Anda di halaman 1dari 11

KADER HMI SEBAGAI CAGAK KETAHANAN NASIONAL

Disusun Untk Memenuhi Persyaratan Mengikuti

LATIHAN KADER II (LK II) CABANG JEMBER

Oleh : Nabil Huda Rizalul Haq

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) KOMISARIAT

ARYAWIRARAJA

CABANG SUMENEP 2022


KATA PENGANTAR

Tiada nikmat yang lebih indah didunia ini selain nikmat sehat yang diberikan oleh Allah
SWT, jika tanpa karunia yang selalu di berikan oleh-Nya maka essay ini taka kana pernah ada
dan tak lupa salam shalawat kita berikan pada suri tauladan kita umat muslim yakni Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir kelak dan semoga kita
berada dibarisan beliau.

Penulis mengorbankan waktu,tenaga,pikiran dan menahan rasa keinginan untuk bersantai,


demi menyelesaikan Essay yang berjudul KADER HMI SEBAGAI CAGAK KETAHANAN
NASIONAL. Semuanya di korbankan untuk menyelesaikan essay ini karena dengan
mengorbankan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dituju penulis.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang terus
menemani dan mensupport hingga hari ini. Kepada jajaran pengurus HMI Cabang Sumenep
yang memberikan masukan serta semangat kepada penulis, kepada Pengurus Komisariat
Aryawiraraja yang taka da henti-hentinya mengingatkan,memberi saran, dam mendapingi
penulis untuk menyelsaikan Essay ini. Dan karena merekalah penulis dapat berdiri dan tetap
berproses di HMI.

Sumenep, 15 Februari 2022

Nabil Huda Rizalul Haq


Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

KADER HMI SEBAGAI CAGAK KETAHANAN NASIONAL

Nabil Huda Rizalul Haq

Cabang Sumenep

nabilhuda81@gmail.com

Abstrak

Sepanjang sejarahnya, HMI telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perjuangan bangsa dan
negara. Bahkan di masa perjuangannya, kader HMI ikut terjun ke dalam kancah perjuangan bersenjata melawan
musuh, tanpa melupakan tugas pokoknya sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik secara tertulis maupun lisan dari orang-orang terkait
objek penelitian.

Jatuh-bangun mulai era Revolusi fisik,Demokrasi parlementer, Demokrasi terpimpin, Orde Baru hingga era
Revormasi. Pada setiap era, HMI senantiasa burupaya memberikan kontribusi yang terbaik kepada Republik
Indonesia. Menjadi bagian penting dari setiap perubahan besar yang terjadi.

HMI merupakan organisasi mahasiswa yang terus menjadi cagak untuk Ketahanan Nasional. HMI juga ikut andil
dalam melawan PKI yang ingin merebut kekuasaan di Indonesia. Pada setiap era, HMI senantiasa burupaya
memberikan kontribusi yang terbaik kepada Republik Indonesia. Menjadi bagian penting dari setiap perubahan
besar yang terjadi. Bukan hanya itu HMI juga memberi pendapat atau gagasan demi mengembangkan ajaran-ajaran
agama Islam. Hal ini menandakan bahwa “anak-anak” HMI mampu survive di segala sektor.

Kata Kunci : Kader, Himpunan Mahasisawa Islam, Ketahanan Nasional

Abstract

Throughout its history, HMI has made a very large contribution to the struggle of the nation and state. Even during
their struggle, HMI cadres participated in the armed struggle against the enemy, without forgetting their main duties
as students who were studying.
This research is included in the category of descriptive research with qualitative methods. Qualitative research is
research that produces descriptive data both in writing and orally from people related to the object of research.
The ups and downs started from the era of the physical revolution, parliamentary democracy, guided democracy, the
New Order to the Reformation era. In every era, HMI always strives to give the best contribution to the Republic of
Indonesia. Be an important part of every major change that occurs.
HMI is a student organization that continues to be a fork for National Resilience. HMI also took part in fighting the
PKI who wanted to seize power in Indonesia. In every era, HMI always strives to give the best contribution to the
Republic of Indonesia. Be an important part of every major change that occurs. Not only that, HMI also provides
opinions or ideas for the sake of developing Islamic religious teachings. This indicates that the "children" of HMI
are able to survive in all sectors.

