Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum Wr Wb.

Dalam Diskusi 4 ini saya memilih tema 2 .

Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 perihal Badan Usaha Milik Negara, pengertian privatisasi adalah bentuk penjualan
saham milik perusahaan perseroan yang termasuk BUMN, kepada pihak lain dalam upaya meningkatkan nilai
perusahaan, memperluas kepemilikan saham dan memperbesar manfaat bagi negara maupun masyarakat.. Privatisasi
merupakan kebijakan yang multifacet- banyak muka. Secara ideologis bermakna meminimalisir peran negara. Secara
manajemen bermakna meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha dan meningkatkan nilai perusahaan. Secara anggaran,
privatisasi dapat diartikan sebagai pengisi kas negara yangsedang difisit.

Tujuan Privatisasi (swastanisasi) :

1. Upaya untuk penyehatan atau peningkatan efisiensi BUMN, dana dari privatisasi (swastanisasi) bisa digunakan untuk
untuk perluasan investasinya dan manajemen baru bisa memperbaiki kinerja perusahaan.
2. Membantu keuangan negara dan problematik perekonomian nasional umumnya, dalam hal ini bisa saja unit BUMN
“dirugikan” atau “dikorbankan” untuk mengatasi masalah yang ada diluar BUMN tersebut. Swastanisasi BUMN ini
lebih di orientasikan pada pencarian dana segar yang perolehannya tidak digunakan untuk keperluan investasi atau
pengembangan perusahaan.
3. Untuk menarik masuknya modal asing, hal ini untuk memenuhi kebutuhan devisa tanah air yang mendesak, baik
untuk memenuhi kewajiban internasional yang sudah jatuh tempo maupun untuk memenuhi impor kebutuhan
barang pokok dan input industri dalam negeri.

Dasar utama proses privatisasi ini terutama adalah pemikiran bahwa aktivitas ekonomi dan bisnis lebih baik
diserahkan kepada swasta, karena usaha yang dikelola swasta umumnya lebih efisien. Ini didasarkan pada berbagai
penelitian yang pernah dilakukan yang membandingkan unit usaha swasta dan negara dalam bidang yang sama, yang
selalu berakhir dengan kesimpulan bahwa usaha swastalah yang lebih efisien, dan usaha negara cenderung tidak efisien
dan menjadikan kinerja perekonomian masyarakat dibebani ekonomi biaya tinggi (Ruru, 1996). dengan penyerahan
unit-unit usaha BUMN pada swasta, maka pemerintah dapat lebih mengkonsentrasikan aktivitas dan dananya pada
kegiatan kegiatan untuk menjalankan roda pemerintahan tanpa terlibat pada urusan bisnis. Di samping itu,
privatisasi dianggap juga sebagai langkah lebih mendemokratisasikan ekonomi, karena masyarakat dapat masuk ke
semua bidang usaha. Walaupun pemikiran demikian banyak ditentang karena bukan masyarakat yang makin berdaya
(demokratisasi) melainkan korporat (korporatokrasi), namun yang terjadi adalah proses privatisasi ini terus
menggelinding.

Privatisasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal, antara lain penjualan saham melalui penawaran umum
(Initial Public Offering (IPO) / Strategic Sales (SS)), penerbitan obligasi konversi, dan efek lain yang bersifat
ekuitas. Termasuk penjualan saham kepada mitra strategis (directplacement) bagi persero yang telah terdaftar
di bursa.
2. Penjualan saham secara langsung kepada investor, mitra strategis atau investor lain termasuk investor finansial.
Cara ini khusus bagi persero yang belum terdaftar di bursa.
3. Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan persero ybs.(Management Buy Out/EBO).

Baswir (2002) menguraikan dampak ekonomi-politik pelaksanaan privatisasi di Indonesia, yaitu ;

