DISUSUN OLEH:
PEREKONOMIAN INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pilar perekonomian
Indonesia, di dasarkan kepada penggarisan UUD 1945, disamping keberadaan usaha swasta
dan koperasi. Keterlibatan negara dalam kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan
pencerminan dari substansi Pasal 33 UUD 1945, Yang menyatakan bahwa “ Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak di kuasai
oleh negara” (ayat 2) dan “ Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” (ayat
3) salah satu perwujudan dari pasal tersebut adalah bahwa negara melalui satuan atau unit-
unit usahanya yaitu BUMN, melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan barang atau jasa
serta mengelola sumber- sumber alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas, BUMN
mempunyai peran yang menentukan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional, khususnya di bidang perekonomian.
Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi x-perusahaan-perusahaan asing
(Belanda) yang kemudian di tetapkan sebagai perusahaan negara. Kemudian dengan UU No.
1 Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi
Perusahaan Jawatan ( Perjan ) Perusahaan Umum ( Perum ) dan Persero. Pembagian ini di
bentuk sesuai dengan tugas , fungsi dan misi usaha pada waktu itu.
Kasus Privatisasi PT Semen Indonesia (Semen Gresik) Sen
13.3 Indonesia
1. Profil PT Semen Indonesia (Semen Gresik)
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik (Persero) Tbk) adalah pabrik
semen yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 20 Desember 2012, PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk resmi berganti nama dari sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero)
Tbk. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan
kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Saat ini kapasitas terpasang Semen
Indonesia sebesar 16,92 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar
semen domestik. Semen Indonesia memiliki anak perusahaan PT Semen Padang dan PT
SemenTonasa.
Lokasi pabrik sangat strategis di Sumatera, Jawa dan Sulawesi menjadikan Semen Indonesia
mampu memasok kebutuhan semen di seluruh tanah air yang didukung ribuan distributor,
sub distributor dan toko-toko. Selain penjualan di dalam negeri, Semen Indonesia juga
mengekspor ke beberapa negara antara lain: Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan,
Hongkong, Kamboja, Bangladesh, Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius,
Nigeria, Mozambik, Gambia, Benin dan Madagaskar.
Seperti tujuan privatisasi yang dijelaskan dalam jurnal Agus Raharyo, dimana diantaranya
berupa meningkatkan efisiensi, mutu pelayanan public, mengurangi campur tangan
langsung pemerintah. serta memberikan kebebasan memilih “kekuatan pasar” yang dapat
menyediakan tekanan secara berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi. Hal itu pula yang
dapat ditemukan dalam tujuan privatisasi PT Semen Indonesia, yang mana tujuan secara
umum nya adalah guna meningktakan efisiensi dan efektifitas agar dapat berdaya saing baik
di sector nasional maupun internasional. Dimana kemampuan perusahaan untuk dapat
berdaya saing dilakukan melalui pembenahan-pembenahan pengrurusan dan pengawasan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate
Governance (GCG). Dengan begitu dapat dikethui jika adnya privatisasi bukan hanya dalam
rangka memperoleh dana segar, melainkan untuk menumbuhkan budaya korporasi dan
profesionalisme dalam diri BUMN yang menjurus pada penerapan konsep efektif dan
efisien.
Untuk hal mengurangi campur tangan pemerintah langsung mengingat bahwa begitu
banyaknya fokus pemerintah, tidak hanya sector pada pembenahan BUMN namun juga
sector sosial, dll nya dengan begitu membuat semakin menguatkan konsep bahwa peran
pemerintah hraus sedikit dikurangi dengan msauknya sector swasta di dalam pembangunan
dalam BUMN. Di dalam PT Semen Indonesia di tunjukan dengan kebijkan pemerintah untuk
melepas sebagian sahamnya kepada pihak swasta, yang mana saat ini pemerintah
menguasai 51% saham di PT Semen Indonesia. Ini ditujukan salah satunya agar memberikan
kesempatan kepada semua pihak untuk dapat berpartisispasi dalam pembnbgunan BUMN
dan diharapkan dapat terciptanya taranspaaransi.
