Anda di halaman 1dari 37

RENUNGAN HMI PADA USIA 75 TAHUN (1947-2022) : FENOMENA PERKADERAN DAN

ARAH PERUBAHAN

(dirangkai berdasarkan hasil tangkap dan pemahaman dari forum intermediate training HMI
Cabang Tanjungpinang-Bintan 20-26 Januari 2022)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENGANTAR

14 Rabi‟ul Awal 1366 H atau bertepatan dengan 05


Februari 1947 menjadi hari bersejarah berdirinya Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI). Dalam kalender Hiriah, HMI sudah
menginjak usia ke 77 tahun. Namun pada hari ini 05 februari
2022 kalender masehi, HMI menginjak usianya ke 75 tahun.
Pergerakan perkaderan dan pengkaderan HMI telah terbukti
secara nyata yang dapat kita buktikan bersama baik dilingkup
kemahasiswaan, kepemudaan, sosial, bangsa dan juga Negara.
Pada dasarnya sebuah komitment HMI yang kita kenal sebagai
komitmen asasi saat berdirinya HMI, bertujuan sebagai bentuk
upaya memperpanjang tangan perwujudan keadilan dan
kemakmuran umat dan bangsa melalui pemikrian dan
pergerakan mahasiswa islam yang dinamis. Dapat kita ketahui
secara bersama konstribusi HMI kepada umat dan bangsa tidak
melepaskan diri dari nilai-nilai kebenaran yang mutlak yang
kita anggap sebagai keseharusan bagi HMI untuk
menjalankannya.

Benar kiranya jika HMI dalam bertindak, menitik beratkan


pemikirannya terhadap hasil yang akan dicapai untuk
memenuhi kebutuhan tujuan HMI sebagaimana yang tertera
didalam Konstitusi HMI Pasal 4 anggaran dasar “Terbinanya
Insan Akademis, Pencipta Pengabdi yang Bernafaskan Islam
dan Bertanggungjawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil
Makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wata ‘ala”. Namun
demikian, konflik dihadirkan secara sadar dengan menetapkan
dinamika-dinamika perubahan bagi perkaderan HMI yang
bertujuan sebagai bentuk dari alur proses dalam berorganisasi.
Namun yang menjadi persoalannya ialah ketika konflik
tersebut senantiasa dipelihara keberadaannya dan

i
HMI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

menyebabkan setiap unsur-unsur HMI keluar dari relnya


karena tidak mampu untuk membendung koflik yang
berlangsung. Secara otomatis, unsur-unsur tersebut secara
perlahan meniadakan keberan dalam proses perkaderan dan
pengkaderan HMI karena terjebak dengan konflik dan
eksistensi masing-masing kelompok. Sehingga, tujuan ber-
HMI berubah fungsi dari yang awalnya untuk masyarakat adil
makmur menjadi kader eksis populis.

Berangkat dari pembuka ini pula, penulis berupaya


mencari titik balik persoalan terhambatnya perkaderan HMI,
menurunnya kualitas ber-HMI dan menurunya minat
berogranisasi di HMI. Tulisan ini tidak bertujuan untuk
menjatuhkan satu poihak dengan pihak lainnya, tidak
bertujuan untuk mencari celah dan mempromosikan maupun
membongkar kejelakan HMI dan tidak pula sebagai ajang
menunjukkan siapa benar dan siapa salah serta bukan
bertujuan untuk menggurui sesiapun. Tulisan ini didasari dari
beberapa sumber, selain dari bahan bacaan yang penulis
peroleh juga diantaranya apa yang terlihat dan dirasakan oleh
penulis selama 7 tahun ber-HMI, aktivitas ber-HMI yang
selama ini dijalankan, pengalaman saat menjadi ketua bidang
P3A komisariat, pengalaman saat menjadi Ketua Umum
Komisariat, hasil diskusi bedah perkaderan didalam forum
training LK II HMI dan lain sebagainya. Mungkin waktu yang
singkat, namun penulis nerpikir hendaknya beberapa hal untuk
disampaikan secara terbuka bagi seluruh kader-kader HMI.

Penulis dan tentunya kita semua memiliki harapan besar


untuk HMI di usianya yang sudah beranjak 75 tahun (1947-
2022) yang dengan singkat 25 tahun lagi akan menignjak usia
yang ke 100 tahun. Tentunya dimasa usia itu, kita tidak ingin

ii
HMI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

HMI kelak hanyalah sebuah sejarah bagi kaum golonga muda


yang dulu dari cerita bapak,ibu dan kakaeknya bahwa ada
HMI pernah ada. Tulisan ini dengan tujuan mencari jalan
solusi bagi perkembangan HMI. Yang kemudian tersusunlah
tulisan ini dimulai dengan :

Tanjungpinang, 05 Februari 2022


Penulis,

Edi Putra

iii
HMI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bagian Ke- I
Dasar Pemikiran

SKEMA PERKADERAN HMI


(Pedoman Perkaderan HMI: Hasil-Hasil Kongres HMI
Ke- XXXI di Surabaya 2021)

Sebelumnya kita sudah mendapati berbagai macam


bentuk kritik, saran dan tawaran solusi yang disampaikan baik
oleh internal HMI dan bahkan diluar dari pada HMI yang
memberikan gambaran betapa HMI saat ini sangat
membutuhkan obat penawar dari banyaknya racun-racun yang
telah menyerang tubuh HMI. Salah satunya ialah dari sebuah
buku yang ditulis oleh Prof.Dr. Agussalim Sitompul yang
berjudul 44 Indokator Kemunduran HMI yang menyampaikan
tentang "Suatu Kritik Dan Koreksi Untuk Kebangkitan
Kembali HMI (50 Tahun Pertama HMI 1947-1997). Didalam
buku tersebut, Agussalim Sitompul menampakkan dengan

HMI 1
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

jelas dan terperinci dari aspek organisatoris, inteletualitas,


moralitas, berbangsa dan bertanah air, bahwa terdapat
penyakit-penyakit yang saat itu diderita oleh HMI. Jika
berbicara keseharusan, maka untuk menyembuhkan sakit itu,
HMI harus mampu membalikkan setiap kebenaran yang
disampaikan oleh Agussalim Sitompul merubahnya menjadi
perubahan yang lebih sehat lagi. Namun demikian, sakit itu
semakin parah dan menamur hingga keseluruh tubuh HMI,
saat ini bukan hanya terjadi dipusat dan di kota-kota besar
dimana HMI berdiri, namun hingga kepelosok dimana HMI
sedang berupaya dikembangkan.

