Anda di halaman 1dari 90

BOOK

CHAPTER
Tahun 2021
KEBIJAKAN BANSOS BAGI
MASYARAKAT DALAM
EKONOMI SYARIAH
KEBIJAKAN BANSOS BAGI MASYARAKAT DALAM EKONOMI
SYARIAH

BOOK CHAPTER

DOSEN PENGAMPU

ANDRIKO, M.E.Sy

PENULIS

ROSHA SAVERA (17681038)

RESTU ADHA EKA SYAHPUTRA (19681040)

ULAN URSAN (19681056)

NURI SUSI JUNIASIH (19681033)

RADHIPA ROHMATUL JANNAH (19681039)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt yang


telah melimpahkan karunianya sehingga Book Chapter dengan
judul Kebijakan Bansos Bagi Masyarakat Dalam Ekonomi
Syariah. Sebanayak 5 paper hasil penelitian dan kajian pustaka
dibukukan dalam book chapter. Book chapter ini merupakan
bagian dari program studi Ekonomi Syarih Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri Curup, yang ditulis
oleh beberapa mahasiswa dan dikemas dalam satu topik.

Secara garis besar, cakupan materinyaa meliputi : 1.


Bantuan Sosial (BANSOS) Dalam Pandangam Islam, 2. Proses
Pelaksanaan Program Bantuan Sosial, 3. Pengumpulan Dana
Bantuan Sosial, 4. Analisis Penerapan Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) Bagi Masyarakat, 5. Pertanggung Jawaban Dalam
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial (BANSOS).

Harapan kami, dengan pembuatan book chapter ini,


semoga dapat menambah referensi dan wawasan tentang
kebikajan bansos bagi masyarakat dalam ekonomi islam dan
dapat digunakan sebagai rujukan oleh berbagai pihak.

Curup, 3 Juli 2021

Kelompok 1
PRAKATA

Hadirnya book chapter dengan judul Kebijakan BANSOS


Bagi Masyarakat Ekonomi Syariah yang disusun oleh kelompok 1
IAIN Curup Peogram Studi Ekonomi Syariah sangat penting
untuk dibaca dan diterapkan

Book chapter ini terdiri dari lima bab, yang ditulis oleh
Rosha Savera (17681038), Restu Adha Eka Syahputra
(19681040), Ulan Ursan (19681056), Nuri Susi Juniasih
(19681033), Radhipa Rohmatul Jannah (19681039). Secara garis
besar, cakupan materinyaa meliputi : 1. Bantuan Sosial
(BANSOS) Dalam Pandangam Islam, 2. Proses Pelaksanaan
Program Bantuan Sosial, 3. Pengumpulan Dana Bantuan Sosial, 4.
Analisis Penerapan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Bagi
Masyarakat, 5. Pertanggung Jawaban Dalam Pengelolaan Dana
Bantuan Sosial (BANSOS).

Pada bab pertama, disajikan uraian mengenai penjabaran


apa itu bantuan sosial bagaimana menurut pandangan islam
tentang bantuan sosial serta landasan hukum yang menjelaskan
bantuan sosial.

Pada bab kedua, penulis menguraikan proses


pelaksanaan program bantuan sosial yang di dalamnya
menjelaskan tentang siapa penerima bantuan sosial, bantuan
sosial itu berupa apa saja.

Pada bab ketiga, penulis menyajikan pengumpulan dana


bantuan sosial bagaimana cara mendapatkan dana tersebut, hal
apa saja yang dilakukan pada saat melakukan pengumpulan dana
bantuan sosial.
Pada bab keempat, penulis membahas analisis penerapan
bantuan pangan non tunai (PBNT) bagi masyarakat yang di
dalamnya membahas tentang apa itu PBNT, siapa saja
penerimaan PBNT serta implementasi PBNT bagi masyarakat.

Pada bab kelima, penulis menjabarkan pertanggung


jawaban dalam pengelolaan dana bantuan sosial yang di
dalamnya membahas tentang apa itu tanggungjawab, hal
sepeerti apa saja yang harus dipertanggungjawabkan dalam
pengelolaan bantuan sosial dan kententuan bantuan sosial.

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

PRAKATA.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB 1

Bantuan Sosial (BANSOS) Dalam Islam.........................................1

BAB 2

Proses Pelaksanaan Program Bantuan Sosial ( BANSOS)....21

BAB 3

Pengumpulan Dana Bantuan Sosial (BANSOS).........................37

BAB 4

Analisis Penerapan Bantuan Pangan Non Tunal (PBNT) Bagi


Masyarakat.............................................................................................. 64

BAB 5

Pertanggung Jawaban Dalam Pengelolaan Dana Bantuan Sosial


(BANSOS)................................................................................................. 75
BAB 1

BANTUAN SOSIAL (BANSOS) DALAM ISLAM

1. Pengertian bansos

Bantuan sosial ( bansos ) transfer uang atau atau barang


yang di berikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial dan dan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemberian bansos ini dari keuangan daerah ( APBD )


diperbolehkan berdasarkan PP-58 tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan daerah dan permendagri 13 tahun
2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah,
yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan
permendagri 21 tahun 2011. Kedua peraturan tidak
mensyaratkan calon penerima bansos sudah tercantum
dalam APBD yang telah dibahas dan di tetapkan
seblumnya. Sehingga kepala daerah diberi wewenang
untuk menetapkan penerima dan besaran bansos pada
tahun berjalan sesuai dengan proposal yang masuk dan
sesuai dengan kebijakan kepala daerah.
2. Pemanfaatan bantuan sosial ( bansos ) berdasarkan dana
APBN di kelompokan menjadi 4 bidang yaitu :

1. Bidang pendidikan meliputi program BOS dan bea


siswa pendidikan siswa/mahasiswa miskin.
2. Bidang kesehatan meliputi program jaskesmas dan
pelayanan kesehatan di rumah sakit kelas 3
3. Bidang pemberdayaan masyarakat ( PNPM
perdesaan mencakup PPK,P2KP,PNPM
perkotaan,PNPM infrastruktur perdesaan/PPIP,
PNPM daerah tertinggal/PDT,PNPM infrastruktur
sosial ekonomi wilayah)
4. Bidang perlindungan sosial, meliputi program
keluarga harapan PKH, dan bantuan langsung tunai/
BLT.

3. Dasar Hukum Pemberian Dana Hibah dan Bantuan Sosial

Saat ini regulasi pemberian bantuan sosial yang


bersumber dari APBD oleh pemerintah daerah baik
pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota dapat dikatakan “komplit”,
walaupun sesungguhnya masih diperlukan berbagai
Saat ini ketentuan yang butuh penjelasan dari
Kementerian Dalam Negeri

regulasi pemberian bantuan sosial yang bersumber


dari APBD oleh pemerintah daerah baik pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapat
dikatakan “komplit”, walaupun sesungguhnya masih
diperlukan berbagai.

Sebelumnya regulasi pemberian hibah dan bantuan


sosial hanya diatur dalam beberapa pasal dalam
Pemendagri Nomor 13 tahun 2006. Pemberian hibah
hanya diatur dalam pasal 42, pasal 43, dan pasal 44,
itupun sudah berulang kali

diubah dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2009


tentang pedoman pengelolaan keuangan Daerah
terakhir diubah dengan Permendagri Nomor 21
tahun 2011. Demikian pula untuk pemberian bantuan
sosial hanya diatur dalam satu pasal, yakni pasal 45
dan terdiri atas 4 ayat dalam Permendagri Nomor 13
tahun 2006. Itupun sudah mengalami perubahan
sampai dengan Permendagri Nomor 21 tahun 2011

Untuk pemberian hibah, selain berpedoman pada


Permendagri Nomor 32 tahun 2011 dan Permendagri
Nomor 39 tahun 2012, maka pemberian hibah yang
bersumber pada APBD, juga diatur dalam peraturan
pemerintah Nomor 2 tahun 2012 tentang hibah
daerah. Demikian pula untuk pemberian hibah dan
bantuan sosial dalam penganggarannya juga diatur
setiap tahunnya dengan peraturan Menteri Dalam
Negri tentang Pedoman Penyusunan APBD. Misalnya
untuk tahun anggaran 2013. Berdasarkan
Permendagri Nomor 37 tahun 2012 tentang
pedoman penyusunan APBD tahun anggaran 2013
pada lampiran V. Hal-hal khusus lainnya angka 26,
maka untuk kebutuhan pendanaan dalam
mendukung terlaksananya tugas dan fugsi tim
penggerak pemberdayaan dan kesejahteraan
keluarga (TP-PKK) Provinsi/Kabupaten/Kota,
Pemerintah daerah menganggarkan program dan
kegiatan SKPD yang secara fungsional terkait dengan
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.
Ketentuan ini memberikan arti bahwa kegiatan TP-
PKK harus dianggarkan melalui program dan
kegiatan pada SKPD, dan tidak dibolehkan lagi
dianggarkan lagi melalui hibah maupun bantuan
sosial.

4. SYARAT penerima hibah dan bantuan sosial


Pemberian bantuan sosial harus memenuhi kriteria
sebagaimana diatur dalam pasal 24 Permendagri nomor
32 tahun 2011 sebagai berikut :

1) Kriteria selektif, yang diartikan bahwa bantuan sosial


hanya diberikan kepada calon penerima yang ditujukan
untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial.

2) Kriteria memenuhi persyaratan penerima bantuan


meliputi :

a) Memiliki identitas yang jelas.

b) Berdomisili dalam wilayah administratif


pemerintahan daerah berkenaan.

3) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus


yang diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak
wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran
serta kriteria kecuali dalam keadaan tertentu dapat
berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat
diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima
bantuan telah lepas dari resiko sosial.

4) Sesuai tujuan penggunaan, yang diartikan meliputi :

a) Rehabilitas sosial

b) Perlindungan sosial

c) Pemberdayaan sosial
d) Jaminan sosial

e) Penanggulangan kemiskinan

f) Penanggulangan bencana

5. Bidang perlindungan sosial

1. Program keluarga harapan

Rendahnya tingkat penghasilan keluarga RTSM


membuat rendahnya tingkat pendidikan sehingga
mengharuskan anak-anak bekerja diusia muda,serta
buruknya tingkat kesehatan khususnya Ibu dan
proses tumbuh kembang anak balita, yang akan
menjadikan kondisi miskin yang berkepanjangan.
Bahkan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan pokok hidup minimal yang disebabkan
oleh faktor internal RTSM dengan serba
keterbatasannya, maupun faktor eksternal, yaitu
terbatasnya fasilitas pelayanan dasar bagi
masyarakat miskin. Dengan demikian, sistem
perlindungan sosial diharapkan dapat membantu
tingkat kehidupan RTSM dengan berbagai
persyaratan, sekaligus untuk mendidik masyarakat
miskin agar disiplin, mau berupaya untuk hidup pada
tingkat yang lebih baik.

Untuk memperbaiki sistem perlindungan sosial,


maka dalam tahun 2007 pemerintah mengeluarkan
kebijakan sebagai pembelajaran masyarakat miskin
agar dapat lebih disiplin dalam mengelola bantuan
agar dirasakan menjadi lebih bermanfaat dan
bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas
pendidikan dan kesehatannya, melalui kebijakan
“bersyarat” lebih dikenal dengan program keluarga
harapan (PKH), yaitu program pemberian uang tunai
kepada RTSM berdasarkan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan dengan
melaksanakan kewajibannya, PKH difokuskan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat
miskin melalui pemberdayaan kaum ibu, dan
mendorong agar anaknya tetap sehat dan bersekolah
sesuai dengan data yang ditetapkan oleh BPS sebagai
target peserta.

Dibidang pembiayaannya, anggaran PKH


dialokasikan melalui belanja bansos bidang
perlindungan sosial yang bersyarat, artinya bagi
RTSM yang menerima PKH wajib menyekolahkan
anaknya yang berusia sekolah 6-18 tahun, melakukan
pemeriksaan kesehatannya yang mencangkup ibu
hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, pemeriksaan gizi,
serta pemeriksaan imunisasi balita. Dalam jangka
pendek PKH diharapkan dapat mengurangi beban
pengeluaran RTSM, sedangkan dalam jangka panjang
diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan antar
generasi. Karena minimnya akses RTSM
menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan
kesehatan masyarakat miskin.

PKH bukan kelanjutan program BLT yang diberikan


dalam rangakan membantu masyarakat miskin untuk
mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah
melakukan penyesuaian harga BBM, namun PKH
merupakan perlindungan sosial yang berbentuk
bansos bersyarat berbasis rumah tangga miskin,
sampai sekarang pelaksanaannya masih bersifat uji
coba. Kebijakan PKH dicetuskan antara lain karena
adanya situasi krisis global, dimana kondisi ekonomi
menurun, sulit mendapatkan kebutuhan pokok
terutama dialami oleh masyarakat miskin dan rentan,
sehingga dikhawatirkan jumlah masyarakat miskin.
Diluar negeri, PKH dikenal dengan istilah conditional
cash transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat.

Dalam usia pelaksanaan 4 tahun PKH secara bertahap


diarahkan menjadi program nasional, PKH baru
mencapai 13 provinsi, pengelolaannya di sinergikan
melalui beberapa instansi terkait, terdiri dari
Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian
Agama, Kementerian Informasi, BPS, dan Pemerintah
Daerah, dilakukaan dipusat maupun didaerah. PKH
menjadi salah satu bagian dari program prioritas
pembangunan, diharapkan dapat mempercepat
penanggulangan kemiskinan dasar, mengupayakan
penigkatan umur harapan hidup penduduk,
membaiknya sarana dan prasarana kesehatan dan
pendidikan, serta membaiknya tingkat ekonomi
masyarakat miskin, menjadi sangat startegis untuk di
implimentasikan secara nasional. Ke depan PKH
diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dibidang pendidikan dan kesehatan.
PKH memberikan kontirbusi dalam rangka
mempercepat pencapaian tujuan milenium
Development Goals (MDGs). Ada lima komponen
MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu oleh
PKH, yaitu mencakup :

1) Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan

2) Pendidikan dasar

3) Kesetaraan gender

4) Pengurangan angka kematian bayi dan balita

5) Pengurangan kematian Ibu melahirkan

Tujuan umum PKH adalah mengurangi angka dan


memutus rantai kemiskinan, meningkatkan
kualitas SDM, dan merubah perilaku RTSM yang
relatif kurang mendukung peningkatan
kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai
upaya mempercepat pencapaian target Milenium
Development Goals (MDGs)

Sedangkan secara khusus, tujuan PKH adalah :

1) Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM.

2) Meningkatkan status kesehatan gizi Ibu


hamil, Ibu nifas, anak balita, dan anak usia 5-
7 tahun yang belum masuk sekolah dasar
dari keluarga sangat miskin (KSM).