Dalam hal memberi kebebasan memilih “kekuatan pasar” untuk meningktkan efisiensi pada
PT Semen Indonesia, dapat terlihat dari adanya proses tender serta pemilihan mitra
strategis yang dilakukan dengan dua tahap. Dimana dengan adanya itu memberikan
kesempatan seluas-luasnya pada semua kalangan untuk dapat berpasrtisipasi di dalamnya
serta memberikan banyak pilihan pada PT Semen Gresik yang nantinya akan terpilih untuk
dapat bergabung dalam mitra strategis PT Semen Gresik. Tender ini dimennagkan oleh
Cemex pada proses sleksi tahap pertama karena pada 25 Juni 1998 hanya ada 2 perusahaan
yang memasukan penawaran harga untuk membeli 35% saham pemerintah yaitu cemex
dengan harga penawaran US$ 1,38 persaham sedangkan lawannya yaitu Heidelberger CBR
US$ 1,20 per saham. Dengan begitu maka Cemex yang mempunyai penawaran tertinggi
dinyatakan sebgai calon terbaik di tahap pertama.
Namun tidak hanya berhenti disitu, tetapi juga masih terdapat penawaaran harga tahap
dua. Dimana para calon mitra strategis lain diberi kesmpatan untuk memasukan penawaran
harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan penwaran harga Cemex. Belum berakhir seleksi
tahap dua ini muncul keberatan dari sebgaian masyartkat menganai kepemilikan saham
yang terlalu banyak di PT Semen Indonesia, maka dri itu pemerintah melkuakan negosiasi
dengan Cemex dan di hasilkan keputusan bahwa Cemex menawarkan harga US$ 1,38 per
saham untuk 14% penjuala sahm pemerintah. Yang mana pada proses seleksi tahap kedua
diikuti oleh 3 calon di samping Cemex yaitu : (1) Heidelberger CBR (Jerman/Belgia) (2)
Holderbank (Swiss) dan (3) LaFarge (Perancis). Pada batas waktu yang telah ditetapkan,
yaitu tanggal 28 Sepetember 1998, tidak ada bid tahap kedua yang dimasukan oleh ketiga
calon tersebut untuk menawarkan harga yang lebih tinggi dari pada harga penawaan
Cemex. Dengan demikian maka Cemex ditetapkan sebagai pemenang final
Privatisasi yang dilakukan pada PT Semen Indonesia adalah dengan cara Penjualan saham
berdasarkan ketentuan Pasar Modal. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal
ini dilakukan melalui penawaran umum (IPO). Cara ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan
Program Tahunan Privatisasi, dan Penunjukan Lembaga dan/atau Profesi Penunjang Serta
profesi lainnya. Privatisasi melaui pasar modal yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia
pada tahun 1991 dilakukan atas beberapa pertimbangan. Menurut (Bastian,2002) antara
lain adalah :
1. Kondisi pasar modal pada saat itu sedang baik (bullish)
2. Untuk perluasan usaha diperlukan dana yang besar untuk mengurangi beban keuangan
Negara. Cara yang paling baik adalah dengan menghimpun dana melalui penjualan saham
pemerintah di BEJ
3. Meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan. Melalui penjualan saham kepad public
akan tercipta adanya transparansi manajemen sehingga perusahaan akan lebih berorientasi
kepada bisnis dan profesionalisme. Hasil akhir yang diharapkan akan memaksa pengelola
untuk lebih efisien dan menyederhanakan operasi perusahaan dan mengurangi biaya
produksi
4. Mengurangi campur tangan birokrasi terhadap pengelolaan perusahaan
5. Setelah go public, maka campur tangan aparat birokrasi dapat lebih dikurangi, sehingga
manajemen dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat
Proses persiapan go public PT Semen Indonesia diawali dengan persiapan intern perusahaan
(house keeping), penunjukan penjamin emisi (underwriter), beserta seluruh lembaga
penunjangnya, public expose atau road show, proses perdagangan perdana, dan terakhir
kegiatan pasca penjualan perdana (after market service) (Bastian, 2002).
Proses IPO PT Semen Indonesia mendapat tanggapan yang cukup besar dari calon investor
luar negeri. Hal ini terlihat dari porsi saham untuk asing yang sempat habis sebelum tanggal
penutupan. Pada saat IPO tahun 1991 PT Semen Indonesia berhasil menarik dana sebesar
Rp 280 miliar dengan menjual 40 juta saham (26,07%) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal
8 Juli 1991. Dana tersebut digunakan untuk mendanai perluasan kapasitas produksi sebesar
1,6jt Sebelum penjualan saham dilakukan, pemerintah memiliki 65% saham Semen
Indonesia. Dalam proses pelaksanaan divestasi (penjualan saham), struktur transaksi
mengalami perubahan. Pada struktur awal, pemerintah merencanakan menjual 35% sampai
40% saham yang dimilikinya kepada mitra strategis dan mitra strategis juga membeli
tambahan saham yang dimiliki public melalui tender offer, sehingga mitra strategis
memperoleh kepemilikan mayoritas sebesar 51% setelah transaksi diselesaikan. Perubahan
dilakukan atas struktur awal ini sebagai tanggapan atas keberatan masyarakat dengan
adanya kepemilikan mayoritas dari mitra strategis asing. Dalam struktur final, pemerintah
hanya menjual 14% saham yang dimilikinya kepada mitra strategis, dengan demikian
pemerintah tetap menjadi pemegang saham mayoritas 51% dalam PT Semen Indonesia.
Privatisasi melalui pasar modal pada PT Semen Indonesia dilakukan sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan transparansi dan kontrol publik, independensi, serta kinerja BUMN,
dengan tetap mempertahankan kepemilikan mayoritas Pemerintah dikarenakan perusahaan
ini merupakan perusahaan yang besar.
Peningkatan kapasitas produksi pada PT Semen Indonesia Tbk juga diimbangi dengan
adanya inovasi-inovasi baru dalam hal sisi bahan baku dan produk, teknologi dan proses
produksi.. Dengan persaingan di era global ini maka BUMN harus meningkatkan kualitas
produknya serta jaringan pasar, bukan hanya pada tingkat nasional tetapi juga di pasar
global, sehingga ada pembanding yang meningkatkan daya saing bagi BUMN. Transformasi
dan inovasi PT Semen Indonesia Tbk dalam beberapa tahun terakhir berhasil meningkatkan
net profit margin (margin laba bersih) dari Rp 300 miliar menjadi Rp 3 triliun lebih. Langkah
transformasi dan inovasi mampu mengerek kinerja secara signifikan. Inovasi di tubuh BUMN
mutklak diperlukan di tengah iklim persaingan usaha yang kian ketat. Hampir semua BUMN
kini sudah tidak bisa memonopooli usaha karena pintu perdagangan kini sudah dibuka lebar
untuk pelaku usaha swasta yang disebabkan oleh adanya privatisasi. Karena itu privatisasi
yang sudah dilakukan harus benar-benar dimanfaatkan dengan baik agar bisa
memaksimalkan peningkatan kinerja perusahaan.
2. Dampak berkurangnya utang Negara
Negara tidak sanggup untuk memiliki perseroan dengan biaya tinggi atau tidak efisien,
terutama perseroan yang bidang usahanya adalah kompetitif dan dapat dikelola lebih baik
oleh swasta. Privatisasi adalah bagian dari reformasi struktural yang akan menolong bangsa
Indonesia keluar dari resesi saat ini, terutama dengan penyerahan pengelolaan sektor-
sektor yang tidak menyangkut hajat hidup orang banyak. Privatisasi di PT Semen Indonesia
sedikit banyak telah mengurangi beban Negara terhadap pembiayaan BUMN. Privatisasi
menciptakan investor baru yang tentu akan berupaya untuk bekerja secara efisien, sehingga
mampu menciptakan laba yang optimal,serta mampu memberikan kontribusi yang lebih
baik kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan pembagian keuntungan.
