Disusun Oleh:
Silvi Lestari Sukma (C1AA21149)
1B
2022
A. Domain Belajar
Belajar merupakan proses interaksi secara aktif antara individu dengan
lingkungannya melalui proses melihat (visual), mendengar (audio) dan pemahaman
terhadap stimulus lingkunganserta aktifitas fisik menuju tujuan yang diharapkan. Tujuan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah
individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi
perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif,tetapi juga pada aspek lainnya.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang perawat dapat memberikan edukasi kepada klien.
Untuk menjadi seorang pengajar/educator yang baik, perawat butuh untuk mengerti
mengenai teori-teori pembelajaran (Delaune & Ladner, 2002).
Domain Kognitif
Kognitif menurut bestable (2003) adalah “semua hal yang berhubungan
dengan perilaku intelektual dan memerlukan kemampuan untuk berpikir” (potter &
perry 7th ed. 2009, p. 365). Sehingga kognitif adalah suatu upaya untuk menerima
informasi baru yang didalamnya terdapat proses berpikir, menelaah, dan akhirnya
memunculkan suatu konsep pengetahuan akan suatu hal. Melihat dari pengertian
kognitif tersebut perawat memberikan informasi pada pasien atau klien kemudian,
pasien dan klien menerima informasi tersebut melalui suatu proses berpikir yang
kemudian terjadi peningkatan pengetahuan, dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi
tahu.
Adapun tingkatan dari cognitive behaviors terdiri dari :
1. Pengetahuan
Dengan menggunakan pengetahuan seseorang akan mendapatkan fakta atau
informasi baru dan dapat diingat kembali. Sebagai contoh, klien belajar tentang
obat- obatan yang diberikan dan dapat menjelaskan tujuan dan kemungkinan efek
sampingnya (Potter dan Perry, 2005).
2. Pemahaman
kemampuan untuk memahami materi yang dipelajari. Contoh, klien mampu
menguraikan secara spesifik bagaimana obat-obat yang baru diberikan untuknya
akan dapat meningkatkan kesehatan fisiknya (Potter dan Perry, 2005).
3. Aplikasi atau penerapan mencakup penggunaan ide-ide abstrak yang baru
dipelajarinyauntuk diterapkan dalam situasi yang nyata.
Contoh, klien belajar cara pemberian obat sendiri sesuai dengan jadwal untuk
meminimalkan efek samping (Potter dan Perry, 2005).
4. Analisis
Mengaitkan ide yang satu dengan yang lain dengan cara yang benar. Contoh,
klien mampu mengidentifikasi efek samping yang paling sering dialaminya
karena obat tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami
oleh orang lain (Potter dan Perry, 2005).
5. Sintesis
Merupakan kemampuan memahami dari semua informasi yang diterimanya.
Contoh, klien mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam melakukan cara
untukmencegahnya (Potter dan Perry, 2005).
6. Evaluasi
Berupa penilaian oleh klien terhadap efek yang diterima saat dan setelah
melakukan perawatan (Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004). Contoh, klien
mampu memahami kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut tentang insulin
sehubungan dengan rencananya mengikuti program latihan (Potter dan Perry,
2005).
Domain Afektif
Menurut Krathwohl (1964) dalam Potter & Perry, 2009), hal – hal yang
termasuk dalam pembelajaran afektif adalah mau menerima perkataan orang lain,
merespon dan berpartisipasi baik secara verbal maupun non verbal, membuat system
nilai dengan cara mengidentifikasi, mengorganisasi, dan memecahkan konflik,
beraksi dan merespon system nilai yang konsisten.
Terdapat 5 lima tingkatan dalam domain afektif menurut Krathwohl et al. (1964)
mulai dariyang sederhana sampai yang kompleks (Potter & Perry. 2009) :
1. Receiving/ menerima
Bersedia menerima perkataan orang lain, menyadari adanya suatu fenomena
di lingkungan. Contoh seorang wanita mendengarkan penjelasan mengenai
prosedur operasi payudara dengan penuh perhatian dan kontak mata.
2. Responding/ merespon
Memberikan tanggapan melalui kegiatan mendengarkan dengan bereaksi
secara verbal dan non verbal. Contoh : pasien bertanya mengenai proses terapi
yang harus dijalani untuk mempercepat kesembuhan/ pemulihan.
3. Valueing/ menilai
Memberikan nilai pada suatu objek, fenomena atau tingkah laku. Contoh:
seorang pasien yang sangat memperhatikan rupa/ tampilan luka operasi sebelum
pengangkatan payudara menolak untuk melihat luka irisan dan memakai pakaian
dengan kerah tertutup.
4. Organizing/ pengorganisasian
Membangun sistem nilai dengan mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai
dan mampu menyelesaikan konflik. Contohnya : pasien amputasi berniat
menerima perubahan yang ada pada dirinya dan berkeinginan untuk tetap
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Characterizing/ pengkarakteristikan
Memiliki nilai yang konsisten dan menjadi dasar dalam tingkah laku yang
menjadi gaya hidup. Contoh : seorang pasien amputasi tetap menjalani kehidupan
normalnya di masyarakat.
Domain psikomotorik
Psikomotorik yaitu melibatkan penguasaan ketrampilan yang memerlukan
integrasi antara aktivitas mental dan muskular, seperti kemampuan berjalan atau
menggunakan peralatan makan (Potter & Perry, 2005). Psikomotorik domain
(Simpson, 1972) mencakup gerakan fisik, koordinasi,dan penggunaan keterampilan
area motorik.
Domain ini memiliki hierarki sebagai berikut :
1. Persepsi
Kemampuan untuk menggunakan isyarat sensoris untuk memandu aktivitas
motorik. Contoh : memperkirakan dimana bola akan mendarat setelah
dilemparkan dan pindah ke lokasi menangkap bola.
2. Pengaturan
Kesiapan untuk bertindak. Mencakup pengaturan mental, fisik, dan
emosional. Contoh: tahu dan bertindak atas urutan langkah dalam proses
manufaktur/produksi, menunjukkan keinginan untuk mempelajari proses baru
(motivasi).
3. Respon
Terkendali tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks yang
mencakup peniruan, trial dan error. Contoh : merespon sinyal-tangan dari
instruktur saat belajar mengoperasikan forklift.
4. Mekanisme
Respon belajar telah menjadi kebiasaan dan gerakan dapat dilakukan dengan
sedikit keyakinan dan kemampuan. Contoh : mengendarai mobil pribadi.
5. Respon jelas yang rumit
Kinerja terampil dari tindakan motorik yang melibatkan pola gerakan yang
kompleks tanpa ragu dan otomatis. Contoh : menampilkan kompetensi saat
bermain piano.
6. Adaptasi,
Keterampilan yang dikembangkan dengan baik dan individu dapat
memodifikasi pola pergerakan sesuai persyaratan tertentu. Contoh : memodifikasi
instruksiuntuk memenuhi kebutuhan peserta didik.
7. Originasi
Membuat pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi atau masalah tertentu.
Contoh: mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensi.