Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Mengenai Administrasi Perusahaan Negara

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Administrasi Perusahaan Negara)

Dosen Pengampu: Aquarini, M. Ikom

DISUSUN OLEH :
Nor Hidayah
18.11.019407

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

Keberadaan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah
satu pilar perekonomian Indonesia, didasarkan kepada penggarisan UUD 1945, disamping
keberadaan usaha swasta dan koperasi. Keterlibatan Negara dalam kegiatan tersebut pada
dasarnya merupakan pencerminan dari substansi Pasal 33 U

U itu, yang menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” (ayat 2). “Bumi air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat” (ayat 3).
Salah satu perwujudan dari pasal tersebut adalah bahwa Negara melalui satuan atau unit-
unit usahanya yaitu BUMN, melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan barang atau jasa serta
mengelola sumber-sumber alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dengan demikian,
karena menyangkut kepentingan masyarakat luas, BUMN mempunyai peran yang menentukan
dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dibidang perekonomian.
Mengingat peran BUMN adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional,
khususnya dibidang perekonomian, maka kebijaksanaan pemerintah dalam pembinaan BUMN-
pun disesuaikan dengan kebijaksanaan nasional. Sebagai Negara yang manganut paham ekonomi
terbuka, perkonomian nasional tidak terlepas dari pengaruh perekonomian dunia yang
berkembang sangat pesat. Konsekuensinya adalah kebijaksanaan pembinaan BUMN-pun
senantiasa mengalami penyesuaian-penyesuaian mengikuti kondisi dan perkembangan
perekonomian nasional dan internasional
Dalam melaksanakan perannya sebagai unit usaha maupun sebagai wahana pembangunan,
dalam beberapa tahun terakhir ini BUMN telah memberi kontribusi yang cukup besar bagi
pembangunan nasional. Hal ini dapat diketahui dari kenaikan penerimaan Negara sebagaimana
terlihat dalam APBN yang berupa penerimaan bukan pajak yaitu deviden berupa dana
pembangunan semesta dan bagian laba pemerintah.
1.1. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang memberi
sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan
penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. Selain itu, BUMN juga
merupakan alat untuk memupuk keuntungan. BUMN  dalam hal ini  terdiri dari beberapa bentuk
seperti Persero, Perjan dan Perum. Dengan demikian fungsi dan peranan BUMN ini sangat besar
dalam menjaga stabilitas ekonomi negara dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah
termasuk lingkungan politik negara.
Oleh sebab itu, latar belakang dan perkembangannya tidak terlepas regulasi yang dibuat
dan dijalankan oleh pemerintah. Demikianlah yang akan disaji dalam makalah ini pada bab-bab
selanjutnya.  

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalahan yang ingin diketahui dan merupakan kajian dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1)            Bagaimana sejarah perkembangan BUMN di Indonesia
2)            Bagaimana bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara yang ada saat ini.
3)            Bagaimana ciri-ciri dari masing-masing BUMN
4)            Misi yang diemban
5)            Apakah tugas dan fungsi serta peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian nasional dan
daerah

1.3. Tujuan Teoritis


1.      Mendeskripsikan sejarah perkembangan Badan Usaha Milik Negara
2.      Mengklasifikasikan peranan dari masing-masing Badan Usaha Milik Negara
3.      Mendeskripsikan bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara
4.      Penyajian tentang fungsi, peranan dan ciri-ciri serta regulasi yang mengawasi BUMN
5.      Menjelaskan tugas pokok dan misi yang di emban kepada BUMN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perusahaan Negara


Konsep BUMN telah dirumuskan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 740/KMK.00/1989. Dalam konsep itu, BUMN didefenisikan sebagai “badan
usaha yang seluruh modalnya dimiliki negara” (pasal 1 ayat 2a).
Sementara dalam pasal 1 ayat 2b dari surat keputusan itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)      BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah
2)      BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan BUMN lainnya.
3)      BUMN yang merupakan badan-badan usaha patungan dengan swasta nasional/ asing dimana
negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.
Defenisi lain mengenai BUMN adalah karena BUMN itu merupakan “public enterprise”.
Dengan demikian, BUMN mencakup dua elemen esensial yaitu: ”Pemerintah (public) dan
bisnis (enterprise”. Dengan defenisi itu maka BUMN tidaklah murni pemerintah 100% dan tidak
juga swasta 100% tetapi BUMN dapat dikatakan sebagai “perusahaan negara yang
diwiraswastakan”.

2.2.    Sejarah Perkembangan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara
Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing (Belanda)
yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian dengan UU No. 1 Prp 1969
dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan
(Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas,
fungsi dan misi Usaha pada waktu itu.
Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada
bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa;
cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk
memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan
oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterjemahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha
oleh Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.
Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan periode tahun
80an, yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak “negatif/minir” karena fungsi
kontrol terhadap BUMN dianggap sangat lemah, BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain.
Perkembangan perusahaan negara dibagi dalam empat fase perkembangan yaitu:
1)      Fase sebelum kemerdekaan
Dalam fase ini berbagai jenis perusahaan negara termaksud diatur oleh ketentuan UU No. 8
tahun 1941. (didasari pada UU kolonial).
2)      Fase antara tahun 1945-1960
Pada fase ini keberadaan perusahaan negara sangat penting karena mengingat pentingnya
peranan perusahaan negara dalam pembangunan dan dalam rangka perjuangan RI untuk
mengembalikan Irian Barat ke wilayah RI. Pada priode ini pula terjadi gerakan nasionalisasi
terhadap perusahaan negara milik asing/bekas milik Belanda. Pengembalian ini diatur dalam PP.
NO. 27 tahun 1957 dan UU No. 26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda.
Perusahaan yang dinasionalisasikan tersebut pada mulanya berbentuk Perseroan Terbatas dan
beroperasi dalam hampir semua sektor ekonomi  negara yang mencakup lapangan perbankan,
perkebunan, perdagangan dan jasa.

3)      Fase yang berlangsung tahun 1960-1969


Dalam fase ini, terjadi keseragaman yang berlandaskan UU No. 19 tahun 1960 menjadi  satu
bentuk yaitu Perusahaan Negara. Namun demikian masih terdapat kekaburan dalam organisasi
perusahaan negara yang disebabkan adanya Badan Pimpinan Umum (BPU) yang juga
menyelenggarakan pengurusan terhadap Perusahaan Negara tertentu. Oleh karena tiu, maka
ditetapkanlah tiga bentuk perusahaan negara yakni Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan
Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).
4)      Fase antara tahun 1969 hingga sekarang
Dalam fase ini peranan Perusahaan Negara dalam menunjang perekonomian nasional semakin
meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I
sampai sekarang yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari periode pembangunan
sebelumnya.

2.3.    Deskripsi Tiga Bentuk Perusahaan Negara


Saat ini BUMN berjumlah 139 yang dalam pelaksanaan tugasnya masih memerlu-kan
beberapa perbaikan-perbaikan sistem manajemennya untuk mengangkat kiner-janya. Perangkat
perbaikan tersebut termasuk untuk menciptakan kontrol sistem. Oleh karenanya sejak tahun 2002
diwajibkan bagi seluruh BUMN untuk menerapkan program GCG yang kemudian diikuti dengan
penerapan program-program lain yang dapat menunjang kinerjanya seperti penerapan program
Risk Management yang gencar diwajibkan sejak awal 2006 ini, selain beberapa BUMN yang
bergerak di bidang industri-industri penting seperti Telkom, PLN, Perbankan dan Industri-
industri berbasis teknologi tingggi telah lebih dulu menerapkan program Risk Man-agement ini.
dengan melaksanakan program-program tersebut perangkat-perangkat korporasi lainnya yang
juga perlu ditingkatkan adalah kualitas manaje-men/sumber daya manusia agar lebih mempunyai
visi pada orientasi bisnis dan berani mengambil keputusan-keputusan bisnis, sehingga paradigma
BUMN secara simultan dapat diubah.
Perusahaan negara atau Badan Usaha Milik Negara yang ada saat ini terdiri dari tiga
bentuk yaitu:
1)      Perusahaan Jawatan (Perjan)
Menurut UU No. 9 tahun 1969 Perjan adalah perusahaan negara yang didirikan dan diatur
dengan ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam Indische Bedrijven Wet (IBW).
Ciri-ciri Perjan:
-           dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada menteri atau direktur jenderal
berkedudukan serendah-rendahnya setingkat dengan direktorat.
-          Melakukan tugas-tugas perusahaan sekaligus tugas pemerintahan yang tercermain dalam
susunan organisasi departemen.
-          Modal permulaan dan mutasi modal lainnya tercermin dalam APBN. Modal merupakan
kekayaan negara yang tidak dipisahkan hasil-hasil perusahaan harus nampak dalam APBN.
-          Barang dan jasa yang dihasilkan merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka pelayanan
masyarakat.
-          Pegawai Perjan merupakan pegawai negeri yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.
2)      Perusahaan Umum (Permum)
Menurut Inpres No. 17 Th. 1967 Perum dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada
menteri yang bersangkutan. Seperti Perum Pegadaian, Perum Bulog, BI, Bank Mandiri, BRI,
BNI, etc.

Ciri-ciri Perum:
-          Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama antara menteri teknis dan menkeu.
-          perusahaan negara berdasarkan Perpu No. 19 tahun 1960
-          dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan (sekarang
bertanggung jawab kepada Menteri BUMN).
-          Modal perusahaan seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Modal tidak terbagi dalam bentuk saham.
-          Status dan penghasilan pegawai diatur sendiri dengan perturan pemerintah diluar ketentuan-
ketentuan bagi pegawai negeri.
-          Melayani kepetingan umum dan bergerak di bidang yang dianggap vital oleh pemerintah.
-          Maksud dan tujuan adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang  terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
3)      Perusahaan Perseroan (Persero)
         Menurut UU No. 9 Th. 1969 dan PP No. 24 Th. 1972, Persero adalah perusahaan negara
dalam bentuk Perseroan Terbatas seperti diatur menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dan ditambah yang saham-sahamnya baik sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh negara. Seperti PT. KAI, PT. Pelni, PT. Semen Gresik, PT. Telkom, etc.
Ciri-ciri Persero:
-          Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama antara menteri teknis dan menkeu.
-          Melakukan kegiatan perusahaan yang bisa dilakukan swasta dan bukan semata-mata menjadi
tugas pemerintah.
-          Status pegawai perusahaan swasta biasa
-          Modal usaha dipisahkan dalam bentuk saham dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal
campuran antara swasta dan negara.  
-          Maksud dan tujuan adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat serta mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Pengelompokan ketiga perusahaan negara di atas sesuai dengan rekomendasi Tim
Pembantu Presiden untuk penertiban aparatur/administrasi pemerintahan dan ekonomi negara
dalam rangka penyempurnaan administrasi negara yang menyeluruh. Rekomendasi tim ini
ditegaskan melalui Instruksi Presiden Nomor 17 tahun 1967 bahwa bentuk perusahaan daerah
terdiri dari Perjan, Perum dan Persero sebagai bentuk perusahaan negara dikeluarkan peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 1969. yang kemudian ditetapkan
menjadi Undang-Undang Nomor 19 tahun 1969.
Perpu Nomor 1 tahun 1969 mengkategorikan perusahaan negara dengan landasan sebagai
berikut:
1)      Semua perusahaan yang dirikan dan diatur menurut ketentuan Internasional Bussiness Machines
(IBM) kemudian dinamakan Perjan.
2)      Semua perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang diatur menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Daganga (KUHD) baik yang saham-sahamnya untuk keseluruhan maupun untuk
sebagian dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan; perusahaan ini disebut
Persero.
3)      Semua perusahaan yang modal keseluruhannya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara
dipisahkan dan tidak dibagi atas saham-saham yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan-
ketentuan Perpu nomor 19 tahun 1960; perusahaan ini disebut Perum.
Sampai dengan tahun 2001, ketiga perusahaan negara masih tetap eksis dengan
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang pengalihan Kedudukan, Tugas
dan Kewenangan menteri keuangan mewakili pemerintah selaku:
1)      Pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana yang telah diatur
dalam PP No. 12 tahun 1989 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas
yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara RI.
2)      Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (Perum) sebagaimana diatur dalam PP No. 13 tahun 
1989 tentang Perusahaan Umum (Perum).
3)      Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (Perjan) sebagaimana diatur dalam PP No. 6 tahun
2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan); dialihkan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara.

2.4. Tujuan Badan Usaha Milik Negara


Tujuan BUMN tentu tidak terlepas dari landasan pendiriannya. Yaitu Pembukaan UUD
1945 dan pasal 33 UUD 1945. di sebutkan disana bahwa tujuan pendirian umum BUMN adalah
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Namun secara khusus, tujuan BUMN
diatur dalam PP Nomor 3 tahun 83 yaitu:
1)      tujuan komersial yakni alat memupuk keuntungan
2)      tujuan secara makro, yakni memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan
negara, perintis kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
3)      Tujuan sosial politik, melayani kepentingan umum dan memenuhi hayat hidup orang banyak
serta membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi.
Disamping itu, bila direfleksikan dari kondisi realnya di lapangan, BUMN juga
mempunyai tujuan umum yaitu:
1)      Memberi sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umunya dan penerimaan
negara pada khususnya.
2)      Mengejar keuntungan
3)      Menyelenggrakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi
dan memadai bagi pemenuhan hidup orang banyak.
4)      Menjadi perintis bagi kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta atau koperasi.
5)      Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha ekonomi lemah, koperasi dan
masyarakat.
Hamid dan Anto (2000) mengemukakan beberapa tujuan BUMN sebagai berikut:
1)      menciptakan lapangan kerja
2)      pengembangan daerah
3)      merintis sektor yang belum dimasukki swasta

2.5. Tugas dan Peranan Perusahaan Negara dalam Perekonomian Negara


Peranan Perusahaan Negara atau BUMN adalah untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional khususnya bidang perekonomian, maka kebijaksanaan pemerintah dalam
pembinaan BUMN pun disesuaikan dengan kebijakan nasional.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 3 Th. 1983, peranan BUMN secara umum adalah sebagai
berikut:
1)      Melaksanakan fungsi komersial, dalam hal ini BUMN sebagai unit ekonomi (business entity),
harus mampu memupuk dana unutk membiayai aktivitas baik yang bersifat rutin maupun
pengembangan. Oleh karena itu, dalam kegiatannya untuk mendapatkan laba sehingga
kontinuitas perusahaan dapat terjaga atau dengan  kata lain BUMN berperan sebagai pemasok
dana melalui pajak dan deviden.
2)      Melaksanakan fungsi-fungsi non-komersial, dalam hal ini BUMN yang merupakan bagian dari
aparatur negara, bertindak sebagai wahana pembangunan (agent of development). Berperan
sebagai demikian, BUMN melaksanakan program-program pemerintah dan atau yang
diembankan oleh pemerintah yang meliputi antara lain tugas-tugas perintis dan mendorong
perkembangan usaha swasta dan koperasi.

2.6. Visi dan Misi yang Diemban Kepada BUMN


Dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi BUMN, maka Visi yang hendak
diwujudkan adalah sebagai berikut :
"Menjadikan BUMN sebagai badan usaha yang tangguh dalam persaingan global dan mampu
memenuhi harapan stakeholder."
Memperhatikan kondisi objektif BUMN selama ini, maka Misi BUMN adalah sebagai
berikut :
1)      Melaksanakan reformasi dalam ruang lingkup budaya kerja, strategi, dan pengelolaan usaha
untuk mewujudkan profesionalisme dengan berlandaskan kepada prinsip-prinsip Good Corporate
Governance di dalam pengelolaan BUMN.
1)      Meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan restrukturisasi, privatisasi dan kerjasama
usaha antar BUMN berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
2)      Meningkatkan daya saing melalui inovasi dan peningkatan efisiensi untuk dapat menyediakan
produk barang dan jasa yang berkualitas dengan harga yang kompetitif serta pelayanan yang
bermutu tinggi.
3)      Meningkatkan kontribusi BUMN kepada negara.
4)      Meningkatkan peran BUMN dalam kepedulian terhadap lingkungan (community development)
dan pembinaan koperasi, usaha kecil dan menengah dalam program kemitraan.
5)      Menjaga integrasi nasional dan menjaga keseimbangan roda pembangunan.
6)      Menjadikan BUMN sebagai alat untuk mensejahterakan masyarakat secara tidak langsung.
Artinya, peran BUMN dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dilakukan dalam bentuk
keterlibatan sebagai pengumpul modal untuk mensejahterakan masyarakat melalui proses
panjang.