Dimasa awal berdirinya, HMI sudah ditapak dengan dua


komitmen besar yakni pertama “mempertahankan dan
mempertinggikan derajat rakyat Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai komitmen kebangsaan” dan kedua
”Menegakkan dan Mengembangkan ajaran Islam yang
kemudian dikenal sebagai komitmen kagamaan/keislaman”.
Komitmen kebangsaan dan komitmen keislaman HMI tidak
lahir dari Rahim seorang sosialis dan seorang kapitalis.
Komitmen kebangsaan dan komitmen keislam HMI tidak pula
tumbuh berkembang didalam tubuh keduanya, namun
komitmen tersebut dilahirkan dengan pertimbangan kondisi
dan situasi Indonesia, Mahasiswa, Perguruan Tinggi, Umat
Islam dan Politik Pemerintah dengan dasar pemikirna yang
berakal, sistematis dan terukur. Sehingga ini pula yang
menjadikan HMI menentukan dua komitmen tersebut sebagai
dasar untuk mecapai tujuan organisasi.

Seiiring berkembangnya pergerakan HMI, tantangan dan


hambatan begitu banyak yang menganggu kekokohan HMI.
Tantangan ini tidak hanya muncul dari ekternal seperti

HMI 2
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

pemerintah, golongan pemuda dari organisasi lainnya yang


bersebarangan dengan HMI, golongan oraganisasi islam dan
seterusnya, namun juga termasuk dari kader-kader HMI itu
sendiri. Ini yang dimaksud dengan “Telunjuk lurus Kelingking
mengait”. Ada perang darah tanpa pemikiran antar sesama
HMI, ada kisruh berdinamika yang dengan sengaja diciptakan
oleh internal HMI dan ada konfilk perkaderan hingga konflik
kepengurus yang begitu politis yang diciptakan kader-kader
HMI. Dimana yang menjadi persolannya? Tepatnya pada
ketika konflik itu senantiasa menjadi rawatan bagi HMI.
Konflik HMI yang berkepanjangan di internal HMI sangat
memberikan dampak negativ yang dari kacamata
organisatoris, ini tentunya dapat mencapai pelangaran-
pelanggaran organisasi, belum lagi konflik yang melanggar
nilai-nilai etis ber-HMI yang hamper tidak terlihat dengan
kasat pemikiran namun tampak dalam kehidupan berorganisasi
sehari-hari.

HMI 3
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bagian ke- II
HMI dan Keniscayaan Tujuannya

Layaknya organisasi yang lain atau setiap organisasi


yang menaungi satu individu menjadi sekelompok orang yang
terorganisir, tentunya harus memiliki satu tujuan bersama
untuk dicapai agar menjadi nilai juang setiap kader HMI
kembali kepada tujuan asalnya yang berbunyi didalam pasal 4
anggaran dasar HMI yakni tentang tujuan HMI “Terbinanya
Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam
dan Bertanggungjawab atas terwujudnya Masyarakat Adil
Makmur yang Diridhoi Allah Subhanahu wata ‘ala”. Tujuan
HMI saat ini merupakan hasil dari proses pengembangan dan
pembaharuan pila pergerakan HMI yang didasari atas
kebutuhan kondisi dan situasi kemahasiswaan saat ini,
keorganisasian dan kebangsaan. Jika pada muka awal penulis
menyinggung tentang 2 komitmen asasi HMI, pada pasal 4
anggaran dasar HMI ini adalah bentuk pengembangan
komitmen tersebut yang telah dikemas secara kompleks
kedalam satu buah kalimat yang utuh dan teratur.

Pada prinsipnya, tujuan HMI secara kontekstual saat ini


tidak mengubah pergerakan HMI. HMI dituntut untuk
bertindak lebih dimanis dan progresif dalam menjalankan
pengabdian keumatan dan kebangsaannya. HMI tidka lagi
dimasa penjajahan sebagaimana pada tahun tahun sebelum dan
sesudah berdirinya. Tidak ditemukan lagi saat ini angkat
senjata oleh kader HMI, kader HMI merubah itu dengan
angkat dada sebagai kader HMI atas perjalanan sejarah yang
dimilikinya.

HMI 4
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Lima kualitas Insan Cita HMI, yang tertuang didalam


tujuan HMI, menjadi bukti keabsahan pergerakan HMI dimasa
lampau. Namun muncullah pertanyaan dari kalangan kader
HMI yang menunjukkan kesadaran berpikirnya, insan Cita
Seperti apa yang diharapkan HMI? Kualitas yang bagaimana
yang dimaksud oleh HMI? Jika dikatakan kualitas
keagamaannya, bukankah persoalan keimanan (akhlak) adalah
urusan Tuhan?

Menarik bagi penulis saat ini untuk membincangkan


terkait maksud dan tujuan sebenarnya dari lima kualitas insan
cita ini. Terdapat 3 pondasi penekanan terhadap HMI yang
disebut sebagai organisasi kemahasiswaan yakni Insan
Akademis, Insan Pencipta dan Insan Pengabdi yang kemudian
dikuatkan atau diikatkan dengan Insan yang bernafaskan
Islam. Nafas Islam mejadi tali ikat bagi Insan Akademis, Insan
Pencipta dan Insan Pengabdi, dengan harapan kader HMI
mampu menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai kebutuhan,
keseharusan dan kewajiban untuk dijalankan dalam segala
aktivitasnya baik pada diri secara individu, bermasyarakat,
berbangsa maupun diruang lingkup perguruan tinggi. Hal ini
bertujuan untuk memberikan peluang kepada kader-kader HMI
agar menjadi manusia yang bertanggungjawab atas apa yang
teah diembannya. Sehingga nilai tanggungjawab ini
dimunculkan atas dasar nilai-nilai kesadaran masing-masing
kader HMI.

Dalam menjalankan aktivitas organisasi, HMI memiliki


tujuan bersama yang hendak dicapai dan itu pula menjadi cita-
cita HMI yakni untuk menjadikan masyarakat menjadi adil dan
makmur. Konsep keadilan dan konsep kemakmuran ini dapat
kita sederhanakan sebagai bentuk kepuasaan kemerdekaan

HMI 5
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

individu yang menyatu didalam kemerdekaan kelompok


(masyarakat). Merdekanya manusia, berarti bentuk hak
kesucian manusia. Namun perlu pula kita garis bawahi bahwa
hak ini baru akan tercapai apabila hak kemerdekaan manusia
lainnya dipenuhi secara bersama. Inilah salah satu fungsi
organisasi. Bertindak dengan bersama, berplir secara bersama,
dan bersikap secara bersama untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai. Bukan malah sebaliknya yang mendahulukan
kemerdekaan pribadi sehingga mengeyampingkan hak
bersama.

Menyadari bahwa insan akademis, insan pencipta dan


insan pengabdi sebagai bentuk aktualisasi yang harus
dijalankan untuk dipertanggungjawabkan dalam menuju
menggapai masyarakat adil makmur, maka selayaknya seorang
yang beriman, capaian ini tidak akan memiki arti tanpa sebuah
stempel kesucian dari apa yang sudah dikerjakan yakni Ridho
Allah subhanahu wata „ala.

