Anda di halaman 1dari 18

RPP/SINDIKAT NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti


“Senior Course” (SC) Tingkat Nasional
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jogjakarta

Oleh:
Lintang Mustika
(Wasekbid PA HMI Korkom Walisongo Semarang)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG SEMARANG
2018
RPP SINDIKAT MATERI NDP

Tujuan Pembelajaran Umum :


Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan
kedudukan NDP serta nilai-nilai yang terkandung dalam NDP
secara komprehensif .
Agar pemahaman peserta atas nilai NDP dapat diaplikasikan
dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Tujuan :
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan.
Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran.
Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta.
Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia.
Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat.
Peserta dapat menjelaskan hubungan antara iman, ilmu, dan
amal.
1. Ceramah
2. Presentasi
Metode 3. Ice Breaking
4. Tanya jawab
5. Diskusi
1. LCD
2. Spidol
Bahan
3. White board
4. Laptop
Waktu 9 jam

Awal
Proses
1. Salam pembukaan dan pengenalan.
2. Pemateri mengajak peserta untuk rilex terlebih dahulu, kemudian
mengajak mereka untuk menggerak-gerakkan badan.

Inti
1. Menjeaskan tentang sejarah munculnya NDP HMI
2. Menjelaskan tentang sejarah perumusan dan lahirnya NDP HMI
3. Menjelaskan tentang pengertian NDP HMI
4. Menjelaskan jumlah Bab dalam NDP HMI
5. Pemateri menanyakan apa itu ideologi dan keyakinan
6. Pemateri mengajak peserta untuk meragukan keyakinan masing-
masing dengan skeptis terhadap apa saja.
7. Pemateri menanyakan keyakianan peserta.
8. Menanyakan keyakinan peserta dan mendekonstruksi total
9. Membuka kesempatan kepada peserta untuk berpendapat dan
menyangga
10. Pemateri memberikan pemahaman ulang mengenai
keyakinan/kepercayaan
11. pemateri mengajak peserta untuk menemukan keyakinan yang
benar dengan rasionalisasi terhadap keyakinan
12. pemateri merekonstruksi ulang keyakinan para peserta dengan
penjelasan yang logis bahwa fitrah manusia adalah makhluk
yang mempunyai keyakinan
13. mengajak peserta untuk diskusi per bab NDP sebagai pegulasan
jika masih ada yang dirasa kurang oleh peserta
Kata Pengantar
Puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
segala ni’mat, karunia, hidayah, dan taufiqNya kepada kita semua sehingga
melaksanakan segala aktvitas kehidupan sehari-hari dengan penuh himat.
Merupakan suatu keniscayaan bagi setiap makhluk untuk senantiasa bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebab dialah Tuhan pencipta, pengatur, dan
penguasa seluruh jagad raya yang ada. Dan oleh sebab itu, maka kita semua
sebagai makhluk sudah merupakan keharusan untuk menjadikannya sebagai
Tuhan Sesembahan tanpa ada yang lain.
Fitrah manusia adalah makhluk percaya. Maka dai itu, sudah selayaknya
kita mengucapkan salam sejahtera bagi siapa saja yang masih berpegah teguh