BAB III
PENUTUP
Jika BUMN banyak yang merugi sehingga kita menyetujui peluncuran kebijakan dan
program-program privatisasi, kita perlu bersikap kritis pada program-program privatisasi dewasa
ini yang lebih ditujukan pada pengumpulan dana untuk sekedar menutup defisit APBN.  Defisit
APBN yang besar tidak seharusnya kita terima sebagai data. Kita dapat berusaha keras menekan
defisit tersebut melalui pembatalan program-program penalangan utang perusahaan eks-
konglomerat yang sudah sangat berlebihan. Program rekapitalisasi perbankan harus dianggap
sebagai sisa-sisa kebijakan program pemihakan pada konglomerat yang keliru dan yang harus
dikoreksi. Dan tidak pada tempatnya, serta sangat tidak adil, rakyat melalui defisit APBN
menanggung beban program pemihakan yang keliru tersebut.
BUMN memang tidak mutlak keberadaanya dalam sistem perekonomian Indonesia. Pasal
33 UUD 1945 tidak memerintahkan pembentukan BUMN. Namun program privatisasi yang kini
berjalan juga tidak seharusnya dipaksakan jika jelas-jelas berakibat memperlemah daya tahan
ekonomi nasional dalam jangka panjang. Privatisasi dalam rangka globalisasi adalah berbahaya,
penuh resiko, dan mahal, bagi negara berkembang seperti Indonesia.

3.1. Kesimpulan
BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun agar
peran tersebut bisa lebih maksimal, BUMN harus memebuhi syarat-syarat berikut;
         Dikelola berdasarkan prinsip dan kultur korporasi (badan usaha yang sah) yang sehat;
         Dikelola oleh manajemen profesional, integritas dan leadership yang kuat, serta memiliki
kemampuan bisnis yang tinggi. Untuk itu pola rekrutmen dan pola remunerasi (penghargaan atas
jasa) harus dikembangkan sesuai dengan standar korporasi;
         Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsisten dan
berkesinambungan;
         Mampu terus menciptakan nilai tambah dan inovasi;
         Siap bersaing di era kompetisi global, dan memiliki kemampuan untuk survive dalam segala
kondisi;
         Memiliki tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility), baik dalam hal kepedulian
terhadap lingkungan hid up, pengentasan problem masyarakat sekitar, dan pengembangan
pengusaha kecil.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pengelolaan BUMN membutuhkan keterlibatan
yang aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen BUMN, karyawan BUMN, akademisi,
parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki per-hatian terhadap BUMN. Karena itu, marilah
bersama-sama kita pikirkan dan pantau bersama pengelolaan BUMN ini, untuk dapat
memberikan hasil yang seoptimal mungkin bagi masyarakat dan negara ini.
Demikian kami sampaikan, mari kita berjuang dalam kapasitas kita masing-masing, untuk
Indonesia yang lebih baik.
3.2. Kritik & Saran
Dalam penyajian materi dalam makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari struktur penulisan maupun penyajian materinya. Karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Dan untuk itu kami ucapkan terima kasih kiranya Tuhan memberkati kita.

DAFTAR PUSTAKA

Akadun M.Pd. . 2007. Administrasi Perusahaan Negara. Bandung: Alfabeta.

Westra, Pariata. 2002. Perusahaan Negara. Jogya: Gajah Mada University.

Anoraga, Pandji, S.E., M.E. 1994. BUMN, Swasta dan Koperasi. Semarang: Pustaka Jaya

Nurdin, Bahri. 1997. Pembangunan Modal Bergulir,  Koperasi melalui pemupukan SHU

milik anggota. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.


Jatmiko, RD. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta: UMM Press.

Mubyarto. Jurnal Ekonomi Rakyat.

__________________Internet.

Anda mungkin juga menyukai