2
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POLA NAPAS
TIDAK EFEKTIF
PENGERTIAN: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat
(Wilkinson, Judith M, 2011., Herdman, T. Heather, 2015).
Berhubungan dengan:
Ansietas
Cedera medulla spinalis
Deformitas dinding dada
Deformitas tulang
Disfungsi neuromuscular
Gangguan muskuluskeletal
Gangguan neurologis (misal: elegtroensefalogram (EEG) positif, trauma kepala,
gangguan kejang)
Hiperventilasi
Imaturitas neurologis
Keletihan
Keletuhan otot pernapasan
Nyeri
Obesitas
Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Sindrom hipoventilasi
Tanda dan gejala b. Data Obyektif
a. Data Subyektif 1) Bradipnea
1) Mengeluh sesak 2) Dipnea
2) Mengeluh sulit untuk 3) Fase ekpirasi memanjang
bernapas 4) Ortopnea
3) Mengeluh napas pandek 5) Penggunaan otot bantu pernapasan
6) Mengambil posis tiga titik tumpu (tripod)
7) Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
8) Penurunan ventilasi semenit
9) Penurunan kapasitas vital
10) Napas dalam
11) Perubahan ekskursi dada
12) Napas cuping hidung
13) Pernapasan bibir mencucu
14) Tapkipnea
15) Pola napas abnormal (misal: irama, frekuensi,
dan kedalaman)
Tindakan Keperawatan:
Tujuan: Menunjukkan pola pernapasan yang efektif
Kriteria hasil:
a. Kepatenan jalan napas: pasien tidak merasa tercekik, irama nafas dan frekuen
napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal)
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3
c. Mendemontrasikan batuk efektif dan suara napas bersih tidak ada sianosis atau
dipsnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah)
d. Menunjukkan kemudahan bernapas
e. Ekspansi dada simetris
f. Tidak ada penggunanaan otot bantu pernapasan
Intervensi:
a. Pantau adanya pucat dan sianosis
b. Pantau efek obat pada status pernapasan
c. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
d. Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu serta
retraksi otot supraklavikular dan interkosta
e. Pantau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur
f. Pantau pola pernapasan : bradipnea, takipnea, hiperventilasi misal: pernapasan
kussmaul, pernapasan cheyne-stockes, dan pernapasan apneastik, pernapasan biot
dan pola ataksik
g. Perhatikan lokasi trakea
h. Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak adanya ventilasi dan
adanya suara napas tambahan
i. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan lapar udara
j. Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri
(GDA), jika perlu.
k.
Airway management
a. Buka jalan napas dengan menggunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien terhadap perlunya pemasangan alat napas buatan
d. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
e. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
f. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
g. Lakukan suction sesuai kebutuhan untuk membersihkan sekret
h. Berikan bronkodilator sesuai program
i. Berikan pelebab udara kassa basah NaCl lembab
j. Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
a. Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
b. Pertahankan jalan napas tetap paten
c. Anjurkan pasien napas dalam melalui andomen selama periode gawat napas
d. Untuk membantu memperlambat frekuensi pernapasan, bombing pasien
menggunakan teknik pernapasan bibir memcucu dan pernapasan terkontrol
e. Atur peralatan oksigenasi
f. Informasikan kepada pasien sebelum memulai tindakan untuk menurunkan
ansietas dan meningkatkan perasaan kendali
g. Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal, masker atau sangkup
(uraikan kecepatan aliran)
h. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan
4
i. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
j. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
k. Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi
ventilator mekanis
l. Laporkan jika ada perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, sputum dan
lain lain jika perlu
5
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GANGGUAN PERTUKARAN GAS
6
e. Pantau status mental (misal tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi)
f. Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
g. Observasi terhadap sianosis, terutama membrane mukosa mulut
h. Manajemen jalan napas:
1) Identifikasi kebutuhan pasien terhadap pemasangan jalan napas actual atau
potensial
2) Auskultasi suara napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilas dan adanya
bunyi tambahan
3) Pantau status pernapasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
i. Pengaturan hemodinamik
1) Auskultasi bunyi jantung
2) Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama, dan denyut jantung
3) Pantau adanya edema perifer, distensi vena jungularis, dna bunyi jantung tambahan
4) Pantau fungsi alat pacu jantung yang sesuai
7
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
PENURUNAN CURAH JANTUNG
Pengertian: penurunan curah jantung didefinisikan seagai suatu keadaan dimana pompa darah
oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh (Wilkinson &
Ahern, 2012)
Berhubungan dengan: gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan after load,
kontraktilitas jantung
Tanda dan Gejala: b. Data Objektif
a. Data Subjektif 1) Aritmia, Takikardia
1) Mengeluh sesak nafas di 2) Bradikardi
sertai nyeri dada 3) Palpitasi
2) Mengeluh cepat lelah jika 4) Oedema
melakukan aktivitas ringan 5) Distennsi vena jugularis
3) Mengeluh jantung terasa 6) Kulit dingin dan lembab
berdebar-debar 7) Penurunan denyut nadi perifer
8) Oliguria, CRT > 2 detik
9) Nafas pendek/sesak nafas
10) Prubahan warna kulit
11) Bunyi jantung S3 dan S4
12) kecemasan
Tindakan Keperawatan:
Tujuan: Penurunan cardiac output pasien tertasi
Kriteria Hasil:
a. TTV dalam rentang normal
b. Dapat mentolerasi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak adanya edema paru perifer dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
e. AGD dalam batas normal
f. Tidak ada distensi vena leher
g. Warna kulit normal
Interensi
a. Evaluasi adanya nyeri dada
b. Catat adanya disritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala cardiac output
d. Monitor ststus pernafasan yang menandakan gagal jantung
e. Monitor balance cairan
f. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
g. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
h. Monitor toleransi aktivitas pasien
i. Monitor TTV pasien
j. Monitor adanya dispnea, fatigue, takipneu dan ortopnue
k. Anjurkan untuk menurunkan stres
l. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
m. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah aktivitas
n. Monitor jumlah bunyi dan irama jantung
8
o. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
p. Monitor pola pernapasan abnormal
q. Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
r. Monitor sianosis perifer
s. Jelaskan kepada pasien tujuan dari pemberian oksigen
t. Sediakan informasi untuk mengurangi stres
u. Kolaborasi pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin, dan vasodilator, untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
v. Kolaborasi pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer
w. Minimalkan stres lingkungan
9
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Pengertian: Penurunan cairan intravaskuler, intertisial, atau intrasel. Diagnosis ini merujuk
pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium
(Wilkinson, Judith M, 2011., Herdman, T. Heather, 2015).
Berhubungan dengan: Kegagalan mekanisme regulasi, Kehilangan cairan aktif, Asupan
cairan yang tidak adekuat
Tanda dan Gejala b. Data Objektif
a. Data Subjektif 1) Kelemahan
Pasien melaporkan adanya rasa 2) Kulit kering
haus 3) Perubahan status mental
4) Penurunan turgor kulit dan lidah
5) Penurunan haluaran urine
6) Peningkatan frekuensi nadi
7) Penurunan tekanan darah
8) Penurunan volume dan tekanan nadi
9) Penurunan pengisian vena
10) Kulit dan membrane mukosa kering
11) Hematokrit meningkat
12) Suhu tubuh meningkat
13) Konsentrasi urine meningkat
14) Penurunan berat badan yang tiba-tiba
Tindakan Keperawatan
Tujuan: Kekurangan volume cairan teratasi
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia, BB, BJ urine normal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas kulit baik, membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
d. Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
e. Memiliki keseimbangan intake dan output yang seimbang dalam 24 jam
f. Memiliki asupan cairan oral dan/atau intravena yang adekuat
Intervensi:
a. Fluid management
1) Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan caira
2) Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit, misalnya:
diare, drainase luka, pengisapan nasogastrik, diaphoresis)
3) Identifikasi faktor yang memperburuk dehidrasi (misanya: obat-obatan, demam, stress
dan program pengobatan)
4) Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
5) Timbang popok/pembalut jika diperlukan
6) Pertahankan intake dan output yang adekurat
7) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan
10
8) Monitor vital sign
9) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
10) Kolaborasikan pemberian cairan IV
11) Monitor status nutrisi
12) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
13) Tingkatkan asupan oral (misalnya sediakan sedotan, beri cairan diantara waktu
makan, dan lain-lain)
14) Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
15) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
16) Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
b. Hipovolemia management
1) Monitor status cairan termasuk intake da output cairan
2) Peliharan IV line
3) Monitor tingkat Hb dan hematokrit
4) Monitor vital sign
5) Monior respon pasien terhadap penambahan cairan
6) Monitor berat badan
7) Dorong pasien untuk menambah intake oral
8) Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
9) Monitor adanya tanda gagal ginjal
11
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
12
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIARE
Pengertian: Pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa (Wilkinson, Judith M, 2011).
Menurut Herdman, T. Heather (2015), diare didefinisikan sebagai pasase yang lunak dan
tidak berbentuk.
Buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair, kandungan air
tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gr atau 200 ml/24 jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu uang air besar encer lebih dari 3 kali perhari (Hurarif, A.H. &
Kusuma, H., 2015)
Berhubungan dengan:
a. Fisiologis: Inflamasi gastrointestinal, Iritasi gastrointestinal, Kram, Malabsorbsi,
Parasit
b. Psikologis: Ansietas, Tingkat stress tinggi
c. Situasional: Makan melalui selang, Melakukan perjalanan, Pemaparan pada
kontaminan, Pemaparan pada toksin, Penyalahgunaan laktasif, Penyalahgunaan zat dan
Program Pengobatan
Tanda dan Gejala b. Data Objektif
a. Data Subjektif 1) Sedikitnya mengalami 3 kai
1) Melaporkan defekasi cair lebih dari 3 kali defekasi dengan feses cair
perhari 2) Bising usus hiperaktif
2) Menyatakan adanya nyeri abdomen
3) Menyatakan kram
4) Menyatakan adanya dorongan untu
defekasi
Tindakan Keperawatan
Tujuan: Diare dapat dikendalikan atau hilang
Kriteria Hasil:
a. Feses berbentuk, defekasi sehari sekali sampai dengan tiga hari
b. Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
c. Tidak mengalami diare
d. Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
e. Mempertahankan turgor kulit
Intervensi:
a. Informasikan pasien atau keluarga tentang kemungkinan obat yang dapat
mengakibatkan diare
b. Ajarkan pasien untuk menghindari susu, makanan pedas dan makanan yang dapat
mengiritasi gastrointestinal
c. Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
d. Intruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, jumlah frekuensi dan
konsistensi daeri feses
e. Anjurkan pasien untuk melaporkan ke perawat setiap kali diare
f. Evaluasi intake makanan yang masuk
g. Identifikasi penyebab diare
h. Monitor tanda dan gejala diare
i. Observasi turgor kulit secara rutin
13
j. Ukur diare/keluaran defekasi
k. Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
l. Intruksikan pasien untuk makan makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori
jika memungkinkan
m. Intruksikan untuk menghindari laksative
n. Ajarkan teknik menurunkan stress
o. Monitor persiapan makan yang aman
p. Kolaborasi:
Konsultasi dengan ahli gizi untuk penyesuaian diet yang diperlukan
Konsultasi pada dokter jika ada tanda dan gejala diare menetap
14
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
Intervensi:
Perssure management
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilitas pasien (ubah posisi pasien)
e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi pasien
i. Mandikan pasien dengan sabun
Insision Site Care
a. Membersihkan dan meningkatkan proses penyembuhan luka yang ditutup dengan
jahitan, klip atau straples
b. Monitor proses kesembuhan area insisi
c. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
15
d. Bersihkan area sekitar jahitan atau staples menggunakan lidi kapas
e. Gunakan preparat antiseptik sesuai program
f. Ganti balutan pada internal waktu yang sesuai atau luka tetap terbuka sesuai program
Perssure management
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilitas pasien (ubah posisi pasien)
e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi pasien
i. Mandikan pasien dengan sabun
Insision Site Care
a. Membersihkan dan meningkatkan proses penyembuhan luka yang ditutup dengan
jahitan, klip atau straples
b. Monitor proses kesembuhan area insisi
c. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
d. Bersihkan area sekitar jahitan atau staples menggunakan lidi kapas
e. Gunakan preparat antiseptik sesuai program
f. Ganti balutan pada internal waktu yang sesuai atau luka tetap terbuka sesuai program
16
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN
17
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
RESIKO INFEKSI
18
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH
Pengertian: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Wilkinson,
Judith M, 2011., Herdman, T. Heather, 2015).
Berhubungan dengan: Penyakit kronis, Kesulitan mengunyah atau menelan, Faktor
ekonomi, Kebutuhan metabolik tinggi, Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi, Akses
terhadap makan terbatas, Hilang nafsu makan, Mual dan muntah, Ketidakmampuan
mencerna makanan, Ketidakmampuan mengabsopsi makanan, Pengabaian oleh orang tua,
Gangguan psikologis, Kurang asupan makanan
Tanda dan Gejala b. Data Objektif
a. Data Subjektif 1) Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang
1) Menyatakan kram berat badan ideal
abdomen 2) Bising usus hiperaktif
2) Menyatakan nyeri 3) Diare
abdomen (dengan atau 4) Kelemahan otot untuk menelan atau
tanpa penyakit) mengunyah
3) Menolak makan 5) Membran mukosa pucat
4) Mengatakan tidak mampu 6) Rongga mulut terluka (inflamasi)
untuk mencerna makanan 7) Kurang informasi, informasi yang salah
5) Melaporkan perubahan 8) Kurangnya minat terhadap makanan
sensasi rasa 9) Tonus otot buruk
6) Melaporkan kurangnya 10) Menolak untuk makan
makanan
7) Merasa cepat kenyang
setelah mengkonsumsi
makanan
Tindakan Keperawatan
Tujuan: Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan adekuat
Kriteria Hasil:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan (indeks massa tubuh dalam batas normal)
c. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan
g. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
h. Menoleransi diet yang dianjurkan
i. Memiliki nilai laboratorium (misal: transferin, albumin dan elektrolit) dalam batas
normal
Intervensi:
Nutrition management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
19
dibutuhkan pasien
c. Kaji makanan kesukaan pasien
d. Kaji kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
e. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi
f. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
g. Berikan substansi gula
h. Yakinkan diet yang diberikan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
i. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
j. Monitor nutrisi dan kandungan kalori
k. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
l. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
m. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap,
pemberian makanan melalui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori
adekuat dapat dipertahankan
n. Dukung anggota keluaga umtuk membawa makanan kesukaan pasien
o. Suapi pasien jika perlu
Nutrition Monitoring
a. Timbang berat badan pasien
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan selama makan
e. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
f. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor mual dan muntah
i. Monitor kadar albumin, total protein, hemoglobin dan kadar hematokrit
j. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
k. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
l. Monitor kalori dan intake nutrisi
m. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan kavitas oral
n. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Kesulitan mengunyah dan menelan
a. Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi
b. Yakinkan pasien dan berikan lingkungan yang tenag selama makan
c. Siapkan kateter penghisap disamping tempat tidur dan alat pengisap selama makan,
bila diperlukan
d. Ubah posisi pasien semi fowler untuk memudaknan pasien menelan, biarkan pasien
pada posisi ini selama 30 menit setelah makan untuk mencegah aspirasi
e. Letakkan makanan pada bagian mulut yang tidak bermasalah untuk memudahkan
menelan
f. Ketika meberi makan pasien, gunakan spuit jika perlu, untuk memudahan menelan
g. Anjurkan pasien untuk menggunakan gigi palsu yang sesuai atau melakukan
perawatan gigi
Mual/muntah
a. Identifikasi faktor pencetus mual dan muntah