Keywords: Cadre, Islamic Student Association, National Resilience


Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

PENDAHULUAN

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi ekstra kampus yang amat berkontribusi bagi bangsa
ini untuk melahirkan kader-kader penerus cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai kader penerus bangsa
diharapkan kader HMI memiliki kemampuan dalam mengorganisasi dirinya, keluarganya dan masyarakat secara
luas untuk mengambil bagian menata negara Indonesia sesuai cita-cita perjuangan bangsa. Amanah itu secara tegas
dicantumkan dalam konstitusi negara, yakni UUD 1945: mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping itu ikatan
emosional para pendiri bangsa mengalir terus pada kader-kader HMI yang sejak dulu telah berkiprah mengambil
peran baik di dunia pemerintahan, swasta, maupun dalam kehidupan masyarakat secara luas. Ke depan tentu peran
kader HMI harus tetap menjadi prioritas di berbagai sektor.

Sepanjang sejarahnya, HMI telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perjuangan bangsa dan
negara. Bahkan di masa perjuangannya, kader HMI ikut terjun ke dalam kancah perjuangan bersenjata melawan
musuh, tanpa melupakan tugas pokoknya sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu.

Sejak awal lahirnya HMI yakni pada 14 Raobiul awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947
silam, telah banyak hasil karya untuk negeri tercinta. Tetapi karya itu tidak harus membuat kader HMI dan HMI itu
sendiri sebagai organisasi besar yang lengah pada persoalan yang melilit bangsa ini. HMI mengamanahkan dalam
pasal 9, bahwa HMI berperan sebagai “Organisasi Perjuangan”, maka semua unsur HMI bertekat untuk
mewujudkannya dengan tetap berlandasakan pada Al-Qur’an dan As-sunnah.

Ungkapan yang mengatakan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, rupanya akan
masih menjadi bahan perbincangan hangat di berbagai lingkaran-lingkaran dalam decade kedepan. Pasalnya sampai
hari ini Hmai masih kokoh berdiri hingga saat ini menginjak usianya yang ke-75 tahun. Maka momentum Dies
Natalis HMI kali ini adalah saat yang sangat tepat untuk melahirkan generasi-generasi penyempurna generasi
sebelumnya tanpa harus melupakan tujuan awal didirikannya HMI.

Ketika sosok Lafran Pane mendirikan organisasi yang disebut Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), maka
setidaknya ada dua cita-cita yang paling mendasar yaitu keinginan untuk mempertahankan kemerdekaan (NKRI)
dan mempertinggi derajat rakyat indonesi, dan adanya keinginan untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran
Agama Islam. Cita-cita tersebut secara sederhana teruntai lewat berbagai macam instrument organisasi yang
kemudian di susun dan diatur didalam Anggaran Dasar (AD), dan Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI. Serta
pola-pola pengkaderan yang secara mutlak harus dipatuhi dan dilaksanakan dalam rangka menjalankan roda
organisasi.

Pertama. Usaha dalam rangka mempertahankan kemerdekaan kemerdekaan NKRI dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia ini bukan hanya sebagai salah satu kelengkapan untuk berdirinya sebuah organisasi.

Jauh hal ini dimaksudkan hanya demi terwujudnya keadilan sosial,ekonomi,politik bagi rakyat Indonesia uang
notabenenya tertindas dan jatuh miskin akibat konsekwensi logis atas penjajahan bangsa asing yang berakhir 2 tahun
sebelum HMI berdiri tahun 1947, yaitu tahun 1945 dan kemuadian mampu mensejajarkan diri dengan penuh
kedaulatakan dan kemandirian di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia.

Oleh karena itu para pendiri serta kader HMI, alangkah pantasnya bila kemerdekaan Indonesia yang telah
di bayar sangat mahal tersebut harus direbut,diperjuangkan dan di pertahankan sampai akhir hayat. Sebab terlepas
dari berbagai alasan yang ada,penjajahan di atas dunia dengan segala bentuknya merupakan pengingkaran terhadap
kemanusiaan. Dilain sisi, cita-cita tersebut sejalan dengan keingan para founding father dalam rangka membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidal lain unrtuk mengangkat harkat hidup kaum pribumi yang kemusian
disebut sebagai kedaulatan rakyat. Jika dilihat dari sisi objektif diatas,maka sebenarnya HMI lahir merupakan suatu
anugrah yang menandai adanya kemajuan pola pikir dan dinamika anak bangsa yang patut untuk kita apresiasi dan
harus kita teruskan.
Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

Sebagai fenomena, masalah sosial sudah muncul sejak adanya kehidupan bermasyarakat. hal itu disebabkan
karena dalam kehidupan masyarakat tidak pernah dijumpai kondisi ideal secara sempurna, dimana semua kebutuhan
masyarakat terpenuhi, semua warga masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai, norma dan standar sosial yang ada.
Semua komponen berfungsi sebagaimana yang dituntut oleh sistem sosialnya. Fenomena masalah sosial muncul
ditengah keberadaan realitas lain dalam kehidupan masyarakat.