3) Mengingkatkan akses dan kualitas pelayanan


pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi
KSM.

4) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak


keluarga sangat miskin.

Sementara itu, tujuan operasional PKH


adalah :

1) Di bidang kesehatan yaitu, meningkatkan


akses RTSM (Ibu hamil, ibu nifas dan anak
balita) terhadap pelayanan kesehatan, dan
meningkatkan status kesehatan (IMR, MMR,
AKB).

2) Dibidang pendidikan yaitu meningkatkan


akses anak-anak RTSM terhadap pendidikan
dasar (SD dan SLTP) serta meningkatkan
status pendidikan dasar agar tidak terjadi
anak putus sekolah (APS).

PKH diharapkan dapat membantu penduduk


termiskin yang membutuhkan bantuan untuk
mencukupi kebutuhan dasar, setidaknya
dapat berlanjut hingga tahun 2015 sejalan
dengan pembangunan MDGs, Yaitu
mencakup 5 indikator yang secara tidak
langsung dapat terbantu oleh PKH, yaitu
terdiri dari pengurangan penduduk miskin
dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan
gender, pengurangan angka kematian bayi
dan balita, serta penurunan angka kematian
ibu melahirkan.

Dalam jangka pendek maupun jangka


panjang, manfaat PKH adalah:

1) Dalam jangka pendek yaitu, memberikan


income effect melalui pengurangan
beban pengeluaran rumah tangga miskin.

2) Dalam jangka panjang dapat memutus


rantai kemiskinan RTM melalui
peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi,
pendidikan dan kapasitas pendapatan
anak (price effect), dan memberikan
kepastian akan masa depannya
(insurance effect).

3) Merubah perilaku keluarga miskin yang


relatif kurang mendukung peningktan
kesejahteraan antara lain disebabkan
oleh kurangnya informasi mengenai hak,
manfaat, keuntungan dan kesempatan,
serta tingginya biaya tidak langsung
(transportasi, seragam, dan lain-lain),
dan opportunity cost (anak bekerja lebih
“menguntungkan” dari pada bersekolah).
4) Mengurangi pekerja anak, yaitu
mencegah turunnya anakanak bekerja di
jalanan, serta mencegah RTM menjadi
tuna sosial atau penyandang masalah
kesejahteraan sosial.

5) Pengingkatan kualitas pelayanan publik


melalui complementary perbaikan
layanan pendidikan dan kesehatan
(supply side), pengembangan sistem
perlindungan sosial bagi masyarakat
miskin (demand side), sekaligus
penguatan desentralisasi

6. Hadis

Dari abu hurairah berkata, Rasullulah SAW. Bersabda


‘barang siapa yang melepaskan dari seorang muslim satu
kesusahan dari kesusahan – kesusahan di dunia, niscaya
Allah SWT melepaskan dia dari kesusahan – kesusahan
hari kiamat. Dan barang siapa yang member kelonggaran
baginya di dunia dan di akhirat; dan barang siapa yang
menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah menutupi
aib dia di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya
menolong hambanya , selama hambanya menolong
saudaranya. (H.R.Muslim)

B. Penjelasan hadis

Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu


memperhatikan sesama muslim dan memberikan
pertolongan jika seseorng mendapatkan kesulitan.
1. Melepaskan berbagai kesusahan seorang mukmin

Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas


maknanya, bergantung pada kesusahan orang lain
yang diderita oleh saudara seiman tersebut. Jika
saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan ia
termasuk orang berkecukupan atau kaya, ia harus
berusaha menolongnya dengan cara memberikan
pekerjaan dan memberikan bantuan sesuai
kemampuannya.

Allah SWT berfirman :

ْ ‫صرُوا هّٰللا َ يَ ْنصُرْ ُك ْم َويُثَب‬


‫ِّت اَ ْقدَا َم ُك ْم‬ ُ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تَ ْن‬

Artinya :

Hai orang – orang mukmin, jika kamu menolong


( agama ) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu, (QS.Muhammad : 7 )

Begitupula orang yang membantu kaum muslim agar


terlepas dari berbagai cobaan dan bahaya, ia akan
mendapatkan pahala yang lebih besar dari Allah SWT
dan Allah pun akan melepaskannya dari berbagi
kesusahan yang akan dihadapinya, baik di dunia
maupun di akhirat kelak, pada hari ketika harta
benda, anak, maupun benda benda yang selama ini
dibanggakan di dunia tidak lagi bermanfaat, pada
waktu itu pertolongan Allah saja yang akan
menyelamatkan manusia.

2. Menutupi aib seorang mukmin serta menjaga orang


lain dari berbuat dosa

Orang mukmin harus menutupi aib saudaranya.


Apalagi jika ia tahu bahwa orang yang bersangkutan
tidak akan senang jika aib atau rahasianya diketahui
oleh orang lain. Perbuatan seperti itu dangat dicela
dan tidak dibenarkan dalam islam. Sabda Nabi
Muhammad SAW “ barang siapa yang menutupi aib
seorang muslim “ maksudnya menutupi aib orang
yang baik, bukan orang orang – orang yang telah
dikenal suka berbuat kerusakan. Hal ini berlaku
dalam kaitanya dengan dosa yang telah terjadi dan
telah berlalu.

3. Melonggarkan kesusahan orang lain

Adakalannya suatu masalah sangat sulit untuk diatasi


atau hanya dapat diselesaikan oleh yang
bersangkutan. Bahkan, dengan mendengarkan
keluhannya saja cukup untuk mengurangai beban
yang dihadapi olehnya.

Dengan demikian , melonggarkan kesusahan orang


lain haruslah sesuai dengan kemampuan saja. Bahkan
jika ia tidak memilki idea atau saran, doakanlah agar
kesusahannya dapat segera diatasi dengan
pertolongan Allah SWT. Termasuk doa yang paling
baik jka mendoakan orang lain dan orang yang
didoakan tidak mengetahuinya.

4. Allah SWT senantiasa menolong hamba-nya, selagi


menolong saudaranya

Jika ditelaah secara bersama, pertolongan yang


diberikan seorang mukmin kepda saudaranya, pada
hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri. Dengan
kata lain ia telah menye
lamatkan dirinya sendiri dari berbagai kesusahan
dunia dan akhirat.

Maka orang yang suka menolong orang lain, misalnya


dengan memberikan bantuan materi, hendaknya
tidak merasa khawatir bahwa ia akan jatuh miskin
atau ditimpa kesusahan. Jika dia bermaksud
mengambilknya maka harta itu akan habis. Begitu
juga jika Allah bermaksud menambahnya, maka
sektika akan bertambah banyak.
BAB 2

PROSES PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL


( BANSOS)

PROSES PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL

ULANURSAN(19681056)

Abstract

The purpose of this study was to determine and analyze the aid
program Business Group (KUBE) in Palu as well as obstacles in
the face. That in the review based on the model size by looking at
the effectiveness of Duncan there are three criteria: 1). Goals, 2).
Integration, and 3). Adaptation. Basic and type of research that is
used is qualitative descriptive with informants purposive
decision. Types and Sources of data gained through primary data
and secondary data, where the data sources it is the people who
did really understand about this program. By using the
techniques of data collection 1). Observation, 2). Interviews, 3).
Study Library, 4). Documentation. And methods of data analysis
are addressed by Miles and Huberman, namely: 1). Data
reduction, 2). Presentation of Data / Data Display, 3).
Withdrawal / Verification conclusion. The results showed that in
the implementation of Kube were carried in Palu has not run
Effective and maximum, in view of the criteria put forward by
Duncan that the first process of Achievement has not shown the
desired results, due to obstructed its budget received by
implementer in this case the Social Service Palu, so that at the
time of his becoming obstructed, and Goals for this help
researchers feel right on target because it does not follow the
rules, and there are others who do not have links with Kube have
contributed to intervene in selecting targets and want to
capitalize right this assistance, both on Integration in which the
government its self does not disseminate it in the draw after
researchers conducted a search to village Lere and to the
beneficiary communities say for this program in 2016 did not
exist in doing socialization and contradictory with what was said
by the social services themselves that their dissemination in the
region but only once. Keywords: Effectiveness, Organization,
Programs Kube

PENDAHULUAN

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting


saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian
bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah
kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan
dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek
lainnya.Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan
dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara
berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa
mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan,
kurangnya tabungan dan investasi, dan

masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan


kejahatan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu


dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini
kemiskinan, membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami
kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Persoalan
kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat
yang mengalami pengangguran. Pengangguran yang dialami
sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan
selalu ada. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu
menyatakan bahwa garis kemiskinan di Kota Palu mengalami

2 Katalogis, Volume 6 Nomor 8 Agustus 2018 hlm 1-8

ISSN: 2302-2019

peningkatan, dari 450 Ribu rupiah pada tahun 2014, naik


menjadi 416 Ribu Rupiah pada tahun 2015 hingga 2016.
Kenaikan tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga
kebutuhan pokok nasional. Sekitar 7,42 persen atau 27,185 jiwa
dari total penduduk 368 ribu jiwa lebih di Kota Palu, tercatat
masih hidup di bawah garis kemiskinan hingga tahun 2015.
Berdasarkan asumsi BPS Palu, rata-rata pengeluaran perkapita
penduduk miskin itu hanya pada kisaran nominal Rp. 416.596
dalam sebulan.

Pengeluaran dengan jumlah nominal sekian diasumsikan hanya


untuk memenuhi belanja kebutuhan pangan dan non pangan.
Artinya, jika pengeluaran penduduk itu tidak sampai dengan
angka Rp.416.596 dalam sebulan maka penduduk itu tergolong
hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di
Kota Palu tercatat yang paling rendah diantara seluruh
kabupaten lainnya di Sulteng.Untuk tahun 2015, persetase
penduduk miskin tercatat sebesar 7,42 persen. Naik dari tahun
2014 yakni sebesar 7,05persen. Data itu lebih rendah dari data
penduduk miskin yang tercatat untuk Provinsi Sulteng dan
Nasional. 2014 ke tahun 2015 persentasenya sudah cukup kecil.
Cuma sedikit walaupun jumlahnya kecil. Meski begitu masih
dikisaran 7 persen lebih rendah dari data Provinsi dan Nasional.

Penanganan kemiskinan dengan pendekatan optimalisasi


potensi ekonomi produktif keluarga miskin yang dilakukan oleh
pemerintah dalam bentuk pemberdayaan ekonomi keluarga
miskin melalui kelompok usaha bersama atau usaha produktif.
Keberadaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui
Bantuan Sosial Pemberdayaan Sosial (BLPS) yang dimulai tahun
2007 memberikan kesempatan pada daerah untuk lebih
menguatkan fungsi KUBE dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Program BLPS ini dilaksanakan di seluruh wilayah di Indonesia
termasuk di Provinsi Sulawesi Tengah (SULTENG). Aktor yang
terlibat dalam implementasi program Kube ini tidak hanya

dari Dinas Sosial sebagai satuan unit kerja yang menangani


permasalahan sosial, akan tetapi seluruh stakeholder ikut
dilibatkan, serta peranan dari masyarakat. Sehingga capaian
keberhasilan dalam penanggulangan kemiskinan di daerah dapat
teratasi karena terjalin koordinasi dan sinergitas antar
stakeholder.

Program ini merupakan turunan dari program yang dicanangkan


olehpemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Sosial
(Kemensos). Kementerian Sosial melakukan kegiatan-kegiatan
terobosan dalam membantu percepatan pengentasan
kemiskinan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)dengan
Usaha Ekonomi Produktif sesuai dengan potensi masing-masing
masyarakat miskin. Untuk itu, Kemensos meluncurkan Program
Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM). Salah satu programnya
adalah Program Kube melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan
Sosial (BLPS) dengan mengucurkan bantuankredit lunak. Kube
sebagai kelompok usaha bersama merupakan salah satu
pendekatan program kesejahteraan sosial untuk mempercepat
penghapusan kemiskinan. Melalui Kube masyarakat miskin
mendapatkan fasilitas untuk digunakan dalam usaha bukan
bantuan yang digunakan sekali habis, dengankata lain Kube
merupakan program investasi jangka panjang. Melalui Kube
masyarakat miskin yang sangat lemah dan rentan dapat saling
bahu membahu dalam meningkatkan danmengembangkan
usahanya.

Sesuai dengan ketentuannya Kube merupakan kumpulan orang-


orang fakir miskin yang bersepakat untuk bekerjasama dalam
mengembangkan usaha ekonomi produktif dengan
memanfaatkan pembiayaan modal agar mampu
mengembangkan usaha, meningkatkan pendapatan, akan tetapi
di Kota Palu sendiri program Kube ini tidak berjalan dengan
efektif dimana terdapat berbagai masalah di dalam
pelaksanaanya seperti pelaksanaanya yang tertunda kemudian
pada sasaran penerima yang di tuju, terkadang tidak sesuai
dengan apa yang telah di tentukan

Agung Aldino Putra, Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan


Sosial Pada Masyarakat Di Kota Palu .................3

sebelumnya serta sosialisasi yang dilakukan dirasa masih kurang


kepada seluruh masyarakat, berdasarkan observasi yang di
lakukan peneliti sebelumnya di lapangan, di temukan bahwa
dalam pelaksanaan program kube ini tidak sejalan dengan apa
yang di harapkan yang berdasarkan peraturan yang ada seperti
sasaran dari kube ini, dimana tidak sesuai dengan kriteria dan
prosedur yang ada, yang di karenakan adanya tekanan dari
pemegang otoritas lainnya, kemudian pada saat pelaksanaanya
dalam hal ini informasi menyeluruh ke masyarakat yang di rasa
tidak sesuai dengan yang di harapkan, dan perlunya ada tindak
lanjut dari masalah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, baik secara empirik dan fenomena


yang terjadi maupun secara konseptual, penanggulangan dan
pemberdayaan masyarakat miskin melibatkan berbagai
pemangku kepentingan, sehingga diperlukan sinergitas antar
mereka.Sinergitas atau keterpaduan di antara stakeholder baik
dari perumusan kebijakan maupun implementasi kebijakan.
Keterpaduan ini diperlukan untuk menciptakan efektivitas dan
efisiensi kebijakan dan program pemberdayaan dan pengentasan
kemiskinan di Kota Palu.

Program Kube di Kota Palu juga mengalami berbagai kendala


dalam pelaksanaannya. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap
efektivitas pelaksanaan program Kube ini, dimana terdapat
berbagai kendala yang mengiringi pelaksanaannya selama ini
mulai dari kucuran dana yang di berikan kemudian informasi
kepada masyarakat, sasaran penyaluran sampai dengan tahap
selesainya program yang di anggap masih belum maksimal dan
masih terdapat kelemahan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) dimana
terdapat 3 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas yaitu Pencapaian Tujuan, Integrasi dan
Adaptasi.

