PENDAHULUAN
Istilah kelompok swasta bermula dari sejarah manusia primitif yang mulai hidup berkelompok
dan terjadi perubahan sedemikian rupa hingga menjadi sekelompok manusia yang mulai
memiliki pemikiran, sosial, dan organisasi. Dimana masyarakat tersebut sejak dahulu memenuhi
kebutuhan hidup dari segala hal yang ada di alam, yang kemudian hari seiring perkembangan
waktu ketersediaan sumber daya yang ada di alam semakin sedikit dan membuat perselisihan
antar kelompok sehingga membentuk kelompok yang dikemudian hari memiliki sifat swasta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEKTOR SWASTA
Sektor merupakan satu kalimat artinya menunjukkan tempat atau wilayah sekitar ruang
lingkup lingkungan kecil dari suatu wilayah kecil. Sedangkan, Swasta dalam ekonomi
merupakan suatu Negara yang terdiri dari segala bidang yang tidak dikuasai oleh pemerintah.
Organisasi nirlaba maupun laba dapat termasuk swasta, antara dari perusahaan, korposi, bank,
dan organisasi non-pemerintah lainnya, termasuk juga karyawan yang tidak bekerja untuk
pemerintah.dari pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Sektor swasta merupakan
bagian dari ekonomi di mana barang, jasa diproduksi dan didistribusikan oleh individu.
Organisasi yang bukan bagian dari pemerintah atau birokrasi Negara. Sektor swasta tunduk
kepada peraturan perundang-undangan, merupakan bagian integral dari sistem ekonomi suatu
Negara dan menggunakan sumber daya yang sama dalam mencapai tujuan organisasi. Sektor
swasta juga memiliki proses Manajemen yang sama dalam perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian untuk menghasilkan informasi yang handal dan relefan. Mempunyai daya sumber
yang terbatas (kelangkaan) ekonomis, efektif dan efisien.
Organisasi Swasta
Organisasi swasta adalah organisasi yang ditujukan untuk menyediakan barang dan jasa kepada
konsumen, yang dibedakan dari kemampuanya membayar barang dan jasa tersebut sesuai dengan
hukum pasar.
· Lingkungan otorisasi, misal dewan komisaris atau rapat umum pemegang saham yang
menentukan pendanaan dan batas – batas wewenang perusahaan. Akan tetapi, tentu saja
lingkungan otorisasi pada organisasi swasta tidak sekompleks organisasi publik.
Adapun manfaat sistem informasi manajemen dalam organisasi swasta antara lain adalah:
Investasi di dalam teknologi sistem informasi dapat menolong operasi perusahaan menjadi lebih
efisien. Efisiensi operasional membuat perusahaan dapat menjalankan strategi keunggulan biaya
low-cost leadership.
Dengan menanamkan investasi pada teknologi sistem informasi, perusahaan juga dapat
menanamkan rintangan untuk memasuki industri tersebut dengan jalan meningkatkan besarnya
investasi atau kerumitan teknologi yang diperlukan untuk memasuki persaingan pasar. Selain itu,
cara lain yang dapat ditempuh adalah mengikat konsumen dan pemasok dengan cara membangun
hubungan baru yang lebih bernilai dengan mereka.
Penggunaan ATM (automated teller machine) dalam perbankan merupakan contoh yang baik
dari inovasi teknologi sistem informasi. Dengan adanya ATM, bank-bank besar dapat
memperoleh keuntungan strategis melebihi pesaing mereka yang berlangsung beberapa tahun.
Penekanan utama dalam sistem informasi strategis adalah membangun biaya pertukaran
(switching costs) ke dalam hubungan antara perusahaan dengan konsumen atau pemasoknya.
Sebuah contoh yang bagus dari hal ini adalah sistem reservasi penerbangan terkomputerisasi
yang ditawarkan kepada agen perjalanan oleh perusahaan penerbangan besar. Bila sebuah agen
perjalanan telah menjalankan sistem reservasi terkomputerisasi tersebut, maka mereka akan
segan untuk menggunakan sistem reservasi dari penerbangan lain.
