Anda di halaman 1dari 5

MATERI 6

“ PINJAMAN LUAR NEGERI ”

DISUSUN OLEH:
FRENGKI EKA WARDANA (31175738)
FARIDATUL MAGHFIROH (31206463)
SARI NILOTICA (31206496)
M. RIZQI DWINATA (31206412)

PEREKONOMIAN INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWAGI
1. Latar Belakang Pinjaman Luar Negeri
Sebagian besar negara berkembang memiliki potensi untuk mempercepat pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi menjadi lebih baik. Indonesia termasuk negara berkembang yang
sedang melakukan pembangunan di segala bidang terhambat pada faktor pendanaan. Untuk
mempercepat gerak pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional, maka sumber
pendanaan yang digunakan oleh Indonesia adalah salah satunya bersumber dari utang.
Sumber pendanaan yang berasal dari utang menjadi salah satu alternatif biaya
pembangunan bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Ramadhani,
2014).
Bagi negara berkembang seperti Indonesa, utang luar negeri (foreign debt) adalah variabel
yang bisa saja mendorong perekonomian sekaligus menghambat pertumbuhan ekonomi.
Mendorong perekonomian maksudnya, jika hutang-hutang tersebut digunakan untuk
membuka lapangan kerja dan investasi dibidang pembangunan yang pada akhirnya dapat
mendorong suatu perekonomian, sedangkan menghambat pertumbuhan apabila utangutang
tersebut tidak dipergunakan secara maksimal karena masih kurangnya fungsi pengawasan
atas penanggung jawab utang-utang itu sendiri (Ulfa, 2017). Utang luar negeri (ULN) atau
pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para
kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah,
perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank
swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank
Dunia.

2. Klasifikasi Pinjaman (Utang Luar Negeri)


Untuk mempercepat gerak pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional, maka
sumber pendanaan yang digunakan oleh Indonesia adalah salah satunya bersumber dari
utang. Penggunaan utang sebagai salah satu sumber pendanaan dalam mempercepat
pembangunan nasional digunakan karena sumber pendanaan dari tabungan dalam negeri
jumlahnya sangat terbatas, sehingga sebagai sumber pendanaan, utang khususnya utang
dari luar negeri sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah pembiayaan dalam
pembangunan. Sumber pendanaan yang berasal dari utang menjadi salah satu alternatif
biaya pembangunan bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
(Ramadhani, 2014).
Berikut jenis-jenis utang luar negeri dari berbagai aspek yaitu berdasarkan bentuk pinjaman
yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu peminjaman, status penerimaan
pinjaman dan persyaratan pinjaman (Tribroto dalam Ayu, 2016).
Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas :
a. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan proyek
pembangunan dengan cara memasukkan barang modal, barang dan jasa.
b. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan tenaga-tenaga terampil atau ahli.
c. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk dana bagi tujuan-tujuan
yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas memilih penggunaannya sesuai
pilihan.

Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas :


a. Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu merupakan pinjaman yang berasal dari
badan-badan internasional seperti World Bank Asia dan Development Bank, yang
pada dasarnya adalah pinjaman yang berbunga ringan.
b. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, hampir sama seperti pinjaman dari
lembaga internasional, hanya biasanya pinjaman ini dari negara-negara bilateral
anggota IGGI/IGI. Biasanya berupa pinjaman lunak.

Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas :


a. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan lima
tahun.
b. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5-15 tahun.
c. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu diatas 15 tahun.

Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas :


a. Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah.
b. Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta.

Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas :


a. pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun
bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau dari
anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral) yang ditujukan untuk
meningkatkan pembangunan.
b. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang
sebagian lunak dan sebagian komersial. Pinjaman komersial, yaitu pinjaman yang
bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di
pasar internasional pada umumnya.

3. Pengertian Korupsi
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13
buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut,
korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasalpasal tersebut
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana
karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kerugian keuangan negara
b. Suap-menyuap
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Pemerasan
e. Perbuatan curang
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
g. Gratifikasi

Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tindak
pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang pada UU
No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi itu adalah:
a. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
b. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar
c. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
d. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
e. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberikan keterangan palsu
f. Saksi yang membuka identitas pelapor

4. Perkembangan Korupsi di Indonesia


Tindak pidana korupsi sudah mengkristal dalam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Tidak hanya mengancam perekonomian Negara, nyatanya korupsi juga dapat mengancam
lingkungan hidup, lembaga-lembaga demokrasi, hak-hak asasi manusia dan hak-hak dasar
kemerdekaan, dan yang paling buruk adalah menghambat jalannya pembangunan dan
semakin memperparah kemiskinan
Korupsi di Indonesia sudah ada sejak lama, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan,
era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan.
Korupsi benar-benar telah menjadi permasalahan akut dan sistemik yang sangat
membahayakan dan merugikan Negara maupun masyarakat. Modus dan pelaku kejahatan
korupsi selalu berganti secara cepat. Sementara itu, laju perubahan undang-undang sendiri
selalu terlambat beberapa langkah di belakang kejahatannya. Hal inilah yang kemudian
dimanfaatkan oleh banyak orang, kelompok, maupun oknum tertentu untuk melakukan
berbagai perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi.
Tidak seperti kejahatan konvensional lainnya, korupsi adalah kejahatan yang berkembang
secara dinamis dari waktu kewaktu. Apabila sebelumnya orang hanya mengenal kerugian
Negara dan suapmenyuap, saat ini korupsi sudah berkembang menjadi penggelapan dalam
jabatan, perbuatan curang, pemerasan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
gratifikasi. Di masa mendatang, korupsi bisa saja berkembang lagi secara dinamis, karena
korupsi mengikuti pola hidup manusianya yang materialis. Karena bergerak secara
dinamis, penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi tidak bisa hanya dengan
mengandalkan cara-cara konvensional. Oleh karena itu, penanganannya juga
membutuhkan suatu tindakan penanganan luar biasa. Selain itu, tuntutan ketersediaan
perangkat hukum yang sangat luar biasa dan canggih serta profesionalitas lembaga yang
menangani korupsi pun tidak dapat dielakkan lagi.
Salah satu ‘upaya luar biasa’ yang dilakukan adalah dengan membentuk sebuah lembaga
penegak hukum baru dalam sistem peradilan pidana, yaitu Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPK) yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

5. Dampak Korupsi Terhadap Pembangunan


Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara, menurunnya
investasi, meningkatnya kemiskinan serta meningkatnya ketimpangan pendapatan. Korupsi
juga dapat menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara. Tindakan korupsi
merupakan tindakan yang sangat merugikan negara.

Anda mungkin juga menyukai