dengan keyakinannya masing-masing. Walaupun masih ada diantara keyakinan
manusia yang barangkali masih jauh dari nilai kebenaran. Untuk itu, diperlukan
sebuah wahyu untuk mengatur, membimbing, dan menunjukkan jalan manusia
agar menuju jalan yang benar. Jadi, sebagai ummat Islam khususnya, sudah
selayaknya kita berterima kasih kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menyebarkan wahyu Tuhan kepada kita. Sehingga ummat Islam bisa merasakan
Islam mulai zaman Nabi hingga zaman modern sekarang ini.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi yang berasaskan
Islam sebagaimana dijelskan dalam AD HMI pasal 3. Sehingga, perjuangannya
pun harus dilandasi dengan nilai-nilai ke-Islaman yang terkandung dalam al-
Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, HMI menuangkan nilai-nilai ke-Isalmannya
untuk dijadikan pijakan dasar bagi setiap kader HMI yang tercantum dalam Nilai-
nilai Dasar Perjuangan (NDP).
Memang, NDP bukanlah suatu doktrin yang dogmatis untuk wajib diikuti.
Akan tetapi, NDP bisa dijadikan sebagai pedoman atau ideologi bagi setiap kader
HMI dalam mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Sebab, memperjuangkan
NDP sama halnya dengan memperjuangkan nilai-nilai al-Qur’an dan Hadits. Dan,
sudah merupakan kewajiban bagi setiap manusia sebagai Khalifah fil ‘ardl untuk
memperjuangkan nilai-nilai tersebut.
Di dalam NDP tercantum tiga ajaran penting yang nanti akan saling
melengkapi dalam memperjuangkan HMI. Yaitu, iman, ilmu, dan amal. Tiga
unsur itu merupakan suatu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Semua harus
dijalankan untuk bisa menjadi insan kamil. Apabila salah satunya tiada, maka
sama dengan ketiadaan semuanya. Dalam al-Qur’an pun telah dijelaskan bahwa
setiap ada iman, maka dapat dipastikan ada amal saleh yang menyertainya.
Kemudian iman dan amal tanpa ilmu, maka akan sulit untuk dilaksanakan.
Untuk mencapai tiga unsur diatas, maka diperluakan suatu perjuangan. Di
dinilah dibutuhkan yang namanya ilmu. Ilmulah yang nanti akan meluruskan dan
membenarkan gerak perjuangan setiap kade HMI. Sebab, dengan ilmu kita akan
bisa membedakan mana yang baik dan buruk, benar salah, dan lain sebagainya.
Tanpa ilmu, maka perjuangan kita akan berjalan tanpa arah, bahkan bisa menuju
ketersesatan.
Maka dari itu, NDP sebagai pijakan dan ideologi HMI, meruapakan hal
yang sangat urgen untuk diketahui, dipahami, dan diaplikasikan oleh seluruh
kader HMI. Dengan begitu, maka bukan tidak mungkin akan tercipta kader HMI
yang berakhlaq, bemoral, serta memiliki nilai juang yang sangat tinggi dalam
membela agama Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga, sindikat ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan seluruh
kader HMI. Dan semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjukNya kepada kita
semua, sehingga kita bisa beriman, berilmu, dan beramal saleh dengan penuh
semangat perjuangan yang tanpa putus asa. Amiin.
Semarang, 26 Januari 2018
9 Jumadil Awal 1439

Lintang Mustika
TESTIMONI;
“Kepercayaan merupakan suatu keniscayaan bagi manusia. Apapun
kepercayaannya itu, yang jelas manusia tidak bisa lepas darinya. Kepercayaan
itu yang nantinya akan menuntun kehidupan manusia. Maka dari itu, konsekuensi
logisnya, jika kepercayaan itu benar, maka akan menuntun kepada nilai-nilai
yang benar. Namun jika kepercayaan itu salah, maka akan membawa kepada
nilai-nilai yang salah yang bisa berbahaya bagi kemanusiaan. Oleh sebab itu,
jangan pernah berhenti untuk terus mencari dan mencari kebenaran. Sebagai
kader HMI, sudah ada NDP yang bisa dijadikan sebagai pijakan dalam mencari
kebenaran.”

Nilai-nilai Dasar Perjuangan

A. Sejarah Perumusan NDP


Nilai Dasar Perjuangan (NDP) adalah suatu konsep yang digagas oleh
Nurcholis Madjid yang biasa disapa Cak Nur. NDP bermula ketika Cak Nur
melihat berbagai Ormas yang ada masing-masing mempunyai dasar tersendiri
dalam pergerakannya,. dari sini kemudian beliau berfikir agar HMI sama dengan
organisasi lainnya. HMI harus punya dasar dan landasan dalam perjuangannya,
maka sejak itu beliau mulai merumuskan ideologi yang dinamakannya dengan
NDP.
Pada tahun 1968, ketika sedang menjabat ketua PB HMI, Nurcholis Madjid
(Cak Nur) melakukan perjalanan ke berbagai negara. Beliau diundang
mengunjungi Amerika yang kurang lebih selama satu bulan. Kemudian beliau
pergi keliling mengunjungi Timur tengah diantaranya Turki, Lebanon, Syria dan
Irak. Motif Cak Nur adalah mencari jawaban dari pandangannya tentang
masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam dan banyak diantara mereka
mengklaim diri sebagai pejuang-pejuang Islam, tetapi tidak sesuai sebenarnya.
Dari pengalaman Cak Nur keliling mengunjungi negara-negara Timur
tengah, muncul keinginan dalam hatinya untuk membuat NDP. Selama bulan
April, Cak Nur berusaha keras untuk dapat menyelesaikannya agar bisa dibawa ke
kongres HMI ke-9 di Malang yang akhirnya dapat diselesaikan.
Nilai Dasar Perjuangan atau disingkat NDP adalah sekumpulan nilai-nilai
yang menjadi acuan dan landasan bagi kader HMI untuk bergerak dan berjuang
atas nama himpunannya. NDP merupakan intisari dari kandungan-kandungan Al
Qur’an, berisi tentang segala persoalan yang berkaitan dengan seluruh aspek
kehidupan manusia.
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) memiliki tujuh poin-poin inti, yaitu :
a. Dasar-dasar Kepercayaan
b. Pengertian-pengertian dasar tentang kemanusiaan
c. Kemerdekaan manusia (Ikhtiar) dan keharusan universal (takdir)
d. Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan
e. Individu dan masyarakat
f. Keadilan sosial dan keadilan ekonomi
g. Kemanusiaan dan ilmu pengetahuan
Memang menjadi sebuah keniscayaan apabila sebuah organisasi harus
memiliki acuan dasar, yaitu nilai-nilai yang digunakan sebagai landasan gerak
perjuangan organisasi tersebut. HMI yang didirikan di Jogjakarta pada tanggal 5
Februari 1947 M (pasal 2 AD HMI), ternyata tidak memiliki landasan gerak
perjuangan dalam bentuk rumusan khusus, hingga pada kongres ke- 9 di Malang
tanggal 10 Mei 1969 M, seorang Nurcholis Madjid ‘memboyong’ ide tentang
penciptaan Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI. Karena sulitnya membicarakan
Nilai Dasar Perjuangan dalam kongres tersebut, akhirnya diputuskan untuk dikaji
lebih jauh dan disempurnakan oleh; Endang Saifudin Anshori, Sakib Mahmud dan
Nurcholis Madjid sendiri. Hingga tanggal 31 Maret 1986 dalam kongres ke-16 di
Padang, lahirlah NDP yang namanya duganti menjadi NIK (Nilai Identitas Kader)
dan pada tanggal 7 desember 1999 dalam kongres ke 22 di Jambi , nama NIK
kembali menjadi NDP.
B. Kekedudukan NDP dalam Organisasi HMI
NDP yang dijadikan sebagai landasan dasar dalam perkadaran HMI
diharapkan mampu mencetak kader yang memiliki jiwa dan karakter
kepemimpinan qur’ani. Untuk itu, dalam HMI, NDP dijadikan sebagai ideologi
organisasi yang harus dipahami oleh setiap kader HMI, sehingga bisa
diaplikasikan nilai-nilai. Murtadha Muthahhari mengatakan bahwa ideologi itu
sama halnya dengan “Syar’iat”. Itu atinya bahwa setaip kader HMI tidak hanya
diwajibkan untuk mengetahui dan memahaminya, terlebih harus menjalankannya.

