( Esai ini dibuat untuk memenuhi syarat mengikuti Senior Course ( SC) HMI
Cabang Bekasi 2021 )
Disusun Oleh :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas karunia-Nya lah kita
masih diberi kesehatan umur, dan kesempatan untuk menulis Essai ini. Serta
sholawat serta salam tak lupa pula dipanjatkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW.
Tak Lupa juga ucapan terima kasih kepada seluruh teman-teman yang terlibat
dalam memberikan support untuk saya menulis essai ini. Sehingga essai ini bisa
menjadi syarat sebagai peserta Senior Course ( SC ) HMI Cabang Bekasi.
Dan juga bisa kembali memaknai perjuangan HMI yang menjadikan kadernya
sebagai Kader Umat dan Kader bangsa dengan berpedoman kepada nilai-nilai
keislaman dan keindonesian.
Semoga essai ini mampu menjadi bahan pertimbangan bagi para kader HMI
untuk kembali menjalankan roda organisasi terkait permaslahan yang sedang
menimpa organisasi kita tercinta ini.
YAKUSA.
Dalam menjalankan roda organisasi tentu tidak terlepas dari peran dan fungsi
para kader yang terlibat di dalamnya. Belakangan ini sering muncul krisis
terhadap kader yang mulai menghilangkan peran dan fungsinya sebagai Insan
Akademis, Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam demi terwujudnya
masyarakat adil yang diridhoi Allah Swt.
Para kader yang mulai tidak aktif tentunya sangat mempengaruhi bagaimana
jalannya sebuah roda organisasi. Sehingga perlu diketahui penyebab yang telah
menjadi permasalahan di dalam diri seorang kader agar dia bisa kembali terlibat
aktif di dalam organisasi HMI ( Himpunan Mahasiswa Islam ).
Serta ini juga menjadi pokok bahasan penting bagi kader yang telah aktif
untuk kembali merefleksikan kembali kepada para kader lainnya agar sadar akan
dirinya sebagai kader umat dan kader bangsa.
Disini juga dibutuhkan peran yang begitu penting bagi pengurus struktural
dan para kader lain untuk membantu mencari solusi terhadap permasalahan yang
tengah dialami serta penerapannya yang sesuai agar roda organisasi tetap berjalan
dengan semestinya.
Untuk itu, dalam pembahasan ini saya coba menawarkan solusi terhadap
permasalahan terhadap para kader yang mulai tidak aktif agar kembali bisa meraih
tujuan organisasi.
II. Pembahasan
Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) lahir dalam kancah revolusi fisik pada 5
Februari 1947 di Yogyakarta. Lahirnya HMI dimulai dari kisah heroik seorang
mahasiswa yang bernama lafran Pane sebagai seorang mahasiswa Sekolah TInggi
Islam ( STI), yang mengambil inisiatif untuk mendirikan organisasi mahasiswa
Islam. Ia memanfaatkan waktu kuliah tafsir oleh dosen Husein Yahya, bagi
pembentukan HMI. Solichin mencatat 5 Februari 1947 bertepatan dengan hari
Rabu Pon 1878 tahun Saka atau tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan
dengan 5 Februari 1947 M.
Selain Lafran Pane, tokoh tokoh awal yang terlibat dalam pendirian HMI
adalah Kartono Zarkasi, Dahlan husein, Suwali, M. Jusdi Ghazali, Mansjur, M.
Anwar Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tajeb Razak, Toha Mashudi, Bidron
Hadi, Maisaroh Hilal dan Siti Zainab. Tujuan HMI ketika pertama kali didirikan
adalah (1) “ Untuk membela negara republik indonesia dan menaikan harkat
rakyat indonesia”, (2) “ Untuk menjaga dan memajukan agama Islam”.
Salah satu cabang yang tersebar di seluruh Indonesia ini terdapat HMI
Cabang Bekasi di dalamnya. HMI Cabang Bekasi diketuai Oleh Ahmad Mustopa
Kamal dengan 9 Komisariat yang tergabung di dalamnya. Sedangkan ketua umum
Badan Pengelola Latihan (BPL) diketuai oleh Adhil Laksono Murti dan Ketua
Umum Korps HMI-Wati ( Kohati) adalah Novianti. Pada saat ini jumlah kader
yang tergabung di HMI cabang Bekasi berjumlah 400-500 kader.
Dengan jumlah kader yang begitu banyak, tentu menjadi tantangan tersendiri
bagi pengurus di wilayah kerja Bekasi sendiri untuk mewujudkan Cita-cita HMI
yang termaktub di dalam AD/ART HMI pasal 4 “ Terbinanya Insan Akdemis,
Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam, serta bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt”. sehingga akan
menjadi tanggung jawab bagi seluruh kader HMI untuk mewujudkan Tujuan
tersebut.
b. Tantangan Internal
c. Tantangan Ekternal
Sehingga, diperlukan strategi bagi para pengurus maupun kader lainnya untuk
menghadapi permasalahan yang tengah dihadapi. Untuk itu saya menawarkan
analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
bagi HMI.
I. Strength ( Kekuatan )
Letak kekuatan HMI pada prinsipnya nampak pada tiga wawasannya,
yaitu wawasan keislaman, keindonesiaan, dan kemahasiswaan. Adapun
faktornya sebagai berikut.
d) Bersifat independen
a) Peluang yang dimiliki HMI sesuai dengan peran dan kekuatan yang
dimilikinya. Peluang itu antara lain :
Ancaman dan tantangan yang dihadapi HMI dewasa ini datang dari dua
arah yaitu dari dalam ( Internal ) dan dari luar ( Eksternal).
i. Sosialisasi
ii. Pemahaman
Melalui sosialisasi, semua kader diharapkan memiliki pemahaman
yang sama terkait peran dan fungsinya sebagai kader organisasi.
iii. Komitmen
iv. Implementasi
v. Komunikasi
vi. Evaluasi
III. Kesimpulan
Dari analisis diatas, maka dibutuhkan kembali refleksi bagi kader HMI
untuk menjalankan kembali roda organisasi, agar bisa kembali berjuang untuk
mewujudkan cita-cita HMI dalam keindonesian dan keislaman. Dan mampu
memberikan kontribusi untuk organisasi agar mampu menciptakan formula baru
dalam persaingan perkembangan dan kemajuan IPTEK ( Ilmu pengetahuan,
Teknologi dan Ekonomi ) menjadikan Islam sebagai landasan untuk menjalankan
segala macam kegiatan Organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Internet
https://memahamiperubahanorganisasidanyangharusdilakukan.com//