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal


yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut


pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta
menginterpretasikan nya. Bila dipandang dari sudut
produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan
pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas
(output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur
dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan
dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha
atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat
sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang
diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif


atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (1978:77),
yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan


supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran
yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa


strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan
berbagai upaya dalam mencapai sasaran- sasaran yang
ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam
pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap,


berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang
telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani
tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan
operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti


memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi
dimasa depan.
5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik
masih perlu di jabarkan dalam program-program pelaksanaan
yang tepat sebab apabila tidak, para pelaksana

4 Katalogis, Volume 6 Nomor 8 Agustus 2018 hlm 1-8

ISSN: 2302-2019

akan kurang memiliki pedoman bertindak

dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja,

salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemampuan


bekerja secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang
tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya


suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan
efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai
sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin
didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik


mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.

Selanjutnya kriteriayang di gunakan

untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga


pendekatan yang bisa atau dapat digunakan, seperti yang
dikemukakan oleh Martani dan Lubis (1987:55), yakni:

1. Pendekatan Sumber (resource approach)


yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan
mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk
memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat


sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua
kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian


pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai
hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Budiani (2007:53) menyatakan bahwa

untuk mengukur efektivitas suatu program dapat dilakukan


dengan menggunakan variabel-variabel sebagai berikut :

1. Tujuan program.

Yaitu sejauhmana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program


dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Ketepatan sasaran program.

Yaitu sejauhmana peserta program tepat dengan sasaran yang


sudah ditentukan sebelumnya.

3. Sosialisasi program.

Yaitu kemampuan penyelenggara program dalam melakukan


sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan
program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada
umumnya dan sasaran peserta program pada khususnya.

4. Pemantuan program.
Yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program
sebagai bentuk perhatian kepada peserta program.

Sedangkan Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53)


dalam bukunya “Efektrivitas Organisasi” mengatakan mengenai
ukuran efektivitas, sebagai berikut: 1. Pencapaian Tujuan adalah
keseluruhan

upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses.


Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin,
diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian
bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti
periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor,
yaitu: Kurun waktudan sasaran yang merupakan target kongktit.

2. Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan


suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan
konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi
lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan


diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur
proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas


merupakan

Agung Aldino Putra, Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan


Sosial Pada Masyarakat Di Kota Palu .................5

usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan


harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat
dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian serta mengkaji secara mendalam tentang
“Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan Sosial Pada
Masyarakat Di Kota Palu (Studi Tentang Kelompok Usaha
Bersama)“ karena peneliti sendiri berpendapat

PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL


Pasal 10 PelaksanaanBantuan Sosial meliputi:
a. pemberdayaan sosial;
b. rehabilitasi sosial;
c. perlindungan dan jaminan sosial; dan
d. penanganan fakir miskin.
Pasal 11
Penerima Bantuan Sosial meliputi:
a. perorangan;
b. keluarga;
c. kelompok; dan/atau
d. masyarakat.
Pasal 12
Penerima Bantuan Sosial memiliki kriteria masalah sosial yang
meliputi:
a. kemiskinan;
b. keterlantaran;
c. kedisabilitasan;
d. keterpencilan;
e. ketunaan sosial atau penyimpangan perilaku;
f. korban bencana; dan/atau
g. korban tindak kekerasan, eksploitasi, diskriminasi,
korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya.
-9-
Pasal 13
Jenis Bantuan Sosial pada pemberdayaan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi bantuan untuk:
a. pemberdayaan komunitas adat terpencil; dan/atau
b. perorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat
yang masuk kategori Risiko Sosial.
Pasal 14
Jenis Bantuan Sosial pada rehabilitasi sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi bantuan untuk:
a. rehabilitasi sosial penyandang disabilitas;
b. rehabilitasi sosial anak;
c. rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
d. rehabilitasi sosial lanjut usia; dan/atau
e. rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan
orang.
Pasal 15
Jenis Bantuan Sosial pada perlindungan dan jaminan sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c meliputi
bantuan untuk:
a. program keluarga harapan;
b. korban bencana alam; dan/atau
c. korban bencana sosial.
Pasal 16
Jenis Bantuan Sosial pada penanganan fakir miskin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d meliputi:
a. Bantuan Sosial pangan;
b. rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan sarana
prasarana lingkungan; dan/atau
c. Bantuan Sosial usaha ekonomi produktif melalui
kelompok usaha bersama.
 
- 10 -
Pasal 17
(1) Penerima Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 yang memiliki kategori miskin dan tidak mampu
sumber datanya mengacu kepada DT PFM dan OTM Kementerian
Sosial.
(2) Sebelum ditetapkan menjadi Penerima Bantuan Sosial
Kementerian Sosial dan/atau dinas sosial
kabupaten/kota/provinsi melakukan verifikasi dan/atau validasi
data.
(3) Kementerian Sosial menetapkan surat keputusan Penerima
Bantuan Sosial atas hasil verifikasi dan/atau validasi data.
(4) Kementerian Sosial menyalurkan Bantuan Sosial kepada
Penerima Bantuan Sosial sesuai surat keputusan yang
ditetapkan.
Pasal 18
(1) Penerima Bantuan Sosialyang sumber datanya mengacu
DT PFM dan OTM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1)dapat dikecualikan bagi:
a. korban bencana;
b. tuna sosial atau penyimpangan perilaku, korban
perdagangan orang dan orang dengan HIV/AIDS;
c. korban tindak kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, korban
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya;
d. penyandang disabilitas;
e. anak yang membutuhkan perlindungan khusus; dan
f. Komunitas Adat Terpencil.
(2) Selain penerima Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Menteri Sosial dapat menetapkan Penerima Bantuan
Sosial.
Pasal 19
(1) Penerima Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18, untuk mendapatkan Bantuan Sosial berkelanjutan
harus diusulkan dalam DT PFM dan OTM.
 
- 11 -
(2) Proses pengusulan Penerima Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
Ketentuan mengenai pelaksanaan pengelolaan Bantuan Sosial,
secara teknis diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal yang
menyelenggarakan Bantuan Sosial.
BAB IV
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN SOSIAL
Pasal 21
(1) Penyaluran Bantuan Sosial dalam bentuk uang dari
pemberi Bantuan Sosial dilakukan melalui Bank Penyalur
ke rekening Penerima Bantuan Sosial.
(2) Penyaluran Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) secara umum meliputi:
a. proses registrasi dan/atau pembukaan rekening;
b. pelaksanaan edukasi dan sosialisasi;
c. proses penyaluran; dan
d. penarikan uang dan/atau pembelian barang/jasa
menggunakan dana dari rekening Penerima Bantuan
Sosial.
(3) Penyaluran Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan sepenuhnya kepada Penerima Bantuan
Sosial, tidak dikenakan biaya oleh Bank Penyalur.
(4) Mekanisme secara khusus penyaluran Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
(1) Pemberian Bantuan Sosial dalam bentuk barang/jasa
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 
- 12 -
(2) Pemberian Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sesuai surat keputusan yang ditetapkan, disertai dengan
berita acara serah terima Bantuan Sosial.
BAB V
REKONSILIASI PENYALURAN BANTUAN SOSIAL
Pasal 23
Bantuan Sosial yang penyalurannya melalui Bank Penyalur ke
rekening Penerima Bantuan Sosial harus dilakukan
rekonsiliasi.
Pasal 24
(1) Jenis rekonsiliasi penyaluran Bantuan Sosial terdiri dari:
a. rekonsiliasi eksternal; dan
b. rekonsiliasi internal.
(2) rekonsiliasi eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. tingkat pusat; dan
b. tingkat wilayah/daerah.
(3) Rekonsiliasi eksternal tingkat pusatsebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf amerupakan rekonsiliasi yang dilaksanakan
oleh Kementerian Sosial dengan Bank Penyalur Bantuan Sosial.
(4) Rekonsiliasi eksternal tingkat wilayah/daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan rekonsiliasi yang
dilaksanakan oleh cabang Bank Penyalur dengan dinas sosial
setempat.
(5) Rekonsiliasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh
Kementerian Sosial dengan dinas sosial daerah provinsi atau
dinas sosial daerah kabupaten/kota.
(6) Mekanisme rekonsiliasi penyaluran Bantuan Sosial
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

PENUTUP

Kesimpulan

Penyaluran Bantuan Sosial dalam bentuk uang dari


pemberi Bantuan Sosial dilakukan melalui Bank Penyalur
ke rekening Penerima Bantuan Sosial Penyaluran Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud pada
secara umum meliputi:
a. proses registrasi dan/atau pembukaan rekening;
b. pelaksanaan edukasi dan sosialisasi;
c. proses penyaluran; dan
d. penarikan uang dan/atau pembelian barang/jasa
menggunakan dana dari rekening Penerima Bantuan
Sosial.Penyaluran Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada
diberikan sepenuhnya kepada Penerima Bantuan
Sosial, tidak dikenakan biaya oleh Bank Penyalur. Mekanisme
secara khusus penyaluran Bantuan Sosial
(1) Pemberian Bantuan Sosial dalam bentuk barang/jasa
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

.
BAB 3

PENGUMPULAN DANA BANTUAN SOSIAL (BANSOS)

Bantuan sosial adalah pemberian bantuan dari Pemerintah


Daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat. Sifat bantuan ini, tidak secara terus menerus dan
selektif. Bantuan ini berupa uang atau barang yang
pemberiannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan
daerah. Tujuannya untuk menunjang pencapaian sasaran
program dan kegiatan pemerintah daerah dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan
manfaat untuk masyarakat.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan


sosial yang diselenggarakan oleh negara guna menjamin warga
negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak.
Jaminan ini tercantum pada Undang-undang Nomor 40 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Utamanya
merupakan sebuah bidang kesejahteraan sosial yang
memperhatikan perlindungan sosial yang di dalamnya termasuk
kemiskinan, usia lanjut, kecacatan, pengangguran, keluarga dan
anak-anak.

Hubungan bantuan sosial dengan jaminan sosial sangat


berkaitan karena sangat mempengaruhi laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia. Salah satu penyebabnya peningkatan
penduduk yang menyandang kecacatan yang diakibatkan dari
ekonomi yang tidak memadai sehingga membuat para
penyandang cacat berat menjadi bingung bagaimana bertahan
hidup

Meskipun di Dinas Sosial ada tahapan untuk


pengurusannya, tapi disarankan agar pandaftar mengetahui
prosedur cara singkatnya. Di laporan inilah terdapat cara-cara
singkat mengurus bantuan dana yang ingin diurus nantinya. Para
pembaca akan tahu mengenai dana yang akan diterima berapa
kali dalam setahun dan berapa jumlah dana yang akan diterima.
Sehingga laporan ini dapat menjadi saluran penghantar si
penerima bantuan dengan mudah.

Dengan penjelasan pada beberapa paragraf di atas,


penulis akan menjelaskan bagaimana prosedur penyaluran dana
bantuan sosial dan jaminan sosial yang diberikan pemerintah
kepada penyandang cacat berat. Penyandang cacat berat adalah
penyandang cacat yang kecacatannya sudah tidak dapat lagi
direhabilitasi. Dari sinilah penulis termotivasi dengan
pembuatan laporan tugas akhir ini bahwa bagaimana peran dan
tanggungjawab pemerintah di bidang sosial.

Penulis berharap penulisan ini menghasilkan sebuah


artikel tentang bantuan dana jaminan sosial ini ada manfaatnya
bagi masyarakat setempat dan lainnya agar mengetahui
bagaimana prosedur dana yang telah direncanakan pemerintah
sesuai kesepakatan pengurus-pengurus Negara Indonesia.
Dengan demikian, penulis menyimpulkan agar melakukan
penelitian pada salah satu Dinas yang sangat berkaitan dengan
teori ini yaitu Dinas Sosial dengan judul “Prosedur Penyaluran
Bantuan Dana Jaminan Sosial bagi Penyandang Cacat Berat Pada
Dinas Sosial Rejang lebong.
Donasi atau menggalang dana adalah suatu wadah untuk
mengumpulkan dana atau uang yang mempunyai sifat sukarela
tanpa adanya batasan dan tidak mengharapkan imbalan ataupun
keuntungan. penggalangan dana biasanya melalui berbagai
macam lembaga baik lembaga keagamaan maupun lembaga
sosial merupakan fardlu ‘ain hukumnya untuk
mengembangkan konsep donasi sesuai bidang konsentrasinya
masingmasing. Tentu hal ini menjadi kebiasaan bagi lembaga
besar maupun kecil, seperti karang taruna, PKK ( Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga ), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),
lembaga kemahasiswaan , Taman Pendidikan Al-Qur'an, PKBM
(Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), Rumah Singgah ,Panti
Asuhan, dan sebagainya, baik di desa maupun kota, pada
umumnya mengalami kegelisahan dalam sektor pendanaan.
Menurut Dewantry (2015), “Donasi adalah suatu pemberian
yang mempunyai sifat sukarela dengan tanpa adanya imbalan
bersifat keuntungan, walaupun pemberian donasi dapat berupa
makanan, barang, pakaian, mainan ataupun kendaraan akan
tetapi tidak selalu demikian, pada peristiwa darurat bencana
atau dalam keadaan tertentu lain. Panti Asuhan merupakan
lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-
anak yang sudah tidak memiliki orang tua.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia / KBBI (2001),


panti asuhan merupakan sebuah tempat untuk merawat dan
memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu . Menurut data
dari Kementerian Sosial Indonesia pada tahun 2017
menjelaskan bawah jumlah panti asuhan di seluruh Indonesia
diperkirakan antara 5.000 s.d 8.000 yang mengasuh sampai
setengah juta anak. Pemerintah Indonesia hanya memiliki dan
menyelenggarakan sedikit dari panti asuhan tersebut, lebih dari
99% panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, terutama
organisasi keagamaan. Menurut wawancara yang dilakukan
peneliti terhadap pihak panti asuhan yang diwakili oleh
pengurus panti asuhan Maskanul Aitam ,yang bernama bapak
Frabowo Utomo . Masalah yang dihadapi panti asuhan dalam
mencari donatur baru sebatas mulut ke mulut tidak ada tempat
atau wadah untuk memberi tahu dan menginformasikan kepada
masyarakat bahwa panti tersebut membutuhkan bantuan atau
uluran tangan masyarakat Dengan memanfaatkan teknologi
informasi yaitu dengan menggunakan teknologi smartphone dan
internet bisa menjadi alternative metode penggalangan dana
yang etis. Semua akses jaringan antara satu orang dengan orang
lain saat ini terhubung dalam satu jaringan yaitu internet.
Internet merupakan cara yang paling ampuh dalam
mempertemukan semua penggunananya tanpa dibatasi dengan
jarak dan waktu.

