Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Mengintregrasikan Konsep dan Teori Promosi Kesehatan dalam


Mencegah dan Meningkatkan Kesehatan Klien

Disusun Guna Memenuhi Tugas Perbaikan Mata Kuliah Pendidikan dan


Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu : Waqid Sanjaya, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh:
Silvi Lestari Sukma (C1AA21149)
1B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2022
A. Domain Belajar
Belajar merupakan proses interaksi secara aktif antara individu dengan
lingkungannya melalui proses melihat (visual), mendengar (audio) dan pemahaman
terhadap stimulus lingkunganserta aktifitas fisik menuju tujuan yang diharapkan. Tujuan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah
individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi
perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif,tetapi juga pada aspek lainnya.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang perawat dapat memberikan edukasi kepada klien.
Untuk menjadi seorang pengajar/educator yang baik, perawat butuh untuk mengerti
mengenai teori-teori pembelajaran (Delaune & Ladner, 2002).
Domain Kognitif
Kognitif menurut bestable (2003) adalah “semua hal yang berhubungan
dengan perilaku intelektual dan memerlukan kemampuan untuk berpikir” (potter &
perry 7th ed. 2009, p. 365). Sehingga kognitif adalah suatu upaya untuk menerima
informasi baru yang didalamnya terdapat proses berpikir, menelaah, dan akhirnya
memunculkan suatu konsep pengetahuan akan suatu hal. Melihat dari pengertian
kognitif tersebut perawat memberikan informasi pada pasien atau klien kemudian,
pasien dan klien menerima informasi tersebut melalui suatu proses berpikir yang
kemudian terjadi peningkatan pengetahuan, dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi
tahu.
Adapun tingkatan dari cognitive behaviors terdiri dari :
1. Pengetahuan
Dengan menggunakan pengetahuan seseorang akan mendapatkan fakta atau
informasi baru dan dapat diingat kembali. Sebagai contoh, klien belajar tentang
obat- obatan yang diberikan dan dapat menjelaskan tujuan dan kemungkinan efek
sampingnya (Potter dan Perry, 2005).
2. Pemahaman
kemampuan untuk memahami materi yang dipelajari. Contoh, klien mampu
menguraikan secara spesifik bagaimana obat-obat yang baru diberikan untuknya
akan dapat meningkatkan kesehatan fisiknya (Potter dan Perry, 2005).
3. Aplikasi atau penerapan mencakup penggunaan ide-ide abstrak yang baru
dipelajarinyauntuk diterapkan dalam situasi yang nyata.
Contoh, klien belajar cara pemberian obat sendiri sesuai dengan jadwal untuk
meminimalkan efek samping (Potter dan Perry, 2005).
4. Analisis
Mengaitkan ide yang satu dengan yang lain dengan cara yang benar. Contoh,
klien mampu mengidentifikasi efek samping yang paling sering dialaminya
karena obat tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami
oleh orang lain (Potter dan Perry, 2005).
5. Sintesis
Merupakan kemampuan memahami dari semua informasi yang diterimanya.
Contoh, klien mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam melakukan cara
untukmencegahnya (Potter dan Perry, 2005).
6. Evaluasi
Berupa penilaian oleh klien terhadap efek yang diterima saat dan setelah
melakukan perawatan (Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004). Contoh, klien
mampu memahami kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut tentang insulin
sehubungan dengan rencananya mengikuti program latihan (Potter dan Perry,
2005).