Saat ini, dari 60 juta ton konsumsi semen di Indonesia, kontribusi Semen Indonesia sekitar
25 persen, yakni 26,5 juta ton per tahun (Kompas, Januari 2013). Dengan kontribusi yang
demikian itu PT Semen Indonesia secara tidak langsung dapat menekan jumlah utang
Negara dengan memenuhi kebutuhan semen dalam negerinya.
3. Dampak bagi konsumen
Privatisasi PT Semen Indonesia akan memperbaiki kualitas jasa dan produk yang
menguntungkan bagi konsumen. Perbaikan kualitas ini diperoleh dengan adanya
kepemilikan saham yang tidak hanya dimiliki oleh pemerintah, sehingga kualitas produk
tidak tertekan oleh biaya. Mutu produk dan jasa yang diberikan PT Semen Indonesia
memberikan kepuasan bagi konsumen, ini terbukti pada 10 Februari 2012 PT Semen Gresik
(Persero) Tbk meraih Superbrand 2012 sebagai merek yang banyak diminati oleh
masyarakat. Superbrand sebagai otoritas independent international dan pengawas
branding, memberikan penghargaan atas merek- merek terbaik lebih dari 90 negara di
seluruh dunia. Untuk itu, Semen Gresik terus meningkatkan kualitasnya, agar Semen Gresik
tetap menjadi produk yang berkualitas bagi masyarakat. Namun disamping itu dengan
adanya privatisasi berdampak pada harga jual produk menjadi lebih mahal. PT Semen
Indonesia bergerak di bidang kompetitif yang otomatis penentuan harganya pun
berdasarkan persaingan pasar.
Selain untuk mengefektifkan tata kelola BUMN, privatisasi memiliki manfaat lain seperti
seperti mendatangkan sumber penerimaan APBN. Dengan adanya privatisasi maka dapat
mengurangi keterkaitan birokrasi, karena peran negara terhadap BUMN dapat dikatakan
salah kaprah. Dimana peran negara terhadap BUMN dicampur adukan antara bisnis dan
politik. Hubungan ini cenderung dilematis dan tidak mudah, karena aktor di dalam politik
cenderung memaksimumkan kekuasaannya. Dengan iklim politik yang cenderung
menjadikan BUMN sebagai lumbung uang bagi segelintir penguasa dan parpol tertentu.
Untuk itu maka kebijakan yang transparan dan bertanggung jawab merupakan wujud yang
dinanti-nantikan dalam mengurangi keterkaitan birokrasi di dalamnya dengan memberikan
kesempatan pada masyarakat (public) untuk secara lanhgsung berpartisipasi atau
mengontrol keberlanjutan BUMN.
Dari beberapa hal di atas jika dikaitkan dengan privatisasi di PT Semen Gresik, maka
diketahui beberapa keuntungan berupa dengan adanya sumber dana baru yang masuk
dapat mempercepat penerapan GCG (Good Corporate Governance ) melalui tata kelola yang
baik dalam perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan, perbaikan
kualitas jasa dan produk, dengan begitu maka dapat menaikan nilai perusahaan. Di sisi lain
privatisasi di PT Semen Indonesia yang memberikan kesempatan pada pihak luar negeri
untuk berpartisipasi dalam menenmkan modal mereka dapat mendatangkan keuntungan
berupa bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimana ini dapat membantu dalam
penerapan GCG (Good Corporate Governance ) agar dapat berjalan sukses.Selain itu
privatisasi pada PT Semen Indoensia dapat menjadikan perusahaan ini dapat bersaing baik
di bagian domestic maupun global. Dimana PT Semen Indonesia memperoleh akses
pemasaran ke pasar global, yang di tunjukan dengan adanya peningkatan tajam atas volume
ekspor perusahaan dari 563 ribu ton pada tahun 1997 menjadi 1,8 juta ton pada tahun
1998, yang di perkirakan akan terus menigkat di tahun-tahun mendatang. Dimana
peningkatan volume ekspor ini dipengaruhi dengan adanya kerjasama pemasaran melalui
jaringan internasional yang dimiliki oleh cemex di luar negeri.