Dengan menggunakan media aplikasi donasi berbasis


mobile penggalang dana dan donator bisa secara online
"bertemu" dalam satu waktu dan bisa secara leluasa melakukan
kegiatan donasi dana. Penggalang dana juga bisa mengajak
masyarakat untuk ikut memberikan dana untuk panti asuhan
dengan menggunakan media sosial. Aplikasi ini akan
menyedikan informasi mengenai profil panti asuhan , letak panti
asuhan , informasi tentang permintaan kebutuhan dari panti
asuhan kepada donatur dan informasi-informasi lain yang
berkaitan dengan panti asuhan. Dengan demikian aplikasi
diharapkan aplikasi inidapat menjadi referensi bagi para donatur
untuk mencari informasi mengenai panti asuhan. Dengan
melihat permasalahan yang ada diatas melatar belakangi penulis
untuk membuat penelitian yang berjudul “Aplikasi Donasi Panti
Asuhan Wilayah Bandar Lampung Berbasis Android ”. Dengan
pembuatan Aplikasi ini akan menyediakan informasi mengenai
profil panti asuhan, letak panti asuhan, informasi tentang
permintaan kebutuhan dari panti asuhan kepada donatur, dan
informasi-informasi lain yang berkaitan dengan panti asuhan.
Dengan demikian aplikasi diharapkan aplikasi inidapat menjadi
referensi bagi para donatur untuk mencari informasi mengenai
panti asuhan

Pejabat yang berwenang yang dimaksud di atas yang


memberikan izin pengumpulan uang atau barang adalah

a. Menteri Kesejahteraan Sosial, setelah mendengar


pendapat panitia pertimbangan yang diangkat olehnya
dan terdiri dari sekurang-kurangnya 5 orang anggota,
apabila pengumpulan itu diselenggarakan dalam seluruh
wilayah negara atau melampui daerah tingkat
I (provinsi) atau untuk menyelenggarakan/membantu
suatu usaha sosial di luar negeri;
b. Gubernur, kepala daerah tingkat I, setelah mendengar
pendapat panitia pertimbangan yang diangkat olehnya
dan terdiri dari sekurang-kurangnya 5 orang anggota,
apabila pengumpulan itu diselenggarakan di dalam
seluruh wilayahnya yang melampui suatu daerah tingkat
II (kota/kabupaten) dalam wilayah daerah tingkat I yang
bersangkutan;
c. Bupati/Walikota, kepala daerah tingkat II, setelah
mendengar pendapat panitia pertimbangan yang
diangkat olehnya dan terdiri dari sekurang-kurangnya 5
orang anggota, apabila pengumpulan itu
diselenggarakan dalam wilayah daerah tingkat II yang
bersangkutan.

 
Surat permohonan untuk mendapat izin menyelenggarakan
pengumpulan uang atau barang diajukan tidak bermeterai
langsung kepada pejabat pemberi izin, dengan mencantumkan
secara jelas

a. maksud dan tujuan pengumpulan uang atau barang;


b. cara menyelenggarakan;
c. siapa yang menyelenggarakan;
d. batas waktu penyelenggaraan;
e. luasnya penyelenggaraan (wilayah, golongan);
f. cara penyalurannya.

 
Surat keputusan pemberian izin memuat syarat-syarat
penyelenggaraan dan kewajiban penyelenggara untuk memberi
pertanggungjawaban kepada pemberi izin.
 
Kemudian ada sanksi pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp10 ribu, bagi barangsiapa.

a. menyelenggarakan, menganjurkan atau membantu


menyelenggarakan pengumpulan uang atau barang
dengan tidak mendapat izin lebih dahulu seperti
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UU 9/1961;
b. tidak memenuhi syarat-syarat dan perintah yang
tercantum dalam keputusan pemberian izin;
c. tidak menaati ketentuan-ketentuan dalam Pasal 7 UU
9/1961.

 
Tindak pidana ini dianggap sebagai pelanggaran dan uang atau
barang yang diperoleh disita dan dipergunakan sedapat mungkin
untuk membiayai usaha-usaha kesejahteraan yang sejenis.
 
Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan
Selanjutnya, kami akan merujuk pada Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan
Sumbangan (“PP 29/1980”).
 
Pengumpulan uang atau barang dalam UU 9/1961 memiliki
makna yang sama dengan pengumpulan sumbangan yang berarti
setiap usaha mendapatkan uang atau barang untuk
pembangunan dalam bidang kesejahteraan sosial,
mental/agama/kerohanian, kejasmanian, pendidikan dan bidang
kebudayaan.
 
Pengumpulan sumbangan dapat diselenggarakan dengan cara;

a. mengadakan pertunjukan;
b. mengadakan bazar;
c. penjualan barang secara lelang;
d. penjualan kartu undangan menghadiri suatu
pertunjukan;
e. penjualan perangko amal;
f. pengedaran daftar (les) derma;
g. penjualan kupon-kupon sumbangan;
h. penempatan kotak-kotak sumbangan di tempat-tempat
umum;
i. penjualan barang/bahan atau jasa dengan harga atau
pembayaran yang melebihi harga yang sebenarnya;

j. pengiriman blangko pos wesel untuk meminta


sumbangan;
k. permintaan secara langsung kepada yang bersangkutan
tertulis atau lisan.
 
Selain yang telah disebutkan di atas, jenis cara pengumpulan
sumbangan lain ditetapkan oleh Menteri Sosial
 
Izin pengumpulan sumbangan diberikan dalam bentuk surat
keputusan dan untuk jangka waktu selama-lamanya 3 bulan
Apabila dianggap perlu, izin dapat diperpanjang 1 kali untuk
jangka waktu 1 bulan
 
Surat keputusan izin tersebut memuat ketentuan-ketentuan
yang mengatur tata cara penyelenggaraan, antara lain:

a. batas wilayah;
b. batas waktu;
c. wajib lapor kepada kepala pemerintahan setempat, lurah,
RT/RW setempat, tempat kegiatan pengumpulan
sumbangan dilakukan.

 
Namun, terdapat pengumpulan sumbangan yang tidak
memerlukan izin penyelenggaraan, yaitu:

a. untuk melaksanakan kewajiban hukum agama;


b. untuk amal peribadahan yang dilakukan khusus di
tempat-tempat ibadah;
c. untuk menjalankan hukum adat atau adat kebiasaan;
d. dalam lingkungan suatu organisasi terhadap anggota-
anggotanya.

 
Sebagai informasi tambahan, dalam artikel Pernah Donasi di
Minimarket? Ternyata, Ada Masalah, menurut pengurus harian
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sudaryatmo, sudah
saatnya UU 9/1961 direvisi.
 
Pasalnya, UU 9/1961 tersebut sudah tidak sesuai dengan
konteks kekinian, seperti terkait wilayah, masa berlaku
pemberian izin, dan teknologi. Bahkan penggalangan dana publik
saat ini sudah dilakukan melalui media massa dan media sosial
yang belum diatur.
 
Pengumpulan Sumbangan dari Penyelenggaraan Undian Gratis
Berhadiah
Kemudian, menjawab pertanyaan Anda selanjutnya terkait
menghimpun dana dari undian gratis berhadiah diatur
dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Hasil Pengumpulan Sumbangan Masyarakat dari
Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah dalam Bentuk
Uang (“Permensos 8/2019”).
 
Pengelolaan hasil pengumpulan sumbangan masyarakat dari
penyelenggaraan undian gratis berhadiah yang diserahkan
kepada Kementerian Sosial dikategorikan sebagai dana hibah
langsung dalam negeri berupa uang
 
Sumbangan masyarakat tersebut berasal dari:

a. dana usaha kesejahteraan sosial; dan


b. hadiah tidak tertebak dan/atau hadiah tidak diambil
pemenang dalam bentuk uang.

 
Adapun dana usaha kesejahteraan sosial merupakan sumbangan
dari penyelenggara undian gratis berhadiah melalui
Kementerian Sosial yang selanjutnya digunakan untuk
kepentingan usaha kesejahteraan sosial.
 
Hadiah tidak tertebak adalah hadiah yang tidak tertebak atau
tidak ada pemenangnya.
 
Hadiah tidak diambil pemenang adalah hadiah yang telah
tertebak atau ada pemenangnya, tetapi tidak diklaim setelah
dalam jangka waktu tertentu dan/atau tidak bisa diklaim, karena
tidak sesuai ketentuan yang berlaku. 
Pengumpulan dan penggunaan dana hibah langsung dalam
negeri dalam bentuk uang, termasuk sumbangan masyarakat
dari penyelenggaraan undian gratis berhadiah,
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme anggaran pendapatan
dan belanja negara.[21]
 
Penyelenggaraan undian gratis berhadiah sendiri berpedoman
pada Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah yang juga harus
dengan izin Menteri Sosial.
 
Untuk memahami lebih terang mengenai penyelenggaraan
undian gratis berhadiah, dapat disimak dalam artikel Izin
Penyelenggaraan Undian.
 
Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com
disiapkan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat
umum (lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya). Untuk
mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda,
konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra Justika.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar Hukum:

1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang


Pengumpulan Uang atau Barang;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang
Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan;
3. Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Hasil Pengumpulan Sumbangan Masyarakat
dari Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah dalam
Bentuk Uang;

Program Jaminan Bantuan Sosial (PJBS) secara konseptual dan


filosofis bertumpu pada substansinya yaitu ”bantuan sosial”.
Secara konseptual PJBS dimaksudkan untuk meringankan
anggota masyarakat yang tidak mampu dan terlantar agar masih
bisa memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (Basic Living
Needs=BLN) dan mengembangkan dirinya sebagai manusia
sesuai dengan kemanusiaan yang bermartabat sebagai
pelaksanaan amanat konstitusional bagi pemerintah Pusat dan
atau Daerah. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
Pemerintah Daerah (Pemda) kepada pemerintah atau Pemda
lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan Pemda. Sementara bantuan sosial
adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari Pemda
kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang
sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan
untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 32 Tahun 2011.

Ketentuan umum pemberian hibah menurut Permendagri


Nomor 32 Tahun 2011, Pemberian hibah ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemda
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas,
dan manfaat untuk masyarakat. Pemerintah mengeluarkan
aturan menata alokasi dan pengolahan dana belanja sosial
berjalan tertib, efisien, ekonomis, transparan, efektif, dan
bertanggungjawab. Demikian pula Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No. 81/PMK.05/2012 tentang belanja bantuan Sosial
pada Kementerian/Lembaga (K/L). Dalam PMK yang
ditandangani Menteri Keuangan Agus Martowardoyo 1 Juli 2012,
disebutkan bahwa belanja bantuan sosial adalah pengeluaran
berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh
Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi
masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial,
meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan
ekonomi. Demikian kutipan PMK seperti diunggah di situs
Sekretariat Kabinet, Kamis (12/7). Permendagri RI Nomor 39
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 32
tahun 2011 pasal 11 tentang pedoman pemberian hibah dan
bantuan sosial yang bersumber dari APBD, hibah berupa uang
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis
belanja hibah, objek belanja hibah dan rincian objek belanja
hibah. Sementara itu, pasal 30A menyebutkan Kepala daerah
mencatumkan daftar penerima, alamat penerima dan besaran
bantuan sosial.

Menurut Peraturan Bupati Kubu Raya Nomor 30 Tahun 2012


penerima bantuan sosial terdiri dari perorangan, keluarga,
kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang
tidak stabil sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi,
politik, bencana, dan fenomena alam agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimum. Risiko sosial berupa kejadian atau
peristiwa dan berpotensi menimbulkan kerentanan sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis
politik, fenomena alam, bencana alam. Apabila tidak diberikan
belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat
hidup dalam kondisi wajar. Penerima bantuan sosial termasuk
juga lembaga non pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan,
keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi
individu, kelompok dan/atau masyarakat dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi,
dan/atau kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial yang
disalurkan terdiri atas uang, barang, dan/atau jasa, yang
anggarannya sudah dituangkan dalam DIPA K/L, demikian
seperti tercantum pada pasal 4 ayat (7) dan pasal 5 PMK itu.
Ketentuan penerima bantuan sosial dilakukan berdasarkan hasil
seleksi oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) K/L berdasarkan
pedoman yang dikeluarkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) K/L. Pencairan dana belanja bantuan sosial itu yang
disalurkan dalam bentuk uang dilakukan melalui pembayaran
langsung dari rekening kas umum negara ke rekening penerima
bantuan sosial pada bank/pos atau ke rekening bank/pos
penyalur. Berikut, penyaluran barang dan/atau jasa dilakukan
dengan cara pembayaran langsung dari rekening kas umum
negara kepada penyedia barang dan/atau jasa yang telah
menandatangani kontrak pengadaan dengan PPK. PMK ini
menguraikan, bahwa KPA bertanggung jawab atas pencapaian
target kinerja penyaluran dana bantuan sosial kepada penerima
bantuan. Sementara PPK bertanggungjawab atas pelaksanaan
penyaluran dana belanja bantuan sosial kepada penerima
bantuan sosial. Sekaligus menjamin pemberian bantuan sosial
telah sesuai dengan peruntukan dan tepat sasaran sebagaimana
pedoman yang diberikan oleh KPA. KPA, menurut PMK ini harus
menyusun laporan pertanggungjawaban dana belanja bantuan
sosial. Pertanggungjawaban, menurut Pasal 16 ayat (5) PMK ini,
paling sedikit memuat jumlah pagu yang disalurkan, realisasi,
dan sisa dana yang disetorkan ke rekening kas umum negara.
Mengatasi permasalahan pelaksanaan pemberian hibah dan
bantuan sosial yang bersumber dari APBD, sesuai dengan
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun tahun 2011,
perlu dilakukan penyesuaian terhadap Peraturan Bupati Kubu
Raya Nomor 43 tahun 2011 tentang Cara Penganggaran,
Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan
Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan
Sosial, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Kubu
Raya Nomor 30 tahun 2012. Menurut Heinz Eulau dan Kenneth
Prewitt (dalam Charles O. Jones, Nashir

Menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt (dalam


Charles O. Jones, Nashir Budiman 1996:47) kebijakan adalah
keputusan tetap yang dicirikan oleh kosistensi dan pengulangan
(repetitivenes) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari
mereka yang mematuhi keputusan tersebut. Dari defenisi ini
telah memperkenalkan beberapa komponen kebijakan publik.
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas
merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah
penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas
mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana sebagai
aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja sama untuk
menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan
kebijakan atau programprogram.
Implementasi pada sisi lain merupakan fenomena yang
komplek yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses
keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome)
(Winarno, 2007:144). Charles O. Jones dalam Nashir Budiman
(1996:296) mengatakan bahwa: implementasi kebijakan adalah
suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan
sebuah program dengan memperhatikan tiga aktivitas utama
kegiatan, yaitu: 1) Organisasi, pembentukan atau penataan
kembali sumber daya, unit-unit serta metode untuk menunjang
agar program berjalan, 2) Interpretasi, menafsirkan agar
program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat
4 Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2014 diterima serta
dilaksanakan, dan diterima serta dilaksanakan, dan 3) Aplikasi
(penerapan), berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rutin yang
meliputi penyediaan barang dan jasa Tahapan implementasi
sebagai proses untuk mewujudkan tujuan kebijakan sering
disebut sebagai tahap yang penting (critical stage). Disebut
penting karena tahapan ini merupakan “jembatan” antara dunia
konsep dengan dunia realita. Dunia konsep yang tercemin dalam
kondisi ideal, sesuatu yang diwujudkan sebagaimana
terformulasikan dalam dokumen kebijakan. sementara dunia
nyata adalah realitas dimana masyarakat sebagai kelompok
sasaran kebijakan (Purwanto, 2012:65) Tahap dalam proses
kebijakan publik adalah tahap implementasi kebijakan publik.