Domain Afektif
Menurut Krathwohl (1964) dalam Potter & Perry, 2009), hal – hal yang
termasuk dalam pembelajaran afektif adalah mau menerima perkataan orang lain,
merespon dan berpartisipasi baik secara verbal maupun non verbal, membuat system
nilai dengan cara mengidentifikasi, mengorganisasi, dan memecahkan konflik,
beraksi dan merespon system nilai yang konsisten.
Terdapat 5 lima tingkatan dalam domain afektif menurut Krathwohl et al. (1964)
mulai dariyang sederhana sampai yang kompleks (Potter & Perry. 2009) :
1. Receiving/ menerima
Bersedia menerima perkataan orang lain, menyadari adanya suatu fenomena
di lingkungan. Contoh seorang wanita mendengarkan penjelasan mengenai
prosedur operasi payudara dengan penuh perhatian dan kontak mata.
2. Responding/ merespon
Memberikan tanggapan melalui kegiatan mendengarkan dengan bereaksi
secara verbal dan non verbal. Contoh : pasien bertanya mengenai proses terapi
yang harus dijalani untuk mempercepat kesembuhan/ pemulihan.
3. Valueing/ menilai
Memberikan nilai pada suatu objek, fenomena atau tingkah laku. Contoh:
seorang pasien yang sangat memperhatikan rupa/ tampilan luka operasi sebelum
pengangkatan payudara menolak untuk melihat luka irisan dan memakai pakaian
dengan kerah tertutup.
4. Organizing/ pengorganisasian
Membangun sistem nilai dengan mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai
dan mampu menyelesaikan konflik. Contohnya : pasien amputasi berniat
menerima perubahan yang ada pada dirinya dan berkeinginan untuk tetap
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Characterizing/ pengkarakteristikan
Memiliki nilai yang konsisten dan menjadi dasar dalam tingkah laku yang
menjadi gaya hidup. Contoh : seorang pasien amputasi tetap menjalani kehidupan
normalnya di masyarakat.
Domain psikomotorik
Psikomotorik yaitu melibatkan penguasaan ketrampilan yang memerlukan
integrasi antara aktivitas mental dan muskular, seperti kemampuan berjalan atau
menggunakan peralatan makan (Potter & Perry, 2005). Psikomotorik domain
(Simpson, 1972) mencakup gerakan fisik, koordinasi,dan penggunaan keterampilan
area motorik.
Domain ini memiliki hierarki sebagai berikut :
1. Persepsi
Kemampuan untuk menggunakan isyarat sensoris untuk memandu aktivitas
motorik. Contoh : memperkirakan dimana bola akan mendarat setelah
dilemparkan dan pindah ke lokasi menangkap bola.
2. Pengaturan
Kesiapan untuk bertindak. Mencakup pengaturan mental, fisik, dan
emosional. Contoh: tahu dan bertindak atas urutan langkah dalam proses
manufaktur/produksi, menunjukkan keinginan untuk mempelajari proses baru
(motivasi).
3. Respon
Terkendali tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks yang
mencakup peniruan, trial dan error. Contoh : merespon sinyal-tangan dari
instruktur saat belajar mengoperasikan forklift.
4. Mekanisme
Respon belajar telah menjadi kebiasaan dan gerakan dapat dilakukan dengan
sedikit keyakinan dan kemampuan. Contoh : mengendarai mobil pribadi.
5. Respon jelas yang rumit
Kinerja terampil dari tindakan motorik yang melibatkan pola gerakan yang
kompleks tanpa ragu dan otomatis. Contoh : menampilkan kompetensi saat
bermain piano.
6. Adaptasi,
Keterampilan yang dikembangkan dengan baik dan individu dapat
memodifikasi pola pergerakan sesuai persyaratan tertentu. Contoh : memodifikasi
instruksiuntuk memenuhi kebutuhan peserta didik.
7. Originasi
Membuat pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi atau masalah tertentu.
Contoh: mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensi.

B. Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS)


Proses perencanaan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran sebagai
sebuahtahapan pelaksanaan rencana pembelajaran semester (RPS). Rencana
pembelajaran semester (RPS) merupakan rencana pembelajaran yang disusun untuk
kegiatan pembelajaran selama satu semester guna memenuhi capaian pembelajaran
lulusan yang dibebankan pada suatu mata kuliah, proses perancangan rencana
pembelajaran semester (RPS) wajib ditinjau dan disesuaikan secara berkala dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam menyusun rencana
pembelajaran semester, yaitu;
a. RPS adalah dokumen program pembelajaran yang dirancang untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan sesuai CP lulusan yang
ditetapkan, sehingga harus dapat ditelusuri keterkaitan dan kesesuaian dengan
konsep kurikulum.
b. Wajib disusun oleh dosen secara mandiri atau bersama dalam kelompok
keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam program
studi.
c. Rancangan dititik beratkan pada bagaimana memandu mahasiswa belajar agar
memiliki kemampuan sesuai dengan CP lulusan yang ditetapkan dalam
kurikulum,bukan pada kepentingan kegiatan dosen mengajar.
d. Pembelajaran yang dirancang adalah pembelajaran yang berpusat pada
mahasiswa(student centred learning disingkat SCL).
e. Dosen bersama dengan mahasiswa dapat merencanakan strategi pembelajaran
dalam usaha memenuhi CP lulusan yang dibebankan dalam matakuliah ini.
RPS disusun menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
49 tahun 2014 dan diperbarui dengan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi. Dalam menyusun rencana pembelajaran semester harus dilakukan secara
logis, sistematis, dan terukur agar dapat menjamin tercapai nya pencapaian
pembelajaran lulusan.
Adapun komponen utama dari Rencana Pembelajaran Semester yaitu;
1. Nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama dosen
pengampu;
2. Capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah;
3. Kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk
memenuhicapaian pembelajaran lulusan;
4. Bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai;
5. Metode pembelajaran;
6. Waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap
pembelajaran;
7. Pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang
harusdikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester;
8. Kriteria, indikator, dan bobot penilaian;
9. Daftar referensi yang digunakan.