Di lain hal PT Semen Indonesia ini terbukti unggul misalnya saja semen Gresik memiliki
kapasitas produksi terbesar, pangsa pasar yang luas yang ditunjukan dengan hingga akhir
2009, Semen Gresik menguasai 40,9% pasar semen nasional. Volume penjualan terbesar
berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera. Ditambah dengan strategi perseroan yang akan
memperluas pasarnya ke sejumlah negara di Asia Tenggara. Semen Gresik menjajaki akuisisi
Cement Industries of Malaysia Bhd (CIMA), yang menguasai 18% pasar semen di Malaysia.
Karenanya saham perseroan ini beranjak meningkat, yang tentunya memberikan keutungan
bagi pemerintah. Selain itu juga memberikan keutungan berupa menjadi salah satu sumber
pemasukan dalam penerimaan APBN.
Serta dalam peningkatan partisipasi atau control masyarakat terhadap keberlanjutan BUMN
tersebut dnegan memberikan kesempatan pada public sebagai pemilik saham BUMN
tersebut. Yang pastinya terlihat, privatisasi PT Semen Gresik ini dapat digunakan sebgaai
salah satu sumber masukan untuk APBN. Dimana pemerintah saat ini memiliki saham
sebesar 51% dalam PT Semen Gresik yang sisanya berupa 25,53% diberikan pada cemex dan
23,47% pada masyarakat. Dari sisi kerugian privatisasi dapat diketahui bahwa dengan
adanya privatisasi BUMN seperti apa yang telah terjadi pada PT Semen Gresik ini dapat
menjadikan harga semen menjadi mahal. Seperti apa yang diungkapkan oleh Shirley dan
Neils (1992) sebelumnya bahwa adanya campur tangan sector swasta dapat membuat
kurangnya kepedulian pada kesejahteraan masyarakat, karena menekannkan pada provit
oriented, sehingga menyebabkan harga semen menjadi menigkat. sedangkan apa yang
diungkapkan oleh Kagami (1999) bahwa dengan adanya privatisasi dapat menjadikan peran
pekerja berkurang akibat adanya dukungan dari pihak luar negeri untuk segera menerapkan
tata kelola pemerintahan yang baik dengan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini
sedikit banyak mengusik kenyamanan para pegawai PT Semen Gresik. Dimana karena
mereka merasa posisinya mulai terancam akibat adanya pengaruh sector luar negeri, yang
mana mulai mempengaruhi perusahaan untuk penggunaan teknologi dalam tata kelola
pemerintahan mereka agar berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu pada tahun
2002 silam meraka melakukan demo untuk menentang adanya privatisasi di PT Semen
Indonesia ini. Yang kabarnya saham PT Semen Gresik (saat itu) akan berpindah ke tangan
cemex sebesar 51% di sisi lain privatisasi di PT Semen Indonesia ini menimbulkan adanya
kesempatan KKN. Dimana diawali dengan adanya prospek yang bagus dari PT Semen Gresik
yang melihat bahwa BUMN ini mengalami peningkatan volume ekspor dari tahun ke tahun
akbiat terbukanya akses pemasaran ke pasar global. Tentunya menjadi incaran banyak calon
pemegang saham untuk mencari keutungan, namun tidak hanya para calon pemegang
saham saja yang ingin mencari keutungan dari kesuksesan PT Semen Gresik “calo” pun ingin
meraup keuntungan dri perusahaan untuk diri mereka sendiri dengan melakukan
manupulasi harga yang dilakukan oleh Tiga perusahaan sekuritas yang ditunjuk pemerintah
menjadi penasihat keuangan dalam privatisasi Semen Gresik yaitu Jardine Fleming
Nusantara, Danareksa dan Bahana