggapan Mbak Vinka dan Mbak Ratih
mengenai perilaku kekerasan yang dilakukan Mas Wahyu?

Vinka

: Kita malu punya kakak seperti Mas Wahyu.

Perawat II

: Keadaan seperti ini memang susah diterima mbak. Tapi jika hanya dihadapi oleh
bapak dan ibu saja, maka akan menjadi beban yang sangat besar. Namun, jika satu
sama lain saling membantu dan berbagi beban tersebut, maka akan menjadi
sedikit lebih ringan. Untuk itu saling mendukung dan saling berbagi adalah hal
yang paling tepat dalam mengurangi beban di keluarga.

Perawat III

: Tidak apa-apa untuk saat ini mbak tidak bisa menerima, namun pelan-pelan
mbak juga harus ikut membantu bapak dan ibu untuk merawat Mas Wahyu.
Mungkin bapak dan ibu bisa juga mengajarkan tehnik relaksasi kepada Mbak
Ratih dan Mbak Vinka.

Ratih

: Terima kasih atas saran mbak dan mas, kami akan mencoba untuk mengikuti
saran dari mbak dan mas.

Perawat I

: Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengikuti sesi ini?

Bapak

: Kami sedikit lega karena adik-adiknya Wahyu mau membantu kami untuk
merawat Wahyu.

Perawat I

: Sampai sejauh ini, bapak dan ibu sangat kooperatif untuk mengikuti setiap sesi
dari terapi kami. Sampai disini sesi IV, besok kita lanjutkan ke sesi yang ke V.
besok bagaimana bapak, seperti biasanya ya pak? Pukul 8 pagi.

Bapak

: iya mas, seperti biasa saja.

Perawat II

: Baiklah kalau begitu ibu., kami permisi. Wassalamualaikum.

Ibu

: Iya mbak. Waalaikumsalam.

Anda mungkin juga menyukai