C. Penyusunan Rencana Pengajaran (RP)


RP Adalah memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam
melaksanakan pendidikan. Hakekatnya untuk mengatur dan menetapkan unsur
pelaksanaan pengajaran/pendidikan yaitu: Topik Pelajaran, Tujuan, bahan/isi, metode
dan alatserta evaluasi/penilaian.
• Tahapan membuat Rencana Pengajaran (RP)
a. Tentukan dan Identifikasi Sasaran/Klien
1. Menentukan segmentasi sasaran
2. Segmentasi sasaran memungkinkan pengelola program menghitung
kelompok sasaranuntuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan
produk di pasaran.
3. Kumpulkan data sasaran, yang menyangkut data perilaku, epidemiologi,
demografi geografi dan data psikografi atau gaya hidup.
b. Menyusun Jadwal Rencana Pelaksanaan
c. Menentukan prioritas pengajaran/topik/pokok bahasan
1. Perawat bersama klien sebaiknya melakukan secara bersama-sama.
2. Beberapa yang dapat dipergunakan sebagai kerangka pikir dalam
menetapkan prioritas:Hierarki kebutuhan menurut teori Maslow; bila klien
sebuah kelompok atau komunitas pertimbangkan faktor predisposisi,
pemungkin dan penguat. Khusus untuk keluarga, dapat dipergunakan skala
prioritas yang dikembangkan oleh Bailon & Maglaya (1988).
3. Kemampuan perawat dalam menentukan prioritas masalah promosi
kesehatan
d. Menetapkan tujuan pembelajaran
1. Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3
hal, yaitu:
a) Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b) Peningkatan perilaku masyarakat
c) Peningkatan status kesehatan masyarakat
2. Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan yang harus menjadi
pertimbangan dalam perencanaan promosi kesehatan terdiri dari 3
tingkatan, yaitu:
a) Tujuan Program Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai
dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
b) Tujuan Pendidikan Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai
dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada
c) Tujuan Perilaku Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus
tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap yang ditunjukkan.
3. Tujuan Instruksional
Dalam Membuat Tujuan Instruksional, perhatikan ranah taksonomi
menurut Bloomdibawah ini
a) Tujuan Kognitif (Pengetahuan)
1. Pengetahuan/ingatan
2. Pemahaman
3. Penerapan/aplikasi
4. Analisa
5. Sintesis
b) Tujuan Afektif (Sikap) :
1. Penerimaan
2. Pemberian respon
3. Penghargaan
4. Pengorganisasian
5. Karakterisasi
c) Tujuan Psikomotor (ketrampilan)
1. Persepsi
2. Kesiapan
3. Respon terbimbing
4. Mekanisme
5. Respon yg kompleks
6. Adaptasi
7. Originasi
- Ada dua (2) jenis tujuan instruksional yang harus anda buat dalam rancangan
SAP:
a) Tujuan Instruksional Umum (TIU)/tujuan pembelajaran umum
• Tingkat pencapaiannya memerlukan beberapa kali proses.
• TIU akan dapat dicapai bila TIK sudah dikuasai
• Kata Kerja perilaku yang diharapkan, ditulis menggunakan
kata kerjaabstrak.
Contoh Kata kerja Abstrak yaitu, Mengetahui, Memahami,
Menghargai,Menguasai, dll.
b) Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Adalah Tujuan pengajaran yang
dibuatuntuk keperluan 1x proses belajar mengajar.
• Isi TIK yaitu, Kognitif, Afektif, dan Psikomotor.
• Syarat TIK yaitu, Berpusat pada perubahan Tingkah Laku
klien, Tingkah laku yang diharapkan memiliki ciri-ciri
(operasional, spesifik dan dapat diukur), dan Berisi makna
pokok bahasan.
• Sifat TIK yaitu, Bertingkat/hierarkhi, Setara, Berurutan, dan
Kombinasi.
• Ciri TIK yaitu, Spesifik, Operasional, dan Dapat diukur.
- Cara menguji operasional / tidak-nya tujuan (yang anda dibuat) : Dengan cara
mengujiatau mengukur aspek Tingkah Laku yang ditulis dalam rumusan tujuan
tsb.
• Unsur-unsur TIK :
A. Audience (siapakah sasarannya?)
B. Behavior (Apa perubahan perilaku yang diharapkan?)
C. Condition (Bagaimana kondisi dari perilaku yang diharapkan?)
D. Degree (Kualitas/tingkatan dari perilaku yang diharapkan?)
e. Menentukan substansi/isi materi promosi kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga
mudah dipahami oleh sasaran.
f. Memilih strategi/metode belajar, sesuaikan dengan tujuan perubahan yang
diharapkan.
1. Untuk perubahan tingkat Pengetahuan: penyuluhan langsung, pemasangan
poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll
2. Untuk merubah Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat
menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video
3. Untuk perubahan kemampuan/Keterampilan: sasaran harus diberi
kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
4. Pertimbangkan sumber dana & sumber daya.
g. Memilih alat bantu mengajar / media promosi kesehatan
1. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan
media.
2. Memilih media promosi, yaitu saluran yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan pada sasaran, yang didasarkan pada selera sasaran
bukan selera pengelola program.
3. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tingkat pendidikan,
aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang
ada. Selain itu Media yang dipilih pun harus memberi dampak yang luas,
oleh karena itu perlu ditentukan tujuan media yang akan menjadi dasar
perencanaan media : Jangkauan, frekuensi bobot,kontinuitas dan biaya.
4. Mengembangkan pesan-pesan dalam media yang akan digunakan yang
disesuaikan dengan tujuan promosi.
h. Merancang rencana kegiatan pelaksanaan
Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda dan
sasaran saat program pendidikan / promosi kesehatan akan dilakukan, dimulai
dari pembukaan, pelaksanaan kegiatan inti penyuluhan dan penutupan.
i. Menyusun rencana evaluasi
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana
akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa
yang akan melaksanakan evaluasitersebut.
D. Penyusunan Satuan Acara Pengajaran (SAP) dan Penyusunan Satuan Acara
Penyuluhan (SAP)
Dalam usaha untuk memberikan informasi yang tepat sasaran kepada
masyarakat umum, setiap orang atau terutama penyuluh kesehatan seperti halnya
perawat harus memiliki arahan yang benar terkait dengan apa yang akan
disampaikannya. Hal ini dikarenakan oleh:
1. Pendidikan kesehatan tidak pernah diselenggarakan dalam keadaan hampa,
dalam arti bahwa pengaruh lingkungan dimana usaha pendidikan kesehatan
tersebut diselenggarakan turut menentukan segala sesuatu dalam pendidikan
tersebut.
2. Pendidikan kesehatan berorientasi ke depan, karena dasarnya ini merupakan
proses dimana penerima informasi dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan
di kemudian hari dalam peranan yang lebih bertanggung jawab.
3. Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari hasrat, arah perkembangan dan nilai hidup
masyarakat itu sendiri.
4. Pendidikan sebagai suatu proses yang sadar tujuan, menyangkut keadaan
awal danakhir dapat juga dilihat sebagai suatu proses transisi.
a. Dasar Penyusunan SAP
Pendidikan kesehatan akan berhasil apabila direncanakan terlebih dahulu
dengan cermat, teliti, dan sistematis dari semua faktor-faktor yang terkait, yaitu tujuan
pendidikan, siapa yang di didik, materi yang akan di bahas, bagaimana cara
penyajiannya dan media penunjang yang akan digunakan, sumber pendidikan serta
bagaimana cara mengevaluasinya.Oleh karena itu, dalam pendidikan kesehatan perlu
disusun suatu arahan yang benar dan relevan yang disusun bukan hanya sebagai
dokumen yang memuat tujuan pendidikan kesehatan tetapi harus diterjemahkan secara
relevan dalam bentuk proses penyuluhan, yang secara operasional juga sangat
dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam menyusun suatuSatuan Acara Penyuluhan
(SAP).
b. Fungsi Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Satuan Acara Penyuluhan berfungsi sebagai pedoman kerja dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan,
yaitu:
1. Preventif, Mencegah penyuluh kesehatan dari melakukan hal-hal yang tidak
sesuaidengan yang telah ditentukan dalam rencana.
2. Korektif, Satuan Acara Penyuluhan berfungsi sebagai rambu-rambu yang
harusditaati dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan
kesehatan.
3. Konstruktif, Satuan Acara Penyuluhan memberikan arah secara rinci
bagipelaksanaan dan pengembangan pendidikan kesehatan.
c. Prinsip Penyusunan SAP
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan Satuan Acara
Penyuluhan, yaitu:
• Relevansi:
1. Relevan dengan lingkungan hidup peserta (masyarakat).
2. Relevan dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa
yang akandatang (kemajuan IPTEK).
3. Relevan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
• Efektifitas:
1. Efektif digunakan bagi si penyuluh.
2. Efektif informasi yang didapatkan oleh masyarakat.
• Efisiensi:
Efisien dalam pendidikan kesehatan berarti efisien dalam: waktu, biaya,