1. Privatisasi berdampak pada mengecilnya peranan negara dalam penyelenggaraan perekonomian nasional. Sesuai
dengan ajaran ekonomi neoliberal, privatisasi memang sengaja dilakukan sebagai upaya sistematis untuk
memangkas peranan negara, menjadi sebatas sebagai pembuat dan pelaksana peraturan saja. Privatisasi
bermuara pada meningkatnya kemampuan sektor swasta dalam mempengaruhi perumusan kebijakan negara,
sehingga privatisasi dapat dipahami sebagai proses sistematis untuk memindahkan kedaulatan negara dari
tangan rakyat kepada para pengusaha swasta.
2. Privatisasi akan memberi peluang kepada segelintir kaum berpunya untuk semakin melipatgandakan
penguasaan modal mereka, karena struktur penguasaan modal atau faktor-faktor produksi yang sangat timpang.
3. Privatisasi ditandai terjadinya pemindahan penguasaan faktor-faktor produksi nasional dari tangan negara kepada
pemodal internasional seperti, yang terjadi pada PT Semen Gresik, PT Indosat, dan PT Telkomsel. Kondisi ini
jika terus berlangsung maka perekonomian Indonesia akan dipaksa bertekuk lutut di bawah suatu bentuk
kolonialisme baru yaitu kekuatan modal internasional.
4. Privatisasi cenderung memicu konflik politik yang membahayakan persatuan bangsa, seperti halnya konflik
antara pemilik saham dengan kelompok serikat pekerja BUMN.

Menurut pendapat saya, dampak dari Privatisasi sebenernya hanya menguntungkan sebagian pihak. Privatisasi
bukanlah agenda yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari agenda liberalisasi ekonomi ala Washington
Consensus yang bertujuan membuka seluas-luasnya perekonomian Indonesia kepada masuknya korporat asing.
Targetnya adalah penguasaan sumber-sumber daya strategis (faktor-faktor produksi) yang makin besar di tangan
mereka. Privatisasi di Indonesia mudah berubah menjadi “rampokisasi” karena dilakukan terhadap BUMN-
BUMN yang kinerjanya lebih baik, terutama sektor non keuangan. Dan hal ini menyebabkan perekonomian
Indonesia dipaksa untuk berada dalam kolonialisme baru yaitu kekuatan modal internasional. Privatisasi ditandai
beralihnya kepemilikan tampuk produksi ke pihak asing (misalnya Indosat). Divestasi indosat tahun 2002, sebelum
Mei 2002 Indosat bersama Deutsche Telekom (DT) memiliki Satelindo dengan pembagian saham 75% (Indosat) dan 25 %
(DT). Pada bulan Mei 2002 Indosat mengambil alih 25 % saham DT seharga US$ 325 juta. Seharusnya nilai Satelindo
menjadi US$ 1.3 milyar Lalu pada bulan Oktober 2002 STT Telemedia (Singapura) membeli 41,94 % saham pemerintah
di PT Indosat dengan harga hanya US$ 1,487 milyar. Padahal nilai Satelindo sendiri sudah US$ 1,3 milyar. Jadi seluruh
saham Indosat minus . Satelindo hanya dihargai US$ 187 juta, padahal Indosat adalah induk Satelindo. Dengan kata lain
41,94 % saham pemerintah di Indosat yang dibeli STT hanya dihargai sebesar US$ 79 juta, dan dengan harga “super
obral” ini STT telah menguasai bisnis satelit dan hak operator fixed-line di Indonesia, sekaligus menjadikannya sebagai
penguasa mayoritas bisnis seluler di Indonesia. Ketika itu dikabarkan bahwa STT adalah pihak yang memberikan
penawaran tertinggi. Kalau tawaran tertinggi masih merugikan, mangapa penjualan dipaksakan? Hal ini berimbas pada
pola produksi dan pola konsumsi nasional yang akan dibentuk oleh kebebasan kekuatan pasar internasional
sehingga tidak lagi menerima prioritas pengutamaan kepentingan nasional. Indonesia akan lebih dikuasai pihak
asing dan kembali menjadi koloni atau jajahan pihak asing (Sritua, 2001). Ekonomi rakyat pun makin kehilangan
akses dan kontrol terhadap sumber daya alam mereka (hutan, air, dan tambang).

Dari uraian diatas, hasil privatisasi sebenarnya tidak sepadan dengan apa yang dikorbankan. Denga privatisasi BUMN
yang dijual kepada pihak asing, maka lepas dari kontrol negara bukan hanya sejumlah aset dan sumber daya tetapi juga
kebanggaan nasional yang bahkan digatikan dengan rasa kekhawatiran akan makin menguatnya dominasi asing di
perekonomian tanah air.

Sumber referensi:
Hamid, Edy Suandi. (2018). Perekonomian Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Pinori. Josepus J. (2015). Keberadaan Privatisasi BUMN Di Indonesia. Lex et Societis, III (7).

Demikian jawaban saya untuk diskusi 4 Perekonomian Indonesia Tema 2. Mohon koreksi dan arahan dari tutor bilamana
jawaban saya memiliki kekurangan atau bahkan kesalahan.

Terima kasih.
Wassalamualaikum wr wb

Gilang Pramudya

Anda mungkin juga menyukai