b. Catat warna, jumlah dan frekuensi muntah
20
c. Intruksikan pasien agar menarik napas dalam, pertahankan, dan menelan secara
sadar untuk mengurangi mual dan muntah
d. kolaborasi dalam pemberian obat antiemetic dan/atau analgesic sebelum makan atau
sesuai dengan jadwal yang dianjurkan
e. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah
f. Anjurkan hygiene mulut sebelum makan
Kehilangan selera makan
a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kehilangan selera makan pasien (seperti obat
dan masalah emosi)
b. Berikan umpan balik positif kepada pasien yang menunjukkan peningkatan selera
makan
c. Berikan makanan sesuai dengan pilihan pribadi, budaya dan agama pasien
d. Tawarkan kudapan (misalnya, minuman dan buah-buahan segar atau jus segar) bila
perlu
e. Berikan makan bergizi, tinggi kalori, dan bervariasi yang dapat dipilih oleh pasien
Gangguan makan
a. Pantau perilaku pasien yang berhubungan dengan penurunan berat badan
b. Konsultasikan pada ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian yang
dibutuhkan untuk mencapai berat badan sesuai target
c. Laporkan pada dokter jika pasien menolak makan
d. Temani pasien ke kamar mandi setelah makan untuk mengobservasi adanya muntah
disengaja
e. Berikan penguatan positif untuk pencapaian berat badan dan perilaku makan
f. Diskusikan keuntungan perilaku makan yang sehat dan dampak ketidakpatuhan
21
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN NYERI AKUT
Pengertian: Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson, Judith M, 2011., Herdman, T.
Heather, 2015).
Berhubungan dengan: Agens penyebab cedera (biologis, kimia, fisik dan psikologis)
Tanda dan Gejala b. Data Objektif
a. Data Subjektif 1) Posisi untuk menghidari nyeri
Mengungkapkan secara verbal 2) Perubahan tonus otot (sengan rentang dari
atau melaporkan nyeri dengan lemas tidak bertenaga sampai kaku)
isyarat 3) Diaforesis
4) Perubahan tekanan darah, pernapasan, nadi,
dilatasi pupil
5) Perubahan selera makan
6) Perilaku distraksi (misalnya mondar mandir,
aktivitas berulang)
Tindakan Keperawatan
Tujuan: nyeri berkurang ataupun hilang
Kriteria Hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekueunsi dan tanda nyeri)
d. Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. TTV dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur
Intervensi
a. Lakukan pengakajian nyeri secara komperhensif
b. Oservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Antu pasien dan keluarga untuk mencari dan mendapatkan dukungan
d. Kontorl lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
g. Ajarkan tentang teknik non farmakologis: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin
h. Kolaborasi pemeberian analgetik
22
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
23
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN JARINGAN CEREBRAL
24
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN JARINGAN KARDIOPULMONAL
25
m. Tingkatkan istirahat
26
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN JARINGAN RENAL
27
Pasien pritonial dialisis
a. Kaji temperatur, TD, denyut perifer RR dan BB
b. Kaji BUN, creatinin, HMT, selama prosedur
c. Monitor adanya respiratory distres
d. Monitor banyaknya dan penampakan cairan
e. Monitor tanda-tanda infeksi
28
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTERMIA
Pengertian: peningkatan suhu tubuh di atas normal (Wilkinson, Judith M, 2011., Herdman,
T. Heather, 2015).
Berhubungan dengan: Dehidrasi, penyakit atau trauma, ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan untuk berkeringat, pakaian yang tidak tepat, peningkatan laju metabolisme, obat
atau anestesia, terpajan pada lingkungan yang panas, aktivitas yang berlebihan.