Menurut Jones (dalam Nashir Budiman 1996:300)


implementasi kebijakan publik adalah suatu kegiatan yang
dimasudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Kegiatan
untuk mengoperasikan dimaksud berisikan tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh berbagai pihak (individu/pejabat-pejabat
atau kelompok pemerintah atau swasta) dalam kebijakan
tersebut guna mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor-faktor
yang disampaikan oleh para ahli dalam teori digunakan sebagai
acuan, tetapi tidak menutup kemungkinan ada faktor lain yang
menyebabkan implementasi kebijakan program hibah dan
bantuan kepada organisasi kemasyarakatan kurang berhasil atau
kurang tepat sasaran. Berdasarkan fokus penelitian, peneliti
membagi fenomena pengamatan menjadi dua kelompok,
pertama pengamatan terhadap proses pelaksanaan
(implementasi) program, dan yang kedua pengamatan terhadap
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan
pelaksanaan program. Tahapan-tahapan penganggaran hibah
dan bantuan sosial meliputi usulan secara tertulis calon
penerima bantuan hibah dan bantuan sosial dengan syarat
organisasi kemasyarakatan tersebut telah terdaftar pada Pemda
setempat sekurangkurangnya 3 tahun (kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundangan-undangan, berkedudukan dalam
wilayah administrasi Pemda yang bersangkutan dan memiliki
sekretaris tetap). Selanjutnya proposal tersebut dievaluasi oleh
instansi yang terkait sesuai dengan bidang-bidang yang tertera
dalam proposal tersebut melalui pertimbangan Kebijakan Umum
APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS). Proses selanjutnya intstansi tersebut memberikan
kepada Kepala Daerah Bagian Verifikator Dinas Pendapatan
Keuangan dan Aset Daerah untuk mengeluarkan dana/anggaran
untuk dicairkan sesuai dengan rencana APBD ke rekening-
rekening yang mengajukan proposal.

Tetapi dalam proses pelaksanaanya tidak sesuai


dengan peraturan yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga
menimbulkan fenomena-fenomena masalah sesuai pengamatan
peneliti mengenai penyaluran hibah dan bantuan sosial
kemasyarakatan di Kabupaten Kubu Raya tahun 2013. Dalam
pelaksanaan program hibah dan bantuan sosial tahun 2013 di
Kabupaten Kubu Raya ditemukan beberapa masalah, antara lain :
Sosialisasi program kurang optimal, pelaksanaan program
bantuan sosial dan hibah menggunakan data penerima bantuan
sosial/hibah tahun 2012, banyak penerima bantuan tidak
melaksanakan verifikasi data, pelaksanaan penerima bantuan
dirasakan masih sangat kurang, adanya penolakan atau protes
dari berbagai elemen masyarakat, masih adanya tumpang tindih
dalam pembagian bantuan sosial/hibah, dana bantuan sosial
terkesan mendidik masyarakat koruptor dan nepotisme. 5 Jurnal
Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2014 Implementasi kebijakan tidak
selalu berjalan mulus, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya implementasi kebijakan tidak selalu
berada pada tempat yang dinamis, sehingga terdapat berbagai
macam faktor disekelilingnya yang turut mempengaruhi
implementasi kebijakan. Hal ini yang membuat peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan
Penyaluran Hibah dan Bantuan Sosial Kemasyarakatan di
Kabupaten Kubu Raya tahun 2013”.

Syafiie (2006:104) mendefenisikan kebijakan


publik adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karena
akan merupakan upaya memecahkan, mengurangi, dan
mencegah suatu keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur,
inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik
dan tindakan terarah. Identik dengan hal tersebut, Keban
(2004:55) mengemukakan pengertian dari sisi kebijakan publik,
bahwa :”Public Policy dapat dilihat dari konsep filosifis, sebagai
suatu produk, sebagai suatu proses, dan sebagai suatu kerangka
kerja. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan merupakan
serangkaian prinsip, atau kondisi yang diinginkan, sebagai suatu
produk, kebijakan dipandang sebagai serangkaian kesimpulan
atau rekomendasi, dan sebagai suatu proses, kebijakan
dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara tersebut
suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya,
yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya, dan
sebagai suatu kerangka kerja, kebijakan merupakan suatu proses
tawar menawar dan negosiasi untuk merumus isu-isu dan
metode implementasinya”. Menurut Charles O. Jones (dalam
Nashir Budiman 1996:48) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai “kebijakan dibedakan dari tujuan-tujuan kebijakan, niat-
niat kebijakan dan pilihan-pilihan kebijakan.

Beberapa komponen kebijakan umum adalah : niat (intentions),


tujuan (goals), rencana atau usulan (plans or proposals),
program, keputusan atau pilihan (decisions or choices) dan
pengaruh (effects) Thomas Dye (dalam Subarsono, 2005:2)
menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah pilihan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Definisi
kebijakan publik dari Thomas Dye mengandung makna bahwa:

a) Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah,


bukan organisasi swasta

b) Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan


atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.

Selanjutnya James E. Anderson (dalam Islamy,


1994:1.10) mengemukakan implikasi dari pengertian kebijakan
negara, yaitu: 6 Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2014

1. Bahwa kebijaksanaan negara itu selalu mempunyai tujuan


tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada
tujuan.

2. Bahwa kebijaksanaan itu berisitindakan-tindakan atau pola-


pola tindakan pejabat pemerinta.
3. Bahwa kebijaksanaan itu adalah merupakan apa yang benar-
benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan apa yang
pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu atau
menyatakan akan melakukan sesuatu.

4. Bahwa kebijaksanaan negara itu bisa bersifat positif dalam


arti merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu masalah
tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan
pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, dan

5. Bahwa kebijaksanaan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti


positif.

Menyangkut kebijakan publik ini, Anderson (1984:10-


17) membaginya kedalam empat kategori dari kebijakan publik,
yakni kebijakan substantif dan procedural kebijakan distributif,
pengaturan sendiri, dan redistribusi; kebijakan material dan
simbolik; serta kebijakan yang melibatkan barang kolektif atau
barang privat. Mengingat peran penting dari kebijakan publik
dan dampaknya terhadap masyarakat, maka para ahli juga
menawarkan sejumlah teori yang dapat digunakan dalam proses
pembuatan kebijakan serta kroteria yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi pemilihan terhadap suatu kebijakan tertentu.
Menurut Anderson (1984:122-127), terdapat tiga teori utama
yang dapat digunakan dalam proses pembuatan sebuah
kebijakan yakni: teori rasional-komprehensif, teori incremental,
serta teori mixed scanning. Teori rasional-komprehensif adalah
teori yang intinya mengarahkan agar pembuatan sebuah
kebijakan publik dilakukan secara rasional-komprehensif
dengan mempelajari permasalahan dan alternatif kebijakan
secara memadai.
Sementra itu, teori incremental adalah teori yang intinya
tidak melakukan perbandingan terhadap permasalahan dan
alternatif serta lebih bmemberikan deskripsi mengenai cara yang
dapat diambil dalam membuat kebijakan. Adapun teori mixed
scanning adalah teori yang intinya menggabungkan antara teori
rasional-komprehensif dengan teori incremental. Kriteria yang
dapat digunakan untuk mempengaruhi pemilihan terhadap
suatu kebijakan tetentu, Anderson (1984:127-137)
mengemukakan enam kriteria yang harus dipertimbangkan
dalam memilih kebijakan, yakni:

(1) nilai-nilai yang dianut oleh organisasi, profesi, individu,


kebijakan maupun ideology,

(2) alfiliasi partai politik,

(3) kepentingan konstituen;

(4) opini publik;

(5) penghormatan terhadap pihak lain; serta

(6) aturan kebijakan. Proses pembuatan sebuah kebijakan


publik melibatkan aktivitas yang kompleks.

Pemahaman terhadap proses pembuatan kebijakan


oleh para ahli dipandang penting dalam upaya melakukan
penilaian terhadap sebuah kebijakan publik. Guna membantu
melakukan hal ini, para ahli kemudian megembangkan sejumlah
kerangka untuk memahami proses kebijakan (policy process)
atau seringkali disebut juga sebagai siklus kebijakan (policy
cycles). Kebijakan publik sebagai suatu proses terdiri atas tiga
rangkaian siklus aktivitas kebijakan publik yang meliputi:
formulasi kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi
kebijakan. Formulasi kebijakan merupakan terhadap perumusan
tahap perumusan kebijakan yang memuat alternatif-alternatif
yang ditawarkan untuk dijadsikan pilihan dalam implementasi
kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan proses untuk
memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya
kebijaknya tersebut (Person dalam Putra, 2003:78 dan Agustino,
2006:52). 7 Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2014 2.
Implementasi Kebijakan Implementasi yang merupakan
terjemahan dari kata “implementation” berasal dari kata kerja to
implement. menurut Webster’s Dictonary (dalam Tachjan, 2006 :
23), kata implement berasal dari bahasa latin implementum dari
asal kata impere dan plere kata implere dimasudkan to fill up; to
filll in yang artinya mengisi penuh, melengkapi, sedangkan plere
maksudnya to fill yaitu mengisi. Secara etimologis implementasi
itu dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang bertalian
dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan
sarana alat untuk memperoleh hasil.

Menurut Charles O. Jones (dalam Nashir Budiman


1996;295) implementasi adalah penerapan dapat dipandang
sebagai sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan
dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Penerapan adalah
kemampuan untk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut
dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan
dan tujuan. Dalam pandangan Charles O. Jones (dalam Nashir
Budiman 1996:296) ada tiga pilar penilaian terhadap
implementasi kebijakan, yaitu :

1) Organisasi, setiap organisasi harus memiliki struktur


oragnisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas
sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat kerja
serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas.
2) Interpretasi, mereka yang melaksanakan tugasnya sesuai
dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat
apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana
dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang.

3) Penerapan, peraturan/ kebijakan berupa petunjuk pelaksana


dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan,
untuk dapat melihat itu harus pula dilengkapi dengan adanya
prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan.

Implementasi menurut ahli-ahli di atas merupakan


pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang dapat
juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting
atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini
berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti
tahapan pengesahan undang-undang. Kemudian output
kebijakan dalam betuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya
sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

Menurut Nugroho (2011;627) masing-masing


pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam
membentuk keterkaitan antara kebijakan dan hasilnya. Model
pendekatan top-down yang dirumuskan oleh Donald Van Metter
dan Carl Van Horn disebut dengan A Model of policy
implementation. Proses implementasi ini merupakan abstraksi
atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada
dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja
implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung
dalam hubungan berbagai variabel. Ada enam variabel yang
menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi
implementasi adalah :
a. Ukuran dan tujuan kebijakan Kinerja implementasi kebijakan
dapat diukur tingkat keberhasilannya jika ukuran dan tujuan
dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang
mengada dilevel pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan
atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan dilevel
warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan
pubhingga titik yang dapat dikatakan berhasil. 8 Jurnal Tesis
PMIS-UNTAN-PSIAN-2014

b. Sumber daya Keberhasilan proses implementasi kebijakan


sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan dari sumber
daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang
terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses
implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses
implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh
kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika
kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil,
maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.

c. Karakteristik agen pelaksana Pusat perhatian pada agen


pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal
yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini
sangat penting karena kinerja Implementasi kebijakan akan
sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok
dengan para agen pelaksanannya.

d. Sikap/ kecenderungan (disposition) para pelaksana Sikap


penerima atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan kebijakan publik. Hal ini
sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan
bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul
persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi
kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan
“dari atas” (top down) yang sangat mungkin para pengambil
keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu
menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang
warga ingin selesaikan.

e. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana


Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam
implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi
komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan
akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.

f. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik Lingkungan sosial,


ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang
keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu
upaya mengimplementasikan kebijakan harus pula
memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eskternal.

