FIQIH SYIASAH
Disusunoleh :
Mila Cahyani( 210201004)
TowiParandika( 210201012)
Sri Wulandari( 210201030)
OlviSeptia( 210201034 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
atas terselesaikannya makalah ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW
dan juga kepada seluruh keluarga, sahabat dan pengikut beliau.
Alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya makalah “ Fiqih Syiasah“ yang
bertema “ Iatilah-istilah penting dalam sejarah lembaga pemerintahan muslim”. Dengan
selesainya makalah ini dibuat tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
Mutawali, M.Ag Selaku dosen pengampu mata kuliah fiqih syiasyah yang sudah memberikan
arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karna itu saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan keritikan yang
membangun dari pembaca. Akhir kalimat, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang……………………………………………………………………...1
B. RumusanMasalah………………………………………………………………2
C. Tujuan………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
C. Baiat…………………………………………………………………………..8
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fikihi Siyasah (( السياسي الفقهmerupakan tarkib idhafi atau kalimat majemuk yang
terdiri dari dua kata yaitu kata fikih (( الفقهdan al-siyâsî ((السياسي. Secara etimologi, fikih
bermakna faham.Siyasah berasal dari kata bahasa Arab -ةIIساس سياس- يسوسyang berarti
Kelompok pertama berpendapat bahwa negara adalah lembaga keagamaan dan sekaligus
lembaga politik. Karena itu kepala negara adalah pemegang kekuasaan agama dan
keagamaan tapi mempunyai fungsi politik. Karena itu kepala negara mempunyai
kekuasaan agama yang berdimensi politik. Kelompok ketiga menyatakan bahwa negara
adalah lembaga politik yang samasekali terpisah dari agama. Kepala negara, karenanya,
1
Wahbah al-Zuhaylî, Ushul al-Fikih al-`Islami (Damaskus: Dar al-Fikr, 2001) vol. 1, 18.
1
Dalam negara penetapan Lembagapemerintahanmuslimterdapatistilah-istilah
Imarah ,Khalifah, Imam dan Amir, Ahl al-hall wa al-Aqd dan Baiat yang
akankitabahasdalammateriini.
B. Rumusanmasalah
C. Tujuan
3. MengetahuimaknaBaiat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Khilafah
Kata khilafah seakar dengan kata khalifah (mufrad), khalaif (jama’). Semua
padanan kata tersebut berasal dari kata dasar (fi’il madi), kholafa فIIخل. Dalam Firs
Makna terakhir senada dengan al- maududi bahwa khalifah adalah pemimpin tertinggi
Kata khalifah di temukan pula dalam al-qur’an seperti dalam surah al- baqarah
ayat 30 yang artinya “ hai daud sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah
( penguasa ) di muka bumi. Dalam bentuk jamak (jamak taqsir) kata khalifah memiliki 2
kata khalaif dan khulafa di ulang sebanyak 4 kali dalam al-qur’an yaitu dalam surah al-
an’am ayat 165, surah yunus ayat 14 dan 37, surah fathir ayat 39. Adapun kata khulafa
bentuk jamak kedua dari kata khilafah di ulang sebanyak kali dalam ql-qur’an yaitu
dalam surah al-a’raf ayat 69 dan 74 serta surah an-naml ayat 62, maka dengan demikian
dapat dipahami bahwa makna khilafah di gunakan oleh al-qur’an untuk siapa yang diberi
Istilah khilafah adalah sebutan untuk masa pemerintahan khilafah. Dalam sejarah,
khilafah sebutan bagi suatu pemerintahan pada masa tertentu, seperti khilafahabu bakar,
khilafah umar bin khatab, dan seterusnya untuk melaksanakan wewenang yang di
3
amanahkan kepada mereka. Khilafah menurut ibn khaldun adalah tanggung jawab umum
yang di kehendaki oleh peraturan syariat untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan
akhirat bagi umat dengan merujuk kepadanya. Karna kemaslahatan akhirat adalah tujuan
Secara historis institusi khilafah muncul sejak terpilihnya abu bakar sebagai
pengganti rasulullah dalam memimpin umat islam sehari setelah beliau wafat. Khilafah
adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan dan kekuasaan
2. Imamah
Imamah adalah ism mashdar atau kata benda dari kata amama yang artinya “di depan.”
Sesuatu yang di depan disebut dengan “imam.” Itulah sebabnya, dalam kehidupan sehari-
hari, kata imam sering dimaknai untuk menunjuk orang yang memimpin shalat jamaah.
Arti harfiah dari kata tersebut adalah orang yang berdiri di depan untuk menjadi panutan
orang-orang yang di belakangnya. Dengan demikian, imam berarti orang yang memimpin
Secara teknis, hampir tidak ada perbedaan antara khilafah dan imamah sebagai
lembaga kepemimpinan. Namun dalam praktisnya, kata imamah tidak disandarkan pada
proses suksesi sebagaimana yang terjadi dalam proses khilafah yang sebetulnya lebih
bernuansa sosial. Konsep imamah pada akhirnya lebih cenderung dipahami bersifat
doktrinal. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai persyaratan tertentu yang harus
dimiliki seseorang untuk menduduki posisi imam. Meskipun memiliki tujuan yang sama
yakni untuk menegakkan dan mengatur masalah-masalah masyarakat dan kesadaran akan
2
Moch,fachuroji,triologi kepemimpinan islam,jurnal ilmu dakwah, bandung, 2008, hal 294
4
kemestian adanya individu-individu yang memiliki kemampuan yang bekerja
mengelolanya, namun konsep imamh adalah konsep yang menyakini bahwa seorang
seseorang imam adalah orang yang berasal dari kalangan ahlul bait yang ditunjuk oleh
Rasulullah secara langsung sebagaimana terlihat dalam redaksi Al-Qur’an Surat AlAhzâb
ayat 33 yang artinya: “ Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya”. Ayat ini, terutama pada ujung ayat, dipahami sebagai salah
satu karakteristik seorang imam, yakni ma’shûm atau terpelihara dari segala macam
kesalahan dan dosa. Dan, ahlul bait merupakan kelompok yang memperoleh derajat
ma’shûm ini. Namun bagi sebagian pendapat, konsep imamah ini lebih bernada politis
3. Imaroh
Konsep yang terakhir adalah imarah. Imarah berasal dari kata “amr” yang artinya
perintah, persoalan, urusan atau dapat pula dipahami sebagai kekuasaan. Amir adalah
orang yang memerintah, orang yang menangani persoalan, orang yang mengurus atau
penguasa. Itulah sebabnya muncul ungkapan ulama dan umara.’ Umara’ disini merupakan
istilah untuk menyebut orang-orang yang bertindak sebagai pemimpin legal-formal dalam
5
Sementara itu, imarah secara harfiah diartikan sebagai lembaga yang memiliki
kewenangan memerintahkan sesuatu kepada orang lain. Dalam arti istilah, imarah sama
dengan imamah dan khilafah. Orang yang memegang jabatan imarah ini disebut sebagai
amir. Kepala negara dalam Islam sering pula disebut sebagai “amîrul mu’minîn.” Gelar
ini mula-mula dipergunakan oleh Umar bin Khaththab yang menggantikan Abu Bakar.
khalifah.
Berbeda dengan kedua konsep sebelumnya, konsep imarah justru lebih bernuansa
sosial dan hampir-hampir tidak berhubungan dengan aspek doktrin Islam. Sistem nilai
kepemimpinan itu bernuansa Islam atau tidak. Itulah sebabnya, Umar bin Khaththab
mencantumkan kata tambahan “mu’minîn”, sebab kata amir saja belum mewakili
Maka, disebabkan makna aslinya yang tidak berhubungan dengan nuansa teologi
itu, konsep amir ini justru dapat dipahami lebih umum dalam seluruh pola
perkumpulan dan sebagainya. Dalam proses pemilihannya pun, lebih banyak melibatkan
Dengan demikian, dari ketiga konsep kepemimpinan Islam di atas, dapatlah ditarik
beberapa pengertian. Pertama, konsep khilafah lebih bersifat umum, artinya sebagai
6
Kedua, masing-masing konsep dapat dipahami dengan pendekatan karakteristik dan
berbeda-beda. Khilafah lebih bersifat teologis dan sosiologis sekaligus. Teologis karena
memiliki relasi kuat dengan tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi,
sosiologis karena dalam praktiknya proses suksesi itu dilakukan oleh manusia. Imamah
murni bersifat teologis karena melibatkan unsur-unsur akidah meski dalam praktiknya
Secara terminologis ahl al-hall wa al-aqd orang-orang yang melepas dan mengikat.
Sementara dalam etimologis ahl al-hall wa-aqd adalah orang-orang yang berwenang
Ahl al-hall wa al-aqd adalah sebuah lembaga atau dewan yang berwenang dalam
memutuskan tentang pengangkatan seseorang pemimpin dalam sistem politik islam atau
yang disebut sebagai khalifah. Dewan ahl al- hall wa al-adq bisa mengangkat atau
menurunkan khalifah yang sedang berkuasa atas nama rakyat, dengan berbagai sebab
yang telah diperhitungkan dalam majlis syuro. Istilah ahl al-hall wa-aqd sendiri
sebenarnya tidak lahir dari zaman nabi muhammad saw ataupun zaman khulafaur
rashidin, lembaga ini baru muncul ketika zaman abasiah atau bani abbas yang berpusat
dikota bagdad, namun pada praktiknya banyak terjadi anomali dalam pemilihan anggota
dewan ahl al-hall al-aqd yang ternyata kebnyakan dipilih oleh khalifah sendiri.4
3
Anggawipatwijaya, konsep khalifah,imarah,khalifah imam dan amir,2008
4
https://id.m.wikipedia.org/wiki/ahl_al-hall_wa_al-aqd
7
C. Baiat
Baiat dilihat dari segi etimologis (lughot) adalah berasal dari bahasa Arab, dengan
bentuk kata pokok : b, y dan „a atau 2 .ع, ي, بDi dalam kamus bahasa Arab karangan
Prof Dr. H. Mahmud Yunus adalah بايعartinya bersetia, berjanji dan juga بيعة: بيعyang
artinya pelantikan khalifah. Sementara secara terminologis baiat di ambil dari kata ba’a
yang berarti membeli sesuatu dengan harga dan kesepakatan dua orang yang sedang
melakukan transaksi dagang dengan cara memukulkan tangan yang satu ke tangan yang
Ibnu khaldun mendefinisikan baiat adalah janji setia, sesorag pemberi baiat tidak
akan menentang sedikitpun mentaati dan mematuhi perintah dan tugas yang diberikan
kepadanya dalam hal yang disukai maupun yang tidak disukai. Semntara menurut
Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris baiat adalah menyatakan janji dari orang yang ber
baiat untuk mendengar, taat kepada pemimpin baik dalam hal yang menyenangkan
maupun dalam hal yang tidak disukai, kesulitan kemudahan loyal kepada pemimpin dan
dialamatkan kepada khalifah, jika masih ada di muka bumi. Sehingga maksud bai‟at
adalah perjanjian untuk taat, bersumpah setia kepada khalifah-nya untuk mendengar dan
taat kepadanya, baik dalam hal yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, dalam
keadaan mudah maupun sulit. Rasulullah SAW bersabda: Artinya :“Maka apabila engkau
jika khalifah tidak ada, maka menghindar”. (HR. Thabrani dari Khalid bin Sab‟). 5
5
Tinjauan umum tentang bai’at, uin suska riau bab 2
8
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
khalifah adalah pemimpin tertinggi dalam urusan agama dan dunia sebagai
pengganti rosul. Istilah khilafah adalah sebutan untuk masa pemerintahan khilafah.
Dalam sejarah, khilafah sebutan bagi suatu pemerintahan pada masa tertentu, seperti
khilafahabu bakar, khilafah umar bin khatab, dan seterusnya untuk melaksanakan
, imam berarti orang yang memimpin orang lain. Sementara itu, imamah adalah
lembaga kepemimpinan.
memerintahkan sesuatu kepada orang lain. Dalam arti istilah, imarah sama dengan
serta memutuskan suatu kebijakan dalam pemerintahan yang didasarkan pada perinsip
musyawarah.
Baiat secara terminologis baiat di ambil dari kata ba’a yang berarti membeli
sesuatu dengan harga dan kesepakatan dua orang yang sedang melakukan transaksi
9
dagang dengan cara memukulkan tangan yang satu ke tangan yang lainnya sebagai tanda
setuju.
Daftar Pustaka
10
i