Ridho Allah adalah suatu keniscayaan jika yang


didalamnya tidak terdapat upaya bersama untuk
mendapatkannya. Allah swt idak akan memebrikan Ridho itu
kepada diri-Nya, karena sifatnya bukanlah pengabdian,
melaikan dipisiskan sebagai pencipta, hal ini tidak dibebankan
kepada-Nya sebagai Tuhan. Maka dari itu, selayaknya
pemegang kekuasaan, sifat terserah patut kita serahkan
kepada-Nya. Perlu kita ulang bersama untuk meningat kembali
bahwa nilai-nilai keridhoan Allah tidak dapat atas
penyelewengan-penyelewengan dari ketentuan-Nya. Didalam
NIlai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI dapat kita lihat
seksama tentang status manusia dimuka bumi sebagai sematan
wakil Tuhan. Manusia dimandatkan oleh Tuhan untuk

HMI 6
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

menjalankan nilai-nilai ketuhan tersebut pada seluruh makhluk


yang ada dibumi. Layaknya permandatan, seluruh aspek
duniawi diurusi oleh manusia dengan tidak menyelewengkan
dari ketentuan-ketentuan-Nya. Sehingga, jika dikatakan HMI
ingin mencaoai ridho Allah swt, apakah HMI sudah sebagai
Insan akademis, pencitpa dan poengabdi telah menjalankan
perjanjian tersebut dalam aktivitasnya sehari-sehari? Konsesus
ini bukan antara manusia dengan Tuhan, namun manusia
kepada individu manusia itu sendiri. Dapat dikatakan ini
adalah sumpah dari setiap diri manusia untuk menjalankan
nilai-nilai yang Tuhan titipkan dalam dirinya yang diucap
sebagai wakilnya Tuhan dimuka Bumi.

Jika didalam menjalankan keorganisasi, belajar, dan


membeirkan pengabdian, HMI keluar dari koridor tersebut,
maka tidak salah jika HMI sangat mustahil akan mencapai
keridhoan ini. Karena Tuhan Maha Benar dan mencintai
Kebenaran. Karen Tuhan Maha Adil dan Mencintai Keadilan.
Karena tuhan Maha Suci dan Mencintai Kesucian. Maka jika
demikian kesadaran diri kita sebagai kader, tidak akan pernah
ada lagi yang namanya nafsu perebutan jabatan dikomisariat,
dicabang, dio badko dan dilembaga-lembaga HMI lainnya
termasuk di PB-HMI. Tidak akan ada lagi penciptaakn konflik
untuk menjatuhkan, mengucilkan, meninggikan kekuasaan
didalam organisasi. Termasuk tidak akan ada lagi contek
mencotek saat ujian, bayar sana sini untuk meminta dukungan,
tidak menyelesaikan studinya karena kelalain tanpa maslahat
dan tidak aka nada lagi kebohongan-kebohongan didalam
proses merekruit kader apalagi culik-menculik. Karena Tuhan
tidak memandatkan manusia untuk berbuat demikian. Kembali
lagi kepada sifat dan nilai ke-Tuhanan. Maka dapat dilihat
didalam skema 1 dibawah ini :

HMI 7
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Skema.1
Pencapaian Tujuan HMI

Tujuan
Terbinanya Insan
HMI
Bertanggungjawab
Bernafaskan atas terwujudnya
1. Akademis Islam masyarakat adil
2. Pencipta makmur
3. Pengabdi

Rihdo Allah
swt

Skema diatas berupaya untuk menunjukkan bahwa HMI


memikiki tujuan yang mulia dalam menjalankan aktivitasnya
yakni untuk mencapai Ridho Allah Subhanahu wata ‘ala.
Kodrati HMI menyadari bahwa untuk mencapai ridho tersebut
bukanlah sesuatu yang mudah dan tidak pula dapat diraih
dengan cara yang praktis, sehingga ini pula yang menjadi salah
satu cara HMI untuk sampai kepada ridho tersebut yaitu
dengan menyematkan nilai kesucian dari seorang yang disebut
“insan” dalam tubuh HMI. Insan memberikan arti manusia.
Namun Insan yang dimaksud dalam makna yang berbeda ialah
dapat dikatakan sebagai seorang individu manusia yang
mengenal akan Tuhannya, nilai-nilai ke-Tuhanna dan sifat-
sifat-Nya. Status “Insan” pada setiap upaya tujuan HMI ini
menunjukkan betapa kader-kader HMI harus menerapkan hati
nurani yang condong akan keberan dalam tubuh HMI.

HMI 8
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Pada skema tujuan HMI diatas menyampaikan pesan


bahwa pencapaian ridho Allah adalah pilihan untuk HMI itu
sendiri. Jika HMI mampu menjalankannya sesuai dengan nilai-
nilai ke-Tuhanan, bukan tidak mungkin HMI akan mampu
mencapai keridhoan itu. Namun begitu pula sebaliknya, HMI
akan mendapatkan kergauan yang terputus-putus dan hasil
yang tidak tergambarkan keberadaaannya jika keluar dari
nilai-nilai tersebut.

Berangkat dari fenomena ini pula, dapat disimpulkan


bahwa HMI saat ini telah lari dari garis lurus yang ia tentukan
sendiri. Rel yang ia bangun sendiri dan dan susunan dinding
kokoh yang ia bangun sendiri. Upaya melenceng dan
perobihan ini dapat dilihat dari beberapa kejadian diantaranya :
1. HMI semakin berpikir praktis untuk mencapai ridho
Allah ;
2. HMI lebih menyukai pengabdian tanpa ilmu dan riset
sesuai dengan keterbutuhan pegabdian ;
3. HMI terlalu membaca buku dan meninggalkan
membaca alam (kondisi umat) ;
4. HMI lebih banyak berdebat kusir tentang “ke-
Tuhanan” dan lalai akan nilai-nilai ke-Tuhanan
(keagamaan) ;
5. HMI lebih mendahulukan pencapaian hasil ketimbang
harus memaksimalkan proses pada setiap tangga-
tangga aksinya ;
6. HMI secara perlahan melupakan nilai-nilai ke-
Islaman namun membanggakan status “I” pada HMI ;
7. HMI menjalankan aksi protes betujuan untuk
eksistensi belaka tanpa adanya kajian ilmiah yang
sesuai dengan kaidah-kaidah kajian untuk mencapai
output yang dihasilkan;

HMI 9
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

8. HMI meninggalkan masa lalu (sejarah) HMI diawal-


awal pembentukan dengan membanggakan hasil dari
(sejarah) perjuangan HMI; dan,
9. HMI kelewatan bangga terhadap distibusi alumni-
alumni yang dianggap sukses baik di swasta maupun
negeri sehingga melupakan upaya untuk mencapai
kesuksesan itu dan dengan demikian pula HMI
semain luput dari permasalahan kebangsaan.

Sehingga dari poin-poin diatas, HMI harusnya


mengevaluasi pergerakan dan cara pikir HMI saat ini dengan
jkembali kepada proses pencapaian tujuan HMI secara
bertahap bukan lagi mengejar hasil tanpa memaksimalkan
kualitas Insan HMI.

HMI 10
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bagian III
HMI dan Perkaderan Politiknya

Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan


secara sadar dan sisternatis selaras dengan pedoman
perkaderan HMI. Perkaderan HMI dilaksanakan bukan
bertujuan untuk memperbanyak anggota HMI sehingga ini
pula menjadi identitas bahwa HMI bukalah organisasi masa
sebagaimana identitas beberapa organisasi lainnya. HMI
menciptakan konsep perkaderan bertujuan untuk memberikan
ruang dan peluang kepada proses yang dijalankan setiap diri
kader-kader HMI. Sehingga akan kita temukan istilah “seleksi
alam” dilingkungan internal HMI. Seleksi alam ini bukan pula
proses penyeleksian secara sengaja, namun setiap proses yang
dijalankan kader HMI akan disesuaikan dengan kemampuan
kader itu sendiri dan setiap kader akan dengan sendirinya
menemukan titik jenuh dalam berporoses di HMI. Titik jenuh
ini dapat kita artikan sebagai tahap akhir seorang kader
berproses di HMI. Selain itu dapat pula diartikan sebagai
bentuk penyerahan sebab dari ketidak pastian hasil yang ingin
didapatkan oleh kader. Namun dari ekdua arti tersebut, titik
jenuh menandakan dimana kondisi dan situasi proses kader
sedang tidak selaras dengan tujuan HMI. Mengapa demikian?
Karena tujuan HMI adalah tujaun dari komitmen kebangsaan
dan komitmen keagamaan. Jika benar kiomitmen ini tertanam
didalam tubuh kader HMI, maka kata jenuh dan menyerah
tidak akan pernah terbesit didalam pikiran maupun hati setiap
kader.

Gambaran diatas bukanlah suatu bentuk sentimen dan


pesimis akan perkaderan HMI namun sedang menunjukkan

HMI 11
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

betapa klaim itu terjadi saat ini dan terus menerus menjamur di
Internal HMI. Saya pikir kita akan menyepakati bersama,
diluar dari hak progratif Tuhan, bahwa semua yang terjadi
didalam HMI pasti dikarena suatu sebab. Sekalipun sebab itu
diadakan secara sengaja.

HMI melakukan perkaderan bukan hanya untuk orang


lain, namun perkaderan yang dilakukan pada dasarnya untuk
dirinya pula secara individu. Sehingga baik buruknya
perkaderan yang ia lakukan, dapat menunjukkan pribadi akder
itu sendiri. Setiap pelaku perkaderan membawa kesan, pesan,
dan cara mereka tersendiri, apa yang ia lakukan menunjukkan
cermin dirinya sendiri. Sehingga yang akan terjadi pada yang
dikader, berpotensi menyamai dengan pelaku perkaderan
bahkan akan lebih parah dari itu.

Pernahkah anda melihat adanya pemaksaan terhadpa


calon kader dalam proses rekruitmen? Pernahkah anda
menyaksikan adanya tipu menipu didalam proses
menyakinkan calon-calon kader untuk mengikuti basic training
HMI? Dan pernahkah anda mendengar adanya janji-janji
manis yang disampaikan kepada calon kader? Saya
meyebutnya ini dengan “Bermimpi Tanpa Proses Tidur”.

Jika kita kembalikan kepada skema tujuan HMI diatas,


pada setiap prosesnya kader HMI haruslah senantiasa
mengiringi langkah dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan
bersama. Apakah saat ini sudah sesuai dengan apa yang anda
lihat?

Berbeda kondisinya dengan perjalannan sejarah


terdahulu, yang ber-HMI adalah mereka-mereka yang sadar

HMI 12
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

akan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa Islam dan


Pemuda Islam. Saat ini, peran dan fungsi itu seakan-akan
sengaja tertutupi, mahasiswa Islam lebih membutuhkan skill
untuk bekal hidupnya baik semasa mahasiswa maupun pasca
menjadi mahasiswa. Sudahkah HMI ditempat kita
menawarkan itu? Adakah tawaran skill yang diberikan HMI
kepada calon kader agar mereka minat ber-HMI?

Awamnya, tujuan kader HMI saat ini ialah bagaimana


caranya agar menjadi sukses. Karena nanti setelah sukses
gamabrnya akan dipajang di brosur dan pamphlet-pamflet
promosi HMI dengan memebanggakan diri memiliki alumni
yang sukses. Secara organisasi HMI tetap apda prinsipnya,
namun secara individu HMI sudah semakin berubah tujuan.
Eksistensi dan panggung kekuasaan menjadi tujuan utama
dalam ber-HMI. Penguasaan massa, mobilisasi politik dan
pertarungan gerbong menjadi impian bersama. Kejadian ini
bukan lagi asing dimata dan ditelinga, dapat kita saksikan
dengan begitu nyata disetiap cabang maupun komisariat,
bahkan badko dan PB-HMI.

Saat pagi hari anda disuruh emak anda untuk pergi


kewarung membeli telur dan beras, dipertengahan jalan pulang
anda melihat teman-teman anda sedang bermain dan anda
dengan terhasut mulai mampir untuk bermain dan melupakan
tugas anda saat ini terhadap apa yang anda bawa sesuai dengan
amanah bahwa sedang ada yang menunggu anda datang untuk
membawa apa yang sudah anda beli. Terdengar suara kecil
dari teman sebelah anda “ itu diatar dulu barangnya, nanti
mama mu tak bisa masak” lalu anda menjawab dengan santai
dan cengegesan “iya aman tu.sebentar lagi. Yang seharusnya
anda dapat menikmati makanan itu disiang hari saat lapar,

HMI 13
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

malah anda harus menunggu hingga sore hari karena kelalaian


yang disengaja lalu sakit perut karena menahan lapar yang
berkepanjangan. Siapa yang ingin adan salahkan?

Janji-janji manis aktor perkaderan HMI kepada calon


kader begitu menggiurkan. “masuklah ke HMI, nanti kamu
akan menjadi gubernur”. Lainnya “bergabunglah di HMI,
nanti kamu akan dapat relasi orang-orang penting”. Lainnya
lagi “yok gabung di HMI, nanti kamu bisa banyak belajar,
banayk ilmu dan banyak pegetahuan. Kamu juga bsia
mengembangkan kemampuan kamu”. Petanyaannya, apakah
benar itu tujuan dari adanay HMI? Dan parahnya adalah,
apakah aktor tersebut sbenar-benar nyata mendapatkan itu atau
sudah mendapatkan itu saat ia sedang meyakinkan calon kader
tersebut? Bukankah “bermimpi tanpa proses tidur itu adalah
sebuah khayalan dan sama saja kamu sedang berkhayal?”
Apakah HMI selemah itu?

Berbeda lagi ceritanya ketika anda sudah menjadi kader


HMI. Saat dimana kamu baru saja di bai‟at, saat itu pula aktor-
aktor di HMI sudah memetakan posisi mu harus diletakkan
dimana, kepada siapa kamu harus bergaul dan dengan siapa
kamu dibatasi pergaulannya. Padahal, jelas sangat kader HMI
bukanlah produk pemilik aktor-aktor politik HMI. Kader HMI
bukanlah Insan yang dicetak sesuai dnegan kehendak sang
aktor. Belum lagi adanya follow up yang sekedar dijadikan
sebagai benan kerja pengurus. Sehingga kalau mereka bukan
algi pengurus atau bukan pengurus, aktor ini tidak akan
memfollowup anda sebagai kader, sekalipun kader baru. Yang
muncul adalah “ini tanggungjawab oengurus, bukan
tanggungjawab kami”. Apakah ini konsep perkaderan HMI

HMI 14
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

yang katanya teroorganisir secara terus-menerus, seistematis


dan dilaksanakan dengans adar itu?

Siapa aktor ini? Perlu saya sampaikan gambarannya anda


lah yang berhak menentukan itu. Aktor pelecehan perkaderan
HMI ini adalah mereka yang mendahulukan adat senioritas
ketimbang tunjuk ajar pedoman perkaderan. Mereka yang haus
akan masa di HMI. Mereka yang dengan sengaja dan bahkan
terencana memblok proses kader HMI dengan membatasi
kepada siapa ia bergaul dan berporses mencari ilmu dan
pengalaman. Mereka yang lebih condong mengajarkan elitnya
HMI. Mereka yang memberikan doktrin negatif kader HMI
dengan membawa status senior ataupun orang yang berkuasa.

Kemudian mereka yang senantiasa menciptakan kubu-


kubu sebagai pemisah antara golongannya dengan golongan
yang ia anggap berseberangan. Mereka yang setiap kali duduk
berkumpul hanya sebatas memburukkan, membuli dan
menjatuhkan orang lain tanpa adanya proses yang baik dalam
menentukan kerangka berpikir dan cara pandang yang objektif
dan subjektif. Mereka yang senantiasa menganggap dilaur dari
pada golongannya adalah orang-orang yang salah dan tidak
bagus untuk diikuti. Mereka yang menggap bahwa siapapun
yang awalnya berada dibarisan mereka, lalu kelaur dari barisan
mereka karena menemukan kebenaran dianggap sebagai
penghianat. Dan mereka yang senantiasa menggunakan cara
yang licik untuk mendapatkan kemenagan sedangkan pada
hakikatnya mereka sudah kalah. Serta mereka yang
membenarkan konstitusi saat mereka mendapatkan pembelaan
dan membuang konstitusi saat mereka mendapatkan
kekalahan.

HMI 15
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Skema. II
Gambaran Peran Aktor-Aktor HMI

AKTOR 1 AKTOR 2

Menampakkan Pamor Promosi Promosi Menampakkan


dan Eksistensi HMI HMI Kualitas

Jual Janji Dan Pendampingan dan


Ekspektasi HMI Mendekati Pendekatan seleksi Calon Kader
tanpa seleksi Calon Kader Calon Kader hingga muncul rasa
kualitas mahasiswa kepedulian

Mengabaikan pendampingan Mengisi Kebutuhan Calon


dan Followup Calon kader Kader dan Doktrin HMI
saat sudah dekat screening Hingga Munculnya
hingga memunculkan Kesadaran dan Kemauan
keterpaksaan karena segan Pribadi

Pesan tersemat untuk anda adalah “tidak suah susah


payah, cukup aktif saja, nanti kamu gantikan si itu untuk jadi
ketua umum komisariat”. Dan ternyata ini tidak berhenti
sampai disini saja, setelah kekuasaan itu didapat dan dirasakan
oerlu untuk mempeluas kekuasaannya, aktor-aktor ini akan
melirik kembali kader-kader yang sebelumnya ia “kader” dan
mengatakan “kamu tenang aja, persiapkan diri, kamu annti jadi
ketua umum cabang. Kamu hebat bisa memimpin komisariat”.
Namun apa yang terjadi setelah menduduki psosisi tersbeut?
“kamu kalau taka da saya, kamu tidak akan jadi ketua umum.
Jadi jangan pula kamu tidak mau balas budi dan tidak mau ikut
kami”.

HMI 16
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Lagi-lagi menimbulkan pertanyaan, apakah ini yang yang


tersistem didalam HMI? Tentunya jika kita melihat, membaca
dan memahami apa yang disampaikan didalam konstitusi
HMI, pedoman-pedoman perkaderan HMI, semua yang diatas
adalah Salah dan tidak sesuai dengan Cita-Cita HMI. Namun
kali ini terbalik, hal tersebut kini malah dijadikan sebuah
sistem yang tersusun.

Skema. III
Peran dan Tujuan Aktor 1

AKTOR 1 Mendahulukan Kuantitas

Promosi Diri Membanggakan Membuat Menanamkan Saling


dan jenjang Jabatan/status kubu-kubu Doktrin Senioritas menjatuhkan
training dan Peran

1. Keterpaksaan Aktif
Output 2. Keterpaksaan Melanjutkan
Kader HMI
Training
3. Terhambat daya Kritis
4. Terhambat ruang bergaul
MEMBINANYA 5. Ikut-ikutan
6. Tidak memiliki
kemerdekaan berpikir
7. Pengkultusan
8. Tidak produktif dan kreatif
9. Bertindak sesuai komando

HMI 17
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Skema. IV
Peran dan Tujuan Aktor 2

AKTOR 2 Mendahulukan Kualitas

Membuat Melatih Internalisasi nilai Merangkul tidak Memberikan ruang


kelompok Nalar Kader Perjuangan dan bertujuan edukasi dan
Diskusi Tujaun HMI memperbanyak masa kebebasan berpikir

1. Kesadaran dan keterbukaan


Kader HMI Output 2. Berkembangnya daya Kritis
3. Luasnya Ruang Gaul
4. Kemerdekaan Berpikir dan
TERBINANYA Bertindak
5. Mandiri
6. produktif dan kreatif
7. aktif, massif dan progresif

Konstitusi hanya akan digunakan saat adanya debat


pembelaan diri. Konstitusi hanya digunakan disaat menjalaka
sedang dalam posisi terjepit dan terjebak. Pada intinya,
konstitusi adalah “kitab kuno” yang akan dilirik saat sudah
tersesat. Hanya sebatas itukah fungsi dan kedudukan
konstitusi? Tentunya tidak selemah itu. Maka dari itu,
berdasarkan phenomena yang terjadi, saya uraikan beberapa

HMI 18
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

persoalan yang terjadi saat ini di HMI terkait perkaderan


politik di HMI :
1. Adanya kekeliruan yang tersistematis didalam proses
pereikrutan kader oleh aktor HMI dengan iming-
iming kesuksesan yang sebenarnya beum tentu
dibutuhkan. Artinya tidak tepat sasaran;
2. Rendahnya nilai jual aktor HMI terhadap HMI dalam
proses pereikrutan calon kader;
3. Followup kader HMI dijadikan sebagai beban
program kerja semata;
4. Tawaran ekspektasi yang berlebihan yang secara
sadar mengetahui bahwa ini bertoilak belakang
dengan kenyataan;
5. Bangga berlebihan ketika kader HMI berhasil
menduduki jatan atau posisi dinternal kampus tanpa
sadar tidak adanya konstirbusi maupun kualiats dari
kader itu sendiri;
6. Membanggakan kehadiran alumni-alumni HMI yang
menjadi pejabat, petinggi partai politik, penguasa
didaerah maupun dipusat;
7. Bangga akan usia HMI sebagai organisasi mahasiswa
tertua di Indonesia;
8. Pendekatan pereikrutan yang dijalankan dengan cara
duculik dan ditipu untuk dijebak;
9. Pasca basic training, kader baru tidak dihadapkan
dengan ilmu dan keahlian, namun dengan secangkir
kopi dan bual-bual masa lalu jabatan dengan
menunjukkan “inilah HMI, yang berteman lebih dari
saudara” (namun suka menusuk keluarga);
10. Pengekangan terhadap pola pikir dan aktivitas kade-
kader HMI; dan,

HMI 19
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

11. Intervensi dan penanaman doktrin kesetiaan


berteman.

Poin-poin diatas mungkin saja tidak cukup jika


dibandingkan berbagai amsalah lain yang anda temukan di
internal HMI. Namun kejadian diatas saat ini sudah menjamur
diinternal HMI dan banyak dijadikan sebagai arah pandangan
yang menjadi keseharusan dilakukan.

Anda sebagai kader mungkin saja mengalami hal yang


serupa, namun tidak menutup kemungkinan memiliki
pengalaman dan cerita yang berbeda saat awal anda mengenal
hingga masuk ke HMI. Namun terlepas dari itu semua, perlu
kita sadari secara bersama, bahwa saat ini perkaderan HMI
sedang tidak sehat-sehat saja, sedan tidak baik-baik saja dan
sedang tidak lurus-lurus saja. Ada upaya pembenahan yang
harus kita lakukan bersama untuk mengembalikan kebenaran
amanah perkaderan HMI.

15 pedoman pokok organisasi HMI, bukan bertujuan


untuk meperumit apalagi mempersulit peroses kader-kader
HMI. Justru itu adalah upaya untuk mendidik dan
menunjukkan proses pengabdian kepada kader-kader HMI
untuk lebih tertib, terukur dan tersistematis. Tidak
berserabutan dan tidak pula tiumpang tindih kekuasaan,
peraturan maupun egosentris masing-masing kader HMI.
Sehingga ini pula yang mengapa kata tujuan HMI itu
“Terbinanya” bukan “membinanya atau membimbingnya atau
dibinnanya”. Artinya ialah, masuknya mahasiswa/i islam di
HMI diharapkan memiliki daya tahan pikiran, pola laku, pola
sikap dan pola tindak yang siap siaga dalam keadaan apapun,
dimanapun dan terhadap apapun. Adanya kesiapan yang sigap

HMI 20
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

dalam diri akder-kader HMI sehingga menjadikan dirinya


insan yang berkualitas serta sanggup memberikan
tanggungjawab dan menjalankan tanggungjawabnya tanpa
harus mengkultuskan aktor-aktor HMI.

Skema. V
Pandangan Perekruitan

Penerimaan
Mahasiswa Baru

Pemetaan dan 1. PA
1. P3A
Penentuan Metode 2. PTKP 2. BPL
3. LPP

Tugas, kebutuhan
Melakukan Pendekatan pribadi, kebutuhan
mahasiswa lainnya
1. Produktif
Rekruitmen 2. Kualitas
Mahasiswa/i Islam
3. Prestasi

Basic Training

Followup Kader

“Terbinanya” dapat kita gambarkan ketika anda diberikan


bekal pegetahuan cara bertahan hidup, pengetahuan dan ilmu
tentang bahaya dan rintangan alam liar, hewan buas serta
tumbuhan maupun hewan yang dapat anda makan. Bertahan
saat dinginnya embun, bertahan saat panasnya matahari,

HMI 21
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

bertahan saat kekurangan air dan membuat perlindungan saat


terkena hujan. Setelah semua itu anda dapatkan, tiba saatnya
anda untuk dilepaskan tanpa teman dan tanpa petunjuk arah
kedalam hutan liar hanya dibekali dengan korek api dan
sebilah pisau. Kira-kira, apakah dalam kondisi itu anda dalam
sekejab akan langsung mati saat lepaskan didalam hutan?
Apakah anda akan takut dan trauma? Apakah anda akan
gemetar kencing didalam celana lalu berlari kembali
kebelakang? Padahal anda tahu diujung dari hutan tersebut ada
intan yang harus anda dapatkan. Didikan ini dulunya kita
temukan di dua lembaga yakni TNI dan HMI. Kini siapa yang
masih mempertahan pola didikan itu? Jawab saja dalam hati
masing-masing. Ini bukan ajang membandingkan HMI dengan
yang lainnya, namun sebagai ingatan kembali untuk HMI
bahwa HMI pernah berada didalam pola didikan itu.

Tidakkah semuanya kita masih mengingat apa yang


disampaikan oleh Jendral Soedirman tentang HMI? Ya,
Jendaral Soedirman mengatakan bahwa HMI bukan hanya
Himpunan Mahasiswa Islam namun juga Harapan Masyarakat
Indonesia. dan kalimat itu senantiasa digunakan saat sedang
mempromosi HMI. Siapakah HMI saat itu sehingga sosok
Soedirman rela mengeluarkan kalimat sakti itu?
pertanyaannya, apakah saat jendral mengatakan kalimat itu
menggambarkan kondisi yang sama seperti HMI saat ini?
Bayangkan saja jika Jendral Soedirman masih hidup saat ini,
mungkin ucapan itu ditarik kembali atau berpotensi merubah
arti dari HMI yang akan berubah menjadi ….silahkan maknai
saja dengan cara pandang anda masing-masing.

Berangkat dari itu pula, HMI perlu ada pembenahan yang


dapat ditawarkan diantaranya sebagai berikut :

HMI 22
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

1. HMI sudah harus memadang pentingnya pengadaan


lembaga pengembangan profesi untuk mewadahi
kebutuhan kader-kader atau calon kader;
2. HMI memulai kembali kebelakang dengan
memperbaiki pola perkaderan HMI yang tidak sesuai
ini unutk disesuaikan dengan pedoman perkaderan
yang telah dijelaskan didalam skema perkaderan
HMI;
3. HMI melepaskan egosentris senioritas dan dontrin-
dioktrin dan memahami dengan baik perannya
masing-masing baik indovidu maupun setiap bidang-
bidang dikepengurusan;
4. HMI sudah saatnya memunculkan tokoh-tokoh muda
yang berkualitas;
5. HMI tidak lagi menjadikan alumni-alumni tua HMI
sebagai pameran produk keberhasilan HMI yang itu
hanya akan menjadi barang antic yang dikeluarkan
saat-saat tertentu saja;
6. HMI sudah harusnya sadar akan Status HMI sebagai
oragnisasi Mahasiswa bukan piolitis dan praktis,
fungsi HMI sebagai organisasi kader bukan masa,
Peran HMI sebagao organisasi perjuangan umat dan
bangsa bukan perjuangan kelompok dan kekuasaan;
7. HMi sudah harus menyadari bahwa followup
bukanlah tanggungajwab beban pengurus semata,
sehingga dijalankan dengan hikmat, penuh
kemerdekaan dan ikhlas untuk prose perkaderan
kader-kader HMI;
8. HMI sudah harus sadar bahwa perebutan dan
pemeliharaan konflik yang berkepanjgan dapat
merusak proses perkaderan HMI; dan,

HMI 23
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

9. HMI sudah harus mendang serius terhadap pola yang


dijalankan selama ini yang berdampak kepada
keaktifan, pengkerdilan serta melemahkan daya tahan
berpikir kritis kader HMI.