George C. Edward model implementasi kebijakan


publiknya dengan Direct and Indirect impact on Implementation.
Dalam pendekatan yang diteoremakan oleh Edward III, terdapat
empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan, yaitu : Komunikasi, sumberdaya,
disposisi (kecenderungan-kecenderungan) dan struktur
birokrasi. Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan
oleh banyak variable atau faktor dan masing-masing variabel
tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Tedapat beberapa teori implementasi, antara lain menurut


pendapat Edward (2003:12-13) implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
a) Komunikasi agar implementasi menjadi efektif maka mereka
yang tanggung jawab adalah untuk mengimplementasikan
sebuah keputusan mesti tahu apa yang seharusnya mereka
kerjakan.

b) Sumberdaya jika personalia yang bertanggungjawab dalam


melaksanakan semua kebijakan kurang sumberdaya untuk
melakukan sebuah pekerjaan efektif, implementasi tidak akan
efektif pula. 9 Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2014

c) Diposisi sikap dari implementor adalah faktor kritis ketiga


dalam pendekatan terhadap studi implementasi kebijakan
publik.

d) Struktur birokrasi jika sumberdaya yang cukup untuk


mengimplementasikan sebuah kebijakan dan para implementor
tahu apa yang harus dikerjakan dan ingin mengerjakannya.
Implementasi mungkin masih dicegah karena kekurangan dalam
struktur birokrasi. Sedangkan menurut Grindle (dalam
Subarsono 2005:95) Implementasi dipengaruhi oleh dua
variabel, yaitu: a) Variabel isi kebijakan mencakup: kepentingan
yang terpengaruhi oleh kebijakan jenis manfaat yang akan
dihasilkan derajat perubahan yang diinginkan. Kedudukan
pembuat kebijakan (siapa) pelaksana program dan sumberdaya
yang dikerahkan. b) Variabel lingkungan kebijakan mencakup
seberapa kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh
para faktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa, tingkat
kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran. Menurut Meter
dan Horn (dalam Tangkilisan 2003:20) menyatakan bahwa
model implementasi kebijakan dipengaruhi 6 faktor yaitu: a)
Standar dan sasaran kebijakan dan sasaran yang menjelaskan
rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh. b)
Sumberdaya kebijakan berupa dana pendukung implementasi. c)
Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran
digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuanyang hendak
dicapai. d) Karakteristik pelaksanaan, yaitu karakteristik
organisasi yang merupakan faktor krusial yang akan
menentukan berhasil tidaknya suatu program. e) Kondisi sosial,
ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan.
f) Sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan
ditetapkan. 3. Pengertian hibah dan Bantuan Sosial Pengertian
hibah dan bantuan Sosial menurut Permendagri Nomor 32
Tahun 2011, hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
Pemda kepada pemerintah atau Pemda lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan
untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang
dari pemda kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif
yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Ketentuan umum pemberian hibah menurut
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011, pemberian hibah ditujukan
untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan
Pemda dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. Pemberian hibah
memenuhi paling sedikit 3 kriteria yaitu : a. Peruntukannya
secara spesifik telah ditetapkan; b. Tidak wajib, tidak mengikat
dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan c.
Memenuhi persyaratan penerima hibah. Hibah dapat diberikan
kepada a. Pemerintah; b. Pemda Lainnya c. Perusahaan Daerah.
BAB 4

ANALISIS PENERAPAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI


(BPNT) BAGI MASYARAKAT

RADHIPA ROHMATUL JANNAH (19681039)

Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Dan


Ekonomi Islam IAIN Curup

Radhifa03@gmail.com
Abstrak

Pendahuluan
PEMBAHASAN

1. Pengertian Bantuan Pangan Non Tunai

Bantuan pangan non tunai atau biasa disebut dengan BPNT


adalah kebijakan dari pemerintah yang merupakan turunan awal
dari kebijakan pemerintah mengenai bantuan sosial. Terdapat
tiga kali revisi dalam bantuan sosial non tunai ini yaitu dari
bantuan beras bulog atau bisa disebut raskin, kemudian beras
untuk keluarga sejahtera atau disebut dengan rasta. Dan
kebijakan terakhir dari pemerintah yaitu mengenai bantuan
sosial non tunai ini diubah menjadi bantuan pangan non tunai
atau disebut dengan BPNT.footnote4 merujuk pada permensos
no 11 thn 2018 tentang penyaluran bantuan pangan non tunai.
Footnote6

Bantuan pangan non tunai ini lahir melalui rapat terbatas


atau RATAS pemerintah republik Indonesia. Yang mana
pemerintah republik Indonesia memerintahkan agar bansos dan
subsidi masyarakat diberikan secara non tunai dengan bekerja
sama dengan sistem perbankan. Hal ini karena pemerintah
berharap agar KPM dapat produktif dan dapat
mengefektivitaskan dana bansos ini agar tepat sasaran dan dapat
meningkatkan keuangan inklusi melalui penyaluran yang
transparan, dan kemudahan akuntabilitas dalam memperhatikan
jalannya program ini seperti mengontrol dan ketetapan sasaran
penerimaan bahkan, penyaluran dana bansos. RATAS ini
dilakukan pada tanggal 26 April 2016 tentang keuangan inklusi.
Sebelumnya juga pemerintah RI telah melakukan RATAS tentang
Penganggulangan Kemiskinan Dan Ketimpangan Ekonomi pada
tanggal 16 maret 2016 yang menghasilkan bahwa penyaluran
beras sejahtera atau biasa disebut dengan RASTA untuk di
salurkan melalui E-Voucher yang dimulai sejak tahun
2017.footnote2 melalui rapat terbatas ini presiden
mengeluarkan PEPRES RI no. 63 thn 2017 tentang penyaluran
bantuan pangan non tunai yang digunakan sebagai gambaran
pelaksanaan BNPT dan landasan BPNT.footnote3

Melalui e-voucher ini diharapkan agar bansos lebih


transparan dan tepat sasaran. BPNT dalam bentuk e-voucher ini
dapat dimanfaatkan bagi KPM untuk keperluan membeli
kebutuhannya berupa beras dan sembako lainnya pada e-
warong yang sudah memenuhi persyaratan. E- warong atau
elektronik warung gotong royong merupakan sebutan bagi
usaha – usaha yang bekerjasama dengan bank penyalur. Syarat
utama terpilihnya usaha –usaha tersebut sebagai e-warong
adalah 1) tidak ada sengketa tanah, 2) pemilik usaha bersedia
menjadikan usahanya sebagai e-warong, 3) terjangkau oleh
internet demi kelancaran komunikasi, dan 4) pengelola e-
warung beranggotakan 10 orang. Ini sesuai dengan pasal 4 ayat 1
Permensos RI no 25 thn 2016 tentang kriteria pembuatan e-
warong. Adapun e-warong ini bertujuan untuk mengurangi dari
kesalahan – kesalahan dalam penyluran bantuan sosial seperti
kurangnya kualitas bantuan, kuantitas bantuan, dan ketepatan
penerima bantuan sosial ini. Contoh usaha – usaha yang
dimaksud adalah seperti pasar tradisional, warung rumahan
atau manisan, e-warong KUBE, dan sebaginya yang menjual
berbagai macam produk panganyang dibutuhkan oleh KPM
(keluarga penerima manfaat). BPNT ini bekerja sama dengan
HIMBARA atau himpunan bank milik negara. Adapun bank –
bank yang termasuk atau terhimpun pada HIMBARA yakni
terdapat 4 bank Indonesia yaitu bank BRI, BNI, MANDIRI, dan
BTN. Ke empat bank ini adalah bagian dari bank BUMN
Indonesia.
Bantuan pangan non tunai (BPNT) ini mulai populer dan
diunggulkan pada tahun 2018 walaupun, diluncurkan pada
tahun 2017 pada 44 kota atau daerah yang ada di Indonesia.
Bantuan pangan non tunai yang diberikan pemerintah melalui
kemensos ini berupa beras dan telur. Dalam waktu periode 1
bulan atau sebulan sekali, BPNT ini diharapkan dapat
memberikan manfaat yang lebih tepat sasaran dan tepat waktu
bagi KPM (keluarga penerima manfaat). Besaran dana yang
diberikan oleh pemerintah dalam program bantuan sosial non
tunai berupa bantuan pangan non tunai yaitu sebesar Rp.
110.000 per KPM / bulan yang akan disalurkan melalui e-
voucher. Uang ini hanya dapat ditukarkan kedalam bentuk
sembako pangan untuk berbelanja sesuai dengan bahan pangan
yang diinginkan mulai dari jenisnya, harga, kualitas, dan tempat
dimana KPM akan membeli bahan pangan tersebut dan tidak
dapat dicairkan kedalam bentuk tunai. Namun jika bantuan ini
tidak ditarik pada bulan saat dana cair maka dana akan
tersimpan dan dapat digunakan untuk bulan selanjutnya dan
otomatis akan terakumulasikan keduanya. Foot note 3

Selain manfaat yang telah disebutkan di atas tadi, BPNT ini


juga berfungsi untuk 1) menyeimbangkan gizi KPM, 2)
mengurangi pengeluaran keluarga penerima manfaat untuk
memenuhi kebutuhannya, 3) meningkatkan usaha rakyat atau
UMKM (e-warong), 4) mengefektifkan anggaran keuanggan
negara dan desa APBN dan APBD.footenote2 5) 6 ketepatan
BPNT ini yaitu tepat sasaran penerima, tepat jumlah, tepat
kualitas, tepat harga, tepat pada waktunya, tepat pembiayaanya,
dan 5) memberikan kebebasan bagi KPM dalam memilih produk
sembako yang diinginkan, dan 6) menyampaikan jasa keuangan
pada masyarakat. Dengan harapan sesuai dari manfaat yang
telah disebutkan diatas maka dapat memperbaiki perekonomian
KPM (keluarga penerima manfaat) serta kesejahteraan
kehidupan dalam harapan jangka panjang.

Bantuan pangan non tunai ini dijalankan oleh kementrian


sosial (kemensos) dan sebagai penyeleksi keputusan masyarakat
yang menerima BPNT sekaligus membantu pekerjaan kemensos
agar lebih efisien adalah TKSK atau tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan yang terdapat di setiap kecamatan. Kerja TKSK ini di
bantu dengan program atau pemanfaatan dari kecanggihan
teknologi zaman kini. Dengan bantuan teknologi ini tujuannya
adalah untuk meminimalisir berbagai kesalahan seperti
kebenaran data – data yang akan dihimpun dan pembuat laporan
yang cepat dan tepat, serta memudahkan TKSK menyampaikan
informasi kepada masyarakat agar terhindar dari miskomunikasi
antara pemerintah dan masyarakat.

2. Penerima – Penerima Bantuan Pangan Non Tunai

Keriteria orang yang dapat menerima bantuan pangan non


tunai ini adalah seluruh masyarakat miskin dimana menurut
kemensos yang di ambil dari data BPS yaitu pada data kategori
masyarakat miskin. Adapun penseleksian dari penerima bantuan
pangan non tunai yaitu melalui organisasi yang bernama TKSK
atau tenaga kesejahteraan sosial kecamatan. Ada berbagai cara
dalam mendata masyarakat yang berhak menerima BPNT ini
antara lain adalah secara manual. Dimana TKSK menerima data
tentang masyarakat miskin kemudian mengunjungi rumahnya
dan melakukan wawancara apakah ia berhak menerima BPNT
tersebut atau tidak. Sebutan lain bagi masyarakat yang
menerima BPNT ini adalah KPM yaitu keluarga penerima
manfaat. Foot note 1
pada metode penseleksian masyarakat yang berhak
menerima BPNT ini terdapat kekurangan keefektifan data yang
di kumpulkan karena penghitungan data hanya menggunakan
wawancara dari pihak TKSK dan dibantu dengan program
microsoft-excel membuatnya kurang akurat. Penerapan ini
sangat lamban selaki mulai dari proses wawancara hingga
perhitungan pada microsoft excel. Dalam memecahkan masalah
ini banyak peneliti yang memberikan terobosan dalam
peningkatan sistem pengembangan yaitu Hardwere dan
Softwere. Contoh Hardwere yaitu printer contoh softwere yaitu
microsoft word pro.footnote 1

metode kedua yang digunakan untuk mendata masyarakat


yang berhak menerima BPNT adalah Simple Additive Weighting.
Metode ini paling banyak digunakan karena pengaplikasiannya
yang sederhana. Awal muncul metode ini aadalah karena banyak
data yang tidak lengkap kurang relevan dan efektif dalam
pengambilan keputusan. SAW ini mengandung algoritma yang
tidak rumit untuk di aplikaasikan. Kelebihan program ini yaitu
penilaian kahir yang paling tepat dari pada metode lainya.
Kekurangan metode ini yaitu dilakukan hanya pembobotan lokal,
dan penghitungan angkany aynag terbatas yaitu menggunakan
bilangan crisp dan fussy saja.

Kepmensos nomor 146 thn 2013 menjelaskan tentang


kriteria - kriteria masyarakat yang berhak menerima bantuan
pangan non tunai terdapat 14 kriteria yaitu :

 Lantai bangunan rumahnya tidak lebih dari luas 8 m 2


setiap orangnya
 Alas bangunan tidak dari keramik atau bahan bagus
lainnya, boleh berbentuk tanah, dan bambu.
 Adapun bangunannya ataudinding rumahnya hanya
terbuat dari kayu kualitas jelek, bambu atau semen
yang belum dihaluskan.
 Tidak memiliki wc pribadi
 Sumber penerangan belum menggunakan listrikk
bisa lilin atua obor atau alat penerang lainnya.
 Tidak menggunakan sumber mata air pdam, sumber
mata air ini bisa berupa air hujan, sungai , atau air
sumur.
 Tungku masak atau bahan bakar yang digunakan dari
kayu dan minyak tanah bukan gas’
 Mampu membeli baju baru hanya setahun sekali
 Makan daging hanya seminggu sekali
 Tidak mampu berobat sendiri
 Makan sehari 2 kali
 Minimal pendapatan adalah Rp 600.000/bulan
 Pendidikan terakhir SD dan bisa juga tidak tamat SD
dan tidak sekolah sama sekali
 Tidak memiliki aset yang dapat dijual dengan harga
di atas Rp 500.000footnote2

3. Implementasi Bantuan Pangan Non Tunai

Dalam pelaksanaan program BPNT ini masih banyak


terdapat kesalahan – kesalahan dalam penerapannyakesalahan –
kelahan tersebut antara lain:

 Jumlah BPNT dan kebutuhan KPM tidak seimbang

Walaupun banyak dari masyarakat yang mengatakan bahwa


jumlah bantuan pangan non tunai ini sudah sangat membantu
dalam meringankan pengeluaran kebutuhan sehari – hari
keluarg apenerima manfaat. Namun kenyataannya bahwa dana
yang diberikan sebesar Rp 110.000 itu belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga penerima manfaat.

 Tidak tepat sasaran

terget masyarakat yang seharusnya menerima BPNT.


Salah sasaran penerima BPNT ini karena hanya berpatokan pada
data masyarakat miskin yang terdapat dalam BPS. Dalam data ini
kenyataanya banyak masyarakat miskin yang belum
terkonfirmasi atau terferifikasi dengan benar apakah mereka
layak menerima BPNT ini. Hal ini dikarenakan ada banyak warga
yang terkadang membohongi atau memalsukan datanya hanya
untuk mendapakan bantuan sosial ini. Dan kurangnya
penggawasan yang ketat dari pemerintah. Sehingga masyarakat
semena – mena saja. Jalan keluar agar dapat terhindar dari
kecurangan – kecurangan data ini maka di ciptakanlah sistem
pendukung antara lainnya yang sering di angkat pembahasannya
oleh peneliti – peneliti sebelumnya yaitu Simple Additive
Weighting (SAW) suatu perhitungan untuk memberi kesimpulan
bagi masyarakat yang tepat sasaran sebagai penerima dana
BPNT sebagaimana yang telah dijelaskan ditas tadi.