C. Penjelasan Bab-bab NDP


I. Dasar-Dasar Kepercayaan
Setiap manusia membutuhkan kepercayaan. Sebagaimana fitrah manusia
adalah makhluk percaya. Hal itu telah dijelaskan di dalam al-Qur’an Surat al-
A’raf: 172. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan
tetapi bahkan berbahaya. Kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur
kebenaran dan kepalsuan yang campur baur. Sehingga, wajar jika di dalam
kehidupan bermasyarakat ditemukan berbagai kepercayaan yang beraneka ragam.
Namun, yang jelas kebenaran yang mutlak hanyalah satu, yaitu kebenaran Tuhan
Yang Esa.
Dalam Islam, dikenal konsep Laa Ilaaha Illallaah. Konsep itu merupakan
persaksian yang wajib diucapkan oleh setiap orang yang akan masuk Islam.
Dalam konsep tersebut, ada dua teori yang terkandung sekaligus, yatiu teori
negasi dan afirmasi. Kata La Ilaaha (Tidak ada tuhan), merupakan bentuk
persaksian bahwa di dunia tidak ada kepercayaan atau tuhan. Sedangkan kata
Illallaah (Selain Allah), merupakan bentuk pengecualian dari konsep yang
pertama, yaitu memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Yang
dimaksudkan dengan persaksian tersebut agar manusia hanya tunduk pada ukuran
kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai- nilai, yaitu hanya tunduk dan
patuh pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada
termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itulah yang disebut Islam.
Kemudian, untuk mencapai kebenaran muthlaq bukanlah perkara yang
mudah, apalagi dengan keterbatasan akal manusia. Untuk itu, diperlukan wahyu
untuk menjangkaunya. Wahyu diberikan bukanlah kepada orang yang sembarang,
melainkan hanya diberikan kepada orang-orang pilihan Tuhan. Mereka itulah
yang disebut sebagai Nabi dan Rasul. Wahyu itu diberikan kepada manusia
tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri. Dalam Islam,
Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi tiada Rasul lagi sesudahnya. Jadi para
Nabi dan Rasul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka
menerima wahyu dari Tuhan.
Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul
seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang
Maha Esa dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran
dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW.
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai
mahluk tertinggi manusia dijadikan “Khalifah” atau Wakil Tuhan di bumi (Q.S al-
Baqarah: 30). Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk
memakmurkannya. Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada
manusia. Manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus
mengetahui jalan menuju kebenaran itu. Sehingga, manusia tidak tersesat dari
jalan kebenaran. (Q.S. al-Isra’:72).
Kebenaran itulah yang nanti akan membawa manusia untuk senantiaa
mengakui dan mengimani serta menjunjung tinnggi ke-Esaan (ketauhidan) Tuhan.
Dengan demikian, manusia tidak akan melakukan perbuatan syirik dalam bentuk
apapun. Sebab, syirik akan menghalangi manusia dalam usaha mengembangkan
dan memajukan peradaban serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

II. Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan


Fitrah manusia membuatnya berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung
kepada kebenaran (Hanief). Sebagaimana hadits Nabi yang artinya, “Setiap
manusia itu dilahirkan atas fitrahnya (dalam keadaan suci)”. Hati nurani manusia
adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup
manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa .
Karena secara fitrahnya manusia cenderung kepada kebenaran, kebaikan
dan keindahan, maka manusia secara dasar/ asasi disebut sebagai mahluk yang
mempunyai cita-cita dan cenderung kepada sesuatu yang ideal (mahluk ideal).
Dalam arti tidak mau menerima “apa adanya” dan tetap selalu berusaha
mewujudkan “apa yang semestinya atau apa yang seharusnya”. Hanya manusia
yang dapat membentuk lingkungannya dan bukan lingkungan yang membentuk
dirinya. Dengan kesadaran atau pikirannya, ia selalu menginginkan sesuatu yang
lebik baik, begitupun seterusnya. Apabila manusia tidak mempunyai nilai
kemanusiaan ini, maka dapat dipastikan, manusia saat ini akan tetap dalam
keadaan yang sama, tidak maju-maju dan tidak bisa mampu menciptakan sebuah
peradaban.
Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan
kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan
kearah kemajuan-kemajuan. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia,
tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan
kebahagiaan.
Yang jelas, manusia diciptakan pada dasarnya memiliki sisi-sis positif bagi
kemanusiaan. Selain sebagai Khalifah, manusia juga memiliki kemampuan yang
paling tinggi untuk mendapatkan pengetahuan. (Q.S. al-baqarah: 31-33). Selain
itu, manusia juga memiliki martabat dan kemuliaan. Allah SWT telah menjadikan
manusia unggul atas makhluk lainnya. (Q.S. al-Isra’: 70).

III. Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) Dan Keharusan Universal (Takdir)


Dalam bab II telah sedikit disinggung tentang kebebasan manusia, bahwa
salah satu dari nilai asasi manusia adalah sebagai mahluk yang berkehendak
bebas/ merdeka. Manusialah yang akan membentuk baik buruk lingkungannya.
Tanpa kemerdekaan/ kebebasan memilih, maka tak akan ada keikhlasan. Karena
pekerjaan itu, tidak dipilih sesuai dengan kehendak hati nuraninya.
Keikhlasan yang insani tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan.
Kemerdekaan itu dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu
benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Sebagaimana yang dikatakan
Muthahhari, bahwa “salah satu nilai tertinggi manusia adalah cinta kebebasan.
Merdeka (bebas) lebih mulia daripada segala nilai materiil”. Sama halnya
dikatakan oleh Mulla Sadra bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya adalah manusia memiliki kebebasan dalam hidup.
Kehidupan sekarang di dunia berarti manusia melakukan amal perbuatan
dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal
sekaligus. Sedangkan kehidupan kelak sesudah mati di akhirat manusia tidak lagi
melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruk dari
amalnya dahulu di dunia secara individual.
Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban bersama, tapi hanya ada
pertanggung jawaban perseorangan yang mutlak .
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum
kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa
keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak
perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak
hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang
universal itu. (Q.S. al-Hadid: 23).
Sebagai mahluk sosial, maka manusia harus patuh terhadap batas-batas
kebebasannya. Hal ini agar tidak menghilangkan kebebasan satu sama lain. Akan
tetapi bukan pembelengguan, akan tetapi saling menghormati kebebasan satu
sama lain. Ia harus patuh terhadap keharusan universal (takdir). Namun,
kepatuhan disini bukan kepatuhan tanpa adanya usaha terlebih dahulu, karena ini
sama artinya dengan perbudakan.
Harus diketahui bahwa Takdir memiliki dua bagian, yaitu qadla dan qadar.
Qadla adalah keputusan Tuhan tentang kejadian dan peristiwa, sedangkan qadar
adalah estimasi tentang peristiwa dan kejadian. Takdir Tuhan mengharuskan
kejadian itu terjadi hanya melalui sebabnya.Qadla Tuhan menghendaki agar agar
tatanan dunia didasarkan pada sistem sebab akibat.
IV. Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa dan Kemanusiaan.
Tujuan manusia merdeka adalah mencari kebenaran, dan yakin akan adanya
kebenaran mutlak, yakni Tuhan sebagai tujuan akhir. Manusia mesti tunduk
kepada kebenaran itu sendiri. Tunduk kepada kebenaran berarti pengabdian
kepada-Nya. Karena, usaha pencarian kebenaran tanpa adanya keyakinan bahwa
ada kebenaran yang terakhir, maka usaha kita akan menjadi sia-sia, tak tertuju,
dan tak berke-Tuhan-an.
Manusia merdeka ialah yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa. Keiklasan
tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan
YME, yaitu kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau “ridha” dari-
Nya
Iman” berarti percaya. Dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan
hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan
diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. sehingga, Islam menjadi nama
segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME
Kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat,
berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa
kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia. “Amal saleh”
(Pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung
daripada iman.
Sesuatu yang benar, pasti ada yang lebih benar dan begitupun seterusnya
hingga pada kebenaran terakhir, karena tidak ada kebenaran mutlak dalam ukuran
manusia. Yang mutlak hanya milik Tuhan Yang Tunggal. Pancaran kebenaran
yang diperoleh oleh manusia merupakan pancaran dari kebenaran yang satu, yakni
kebenaran Tuhan.
Oleh karena itu, antara nilai-nilai ke-Tuhan-an dengan nilai-nilai
kemanusiaan akan selalu selaras. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan pancaran
dari nilai-nilai ke-Tuhan-an. Maka dari itu, jika manusia mengimani adanya
Tuhan YME, maka sudah semestinya ia harus beramal saleh dalam kehidupannya.
V. Individu dan Masyarakat
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk
sosial. Maka dari itu, sudah merupakan keniscayaan antara individu satu dengan
lain untuk saling membutuhkan. Itulah yang disebut kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat merupakan kumpulan dari berbagai ragam individu. Sehingga, tanpa
adanya individu-individu maka tak kan ada yang namanya masyarakat.
Dalam masyarakat, kemerdekaan asasi harus diwujudkan, karena pusat
kemanusiaan adalah masing-masing pribadi sendiri. Kemerdekaan manusia adalah
hak asasi yang pertama. Tak ada sesuatu yang lebih berharga dari pada kebebasan/
kemerdekaan. Ia melebihi materi. Sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam
Bab II oleh Muthahhari, bahwa “salah satu nilai tertinggi manusia adalah cinta
kebebasan. Merdeka (bebas) lebih mulia daripada segala nilai materiil”.
Kebebasan manusia melebihi dari sekedar ekonomi. Kebebasan merupakan nilai-
nilai ilahiah yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Dengan adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan
antara suatu pribadi dengan lainnya. Kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya
sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan
masyarakat. Dalam realitanya tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Oleh
karena itu, manusia dinamakan sebagai mahluk sosial, yakni mahluk yang saling
membutuhkan dengan sesama yang lain. Kemerdekaan manusia dalam suatu
masyarakat harus saling menghargai. Jangan sampai kebebasan individunya dapat
menghilangkan kebebasan individu yang lain. Maka persamaan hak antara sesama
manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Yaitu dengan
membatasi kemerdekaan.
Jika ada kemerdekaan tanpa batas hidup dalam suatu masyarakat, maka
sama halnya dengan adanya penindasan atau pengekangan terhadap kebebasan
individu yang lain. Dan ini tidak boleh dibiarkan hidup dalam masyarakat.
Keadaan demikan harus segera dilawan dan dihapuskan. Penguasaan manusia
terhadap manusia lain, yang berarti penindasan, tidak sejalan nilai-nilai
kemanusiaan. Jika masih terdapat pengekangan kebebasan atau kebebasan tak
terbatas individu hidup dalam suatu masyarakat, maka tak akan bisa manusia
mewujudkan masyarakat yang ideal.