(Iklan sejenak sebelum Melanjutkan bacaannya. Sambilan


kita isi permainan teka-teki dibawah ini)

Gambar 1
Permainan Teka-Teki Silang Guna Followup Tingkat
Pengetahuan

2 7

11 4
5

10

HMI 24
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Soal :
1. Tempat berdirinya HMI adalah ?
2. HMI berdiri setelah............Kemerdekaan Indonesia
3. Sifat HMI adalah ?
4. Tokoh yan gmemprakarsai berdirinya HMI adalah ?
5. Salah satu status keanggotaan HMI adalah anggota ?
6. Tujuan HMI terkandung dalam AD HMI yaitu pada pasal ?
7. Salah satu dari lima Kualitas insan cita HMI adalah ?
8. Bahasa lain dari gordon HMI adalah .......... HMI ?
9. Instansi tertinggi HMI yang berada dipusat disebut ?
10. Instansi HMI tertinggi yang berada di daerah
kabupaten/kota disebut dengan ?
11. Instansi tertinggi HMI di Internal kampus disebut ?
Sumber: Arsip Komisariat FISIP UMRAH (2017)

Menjadi penyebab sebaliknya jika hari ini banyak yang


kurang minat untuk masuk HMI. Menganggap HMI hanya
sebatas organisasi politik. Menurunya Intelektual dan Spiritual
ber-HMI mengakibatkan HMI senantiasa dianggap sama
dengan oraganisasi lainnya. Ini dapat dibangun kembali jika
HMI memiliki minimal 3 orang dari masing-masing instansi di
HMI memiliki kesadaran bersama.

HMI 25
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bagian IV
HMI dan Jenjang Trainingnya

Sebagaimana yang tekah disampaikan didalam konstitusi


HMI, dalam hasil-hasil kongres terbaru yang ke XXXI di
Surabaya, HMI memiki beberapa jenis dan tingkatan training.
Ada training formal dan ada pula training non-formal.
Kemudian juga dapat kita ketahui bahwa HMI juga memiliki
perkadaran informal dan training lainnya diluar dari pada yang
disebutkan sesuai dengan kebutuhan HMI. Berdasarkan
konstitusi HMI dapat kita lihat bersama berbagai macam jenis
training-training HMI yang sudah disusun rapih untuk
dilaksanakan oleh instansi-instansi yang ada di HMI dibawah
ini:
1. Training Formal :
Adalah Pelatihan dalam rangka pembentukan kader
yang sistematis dan berjenjang. Training formal HMI
terdiri dari Latihan Kader I (Basic Training), Latihan
Kader II (Intermediate Training) dan Latihan Kader III
(Anvance Training)
2. Training Non-Formal
Training non-formal merupakan pelatihan diluar
training formal yang dilaksanakan secara sistematis yang
bertujuan untuk mengembangkan keahlian dan
kemampuan dalam bidang tertentu. Training non-formal
ini dapat dibagi beberapa macam kegiatan diantaranya :
Training Of Trainer (TOT), Training Managemen
Training (TMT), Training Instruktur NDP, Training
Instruktur Ideopolitorstratak, Training Gender, Sekolah
Pimpinan HMI, Kursus Studi Islam (KSI).
3. Perkaderan Informal

HMI 26
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Perkaderan informal mencakup hampir seluruh


kegiatan perkaderan HMI antara lain meliputi:
a. Follow-Up
Follow-up merupakan aktivitas pasca training
yang berfungsi untuk memaksimalkan kemampuan
kader sesuai dengan levelnya. Hal ini dimaksudkan
sebagai penguat pada materi-materi yang telah
diberikan dalam jenjang training dan bentuk tindak
lanjut dari training.
b. Up-Grading
Up-Grading merupakan kegiatan yang menitik
beratkan pada pengembangan nalar dan kemampuan
kader dalam rangka mempersiapkan menuju jenjang
training berikutnya. Up-grading wajib di lakukan
sebagai pengembangan dan kelanjutan dari tiap-tiap
jenjang training yang berfungsi sebagai penguat dan
pengembangan pada training yang sebelumnya di
ikuti.
c. Aktivitas
Yang dimaksud dengan aktivitas adalah segala
kegiatan yang dilakukan oleh kader dalam rangka
membentuk dan mengembangkan dirinya sehingga
menjadi MuslimIntelegensia (Insan Cita).
d. Promosi
Promosi adalah pendistribusian kader dalam
aktivitas struktur organisasi, baik internal ataupun
eksternal HMI.
e. Coaching/Pendampingan
Coaching/pendampingan adalah aktivitas
perkaderan yang dilaksanakan dalam bentuk
pembinaan/bimbingan terhadap kader oleh
pendamping/pembimbing yang bersifat

HMI 27
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

personal/individu. Setiap individu kader, wajib


dibimbing dan diarahkan sesuai dengan minat dan
potensinya masing-masing.
f. Pembentukan iklim, suasana dan budaya positif
Yang dimaksud dengan pembentukan iklim,
suasana, dan budaya positif adalah menciptakan
kondisi yang kondusif untuk perkaderan yang selaras
dengan prinsipprinsip perkaderan dalam setiap
aktivitas HMI, sehingga para kader nyaman dan dapat
mengembangkan potensi dirinya semaksimal
mungkin. Penciptaan kondisi ini mesti didukung oleh
regulasi organisasi yang dapat mendorong
terbentuknya kebiasaan dan kepribadian kader sesuai
dengan Muslim Intelegensia (Insan Cita).
g. Kegiatan lain yang dibutuhkan.

Berbagai macam jenis dan bentuk kegiatan diatas


merupakan upaya kongkrit HMI untuk menjadikan kader-
kadernya agar Terbina. Ingat ya, agar “Terbina” bukan agar
Pintar, agar punya teman, agar serasa punya saudara, agar
merasa punya wadah tempat berlindung semata dan lain
sebagainya. Semuanya dirancang dengan konsep yang matang
agar kader HMI itu terbina.

Jika kader HMI sebelumnya dalam proses mengikuti


basic training HMI dengan cara yang benar dan tepat, bukan
didasari atas keterpaksaan, bujukan dan rayuan apa lagi tipu-
tipuan, dapat dipastikan akan muncul kesadaran didalam diri
kader HMI secara mandiri. Kesadaran mandiri ini pula akan
berdampak kepada proses kader-kader ber-HMI baik
keaktifan, konstibusi, loyalitas maupun totalitasnya yang
merdeka dan ikhlas. Sebelum kongres ke 31 di Surabaya, HMI

HMI 28
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

masih membagikan jenis status keanggotaannya yakni anggota


muda dan anggota biasa. Namun pada kongres 31 status
anggota muda dihapuskan. Sedangkan sttaus anggota
kehormatan HMI sudah dihapus didalam kongres ke 30 di
Ambon.