 Nutrisi yang diharapkan pemerintah sejatinya belum


terpenuhi

Tujuan bantuan pangan non tunai ini adalah memenuhi


kebutuhan gizi seimbang keluarga penerima manfaat. Awalnya
program BPNT ini hanya dapat ditukarkan dalam bentuk beras
dan telur saja. Maka setelah di teliti lagi jika hanya dengan beras
dan telur maka gizi seimbang itu belum akan terwujud. Maka
dalam hal ini pada awal tahun 2020 kemarin bantuan pangan
non tunai ini diganti dengan program sembako. Yang mana
program ini sejalan dengan tujuan pemerintah yang ingin
menyeimbangkan gizi KPM. Karena kini BPNT itu dapat ditukar
tidak hanya dengan beras dan telur saja tapi dapat ditukar
dengan berbagai lauk pauk seperti ikan, ayam, dan zat – zat
hewani lainnya. Kemudian ada juga berbagai sayur – sayuran
hijau sebagai pemenuhan zat nabati, kemudian buah – buahan
yang mana dapat memenuhi kebutuhan vitaminya. Maka dari
program bantuan smbako ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan KPM mulai dari 4 sehat hingga 5 sempurna.

 Permasalahan kartu e-voucher

Permasalahan – permasalahan yang sering terjadi pada


kartu e- voucher keluarga penerima manfaat adalah kartu yang
rusak akibat kesalahan KPM dan kesalahan dari pihak BPNT
yangmembuat kartu tidak terdeteksi, lecet adalah kesalahan
yang sangat sering sekali terjadi, hilang, hingga pembagian kartu
yang belum tuntas. Jadi hingga kini masih ada keluarga penrima
manfaat yang belum dapat e-vouchernya.

 Kesalahan KPM dalam mengalokasikan dana BPNT

Kenakalan atau kesalahan Keluarga penerima manfaat


dalam menggunakan e-voucher bantuan pangan non tunai ini.
Awal BPNT muncul hanya mengkhususkan penukaran untuk
beras dan telur saja, dengan kebijakan baru pemerintah yang
dapat ditukarkan dengan berbagai sembako. Namun masih
banyak KPM yang menukarkan dana bantuan ini untuk membeli
minyak ataupun gula. Sejatinya bahwa ini bukan tujuan
pemerintah untuk menyeimbangkan gizi, tetapi sebagai bahan
kebutuhan barang – barang kering.
 Kesalahan e-warong

Bukan hanya KPM saja yang melakukan kesalahan,


namun pihak e-warong juga melakukan kesalahan. Adapun
kesalahan yang biasa dilakukan e-warong ini adalah
memaketkan pembelanjaan KPM sehingga KPM tidak
mendapatkan hak pilihannya dengan penuh. Terkadang pihak e-
warong memaketkan bahan sembako dan menentukan jumlah
paketan sendiri, padahal ini melanggar ketentuan dari
pemerintah. Sebaiknya KPM dapat memilih bahan pokoknya
sendiri namun tidak keluar dari bahan sembako yang ditetapkan
oleh pemerintah. Karena jika di adakan pemaketan sembako ini
akan memberikan kerugian juga kepada KPM, yang mana
seharusnya KPM tidak memilih contoh 1 sembako yaitu ikan
karena KPM tidak dapat makan ikan atau alergi terhadap ikan.
Nah karna KPM tidak dapat mengambil manfaat dari ikan
sebagai nutrisi hewani maka ia berhak memilih ayam atau
daging dengan harga yang sama atau takaran yang seimbang
dengan ikan tersebut.

 Tidak tepat waktu memberi bantuan

Kesalahan ini biasanya terjadi akibat dari kelalaian pihak


BPNT, sehingga seharusnya penyerahan dana BPNT dilakukan
setiap sebulan sekali tapi tertunda hingga dua bulan sampai tiga
bulan baru dana dari BPNT ini keluar.

 Mendahulukan kerabat dari pihak pemerintah baru


masyarakat miskin

Permasalahan Indonesia dari dulu yang sangat susah


sekali di hilangkan. Bukan hanya pada BPNT saja namun bantuan
sosial lainnya juga sering di manupulasi begini. Yang kerabat
pemerintah akan di dahulukan terlbih dahulu. Kendati bahwa
mereka termasuk kedalam golongan masyarakat yang mampu
bahkan berkecukupan. Sedangkan masyarakat miskin yang
harusnya di dahulukan dan dijadikan prioritas terlewatkan dan
tidak mendapat bantuan.

 Kualitas sembako yang diberikan buruk

Selanjutnya yang terakhir adalah kualitas dari sembako yang


buruk

Masyarakat mengakui bahwa BPNT ini sangat membantu mereka


dalam memenuhi sebagian dari kebutuhannya sehari – hari KPM.
Kedua Ketiga ketidak tepatan sasaran penerima BPNT.
Keempat yaitu

Bantuan pangan non tunai ini sangat sulit sekali untuk mencapai
kesempurnaan harapan yang diinginkan. Karena jika ingin
mencapai itu perlu adanya kerja sama yang baik dari semua
aspek. Dimulai dari pemerintah kemudian penyalur dana BPNT
ini, e-warung sebagai penyedia sembako hingga penerima BPNT.
Jika ada salah satu saja yang menyimpang ma kebijakan ini tidak
akan mencapai terget tujuannya. Dan harus segera dilakukan
pengevaluasian dan pengawasan agar semua sejalan dengan
rencana yang diharapkan. Padahal tujuan dari BPNT ini tidak ada
unsur mengkayakan sepihak golongan saja, namun
mensejahterakaan seluruh masyarakat Indonesia.
BAB 5

PERTANGGUNG JAWABAN DALAM PENGELOLAAN DANA


BANTUAN SOSIAL (BANSOS)

NURI SUSI JUNIASIH (19681033)

Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Dan


Ekonomi Islam IAIN Curup

nurisusijuniasih23@gmail.com

Abstrak :

Bantuan sosial merupakan pemberian bantuan berupa


uang atau barang dari pemerintah kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang sifatnya tidak secara terus
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial terhadap masyarakat.
Pemberian dana bantuan sosial dari pemerintah terhadap
masyarakat. Dimana dana bantuan ini berasal dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBN/APBD) untuk merencanakan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setiap hal yang kita
perbuat di dunia ini harus dipertanggungjawabkan seperti kita di
beri kepercayaan untuk mengelola dana bantuan sosial maka
kita harus bisa menjalankan amanah yang di berikan oleh orang
kita bisa menjalankannya dengan baik. Pada saat ini banyak
sekali pergaulan manusia dalam kehidupan masyarakat tidaklah
selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Manusia
selalu dihadapi pada masalah-masalah dan pertententangan
serta konflik kepentingan antar sesamanya seperti hal dalam
mengelola dana bantuan sosial banyak juga yang
menyalahgunakannya. Maka dari itu saya mengambil
pengamatan untuk book chapter tentang pertanggungjawaban
dalam mengelola dana bantuan sosial yang mana semua kegiatan
yang dilakukan harus jelas agar tidak ada kecurangan.

Kata kunci : pertanggungjawaban, pengelola, bantuan sosial,


resiko sosial

PENDAHULUAN

Penanganan kemiskinan di Indonesia terus diupayakan


melalui berbagai strategi dan pendekatan dengan mengerahkan
berbagai sumber daya, baik yang dimiliki oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun masyarakat secara individu,
kelompok, dunia usaha dengan berbagai bentuk program salah
satunya adalah bantuan sosial (BANSOS). Untuk mencapai tujuan
bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, setiap tahun disusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBN/APBD) untuk merencanakan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Pelaksanaan anggaran
bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas dokumen
pelaksanaan anggaran PPKD (DPA-PPKD). Sedangkan
pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang
berdasarkan atas dokumen pelaksanaan anggaran (DPA-SKPD).
Dengan catatan bahwa pengadaan barang atau jasa dalam rangka
bantuan sosial berpedoman pada peraturan perundang-
undangan. Di dalam anggaran dijelaskan program dan kegiatan
yang akan diselenggarakan setiap tahun yang dirinci
berdasarkan fungsi dan jenis bantuan atau belaja. Klasifikasi
belanja menurut jenis belanja terdiri dari belanja pegawai,
barang dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, belanja
bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tidak terduka serta
belanja bantuan sosial.

Bantuan sosial (BANSOS) merupakan pemberian bantuan


berupa uang atau barang dari pemerintah kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang sifatnya tidak terus
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial terhadap masyarakat atau
pengurangan angka kemiskinan. Bantuan sosial (BANSOS)
sebagai alat untuk mempresentasikan tugas-tugas pemerintah
dalam rangka pelayanan publik sesuai dengan kewenangan yang
ada. Bantuan sosial ini seperti Program Keluarga Harapan (PKH),
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Bantuan Sosial Pangan
(BSP), Bantuan Sosial Tunai (BST), Bantuan Langsung Tunai
Dana Desa (BLT DD), Bantuan UKM, Subsidi Gaji Karyawan dan
Program Prakerja dan lainnya.

Perkembangan peradaban dunia semakin hari semakin


berkembang menuju modernisasi. Perkembangan yang selalu
membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tanpa nyata
terutama dalam bidang ekonomi. Hal yang sering dilakukan
adalah pada saat melakukan pengelolaan dana bantuan sosial
tidak transparansi dimana pemerintah bekerja dengan terbuka
tidak ada yang ditutupi dari rakyat sehingga rakyat tahu apa
yang dikerjakan pemerintahnya. Pemerintah setiap tahun
mengeluarkan dana triliunan rupiah untuk bantuan sosial. Dari
jumlah dana yang besar tersebut, penyaluran dana bantuan
sosial rawan diselewengkan atau di salah gunakan dari tujuan
awalnya, yaitu untuk kesejahteraan rakyat.

Potensi terjadinya penyimpangan atau korupsi sangat


tinggi mengingat alokasi dana bantuan sosial yang sangat besar.
Korupsi dana bantuan sosial sudah menjadi wabah seperti
penyakit karena menyebar ke sejumlah daerah. Dari aspek
regulasi, Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) tidak menemukan
adanya ketentuan yang mengatur tentang keadilan dalam
pengelolaan dana bantuan sosial. Dalam aspek tata laksana
ditemukan sejumlah masalah dalam proses penganggaran,
penyaluran, pertanggungjawaban, dan pengawasan.

Dana bantuan sosial sangat penting sekali digunakan


untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat individu
maupun kelompok terutama yang membutuhkannya. Namun,
seringkali kita mendapatkan kasus dana tersebut dimanfaatkan
oleh seseorang atau kelompok tertentu untuk kepentingannya.
Modus yang sering terjadi adalah pemberian bantuan tanpa
pengajuan, pemberian bantuan melebihi alokasi, pemotongan
bantuan, pemberian bantuan tanpa pertanggung jawaban
penggunaan, dan proposal atau bantuan fikfif.

Dalam pembuatan book chapter ini saya mengambil judul


pertanggung jawabanan dalam pengelolaan dana bantuan sosial
dimana kita bisa lihat dari perkembangan zaman yang semakin
modern membuat manusia mengikutinya dan melupakan hak
dan kewajibannya kepada Allah yang harus dipertanggung
jawabkan atas segala hal yang dilakukan di dunia ini. Dari hasil
pengamatan saya banyak sekali orang yang melakukan kegiatan
ekonomi yang tidak sesuai dengan syariat islam contohnya saja
orang yang di beri amanah untuk mengelola dana bantuan sosial
untuk mesejahterakan kehidupan masyarakatnya tapi malah
melakukan kecurangan atas dana yang di berikan oleh
pemerintah dimana mereka memakan hak orang lain dengan
cara yang tidak bagus hanya untuk memenuhi kebutuhan
nafsunya saja tidak memikirkan orang di sekitarnya. Jadi dalam
book chapter yang bahas bagaimana cara kita menjadi
bertanggung jawab dalam melakukan setiap kegiatan agar sesuai
dengan aturan yang sudah di ajarkan baik itu materi ataupun
spiritual, dalam menyalurkan dana bantuan sosial kita juga harus
bersikap adil kepada siapa yang wajib menerimanya sebab jika
tidak sesuai dengan syarat atau ketentuan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah maka itu harus di pertanyakan
pertanggung jawabannya atas apa yang sudah diberikan amanah
oleh pemerintah kepada si pelaku yang meyalurkan dana
tersebut.

PEMBAHASAN

A. Pertanggung Jawaban Seperti Apa Saja Yang Harus


Dilakukan Dalam Pengelolaan Dana Bantuan Sosial

Tanggungjawab adalah ciri manusia yang beradab


(berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia
menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan
menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau
pengorbanannya. Seperti hal dalam tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarga begitu pula dalam
mengelolaan dana bantuan sosial setiap hal yang kita kerjakan
butuh dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab ini menyangkut
nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan
kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan dunia dan akhirat.
Dimana dijelaskan dalam ayat al-quran tentang tanggung
jawaban manusia terhadap keluarga dan masyarakat.
ِ ‫اس أُ َّمةً َو‬
ۖ ً‫اح َدة‬ َ َّ‫ك لَ َج َع َل الن‬َ ُّ‫ َولَوْ شَا َء َرب‬. َ‫ك لِيُ ْهلِكَ ْالقُ َر ٰى بِظُ ْل ٍم َوأَ ْهلُهَا ُمصْ لِحُون‬ َ ُّ‫َو َما َكانَ َرب‬
َ َ
َ‫ك أَل ْمأَل َّن َجهَنَّ َم ِمن‬ ُ
َ ِّ‫ ة َرب‬S‫ت َكلِ َم‬ ْ ‫ك َخلَقَهُ ْم ۗ َوتَ َّم‬ ٰ َ ُّ‫ إِ َم ْن َر ِح َم َرب‬. َ‫َواَل يَزَ الُونَ ُم ْختَلِفِين‬
َ ِ‫ َذل‬S ِ‫ك ۚ َول‬ ‫اَّل‬
َ‫اس أَجْ َم ِعين‬
ِ َّ‫ْال ِجنَّ ِة َوالن‬

Artinya :

Dan tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri


secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat
kebaikan. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan
manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu (keputusannya) telah ditetapkan. Sesungguhnya aku
akan memenuhi nereka janannam dengan jin dan manusia (yang
durhaka) semuanya. (QS. Hud : 117-119)

Ayat ini menginformasikan bahwa kalau dalam suatu


negeri masih ada orang-orang baik, maka Allah Swt tidaklah
akan membinasakan negeri itu dengan aniaya, dengan tidak ada
sebab. Adzab turun disebabkan perbuatan zalim manusia, maka
berbuat baiklah untuk menghindarinya. Kezaliman terjadi bila
seseorang mengambil hak orang lain,baik karena ia butuh atau
karena ia jahat. Allah Swt Maha Kaya tidak membutuhkan
sesuatu. Tidak ada sesuatu yang ada pada manusia atau alam
raya yang dibutuhkan Allah, bahkan semua adalah milik-Nya,
karena Allahlah yang menganugerahkannya.