penggunaan tenaga dan peralatan.
• Kontinuitas:
Satuan Acara Penyuluhan memiliki keterkaitan dengan informasi yang
sebelumnya mungkin pernah didapatkan oleh si penerima informasi.
• Komprehensif:
Semua kegiatan dan komponen dalam Satuan Acara Penyuluhan merupakan
satu kesatuan yang berinteraksi dan berinterfungsi secara terpadu dan
harmonis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan kesehatan yang telah
dirumuskan.
• Flexibilitas:
Satuan Acara Penyuluhan tidak boleh kaku, harus luwes, dapat bertindak
dan mempunyai keleluasaan bergerak yang disebabkan oleh situasi dan
kondisi yang tiba-tiba berubah atau sangat diperlukan adanya suatu
perubahan.
d. Penyusunan Satuan Acara Penyuluhan
1. Langkah Persiapan
Mempelajari kebutuhan akan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan oleh
individu/keluarga/masyarakat yang meliputi:
1) Tujuan kurikuler, untuk dijabarkan menjadi tujuan instruksional
umum(TIU), dijabarkan menjadi tujuan instruksional khusus (TIK).
2) Deskripsi materi yang akan diajarkan, untuk dijabarkan menjadi
pokokbahasan.
3) Buku sumber yang menunjang pokok-pokok bahasan.
2. Mempersiapkan Format Satuan Acara Penyuluhan
Format Satuan Acara Penyuluhan dapat dibuat dengan bentuk kolom-kolom
memanjang horizontal atau tidak dalam bentuk kolom, tetapi memanjang
kebawah.
3. Peyusunan Satuan Acara Penyuluhan Dengan Mengisi Format
1) Materi yang akan diajarkan, setelah melalui proses pengkajian
kebutuhanpenerima informasi.
2) Deskripsi materi, yang selanjutnya akan dijabarkan dalam pokok-
pokok bahasan.
4. Pengisian Kolom
1) Tujuan instruksional umum, merupakan penjabaran tujuan kurikuler
yangrelevan dengan pokok bahasan.
2) Tujuan instruksional khusus, merupakan penjabaran dan spesifikasi
dari tujuan instruksional umum.
3) Materi, merupakan uraian dari pokok bahasan yang relevan dengan
tujuaninstruksional khusus.
4) Strategi, merupakan kegiatan belajar atau mengajar yang paling
efektif dan efisien yang ditempuh untuk mencapai tujuan
instruksional khusus yang telah dirumuskan.
5) Metode, metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan
penyuluhankesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2002):
a) Metode Ceramah; adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan
kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi
tentang kesehatan.
b) Metode Diskusi Kelompok; adalah pembicaraan yang
direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang
pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
c) Metode Curah Pendapat; adalah suatu bentuk pemecahan
masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh
masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat
tadi dilakukan kemudian.
d) Metode Panel; adalah pembicaraan yang telah direncanakan di
depanpengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan
3 orang ataulebih panelis dengan seorang pemimpin.
e) Metode Bermain Peran; adalah memerankan sebuah situasi
dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan,
dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan
pemikiran oleh kelompok.
f) Metode Demonstrasi; dalah suatu cara untuk menunjukkan
pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana
cara melaksanakan suatu
tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini
digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar
jumlahnya.
g) Metode Simposium; adalah serangkaian ceramah yang
diberikan oleh 2-5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi
saling berhubungan erat.
h) Metode Seminar; adalah suatu cara di mana sekelompok orang
berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan
seorang ahli yang menguasai bidangnya.
6) Media, merupakan alat penunjang tercapainya tujuan instruksional. Oleh karena
itu pemilihan media harus releven dengan tujuan instruksional, kondisi dan
situasi yang ada.
7) Evaluasi, merupakan alat untuk mengukur apakah tujuan sudah tercapai atau
belum.
a) Tipe evaluasi; format, sumatif, placement dan diagnostik.
b) Jenis evaluasi dapat berupa; lisan, tulisan dan perbuatan.
c) Bentuk evaluasi; subyektif dan obyektif.
8) Sumber, merupakan buku yang dipakai sebagai sumber bahan pendidikan
kesehatan, meliputi: judul buku, penulis atau pengarang, penerbit, tahun terbit
BAB dan halaman.

Anda mungkin juga menyukai