Anda di halaman 1dari 16

Pengertian ppok

Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas


dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik,
bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner &
Suddart, 2002)
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru
yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya periode ekspira yang disebabkan
oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak
banyak mengalami perubahan dalam masa
observasi beberapa waktu. (Mansunegoro, 1992)
 
ASKEP KEDAWATDARURATAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI KRONIK
• Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit
obstruksi jalan nafas karena bronkitis kronis atau
emfisema.Obstruksi tersebut umumnya bersifat
progresif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan
sebagian bersifat reversible.
• Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan
profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun
UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk
masalah yang tidak urgen.
ETIOLOGI
• Asma kronik
• Emfisema
• Kebiasaan merokok.
• Polusi udara.
• Paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
• Riwayat infeksi saluran nafas.
MANIFESTASI
• Batuk.
• Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi
purulen atau mukopurulen.
• Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan
tambahan untuk bernafas
•   Menunjukkan sikap tercekik (pasien memegang leher)
• sianosis
• Gerakan napas tidak teratur(tidak normal)
• Colaps, tidak sadar
KOMPLIKASI
 Acute Respiratory Failure (ARF).
• Cor Pulmonale
• Giant bullae
• Pneumotorak
• Gagal nafas,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologi
• Pemeriksaan faal paru
• Pemeriksaan gas darah
Prinsip Gawat Darurat
• bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak
(jangan panik).  Sadar peran perawat dalam menghadapi
korban dan wali ataupun saksi.  Melakukan pengkajian yang
cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa
(henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat,
keracunan).  Melakukan pengkajian sistematik sebelum
melakukan tindakan secara menyeluruh. Pertahankan korban
pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea),
lindungi korban dari kedinginan.  Jika korban sadar, jelaskan
apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong. 
PENATALAKSANAAN KGD
• Tentukan masalah yang menonjol
• Triase untuk keruang rawat atau ICU
• Mencegah terjadinya gagal nafas
• 1. pemasangan bronkodilator
• 2. terapi oksigen adekuat
• 3. obat obatan yang maksimal
• 4. pastikan jalan nafas bebas
• 5. ventilasi yang kuat
ASKEP KEGAWAT DARURATAN
• A. PENGKAJIAN
– 1.      Identitas pasien , TRIASE
– 2.     cek abc , airway, breathing and circulation
– 3. lihat kepatenan jalan nafas,
– 4. periksa adanya hambatan jalan nafas/tdk
– 5. periksa ventilasi posisi udara
– 6. berikan alat bantu nafas
B.     Diagnosa Keperawatan

– 1.     Bersihan jalan napas tidak efektif


– 2.     Gangguan bertukaran gas
– 3. Pola nafas tdk efektif
Tindakan Benda asing pada jalan nafas
Beberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda
asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing:
1. Pengambilan
Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam
mulut pasien dengan mengorek dan menyapukan dua jari
penolong yang telah dibukus dengan secarik kain, bebaskan
jalan nafas dari sumbatan benda asing
2. Dihisap
a) Posisikan kpasien terlentang/miring, kepala lebih rendah
dari rungkai.
• b)      Buka mulut korban lebar-lebar
• c)      Hisap dengan bahan yang dapt meresap
cairan
• d)     Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa
penghisap atau hisap dengan pipa karet
menggunakan semprot penghisap atau hisap
dengan pipa karet menggunakan pipa
penghisap mekanik/listrik
Chest trust
• Chest trust
• Tahap prosedur chest thrust
• a.       Jika posisi klien dudu atau berdiri
• 1)      Anda berdiri di belakan klien
• 2)      Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan
terkepal di area midsternal di atas prosesus xipideus klien
(sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
• 3)      Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kearah spinal.
Jika perlu ulangi chest trhrust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas
• 4)      Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan
keberhasilan tindakan ini.
C. INTERVENSI

• 1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospaseme


• Tujuan : mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas
• Intervensi:
• b.      Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,ex: mengi
• c.       Kaji/ panatau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi atau ekspirasi
• d.      Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
• e.       Tempat klien pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT.
• f.       Pertahankan polusi lingkungan minimum ,contoh:debu, asap dll
• g.      Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.
• h.      Kolaborari dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi
•  
• 2.      Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
• Tujuan : perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
• Intervensi:
• a.       Kaji atau awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membrane mukosa
• b.      Awasi tanda vital dan irama jantung.
• c.       Kolaborasi: berika oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien.
• d.      Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemai.
• e.       Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan atau udara.
• f.       Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
D. IMPLEMENTASI

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa


keperawatan bersihan jalan nafas tak efektif adalah
mengobservasi keadaan pasien, evaluasi respon yang
diperoleh adalah pasien mengatakan sesak nafas berkurang.
Mengkaji frekuensi pernafasan, evaluasi respon .
Memberikan posisi semifowler pada pasien, evaluasi respon
yang diperoleh adalah pasien merasa nyaman dengan posisi
semifowler. Mencatat adanya penggunaan otot bantu
pernafasan, evaluasi respon yang diperoleh adalah pasien
terlihat meninggikan bahu untuk bernafas. Melakukan
auskultasi suara nafas tambahan pada pasien, evaluasi
respon yang diperoleh adalah suara nafas mengi, suara paru
ronkhi pada bagian paru kanan. Dan memberikan terapi
E. EVALUASI

– Evaluasi proses : mengulang langkah yang


menyangkut kegiatan saat proses triage seperti
respon time, lalu lintas pasien ketepatan dan
kelengkapan dokumentasi serta untuk menuliskan
prosedur , kebijakan dan protokol
– Evaluasi hasil : mengulangi pengkajian pasien.
Ketepatan dalam keputusan triage , rujukan pasien
dan kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai