Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul “Khilafah dan khalifah” serta tak lupa pula penulis haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang sekarang ini yakni zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas perkuliahan


serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulis
menyadari bahwa penulisanya masih sangat sederhana dan jauh dari
kesempurnaan. Namun, besar harapan penulis semoga makalah yang disusun ini
bisa bermanfaat. Makalah ini dapat terselesaikan atas usaha keras penulis dan
bantuan rekan-rekan dalam diskusi untuk mengisi kekuranganya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik dalam
penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan
kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penunjang dalam
pembuatan makalah penulis berikutnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Khilafah dan Khalifah ...................................................................... 5

2. Sistem Pengangkatan atau pemilihan Khalifah ................................................ 6

3. Syarat-syarat Khalifah ......................................................................................... 6

4. Tugas dan kewajiban Khalifah ........................................................................... 8

5. Pemberhentian Khalifah ...................................................................................... 9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 12

B. Saran ..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fred M. Donner, dalam bukunya The Early Islamic Conquests (1981),


berpendapat bahwa kebiasaan bangsa Arab ketika itu adalah untuk
mengumpulkan para tokoh masyarakat dari suatu keluarga (bani dalam bahasa
arab), atau suku, untuk bermusyawarah dan memilih pemimpin dari salah satu
di antara mereka. Tidak ada prosedur spesifik dalam syuro atau musyawarah ini.
Para kandidat biasanya memiliki garis keturunan dari pemimpin sebelumnya,
walaupun hanya merupakan keluarga jauh.

Hingga pada tiba saatnya Nabi Muhammad meninggal, kaum Muslim


berdebat tentang siapa yang berhak untuk menjadi penerus kepemimpinan Islam
setelah wafatnya rasul, hingga saat ini apa yang dibicarakan di dalam masa
tenggang itu masih menjadi kontroversi di kalangan kaum Muslim, namun dapat
dipastikan bahwa mayoritas kaum muslim yang hadir dalam musyawarah saat
itu meyakini bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah penerus kepemimpinan
Islam yang akan menggantikan rasul karena sebelum Nabi Muhammad
meninggal, ia dipercaya untuk menggantikan posisi Nabi Muhammad sebagai
imam shalat, dan akhirnya Abu Bakar pun terpilih menjadi Khalifah pertama
dalam sejarah Islam pasca wafatnya Nabi Muhammad.

Namun beberapa kalangan dari kaum Muslim Mekkah dan Madinah saat itu
meyakini bahwa Nabi Muhammad telah memberikan banyak indikasi yang
menunjukan bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantunya, sebagai
pengganti dirinya. Mereka mengatakan bahwa Abū Bakar merebut kekuasaan
dengan kekuatan dan kelicikan[rujukan?]. Semua Khalifah sebelum Ali juga
dianggap melakukan hal yang sama oleh kalangan ini, hal inilah yang memicu
munculnya kaum Syiah belakangan pada masa kekhalifahan Muawiyah, lebih
tepatnya setelah masa kekuasaan Ali bin Abi Thalib berakhir

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Khilafah dan Khalifah ?
2. Bagaimana sistem pengangkatan dan pemberhentian seorang khalifah ?
3. Apa saja syarat menjadi seorang Khalifah ?
4. Apa saja tugas seorang khalifah ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khilafah dan Khalifah

Khilafah arti harfiahnya adalah pengganti. Maksudnya, siapa pengganti


kepemimpinan Nabi setelah beliau wafat. Khilafah dalam terminologi politik
Islam ialah sistem pemerintahan Islam yang meneruskan sistem pemerintahan
Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul Saw.

Dalam pandangan aliran Sunni, diyakini tak ada petunjuk teks Al Quran
mengenai siapa pengganti Nabi. Kalangan Sunni juga tak meyakini ihwal hadis
penunjukan siapa pengganti Nabi.

Beda dengan kalangan Syiah yang meyakini Ali, sepupu sekaligus menantu
Nabi, sebagai pengganti Nabi. Hadis Nabi yang diucapkan di Ghadir Hum
sepulang dari haji wada' dijadikan sandaran kuat oleh kalangan Syiah bahwa
kepemimpinan setelah Nabi wafat hanyalah untuk Ali.

Sedangkan Khalifah ialah Pemimpin tertinggi umat Islam sedunia, atau


disebut juga dengan Imam A’zhom yang sekaligus menjadi pemimpin Negara
Islam sedunia atau lazim juga disebut dengan Khalifatul Muslimin.

Diantara dalil-dalil khilafah, yang paling masyhur (terkenal) adalah


sebagaimana riwayat Imam Ahmad, yang dimutawatirkan secara maknawi oleh
Syaikh Nasiruddin al Albani rah.a,

“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap
ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.
Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas
izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia
berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang
zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan
mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada
kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin
Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti
manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).

5
B. Sistem Pengangkatan atau pemilihan Khalifah

Dalam sejarah umat Islam, khususnya sejak masa Khulafaurrasyidin


sepeninggalan sistem Nubuwah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.
sampai jatuhnya Khilafah Utsmaniyah di bawah kepemimpinan Khalifah Abdul
Hamid II yang berpusat di Istambul, Turkey tahun 1924, maka terdapat tiga
sistem pemilihan Khalifah.

Pertama, dengan sistem Wilayatul ‘Ahd (penunjukan Khalifah sebelumnya),


seperti yang terjadi pada Umar Ibnul Khattab yang ditunjuk oleh Abu Bakar.

Kedua, dengan sistem syura, sebagaimana yang terjadi pada Khalifah


Utsman dan Ali. Mereka dipilih dan diangkat oleh Majlis Syura. Sedangkan
anggota Majlis Syura itu haruslah orang-orang yang shaleh, faqih, wara’
(menjaga diri dari syubhat) dan berbagai sifat mulia lainnya. Oleh sebab itu,
pemilihan Khalifah itu tidak dibenarkan dengan cara demokrasi yang
memberikan hak suara yang sama antara seorang ulama dan orang jahil, yang
shaleh dengan penjahat dan seterusnya. Baik sistem pertama ataupun sistem
kedua, persyaratan seorang Khalifah haruslah terpenuhi seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Kemudian, setelah sang Khalifah terpilih, maka umat wajib
berbai’ah kepadanya.

Ketiga, dengan sistem kudeta (kekuatan) atau warisan, seperti yang terjadi
pada sebagian Khalifah di zaman Umawiyah dan Abbasiyah. Sistem ini jelas
tidak sah karena bertentangan dengan banyak dalil Syar’i dan praktek
Khulafaurrasyidin.

C. Syarat-syarat Khalifah

Karena Khalifah itu adalah pemimpin tertinggi umat Islam, bukan hanya
pemimpin kelompok atau jamaah umat Islam tertentu, dan bertanggung jawab
atas tegaknya ajaran Islam dan ururusan duniawi umat Islam, maka para ulama,
baik salaf (generasi awal Islam) maupun khalaf (generasi setelahnya), telah

6
menyepakati bahwa seorang Khalifah itu harus memiliki syarat atau kriteria
yang sangat ketat. Syarat atau kriteria yang mereka jelaskan itu berdasarkan
petunjuk Al-Qur’an, Sunnah Rasul Saw. dan juga praktek sebagian Sahabat,
khususnya Khulafaurrasyidin setelah Rasul Saw, yakni Abu Bakar, Umar,
Utsman dan Ali, radhiyallahu ‘anhum ajma’in.

Menurut Syekh Muhammad Al-Hasan Addud Asy-Syangqiti, paling tidak


ada beberapa syarat atau kriteria yang harus terpenuhi oleh seorang Khalifah :

a. Muslim. Tidak sah jika ia kafir, munafik atau diragukan kebersihan


akidahnya.
b. Laki-Laki. Tidak sah jika ia perempuan karena Rasul Saw bersabda : Tidak
akan sukses suatu kaum jika mereka menjadikan wanita sebagai pemimpin.
c. Merdeka. Tidak sah jika ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan
orang lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi
memimpin orang lain.
d. Dewasa. Tidak sah jika anak-anak, kerena anak-anak itu belum mampu
memahami dan memanage permasalahan.
e. Sampai ke derajat Mujtahid. Kerena orang yang bodoh atau berilmu karena
ikut-ikutan (taklid), tidak sah kepemimpinannya seperti yang dijelaskan
Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Abdul Bar bahwa telah ada ijmak
(konsensus) ulama bahwa tidak sah kepemimpinan tertinggi umat Islam jika
tidak sampai ke derajat Mujtahid tentang Islam.
f. Adil. Tidak sah jika ia zalim dan fasik, karena Allah menjelaskan kepada
Nabi Ibrahim bahwa janji kepemimpinan umat itu tidak (sah) bagi orang-
orang yang zalim.
g. Profesional (amanah dan kuat). Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi sarana
untuk mencapai tujuan-tujuan yang disyari’atkan seperti menegakkan agama
Allah di atas muka bumi, menegakkan keadilan, menolong orang-orang
yang yang dizalimi, memakmurkan bumi, memerangi kaum kafir,
khususnya yang memerangi umat Islam dan berbagai tugas besar lainnya.
Orang yang tidak mampu dan tidak kuat mengemban amanah tersebut tidak
boleh diangkat menjadi Khalifah.

7
h. Pemberani. Orang-orang pengecut tidak sah jadi Khalifah. Bagaimana
mungkin orang pengecut itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap agama
Allah dan urusan Islam dan umat Islam? Ini yang dijelaskan Umar Ibnul
Khattab saat beliau berhaji : Dulu aku adalah pengembala onta bagi Khattab
(ayahnya) di Dhajnan. Jika aku lambat, aku dipukuli, ia berkata : Anda telah
menelantarkan (onta-onta) itu. Jika aku tergesa-gesa, ia pukul aku dan
berkata : Anda tidak menjaganya dengan baik. Sekarang aku telah bebas
merdeka di pagi dan di sore hari. Tidak ada lagi seorangpun yang aku takuti
selain Allah.
i. Dari suku Quraisy, yakni dari puak Fihir Bin Malik, Bin Nadhir, Bin
Kinanah, Bin Khuzai’ah. Para ulama sepakat, syarat ini hanya berlaku jika
memenuhi syarat-sayarat sebelumhya. Jika tidak terpenuhi, maka siapapun
di antara umat ini yang memenuhi persayaratan, maka ia adalah yang paling
berhak menjadi Khalifah.

D. Tugas dan kewajiban Khalifah

Sesungguhnya tugas dan kewajiban khalifah itu sangat berat. Wilayah


kepemimpinannya bukan untuk sekelompok umat Islam tertentu, akan tetapi
mecakup seluruh umat Islam sedunia. Cakupan kepemimpinannya bukan hanya
pada urusan tertentu, seperti ibadah atau mu’amalah saja, akan tetapi mencakup
penegakan semua sistem agama atau syari’ah dan managemen urusan duniawi
umat. Tanggung jawabnya bukan hanya terhadap urusan dunia, akan tetpi
mencakup urusan akhirat. Tugasnya bukan sebatas menjaga keamanan dalam
negeri, akan tetapi juga mencakup hubungan luar negeri yang dapat melindungi
umat Islam minoritas yang tinggal di negeri-negeri kafir. Kewajibannya bukan
hanya sebatas memakmurkan dan membangun bumi negeri-negeri Islam, akan
tetapi juga harus mampu meberikan rahmat bagi negeri-negeri non Muslim
(rahmatan lil ‘alamin).

Secara umum, tugas Khalifah itu ialah :

8
a. Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-Nya dengan
menjadikannya sistem hidup dan perundangan-undangan dalam semua aspek
kehidupan.
b. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama Islam
dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri Islam
maupun yang di luar negeri Islam.
c. Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan syirik
(QS.An-nur : 55)
d. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Qur’an, termasuk Sunnah
Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri, keluarga dan orang-
orang terdekat sekalipun. (QS. Annisa’ : 135, Al-Maidah : 8 & 48, Shad : 22
& 26)
e. Berjihad di jalan Allah.

E. Pemberhentian Khalifah

Syaikh Taqiyuddin rahimahullah membuat dua klasifikasi penyebab


pemberhentian Khalifah. Pertama: terjadi perubahan keadaan yang secara
otomatis mengeluarkan Khalifah dari jabatannya, yaitu jika:

a. Khalifah murtad dari Islam;


b. Khalifah gila total (parah) yang tidak bisa disembuhkan;
c. Khalifah ditawan musuh yang kuat, yang dia tidak mungkin bisa
melepaskan diri dari tawanan tersebut, bahkan tidak ada harapan untuk
bisa bebas.

Kedua: terjadi perubahan keadaan Khalifah yang tidak secara otomatis


mengeluarkan dirinya dari jabatannya, namun ia tidak boleh mempertahankan
jabatannya itu, yaitu jika:

a. Khalifah telah kehilangan ‘adalah-nya, yaitu telah melakukan kefasikan


secara terang-terangan;
b. Khalifah berubah bentuk kelaminnya menjadi perempuan atau waria;

9
c. Khalifah menjadi gila namun tidak parah, kadang sembuh dan kadang
gila;
d. Khalifah tidak lagi dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai khalifah
karena suatu sebab, baik karena cacat anggota tubuhnya atau karena
sakit keras yang tidak dapat diharapkan kesembuhannya;
e. Ada tekanan yang menyebabkan Khalifah tidak mampu lagi menangani
urusan kaum Muslim menurut pikirannya sendiri, sesuai dengan hukum
syariah.

Selanjutnya Mekanisme Pemberhentian Khalifah, Pada ulama menyatakan


ada tiga mekanisme pemberhentian Khalifah, yaitu :

a. Pertama: Khalifah mengundurkan diri ketika ia merasa sudah tidak mampu


memikul tanggung jawabnya seperti karena tua, sakit atau yang lainnya
Imam al-Qurthubi mengatakan, “Imam (Khalifah) wajib mengundurkan diri
apabila ia menemukan dalam dirinya kekurangan yang berpengaruh
terhadap jabatan Imamahnya
b. Kedua: perang dan pemberontakan bersenjata. Artinya, Khalifah yang telah
menyimpang dan tidak layak lagi menjabat diberhentikan dengan paksa,
diperangi atau dibunuh. Ini adalah cara paling ekstrem yang biasanya
menyebabkan timbulnya fitnah (pertumpahan darah) di kalangan kaum
Muslim sendiri. Ini adalah pendapat kelompok Zaidiyah, Khawarij
(sehingga mereka disebut khawârij (para pemberontak), Muktazilah (karena
amar makruf nahi mungkar adalah salah satu dari akidah mereka yang lima),
sebagian Murji’ah dan Asy’ariyah. Namun, mereka berbeda pendapat
tentang kapan itu dilakukan, bagaimana jika kerusakannya lebih besar dari
kemaslahatannya, serta berapa jumlah kekuatan hingga boleh melakukan itu.
Sebagian Zaidiyah mengatakan: jika kekuatannya sebanyak Pasukan Badar.
Muktazilah menyatakan: jika dilakukan oleh kelompok dan diperkirakan
menang. Sebagian lagi menyatakan: berapa pun jumlahnya yang penting
kompak. Yang lainnya lagi menyatakan: jumlahnya separuh dari kekuatan
penguasa zalim.

10
c. Ketiga: cara damai (ath-thuruq as-silmiyah), yaitu ahlul halli wal ‘aqdi
menasihati Khalifah dan mengingatkan bahaya yang ditimbulkan dari
penyimpangannya; memberi dia waktu dan bersabar, mungkin ia sadar lalu
meninggalkan kezaliman dan kejahatannya. Namun, jika ia terus dengan
kezaliman dan kejahatannya, maka umat wajib memberhentikan Khalifah
dengan cara yang dimungkinkan, dengan syarat: tidak menimbulkan
kemungkaran yang lebih besar. Pasalnya, tidak boleh menghilangkan
kemungkaran dengan menciptakan kemungkaran yang lebih besar; termasuk
dalam cara ini adalah apa yang sekarang disebut dengan “pembangkangan
sipil, al-‘ishyân al-madani”. Caranya: Jika umat merasa bahwa Imam
(Khalifah) telah fasik, ia menjadi budak hawa nafsunya serta zalim,
sehingga tidak layak lagi menduduki jabatan Khilafah, maka disampailkan
kepada dia nasihat. Jika ia menolak dan keras kepala, umat wajib
memboikot Khalifah dan siapa saja yang memiliki hubungan dengan
dirinya. Dengan demikian, Khalifah mendapati dirinya jauh dari umat, baik
ia menjadi tidak berharga atau asing di tengah umat

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Khilafah arti harfiahnya adalah pengganti. Maksudnya, siapa pengganti


kepemimpinan Nabi setelah beliau wafat. Khilafah dalam terminologi politik
Islam ialah sistem pemerintahan Islam yang meneruskan sistem pemerintahan
Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul Saw.

Sedangkan Khalifah ialah Pemimpin tertinggi umat Islam sedunia, atau


disebut juga dengan Imam A’zhom yang sekaligus menjadi pemimpin Negara
Islam sedunia atau lazim juga disebut dengan Khalifatul Muslimin

Khilafah dan Khalifah dua hal yang saling terkait. Keduanya merupakan
ajaran Islam yang fundamental. Menegakkan Khilafah dan memilih Khalifah
hukumnya wajib. Semua umat Islam berdosa selama keduanya belum terwujud.

Khilafah belum terbentuk atau belum dianggap ada sebelum diangkatnya


seorang Khallifah yang memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di atas, dipilih
dan diangkat dengan sistem Syura umat Islam, dan mampu menunaikan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin tertinggi umat Islam sedunia.

Khilafah bukan tujuan, akan tetapi adalah alat untuk menegakkan dan
menerapkan agama Allah secara menyeluruh dan orisinil. Allahu a’lamu bish-
shawab.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah
Tentang Khalifah dan khilafah dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentuya dan dapat di pertanggung jawabkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://watirachma.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-khilafah-dan-khalifah.html

https://www.facebook.com/notes/danyputra-ip/khilafah-dan-khalifah-sistem-
pemerintahan-islam-nutrisi-penting-bagi-praja-muda-/10151955905400254/

https://beritagar.id/artikel/telatah/antara-khilafah-dan-khalifah

http://myrieryapriellya.blogspot.co.id/2015/06/makalah-fiqih-tentang-khalifah-
dan.html

http://watirachma.blogspot.com/2012/03/pengertian-khilafah-dan-khalifah.html

13

Anda mungkin juga menyukai