(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Administrasi Perusahaan Negara)
DISUSUN OLEH :
Nor Hidayah
18.11.019407
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah
satu pilar perekonomian Indonesia, didasarkan kepada penggarisan UUD 1945, disamping
keberadaan usaha swasta dan koperasi. Keterlibatan Negara dalam kegiatan tersebut pada
dasarnya merupakan pencerminan dari substansi Pasal 33 U
U itu, yang menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” (ayat 2). “Bumi air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat” (ayat 3).
Salah satu perwujudan dari pasal tersebut adalah bahwa Negara melalui satuan atau unit-
unit usahanya yaitu BUMN, melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan barang atau jasa serta
mengelola sumber-sumber alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dengan demikian,
karena menyangkut kepentingan masyarakat luas, BUMN mempunyai peran yang menentukan
dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dibidang perekonomian.
Mengingat peran BUMN adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional,
khususnya dibidang perekonomian, maka kebijaksanaan pemerintah dalam pembinaan BUMN-
pun disesuaikan dengan kebijaksanaan nasional. Sebagai Negara yang manganut paham ekonomi
terbuka, perkonomian nasional tidak terlepas dari pengaruh perekonomian dunia yang
berkembang sangat pesat. Konsekuensinya adalah kebijaksanaan pembinaan BUMN-pun
senantiasa mengalami penyesuaian-penyesuaian mengikuti kondisi dan perkembangan
perekonomian nasional dan internasional
Dalam melaksanakan perannya sebagai unit usaha maupun sebagai wahana pembangunan,
dalam beberapa tahun terakhir ini BUMN telah memberi kontribusi yang cukup besar bagi
pembangunan nasional. Hal ini dapat diketahui dari kenaikan penerimaan Negara sebagaimana
terlihat dalam APBN yang berupa penerimaan bukan pajak yaitu deviden berupa dana
pembangunan semesta dan bagian laba pemerintah.
1.1. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang memberi
sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan
penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. Selain itu, BUMN juga
merupakan alat untuk memupuk keuntungan. BUMN dalam hal ini terdiri dari beberapa bentuk
seperti Persero, Perjan dan Perum. Dengan demikian fungsi dan peranan BUMN ini sangat besar
dalam menjaga stabilitas ekonomi negara dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah
termasuk lingkungan politik negara.
Oleh sebab itu, latar belakang dan perkembangannya tidak terlepas regulasi yang dibuat
dan dijalankan oleh pemerintah. Demikianlah yang akan disaji dalam makalah ini pada bab-bab
selanjutnya.
2.2. Sejarah Perkembangan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara
Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing (Belanda)
yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian dengan UU No. 1 Prp 1969
dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan
(Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas,
fungsi dan misi Usaha pada waktu itu.
Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada
bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa;
cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk
memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan
oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterjemahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha
oleh Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.
Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan periode tahun
80an, yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak “negatif/minir” karena fungsi
kontrol terhadap BUMN dianggap sangat lemah, BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain.
Perkembangan perusahaan negara dibagi dalam empat fase perkembangan yaitu:
1) Fase sebelum kemerdekaan
Dalam fase ini berbagai jenis perusahaan negara termaksud diatur oleh ketentuan UU No. 8
tahun 1941. (didasari pada UU kolonial).
2) Fase antara tahun 1945-1960
Pada fase ini keberadaan perusahaan negara sangat penting karena mengingat pentingnya
peranan perusahaan negara dalam pembangunan dan dalam rangka perjuangan RI untuk
mengembalikan Irian Barat ke wilayah RI. Pada priode ini pula terjadi gerakan nasionalisasi
terhadap perusahaan negara milik asing/bekas milik Belanda. Pengembalian ini diatur dalam PP.
NO. 27 tahun 1957 dan UU No. 26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda.
Perusahaan yang dinasionalisasikan tersebut pada mulanya berbentuk Perseroan Terbatas dan
beroperasi dalam hampir semua sektor ekonomi negara yang mencakup lapangan perbankan,
perkebunan, perdagangan dan jasa.
Ciri-ciri Perum:
- Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama antara menteri teknis dan menkeu.
- perusahaan negara berdasarkan Perpu No. 19 tahun 1960
- dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan (sekarang
bertanggung jawab kepada Menteri BUMN).
- Modal perusahaan seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Modal tidak terbagi dalam bentuk saham.
- Status dan penghasilan pegawai diatur sendiri dengan perturan pemerintah diluar ketentuan-
ketentuan bagi pegawai negeri.
- Melayani kepetingan umum dan bergerak di bidang yang dianggap vital oleh pemerintah.
- Maksud dan tujuan adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
3) Perusahaan Perseroan (Persero)
Menurut UU No. 9 Th. 1969 dan PP No. 24 Th. 1972, Persero adalah perusahaan negara
dalam bentuk Perseroan Terbatas seperti diatur menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dan ditambah yang saham-sahamnya baik sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh negara. Seperti PT. KAI, PT. Pelni, PT. Semen Gresik, PT. Telkom, etc.
Ciri-ciri Persero:
- Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama antara menteri teknis dan menkeu.
- Melakukan kegiatan perusahaan yang bisa dilakukan swasta dan bukan semata-mata menjadi
tugas pemerintah.
- Status pegawai perusahaan swasta biasa
- Modal usaha dipisahkan dalam bentuk saham dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal
campuran antara swasta dan negara.
- Maksud dan tujuan adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat serta mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Pengelompokan ketiga perusahaan negara di atas sesuai dengan rekomendasi Tim
Pembantu Presiden untuk penertiban aparatur/administrasi pemerintahan dan ekonomi negara
dalam rangka penyempurnaan administrasi negara yang menyeluruh. Rekomendasi tim ini
ditegaskan melalui Instruksi Presiden Nomor 17 tahun 1967 bahwa bentuk perusahaan daerah
terdiri dari Perjan, Perum dan Persero sebagai bentuk perusahaan negara dikeluarkan peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 1969. yang kemudian ditetapkan
menjadi Undang-Undang Nomor 19 tahun 1969.
Perpu Nomor 1 tahun 1969 mengkategorikan perusahaan negara dengan landasan sebagai
berikut:
1) Semua perusahaan yang dirikan dan diatur menurut ketentuan Internasional Bussiness Machines
(IBM) kemudian dinamakan Perjan.
2) Semua perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang diatur menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Daganga (KUHD) baik yang saham-sahamnya untuk keseluruhan maupun untuk
sebagian dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan; perusahaan ini disebut
Persero.
3) Semua perusahaan yang modal keseluruhannya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara
dipisahkan dan tidak dibagi atas saham-saham yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan-
ketentuan Perpu nomor 19 tahun 1960; perusahaan ini disebut Perum.
Sampai dengan tahun 2001, ketiga perusahaan negara masih tetap eksis dengan
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang pengalihan Kedudukan, Tugas
dan Kewenangan menteri keuangan mewakili pemerintah selaku:
1) Pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana yang telah diatur
dalam PP No. 12 tahun 1989 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas
yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara RI.
2) Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (Perum) sebagaimana diatur dalam PP No. 13 tahun
1989 tentang Perusahaan Umum (Perum).
3) Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (Perjan) sebagaimana diatur dalam PP No. 6 tahun
2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan); dialihkan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara.
BAB III
PENUTUP
Jika BUMN banyak yang merugi sehingga kita menyetujui peluncuran kebijakan dan
program-program privatisasi, kita perlu bersikap kritis pada program-program privatisasi dewasa
ini yang lebih ditujukan pada pengumpulan dana untuk sekedar menutup defisit APBN. Defisit
APBN yang besar tidak seharusnya kita terima sebagai data. Kita dapat berusaha keras menekan
defisit tersebut melalui pembatalan program-program penalangan utang perusahaan eks-
konglomerat yang sudah sangat berlebihan. Program rekapitalisasi perbankan harus dianggap
sebagai sisa-sisa kebijakan program pemihakan pada konglomerat yang keliru dan yang harus
dikoreksi. Dan tidak pada tempatnya, serta sangat tidak adil, rakyat melalui defisit APBN
menanggung beban program pemihakan yang keliru tersebut.
BUMN memang tidak mutlak keberadaanya dalam sistem perekonomian Indonesia. Pasal
33 UUD 1945 tidak memerintahkan pembentukan BUMN. Namun program privatisasi yang kini
berjalan juga tidak seharusnya dipaksakan jika jelas-jelas berakibat memperlemah daya tahan
ekonomi nasional dalam jangka panjang. Privatisasi dalam rangka globalisasi adalah berbahaya,
penuh resiko, dan mahal, bagi negara berkembang seperti Indonesia.
3.1. Kesimpulan
BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun agar
peran tersebut bisa lebih maksimal, BUMN harus memebuhi syarat-syarat berikut;
Dikelola berdasarkan prinsip dan kultur korporasi (badan usaha yang sah) yang sehat;
Dikelola oleh manajemen profesional, integritas dan leadership yang kuat, serta memiliki
kemampuan bisnis yang tinggi. Untuk itu pola rekrutmen dan pola remunerasi (penghargaan atas
jasa) harus dikembangkan sesuai dengan standar korporasi;
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsisten dan
berkesinambungan;
Mampu terus menciptakan nilai tambah dan inovasi;
Siap bersaing di era kompetisi global, dan memiliki kemampuan untuk survive dalam segala
kondisi;
Memiliki tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility), baik dalam hal kepedulian
terhadap lingkungan hid up, pengentasan problem masyarakat sekitar, dan pengembangan
pengusaha kecil.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pengelolaan BUMN membutuhkan keterlibatan
yang aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen BUMN, karyawan BUMN, akademisi,
parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki per-hatian terhadap BUMN. Karena itu, marilah
bersama-sama kita pikirkan dan pantau bersama pengelolaan BUMN ini, untuk dapat
memberikan hasil yang seoptimal mungkin bagi masyarakat dan negara ini.
Demikian kami sampaikan, mari kita berjuang dalam kapasitas kita masing-masing, untuk
Indonesia yang lebih baik.
3.2. Kritik & Saran
Dalam penyajian materi dalam makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari struktur penulisan maupun penyajian materinya. Karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Dan untuk itu kami ucapkan terima kasih kiranya Tuhan memberkati kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji, S.E., M.E. 1994. BUMN, Swasta dan Koperasi. Semarang: Pustaka Jaya
Nurdin, Bahri. 1997. Pembangunan Modal Bergulir, Koperasi melalui pemupukan SHU
__________________Internet.