Teknologi Sistem Informasi bagi perusahaan untuk membangun sumber informasi strategis
sehingga mendapat kesempatan dalam keuntungan strategis. Sistem informasi memungkinkan
perusahaan untuk membuat basis informasi strategsi yang dapat menyediakan informasi untuk
mendukung strategi bersaing perusahaan. informasi ini merupakan aset perusahaan yang sangat
berharga dalam meningkatkan operasi yang efisien dan manajemen yang efektif dari perusahaan.
Contohnya adalah banyak usaha yang menggunakan informasi berbasis komputer tentang
konsumen mereka untuk membantu merancang kampanye pemasaran untuk menjual produk baru
kepada konsumen.
1. Sektor swasta lebih mendasarkan pada pilihan individu (individual choice) dalam pasar.
Organisasi di sektor swasta dituntut untuk dapat memenuhi selera dan pilihan individual untuk
memenuhi keputusan tiap-tiap individu pelanggan. Keadaan seperti itu berbeda dengan yang
terjadi pada sektor publik. Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan individual dalam pasar
akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan.
2. Karakteristik sektor swasta adalah dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran (supply and
demand). Permintaan dan penawaran tersebut akan berdampak pada harga suatu produk barang
atau jasa. Artinya pelayan di sector swasta sangat bergantung dengan opini pasar dan mekanisme
pasar, tidak layaknya pelayanan public yang tidak bisa sepenuhnya dikendalikan oleh pasar.
3. Manajemen di sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan sektor publik
bersifat terbuka untuk masyarakat terutama yang terkait dengan manajemen pelayanan. di sektor
swasta informasi yang disampaikan kepada publik relatif terbatas. Informasi yang disampaikan
terbatas pada laporan keuangan, sedangkan anggaran dan rencana strategis perusahaan
merupakan bagian dari rahasia perusahaan sehingga tidak disampaikan ke public.
4. Sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar (equity of market). Keadilan pasar berarti
adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar. Sektor swasta berkepentingan untuk
menghilangkan hambatan dalam memasuki pasar (barrier to entry). Keadilan pasar akan terjadi
apabila terdapat kompetisi yang adil dalam pasar sempurna, yaitu dengan tidak adanya monopoli
atau monopsoni. Sementara itu, orientasi sektor publik adalah menciptakan keadilan kebutuhan
(equity of need).
Pemerintah berada pada posisi yang tepat untuk mengambil prakarsa untuk meningkatkan akses
terhadap layanan keuangan diindonesia pada berbagai bidang. Selain itu, sektor swasta harus
melihat potensi pasar sangat besar bagi layanan keuangan yang belum tersentuh oleh pasar saat
ini. Bersama-sama dapat dijumpai kesempatan-kesempatan bagi solusi untuk kemitraan yang
inovatif untuk memanfaatkan segmen pasar yang baru ini.
Dari sudut pandang sector public, pertama-tama suatu strategi dan kebijakam keterlibatan sector
keuangan nasional harus ditempatkan untuk memberikan pedoman umum dan berjangka panjang
bagi penyusun kebijakan dan pemain pasar. Kedua, pengumpulan data dan analisis secara
berkala mengenai akses terhadap keuangan dari sisi permintaan dan sisi penawaran dibutuhkan
sebagai dasar bagi pembuatan kebijakan efektif. Ketiga, memperkuat kerangka hukum dan
aturan yang ada bagi berbagai lembaga keuangan resmi akan menjadi suatu langkah yang
penting dalam meningkatkan akses terhadap keuangan. Bagi setiap pemberi layanan keuangan
utama, terdapat aspek-aspek kerangka peraturan yang dapat direformasi demi peningkatan akses
terhadap keuangan tanpa melanggar prinsip kehati-hatian. Di titik ini, Indonesia dapat
mencermati contoh-contoh yang berasal dari Negara-negara berkembang lainnya untuk
mendapat ide-ide yang telah berhasil dilaksanakan ditempat lain.