Lihatlah kepolosan HMI dalam mendidik kadernya agar


terdidik, membina kadernya agar Terbina. Semu dari kulit
hingga tulang HMI mengatur itu. Dari rumah, kekampus, di
HMI dan dilingkungan masyarakat HMI mengatur dengan
sedemikian rupa baiknya dan tertibnya proses perkaderan bagi
akder-kader HMI. Maka tidak salah jika yang masuk HMI
secara benar, menjalankan HMI secara benar, mengikuti
jenjang training formal bukanlah sesuatu yang menakutkan.
Namun kita dapat menemukan beberapa persoalan yang kerap
kali terjadi diinternal HMI yang berefek terhadap proses
training di HMI diantaranya :

1. Diawali dengan proses pereikrutan yang tidak tepat


dan melenceng dari nilai-nilai perkaderan sehingga
yang muncul dalam diri bukan kesadaran melainkan
keterpaksaan;
2. Followup yang tidak dilaksanakan secara ikhlas dan
tertib, sehingga yang dilakukan semata-mata untuk
mendapatkan dukungan masa dan menarik perhatian
kader-kader baru bahwa ia memiliki peran;
3. Menyadarkan setiap kader harus mengikuti atau
melanjutkan jenjang trainingnya dengan iming-iming
kekuasaan dan jabatan.bukan karena upaya
pengembangan diri. Sehingga ini akan bertolak
belakang terhadap kualitas yang dimiliki oleh kader
tersebut;

HMI 29
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

4. Melakukan tekanan-tekanan terhadap kader yang


dianggap berpotensi untuk dijadikan sebagai spion
senior-senior;
5. Mendisain sedemikian rupa bahwa jenjang training
menunjukkan kualitas dan status kedudukan kader di
HMI sehingga itu menjadi minset;
6. Senantiasa menjadi pemisah antara kader yang masih
LK I dengan kader-kader yang sudah melanjutkan
trainingnya;
7. Adanya komitmen-kimitmen tertentu antara senior
kepada junior, antara pengurus kepada anggota ketika
melanjutkan jenjang training. Sehingga menyebabkan
kader menjalakan organisasi ataupun aktif
diorganisasi karena keterpaksaan tanpa kebebasan
diri;
8. Hidupnya budaya buli membuli dan singgung
menyinggung antar kader yang sudah lk 2 namun
tidak aktif maupun kepada kader yang sudah lama lk
1 namun tidak atau belum lk 2; dan,
9. Nyatanya iming kesenjangan antara sifat kader lk 2
dan kader lk 1. “kalau lk 2, kamu tidak disuruh angkat
gallon lagi. Kalau suidah lk 2, kamu tidak akan
disuruh pungut sampah dan beli gorengan lagi. Kalau
sudah lk 2, kamu bisa begaya dikit”

Rusaknya perkaderan HMI saat ini bukan lagi hanya


diluar kulit, namun racun-racun yang ditaburi aktor-aktor HMI
ini sudah menyebar dan menggerogoti hingga kesaraf-saraf
vital HMI. Jadi sangatlah wajar jika perilaku kader akan
menggambarkan orang yang mengkadernya. Sifat, watak, pola
pikir, pola tindak dan pola laku lainnya sangat mencerminkan

HMI 30
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

aktor-aktor yang mengkadernya. Poisitf maupun negatifnya.


Kelebihan maupun kekurangannya.

Aktor-aktor HMI yang masih nyaman dengan caranya


yang demikian, sudah harus berpikir bijak dan meluruskan
kembali jalannya untuk meninggalkan cara-cara tersebut.
Dapat disadari hal ini memang tidak langsung berdampak,
namun lebih bahaya jika ini tanpa terlihat dan terus berjalan
berkelanjutan hingga turun temurun setiap generasi. Kesadaran
ini bertujuan unutk menjadikan HMI semakin dirasakan
berguna poleh lader-kader HMI. Bukan semata sebagai wajah
untuk ajang perebutan kekausaan, perebutan masa dan
golongan, ajang adu dada dan ajang adu senioritas. Masa
depan HMI sangat mutlak ada didalam tubuh kader HMI itu
sendiri. Sehingga kiranya kesadaran ini tidak kembali
dimunculkan, bukan tidak mungkin kedepannya HMI
hanyalah bagian dari sejarah masa lalu yang terus berjalan
hidup namun tanpa fungsi bagi umat dan bangsa.

Penutup :
Menyadari dari perbedaan cara pandang, keilmuan serta
pengalaman, tentunya masih banyak kekurangan dari
penulisan ini, untuk itu masukkan, saran, pendapat dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan. Agar dapat
mengembangkan pemikiran pembaharuan untuk HMI lebih
baik lagi kedepannya. Mohon maaf atas segala kekurangan
dan kesilapan.

HMI 31
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Referensi

Hasil-Hasil Kongres Himpunan Mahasiswa Islam ke XXX di


Ambon tahun 2018.
Hasil-Hasil Kongres Himpunan Mahasiswa Islam ke XXXI di
Surabaya tahun 2021.
Muniruddin, Said. 2017. Bintang Arasy: Tafsri Filosofis-
Gnostik Tujuan HMI. Cetakan ke II. Syiah Kuala
University Press: Aceh Besar
Madjid, Nurcholish. 1999. Islam Doktrin dan Peradaban.
Paramadina: Jakarta Selatan
Sitompul, Agussalim. (2008). Sejarah perjuangan Himpunan
Mahasiswa Islam (1947-1975). Cetakan ke II. Misaka
Galiza: Jakarta
Sitompul, Agussalim. 2006. 44 indikator kemunduran HMI:
suatu kritikan dan koreksi untuk kebangkitan kembali
HMI. CV Misaka Galiza: Jakarta

Pedoman-Pedoman :
Pedoman Kepengurusan HMI Cabang dan Kepengurusan HMI
Komisariat
Pedoman Perkaderan Himpunan Mahasiswa Islam
Tafsir Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam
Tafsir Islam sebagai Azas Himpunan Mahasiswa Islam
Tafsir Indepedensi Himpunan Mahasiswa Islam

Penunjang :
Diskusi dan evaluasi dari forum Intermediate Training (LK II)
HMI Cabang Tanjungpinang-Bintan pada tanggal 20 s/d 26
Januari 2022. Dikoordinator oleh Master Teguh Setyandika
selaku Master Of Traning Dengan Anggota Pengelola :
1. Master Marlis Ahmad

HMI 32
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

2. Master Ardiansyah
3. Master Ade Putra Utama
4. Master Kafabihi
5. Master Firman
6. Master Ade Wardana
Dan dikung pula materi-materi tentang ruang lingkup HMI
oleh pemateri-pemateri dari alumni-alumni HMI.

HMI 33

Anda mungkin juga menyukai