Pada saat ini banyak sekali pergaulan manusia dalam


kehidupan masyarakat tidaklah selamanya berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Manusia selalu dihadapi pada masalah-
masalah dan pertententangan serta konflik kepentingan antar
sesamanya, dalam keadaan demikian hukum diperlukan untuk
menjaga keseimbangan dan ketertiban dalam masyarakat. salah
satunya dalam kegiatan pengelolaan dana bantuan sosial yang
dapat kita sekarang banyak yang menyalahgunakan dana yang di
diberikan oleh pemerintah dengan cara melakukan kecurangan
dalam pengelolaan dana tersebut mereka tidak jujur atas apa
yang mereka lakukan. Namun alangkah baiknya setiap orang
yang di berikan kepercayaan dalam mengelola dana bantuan
sosial harus transparansi agar jelas setiap dana yang diberikan
oleh pemerintah agar tidak menjadi salah paham saat melakukan
penyaluran dana bantuan sosial kepada masyarakat.

Kita sebagai umat manusia harus bisa mengendalikan


hawa nafsu kita supaya semua hal yang kita kerjakan di dunia
ini buka sekedar materi saja karena melihat perkembangan gaya
hidup semakin modern sehingga membuat manusia merasa tidak
puas atas apa yang di punya sehingga lupa untuk bersyukur atas
nikmat yang allah berikan. kita juga harus ingat tujuan hidup kita
untuk mencapai kebahagian selamat di dunia dan di akhirat
(falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat
(tayyah tayyibah). Agar kita bisa mengendalikan diri kita dari
perbuatan yang zalim seperti malakukan penyalahgunaan dana
bantuan sosial hal yang harus di lakukan untuk pertanggung
jawabannya yaitu dengan cara :

a. Kita sebagai umat manusia harus mempunyai


spritual yang baik dengan allah agar takut untuk
melakukan perbuatan dosa yang tidak sesuai dengan
syariat islam seperti halnya dalam penyalahgunaan
dana bantuan sosial sebab semua hal yang kita
lakukan di dunia ini harus di pertanggung jawabkan
atas perbuatan yang kita lakukan.
b. Dalam mengelola dana bantuan kita harus
transparansi atau harus terbuka tidak ada
kecurangan dalam melakukan pengelolaan dana
bantuaan yang kita salurkan ke masyarakat dari
pemerintah memang nyata kita lakukan sesuai
dengan aturan yang sudah ditetapkan di awal.
c. Dalam pengelolaan dana bantuan sosial kita juga
harus bersikap adil dalam menyalurkan bantuan
sosial kepada siapa yang menerimanya dan sesuai
dengan yang di ingin pada saat melakukan
pembagian bantuan sosial. Dengan begitu
masyarakat bisa merasakan kesejahteraan dalam
kehidupannya sebab jika kita tidak adil pada saat
melakukan pengelolaan dana bantuan sosial maka
masyarakat akan merasa tidak adil seperti hal dalam
kehidupan kita saja pada saat dia mendapatkan
bantuan pasti ada yang komen sehingga membuat
kesalah pahaman yang terjadi.

Pembinaan dan pelaporan dalam rangka pelaksanaan


bantuan sosial utamanya adalah proses transfer uang, barang,
jasa kepada organisasi,lembaga, dan kelompok sasaran.
Pembinaan khususnya diarahkan pada aspek administratif
maupun aspek pelaksanaan teknis mengingat dana yang
digunakan merupakan dana pemerintah yang wajib
dipertanggung jawabkan secara benar. Pembinaan dapat
dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing pejabat satker yang berwewenangan.
Pembinaan dan bimbingan dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung kepada penerima bantuan sosial baik dalam
bentuk uang maupun barang/jasa. Pembinaan dan pengendalian
yang dilaksanakan agar bantuan sosial yang di salurkan dapat
memberikan manfaat sesuai dengan sasaran yang diharapkan
dan tercapainya kualitas output dalam penerima bantuan sosial
baik dalam bentuk uang maupun barang.
Pertanggungjawaban baik fisik/teknis maupun
pembiayaan adalah tahapan terakhir dalam rangka pelaksanaan
bantuan sosial baik melalui pola transfer uang maupun transfer
barang. Secara umum ketentuan pertanggungjawaban yang
benar adalah tercapainya fisik/output kegiatan serta
dipenuhinya ketentuan pembiayaan keuangan. Melalui pola
transfer uang, pertanggungjawaban perlu disusun dalam bentuk
tata urutan arsip meliputi :

a. SK penetapan kelompok sasaran penerima bantuan


sosial.
b. Rencana usulan kegiatan (RUK)
c. Naskah perjanjian kerjasama antara KPA/PPK
dengan ketua kelompok sasaran penerima bantuan
sosial.
d. Di surat permohonan pencairan dana bantuan sosial
dari ketua kelompok sasaran kepada kuasa pengguna
anggaran (KPA).
e. Bukti penarikan atau pencairan dana bantuan sosial
oleh ketua kelompok dalam bentuk copy buku
tabungan.
f. Bukti pembelanjaan dana bantuan sosial dalam
bentuk bon, kuitansi serta bukti sah lainnya.
g. Bukti pelaksanaan pekerjaan fisik dalam bentuk
dokumentasi dan foto-foto lengkap (sebelum, sedang
dan sesudah pekerjaan lapangan).
h. Berita acara serah terima hasil pekerjaan fisik.
i. Dokumen pertanggungjawaban tersebut di atas
dibuat dalam bendel/file, dokumen asli diserahkan
ke KPA/PPK melalui coordinator lapangan/tim
teknis, sedangkan copy dokumen disimpan oleh
ketua kelompok.
Sedangkan pelaksanaan bantuan sosial melalui transfer
barang/jasa, bentuk pertanggungjawabannya jauh lebih
sederhana dibandingkan dengan pola transfer uang. Bentuk
pertanggungjawaban dengan pola transfer barang/jasa
dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu :

a. Pertanggungjawaban yang berada pada KPA/PPK,


yaitu berupa pembiayaan pengadaan sesuai
mekanisme dan tata urutan pengadaan barang/jasa.
b. Pertanggungjawaban yang berada pada ketua
kelompok sasaran penerima bantuan sosial
c. Berita acara serah terima pengelolaan barang/jasa
yang menjadi paket bantuan sosial antara KPA/PPK
kepada ketua kelompok sasaran
d. Bukti pemanfaatan paket bantuan sosial oleh
kelompok sasaran.
e. Pelaporan kegiatan.

B. Memahami Siapa Yang Mengelola Dana Bantuan


Sosial Dan Sumbernya

Penanganan kemiskinan di Indonesia terus diupayakan


melalui berbagai strategi dan pendekatan dengan mengerahkan
berbagai sumber daya, baik yang dimiliki oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun masyarakat secara individu,
kelompok, dunia usaha dengan berbagai bentuk program salah
satunya adalah bantuan sosial (BANSOS). Untuk mencapai tujuan
bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, setiap tahun disusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBN/APBD) untuk merencanakan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah.
a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
APBN adalah suatu daftar rencana seluruh
penerimaan dan juga pengeluaran Negara dalam
upaya mencapai suatu tujuannya. Umunnya
rancangan APBN akan di buat untuk kurun waktu
satu tahun. Di dalam rancangan APBN akan tertulis
seluruh daftar sistematis dan terperinci terkait
penerimaan serta pengeluaran pemerintah dalam
periode satu tahun anggaran, yang dimulai dari 1
Januari hingga 31 Desember. Rancangan APBN di
dalamnya mencakup perubahan dan juga
pertanggung jawaban setiap tahun yang sudah
ditetapkan sesuai dengan undang-undang.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23
ayat 1 dijelaskan bahwa setiap tahun APBN akan
ditetapkan dengan undang-undang. Jika DPR tidak
menyetujui anggaran yang sudah diusulkan oleh
pemerintah pusat, maka pihak pemerintah pusat
akan menggunakan anggaran yang masih ada pada
tahun lalu. Fungsi APBN adalah suatu alat yang
berguna untuk mengatur pendapatan dan juga
pengeluaran Negara dalam hal pembiayaan dan juga
pelaksanaan berbagai aktivitas pemerintah, mulai
dari pembangunan pencapaian ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, stabilitas
perekonomian, serta menentukan arah dan prioritas
pembangunan secara menyeluruh. Dalam
penerapannya, APBN memiliki beberapa peran
penting, yaitu peran pengawasan, perencanaan,
otoritas, distribusi, alokasi, dan stabilitas. Setiap
bentuk penerimaan akan menjadi hak dan
pengeluaran akan menjadi kewajiban Negara yang
harus di pertanggung jawabkan de dalam APBN.
Tujuan APBN ini sendiri adalah yang pertama, APBN
dirancang untuk memelihara serta menjaga tingkat
stabilitas perekonomian Negara dan juga mencegah
adanya deficit Negara, kedua, APBN disusun sebagai
suatu pendoman dalam hal penerimaan serta
pengeluaran Negara dalam proses penyelenggaraan
aktivitas Negara. Kegiatan tersebut juga harus
diiringi dengan adanya peningkatan peluang kerja
untuk meningkatkan perekonomian, kemakmuran
rakyat.
b. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
APBD atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang sudah dibahas dan juga sudah disetujui
oleh pemerintah daerah dan DPRD setempat.
Rancangan APBD dibuat dengan menyesuaikan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan juga
kemampuan keuangan daerah. Perkiraan beseran
rencana pendapatan dan belanja APBD akan disusun
dengan prosedur dan bentuk tertentu secara
sistematis sesuai prosedur yang berlaku. APBD ini
bertujuan untuk membantu pihak pemerintah daerah
demi mencapai tujuan fiskalnya, membantu
meningkatkan koordinasi atau pengaturan pada
setiap bagian yang ada dilingkungan pemerintah
daerah, membantu menciptakan dan juga
mengadakan efisiensi serta keadilan atas penyedian
barang, jasa public, dan hal umum lainnya,
membantu menimbulkan prioritas belanja
pemerintah daerah, membantu meningkatkan dan
juga menghindarkan transparansi pemerintah
pemerintah daerah dalam penggunaan dana APBD
kepada masyarakat dan juga mempertanggung
jawabkanya ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
atau DPRD.

C. Kententuan Mengenai Bantuan Sosial

Belanja bantuan sosial adalah transfer uanga atau barang


yang diberikan oleh pemerintah pemerintah pusat atau daerah
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial. Transfer uang/barang/jasa tersebut
memiliki ketentuan :

a. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan


kepada anggota masyarakat atau lembaga
kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan
untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan
dan keagamaan.
b. Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau
berkelanjutan.
c. Belanja bantuan sosial ditujukan untuk mendanai
kegiatan rehabilitas sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, penangulangan kemiskinan
dan penangulangan bencana.
d. Belanja bantuan sosial bertujuan untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas,
kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial
dalam rangka mencapai kemandirian sehingga
terlepas dari resiko sosial.
e. Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk,
bantuan langsung, penyediaan aksesibilitas dan
penguatan kelembagaan.
Resiko sosial merupakan potensi atau kemungkinan
terjadinya guncangan dan kerentanan sosial yang akan
ditanggung oleh seseorang, keluaraga, kelompok, dan
masyarakat, sebagai dampak darinpenyakit sosial berupa
ketidak pedulian, ketidak acuhan, indisipliner, fatalitas,
selfishness,egoisme, immoralitas yang jika tidak dilakukan
pemberian belanja bantuan sosial oleh pemerintah maka
seseorang, keluarga, kelompok, atau masyarakat tersebut akan
semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

Guncangan dan kerentanan sosial adalah keadaan tidak


stabil yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari situasi
krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam.
Kemampuan seseorang, kelompok, atau masyarakat untuk
menangani resiko dan penanganan yang layak diterapkan untuk
menangani resiko tergantung kepada sumber resiko, frekuensi
dan intensitas kejadian. Tipe resiko yang dihadapi masyarakat
rentan yaitu :

a. Resiko yang terkait dengan siklus hidup, misalnya


kelaparan, penyakit, cacat, usia tua, dan kematian.
b. Resiko yang terkait dengan kondisi ekonomi,
misalnya hilangnya sumber penghasilan,
pengangguran, pendapatan rendah, kenaikan harga
kebutuhan pokok dan krisis ekonomi.
c. Resiko yang terkait dengan lingkungan, misalnya
kekeringan, banjir, gempa bumi, dan tanah longsor.
d. Resiko yang terkait dengan kondisi sosial atau
pemerintahan, misalnya kehilangan status sosial,
kekerasan domestik, ketidak stabilan politik, dan
korupsi.
Resiko tersebut di atas dapat terjadinya secara sendiri
atau bersamaan. Demikian juga resiko tersebut dapat
mempengaruhi secara langsung kepada individu, ataupun
mempengaruhi kelompok masyarakat yang pada akhirnya akan
memepengaruhi individu.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penanganan kemiskinan di Indonesia terus diupayakan


melalui berbagai strategi dan pendekatan dengan mengerahkan
berbagai sumber daya, baik yang dimiliki oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun masyarakat secara individu,
kelompok, dunia usaha dengan berbagai bentuk program salah
satunya adalah bantuan sosial (BANSOS). Untuk mencapai tujuan
bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, setiap tahun disusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBN/APBD) untuk merencanakan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Pelaksanaan anggaran
bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas dokumen
pelaksanaan anggaran PPKD (DPA-PPKD). Sedangkan
pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang
berdasarkan atas dokumen pelaksanaan anggaran (DPA-SKPD).
Dengan catatan bahwa pengadaan barang atau jasa dalam rangka
bantuan sosial berpedoman pada peraturan perundang-
undangan. Kita sebagai umat manusia harus bisa mengendalikan
hawa nafsu kita supaya semua hal yang kita kerjakan di dunia
ini buka sekedar materi saja karena melihat perkembangan gaya
hidup semakin modern sehingga membuat manusia merasa tidak
puas atas apa yang di punya sehingga lupa untuk bersyukur atas
nikmat yang allah berikan. kita juga harus ingat tujuan hidup kita
untuk mencapai kebahagian selamat di dunia dan di akhirat
(falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat
(tayyah tayyibah) sebab semua kegiatan yang buat di dunia pasti
ada pertanggungjawaban yang harus lakukan. agar kita terhindar
dari hal yang tidak maka kita harus mempunyai spritual dengan
Allah dengan baik, harus bersikap jujur, adil dan amanah .

Anda mungkin juga menyukai