Tanda dan Gejala b. Data Objektif
a. Data Subjektif 1) Kulit merah
Mengeluh badan terasa panas 2) Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
3) Frekuensi napas meningkat
4) Kejang atau konvulsi
5) Kulit teraba hangat
6) Takikardia
7) Takipnea
Tindakan Keperawatan
Tujuan: Hipertemia terasi
Kriteria Hasil:
1) Suhu dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam rentang normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
4) Pasien merasa nyaman
Intervensi:
1) Monitor suhu sesering mungkin
2) Monitor warna dan suhu kulit
3) Monitor TTV
4) Monitor penurunan tingkat kesadaran
5) Monitor intake dan output
6) Monitor WBC, Hb dan Hct
7) Kolaborasi antibiotik dan antipiretik
8) Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila
9) Tingkatkan sirkulasi udara
10) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
11) Catat adanya fluktuasi TD
12) Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembapan membran mukosa
29
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO
ASPIRASI
30
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
INTOLERANSI AKTIVITAS
31
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
Pengertian: keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu
ekstermitas atau lebih (Wilkinson, Judith M, 2011., Herdman, T. Heather, 2015).
Berhubungan dengan: perubahan metabolisme sel, gangguan kognitif, penurunan
kekuatan/kendali/massa otot, keterlambatan perkembangan, ketidaknyamanan, kaku sendi
atau kontraktur, gangguan muskuluskeletas, gangguan neuromuskular, nyeri, program
pembatasan gerak, malnutrisi
Tanda dan Gejala b. Data Objektif
a. Data Subjektif 1) Penurunan waktu reaksi
Melaporkan tidak mampu 2) Kesulitan membolak balik posisi tubuh
menggerakkan ekstermitasnya 3) Dispnea saat beraktivitas
4) Perubahan cara berjalan
5) Pergerakan menyentak
6) Keterbatasan kemampuan otot melakukan
pergerakan motorik halus
7) Keterbatasan pergerakan sendi
8) Tremor yang di induksi oleh pergerakan
9) Ketidakstabilan postur tubuh
10) Melambatnya pergerakan
11) Gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
Tindakan Keperawatan
Tujuan: hambatan mobilitas fisik teratasi
Kriteria Hasil:
1) Kemampuan klien meningkat dalam melakukan aktivitas fisik
2) Mengerti tujuan dari tindakan mobiltas
3) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan kemampuan berpindah
4) Memperagakan kemampuan alat bantu untuk mobilisasi
Tindakan Keperaawatan
1) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3) Bantu klien dengan menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
4) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
5) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6) Latih pasien dalam pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
7) Berikan alat bantu jika pasien memerlukan
8) Ajarkan pasien bagimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
32
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO
KETIDAKSTABILAN GLUKOSA DARAH
Pengertian: Risiko terjadi variasi kadar gula darah dari rentang normal (Wilkinson, Judith
M, 2011., Herdman, T. Heather, 2015).
Berhubungan dengan: tingkat perkembangan, asupan diet, pemantauan glukosa darah yang
tidak adekuat, tidak menerima diagnosis, medikasi, status kesehatan mental, tingkat aktivitas
fisik, status kesehatan fisik, kehamilan, stres, kenaikan BB, Penurunan BB
Tanda dan Gejala
a. Data Objektif
1) Kadar glukosa dalam darah di atas normal
2) Kadar glukosa dalam darah di bawah normal
3) Kesadaran menurun
4) Polidipsia
5) Polifagia
6) Poliuria
Tindakan Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi:
Hiperglikemia
1) Monitor kadar gula darah
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
3) Monitor TD dan denyut nadi ortostatik
4) Anjurkan untuk membatas aktivitas jika glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
5) Edukasi pasien mengenai manajemen diabetes selama periode sakit
Hipoglikemia
1) Identifikasi pasien yang berisiko mengalami hipoglikemia
2) Kenali tanda dan gejala hipoglikemia
3) Monitor kadar glukosa darah sesuai indikasi
4) Monitor tanda dan gejala hipoglikemia
5) Berikan sumber karbohidrat sederhana atau kompleks sesuai kebutuhan
6) Berikan glukogen sesuai indikasi
7) Kolaborasi pemberian glukosa memalui IV
8) Klien mengerti dengan manajemen pasien diebetes Mellitus
33