VI. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi


Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa hubungan antara individu dan
masyarakat, dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling bergantung.
Tidak ada kebebasan tak terbatas seorang individu dalam masyarakat. Oleh karena
itu keadilan dalam masyarakat perlu ditegakkan, yakni untuk mengatur kebebasan
individu hubungannya dengan masyarakat.
Siapakah yang harus menegakkan keadilan, dalam masyarakat? Sudah
barang pasti ialah masyarakat sendiri Negara adalah bentuk masyarakat yang
terpenting, dan pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan
berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan
kadilan.Pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari
masyarakat sendiri.
Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat berdasarkan
musyawarah dan dimana keadilan Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh
adalah penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang
dapat memeras orang lainKejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah
penumpukan harta kekayaan beserta penggunaanya yang tidak benar,
menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan.
Pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan .Manusia
seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian
yang wajar dari padanya.Pemerintah harus membuka jalan yang mudah dan
kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan
beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas

VII. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan


Inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan
atau Amal Saleh. Manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak
(progresif). Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran-kebenaran dalam hidupnya.
Ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Dengan iman dan
kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai puncak kemanusiaan yang
tertinggi. Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat
mengarahkanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan
itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengertian yang dipunyai manusia secara benar,
baik mengenai dunia atau alam semesta dan juga diri manusia serta Tuhan.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menemukan kebenaran.
Menurut Murtadha Muthahhari, Ilmu pengetahuan memberikan kepada kita
cahaya dan kekuatan. Ilmu pengetahuan menciptakan peralatan dan mempercepat
laju kemajuan. Ilmu pengetahuan akan membawa revolusi lahiriyah. Ilmu
pengetahuan akan menjadikan dunia ini dunia manusia. Ilmu pengetahuan bisa
memperindah akal dan pikiran. Sehingga, dengan ilmu pengetahuan, maka
manusia akan mampu hidup harmoni dengan dunia.

VIII. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis besar
Sebagai berikut:

Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan
YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya yaitu takwa. Iman dan
takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan
sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak
memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan
kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang
benar dalam peradaban dan berbudaya.
Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau
pengabdian formil kepada Tuhan, ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan
taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai mana
dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk
dan cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada agama tanpa adanya hak
manusia untuk mencampurinya. Ibadat-ibadat yang terus menerus kepada Tuhan
menyadarkan manusia akan kedudukannya di tengahh alam dan masyarakat dan
sesamanya. Ia telah melebihkan sehingga kepada kedudukan Tuhan dengan
merugikan orang lain, dan tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk
tertinggi dengan akibat perbudakan diri kepada alam maupun orang lain.

Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama


dalam usaha yanag sungguh – sungguh secara essensial menyangkut kepentingan
manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu yang
menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga
diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti usaha – usaha yang terus
menerus harus dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai – nilai yang
baik, lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah “amar ma’ruf , disamping usaha
lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai – nilai
kemanusiaan dan nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih
nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada
umumnya serta usaha – usaha kearah penungkatan nasib dan taraf hidup mereka
yang wajar dan layak sebagai manusia.

Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan


melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung
bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan
kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan
menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan jalan itulah
kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh sebab itu
persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan
bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh persaudaraan dan
solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada musuh – musuh dari
kemanusiaan. Tetapi justru demi kemanusiaan mereka adalah manusia yang
toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada
orang lain atau golongan lain.

Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan


yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang lebih
baik, lebih benar. Oleh sebab itu, manusia harus mengetahui arah yang benar dari
pada perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia
harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia
dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya
ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan
mengahancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar
artinya bagi manusia. Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap
terbuka. Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan
berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan
diantaranya yang terbaik.

Dengan demikian, tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu


beriman, berilmu, dan beramal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahnya, Depag RI
Nilai-nilai Dasar Perjuangan (pokok)
Madjid, Nurcholis. Dialog Keterbukaan; Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial
Politik Kontemporer. Jakarta; Paramadina.
Madjid, Nurcholis. Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakatra: Paramadina. 1995.
Engginer, Asghar Ali. Islam dan Theologi Pembebasan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
1999.
Fromm, Erich. Manusia Menjadi Tuhan, Pergumulan Antara Tuhan “Sejarah dan
“Tuhan Alam”. Jogjakarta: Jalasutra. 1978.
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: PT Mizan Pustaka. 2006.
Shahrur, Muhammad. Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Qur’an Kontemporer.
Yogyakarta: eLSAQ Press Ngawen Maguwoharjo. 2004.
Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani. Jogjakarta: Penerbit Kanisius. 1999.
Muthahhari, Murtadha. Manusia dan Alam Semesta, Konsepsi Islam tentang Jagad
Raya. Jakarta: Lentera. 2008.

Anda mungkin juga menyukai