Anda di halaman 1dari 3

2.

Empisema
a.   Definisi
- Emfisema paru adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan
adanya kondisi klinis berupa melebarnya saluran udara bagian distal
bronkhiolus terminal dan disertai dengan kerusakan dinding alveoli.( arif
muttaqin, 2008)
- Empisema adalah kolapsnya saluran pernapasan halus dan rusaknya dinding
alveolus yang disebabkan oleh asap rokok, udara polusi dan allergen. Ini
terjadi penyempitan saluran nafas akibat edematosik dan peningkatan
produksi mucus yang kental.

b.   Etiologi
1) Merokok
Secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada
jalan napas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi
dan hiperplasi kelenjar mucus bronkus. Gangguan pada silia, fungsi makrofag
alveolar mempermudah terjadinya perdangan pada bronkus dan bronkiolus,
serta infeksi pada paru-paru. Peradangan bronkus dan bronkiolus akan
mengakibatkan obstruksi jalan napas, dinding bronkiolus melemah dan alveoli
pecah.Disamping itu, merokok akan merangsang leukosit polimorfonuklear
melepaskan enzim protease (proteolitik), dan menginaktifasi antiprotease
(Alfa-1 anti tripsin), sehingga terjadi ketidakseimbangan antara aktifitas
keduanya.
2) Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
Insidensi dan angka kematian emfisema dapat lebih tinggi di daerah yang
padat industrialisasi. Polusi udara seperti halnya asap tembakau juga
menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi makrofag alveolar.
3) Infeksi
Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat.
Penyakit infeksi saluran napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut, asma
bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan napas, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
4) Obstruksi jalan napas
Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus, sehingga
terjadi mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu
inspirasi akan tetapi tidak dapat keluar pada waktu ekspirasi. Etiologinya ialah
benda asing di dalam lumen dengan reaksi lokal, tumor intrabronkial di
mediastinum, kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat
disebabkan oleh defek tulang rawan bronkus.
c.   Patofisiologi
Pada emfisema, beberapa factor penyebab obstruksi jalan nafas yaitu: inflamasi
dan pembengkakan bronki, produksi lender yang berlebihan, kehilangan recoil
elastic jalan napas, dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara kealveoli yang
berfungsi.Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar
yang kontak langsungdengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan
peningkatan ruang rugi ( area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
terjadi) dan megakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen
mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida
mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam
darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.
Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jarring-jaring kalpiler pulmonal
berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk
mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan
demikian , gagal jantung sebelah kanan (kor pulmonal) adalah salah satu komplikasi
emfisema. Sekres meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu
untuk membangkitka batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan
kronis dengan demikian menetap dalam paru-paru yang mengalami emfisema dan
memperberat masalah.
Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik (ditandai dengan peningkatan
tahanan jalan napas) kealiran masuk dan aliran keluar dari paru-paru. Paru-paru
dalam keadaan hiperekspansi kronik. Untuk mengalirkan udara keluar dan kedalam
paru-paru, dibutuhkan tekanan negative selama inspirasi dan tekanan positif dalam
tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi.Ekspirasi
menjadi aktif dan membutuhkan upaya otot-otot. Sesak nafas pasien terus
meningkat, dada menjadi kaku dn iga-iga terfiksasi persendiannya. Dada seperti
tong (Barrel chest) pada banyak pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru 
karena kecenderungan yang berkelanjutan dari dinding dada untuk mengembang.
d.  Manifestasi klinik
1) Dispnea adalah gejala utama emfisema. Pada inspeksi pasien terlihat barrel
chest akibat udara terperangkap, penipisan masa otot.
2) Mengi saat ekspirasi
3) Anoreksia, penurunan berat badan dan kelemahan
e.   Pemeriksaan dignostik
1) Rontgen dada: hiperinflasi paru, pendataran diafragma
2) Uji fungsi paru: volume residual meningkat
3) AGD: PaO2 menurun, PaCo2 meningkat atau normal, pH normal atau
asidosis
4) Kimia darah: pemeriksaan antitripsin-1

Anda mungkin juga menyukai