Anda di halaman 1dari 3

A.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keaadaan dimana individu
mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
batuk secara efektif (Carpenito & Moyet, 2013). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas (Nic, Noc,2013).
Ada beberapa batas karakteristik seperti suara napas tambahan, perubahan frekwensi
napas, perubahan irama napas, dipsneu, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang
tidak efektif, gelisah, mata terbuka lebar.
Faktor-faktor yang berhubungan seperti lingkungan terdapat perokok pasif, mengisap
asap dan merokok. Obstruksi jalan nafas seperti spasme jalan nafas, materi asing dalam jalan
nafas, sekresi bertahan/sisa sekresi, sekresi dalam bronki. Fisiologis seperti jalan napas
alergik, asma, penyakit paru obstuktif kronik, infeksi.
Mengukur penyelesaian dari diagnosis adalah respiratory status seperti ventilation dan
respiratory status seperti airwat patency.
Kriteria hasil yang diharapkan adalahmendemontatrasikan batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten ( klien
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal). Mampu mengindentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
Intervensi keperawatan yang disarankan adalah kaji fungsi napas auskultasi bunyi
suara nafas, bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan, berikan
oksigen untuk memenuni kebutuhan oksigen, gunakan alat yang steril setiap melakukan
tindakan, anjurkan pasien untuk istirahat dan napas, ajarkan keluarga pentingnya untuk tidak
meroko dalam ruang perawatan, posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
kkeluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan, berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab,atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan dan pemberian
obat sesuai indikasi.
B. Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi
ventilasi adekuat ( Nic, Noc, 2013).
Ada beberapa batas karakteristik seperti perubaahan kedalaman pernafasan,
bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan ventilasi semenit, dispneu, pernapasan
cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi memenjang, pernapasan bibir, takipneu, penggunaan
otot aksesorius untuk bernapas.
Faktor-faktor yang berhubungan seperti ansietas, posisi tubuh, keletihan,
hiperventilasi, obsesitas, nyeri.
Mengukur penyelesaian dari diagnosis adalah respiratory status seperti ventilation dan
respiratory seperti airway patency, vital sign status.
Kriteria hasil yang diharapkan adalah mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips ). Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal). Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan dara, nadi, pernafasan.
Intervensi keperawatan yang disarankan kaji fungsi pernafasan, auskultasi bunyi
nafas, buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu, posisikan pasien
untuk memaksimalkan vertilasi, keluarkan sekret dengan batuk Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan, berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab, atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan,bersihkan mulut, hidung dan secret trakea,
pertahankan jalan nafas yang paten, pertahankan posisi pasien,observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi, monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigen. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR, catat adanya fluktasi tekanan darah, monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri, auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan, monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas, monitor frekuensi dan irama pernapasan,monitor pola
pernapasan abnormal, monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit, identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
C. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada iksigenasi dan/atau
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler ( Nic, Noc, 2013)
Ada beberapa batas karakteristik seperti pH darah arteri abnormal, pernapasan
abnormal ( mis.,kecapean, irama, kedalaman), warna kulit abnormal ( mis.,pucat, kehitaman),
penurunan karbon dioksida, dispnea,sakit kepala saat bangun, hiperkapnia, hipiksemia,
hipoksia, iritabilitas, napas cuping hidung, gelisah,samnolen, takikardi, gangguan
penglihatan.
Mengukur penyelesaian dari diagnosis adalah respiratory status seperti gas exchange,
respiratory status seperti ventilation dan vital sign status.
Kriteria hasil yang diharapkan adalah mendemontrasikan peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat, memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda
distress pernafasan, mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak
ada pursed lips), tanda tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi keperawatan yang sarankan adalah buka jalan nafas, gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu, posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, keluarkan
sekret dengan batuk atau suction, auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan,
berikan pelembab udara, atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan, monitor
respirasi dan status O2, monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi, catat
pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraciavicular
dan intercostal, monitor suara nafas, seperti dengkur, monitor pola nafas seperti bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, auskultasi suara nafas, catat area
penurunan/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama.
D. Faktor Penyebab Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) faktor penyebab bersihan jalan nafas
tidak efektif :
1) Lingkungan : Merokok, menghirup asap rokok.
2) Obstruksi Jalan Nafas : Spasme jalan nafas, retensi seckret, mukosa berlebih, adanya jalan
nafas buatan, terdapat benda asing di jalan nafas, secket di bronchi, dan eksudat di alveoli.
3) Fisiologis : Disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial, PPOK, infeksi, asma,
jalan nafas alergik (trauma).
E. Upaya Peningkatan Kebersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan ketidak mampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
(Deni dkk, 2017).
Apabila masalah bersihan jalan nafas ini tidak ditangani secara cepat maka bisa
menimbulkan masalah yang lebih berat seperti pasien akan mengalami sesak nafas atau gagal
nafas bahkan bisa menimbulkan kematian.
Salah satu cara mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat melalui tindakan
kolaboratif perawat dengan tim kesehatan lain maupun tindakan mandiri perawat diantaranya
adalah fisioterapis dada.Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan
secret yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran respiratori.
Fisioterapi bertujuan memobilisasi sputum dan membuat pernafasan lebih efektif serta
mengembalkan kemampuan fisik penderita ketingkat optimal. Sehingga dalam hal ini,
fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi juga mencegah rusaknya saluran
respiratori serangkaian tindakan postural drainase membantu menghilangkan kelebihan
mukus kental dari paru ke dalam trakea yang dapat dibatukkan keluar (Lubis, 2005).
Dari fenomena yang digambarkan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul “Upaya Peningkatan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Dengan Post Op Anterior
Stabilisasi Spondilitis Tuberkulosis Di RS”.

Anda mungkin juga menyukai