Sebagai contoh, pemerintah dapat memperluas kerangka peraturan bagi pemberi layanan untuk
menggunakan perbankan (mobile banking). Saat ini peraturan Bank Indonesia memperkenankan
pemberi layanan non-bank untuk menerbitkan uang elektronik hanya untuk kepentimgan
pembayaran. Rintangan utama adalah persyaratan ijin yang dibutuhkan. Selain itu, peraturan
mengenal nasabah (know-your-customer, KYC) dapat disesuaikan agen pihak ketiga untuk
mendaftarkan nasabah baru atau memperkenankan aplikasi jarak jauh untuk rekening bank baru
dalam suatu batasan tertentu yang relatif rendah. Saat ini, nasabah harus datang ke kantor
lembaga keuangan, yang dapat menjadi hambatan bagi mereka yang hidup didaerah yang lebih
terpencil dipedesaan.
Berkaitan dengan bank-bank umum, salah satu masalah utama yang dihadapi banyak nasabah
dengan rekening yang kecil adalah biaya administrasi bulanan. Dapat diluncurkan peraturan yang
mempermudah bank-bank untuk menutup rekening tidak aktif yang belum mencapai saldo nol,
karena tidak ada kebijakan mengenai rekening tidur tampaknya merupakan salah satu alasan
yang cukup berarti mengenai adanya biaya administrasi bulanan tersebut. Reformasi kebijakan
juga dapat membantu memperluas peran bank perkreditan Rakyat (BPR), terutama untuk
membantu mereka yang beroperasi didaerah-daerah yang lebih terpencil.
Sebagai penjamin simpanan bank, Lembaga penjamin simpanan (LPS) telah berprestasi baik
sejak pendiriannya di tahun 2005 dalam menutup BRI yang mengalami masalah dan membayar
kembali simpanan yang dijamin.Selain memastikan bahwa LPS terus mendapat pendanaan yang
memadai, juga terdapat kebutuhan akan komunikasi yang lebih baik akan batas jaminan
simpanan kepada para penabung, terutama didaerah-daerah dengan pemahaman keuangan yang
masih rendah.
Indonesia memiliki sejumlah besar koperasi simpan pinjam yang memberikan layanan keuangan
kepada rumah tangga penghasilan rendah. Dibutuhkan pengawasan koperasi yang memadai
untuk memastikan sector koperasi yang sehat dan memangkas risiko yang dihadapi oleh
penabung UMKM dan rumah tangga miskin yang disebabkan oleh kepailitan suatu koperasi.
Selain itu, penyesuaian lain terhadap kebijakan dapat memperkenanakan suku bunga berbasis
pasar yang lebih lentur, kemudahan untuk membuka kantor cabang baru, dan memberikan
kriteria yang lebih longgar bagi pelaporan dan pengungkapan.
Sektor swasta dan pemerintah harus bekerja sama dalam memaksimalkan penggunaan teknologi
baru untuk menawarkan solusi-solusi inovatif untuk meningkatkan akses terhadap
keuangan.Sebagai contoh, Indonesia telah maju dengan cepat dalam mengembangkan layanan
perbankan lewat ponsel. Tetapi Indonesia dapat melangkah lebih maju dengan memanfaatkan
potensi pemberi layanan telekomonikasi untuk manjangkau masyarakat miskin yang belum
tersentuh bank didaerah daerah pedesaan. Akan tetapi, peraturan yang membatasi para pemberi
layanan tersebut untuk memenuhi kebuthan masyrakat miskin: tidak ada fasilitas layanan
penarikan uang maupun pengiriman uang antar individu. Pada bagian ini, Bank Indonesia
menjadi penentu dalam mereformasi peraturan untuk memberdayakan pemberi layanan uang
elektronik non-bank dan memperkenakan bank-bank dan non-bank untuk memberikan layanan
yang lebih luas melalui solusi perbankan lewat ponsel yang berbiaya rendah.
BAB III
PENUTUP
1.3 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://bent4indonesa.wordpress.com/2010/03/25/peran-pemerintah-dan-swasta-dalam-
optimalisasi-pelayanan-publik/
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-hak-milik-swasta-dan-sektor-swasta/
https://brainly.co.id/tugas/14454028