Sebuah tantangan bagi islam dalam menyelesaikan masalah sosial yang melanda negeri dan
agama. Serta pengkajian lebih lanjut dengan berbagai tahap pemecahan masalah dengan menggunakan
pemikiran keislaman dan keindonesiaan yang sangat mencirikhaskan kontektualisasi mission HMI sangat
diharapkan untuk kemajuan dan penyelesaian masalah sosial secara berkelanjutan demi terwujudnya
masyarakat adil dan makmur.

METODE

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik secara tertulis maupun lisan dari
orang-orang terkait objek penelitian (Nur, 2020).Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Sumber Data Primer yang berupa data yang langsung dikumpulkan dari buku-buku atau
dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh HMI.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Prakarsa atau pokokok ide gagasan untuk mendirikan organisasi HMI, telah timbul pada bulan November
1946, yang dicetuskan Lafran Pane, salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (Universitas Islam Indonesia)
tingkat I. Akan tetapi, ide itu belum mendapat respon positif dari kalangan mahasiswa, walaupun telah berulang kali
diadakan bertukar pikiran. Banyak mahasiswa yang masih tak acuh dengan gagasan bapak lafran pane, bahkan tidak
sedikit yang menentang dan mengejek dengan penuh sinis.
Namun demikian, bagaimanapun besarnya tantangan dan kritikan yang datang dari dalam maupun dari luar
Islam, semakin menambah tebal semangat, gelora, dan keyakinan yang membaja dari pemrakarsa pendiri HMI untuk
tetap mendirikannya. Ia tak mau mundur dan gentar selangkah pun, apalagi saat ide itu mendapat dukungan dari
beberapa mahasiswa lain, baik dari kalangan mahasiswa STI maupun dari luar STI.

Setelah menjalani hambatan-hambatan yang cukup berat selama kurang lebih 3 bulan, maka tibalah detik-
detik kelahiran Oraganisasi Mahasiswa Isalam yang telah di rindukan datang juga. Yakni pada saat setelah mendapat
restu dari Bapak Husen Yahya untuk tidak mengajar tetapi di gantikan Rapat pembentukan satu Organisasi
Mahasiswa yang bertempat di salah satu ruangan kuliah STI. Yang bertepatan pada hari Rabu pon 1878,, 14 Rabiul
awal 1366 H, bertepatan pada tanggal 5 Februari 1947 M, pada sore hari jam 16.00.

Setelah berdirinya Organisasi HMI tibalah pada beberapa fase-fase perkembangan HMI yang meliputi :

Fase Pengukuhan (5 Februari –30 November1947). Diamana pada fase ini Usaha-usaha untuk memperkenalkan
HMI kepada halayak umum dengan jalana ceramah-ceramah dari klanagan terkemuka, pemimpin-pemimpin
terkenal dengan cara mengambil tema yang actual agar menarik untuk dapat di dengan maupun di baca dalam
brosusr yang di keluarkan oleh HMI pada waktu itu.

Selanjutnya adalah fase Fase Perjuangan Bersenjata(1947-1949), Keserakahan Belanda untuk terus menjajah
Indonesia, semakin berkecambuknya Perang Kemerdekaan. Nah pada fase inilah HMI sangat berberan dan ikut
andil bahkan juga ikut angkat senjata melawan Belanda yang waktu itu Usaha diplomasi yang dilakukan di
Kuningan Linggarjati, jawa barat 25 MAret 1947 yang di tanda tanganinya “Perjanjian Linggarjati” yang isisnya,
antara lain, adalah:

1. Belanda mengakui Kedaulatan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra.


Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

2. Pemerintah RI dan Belanda setuju mendirikan Negara Indonesia Serikat pada tanggal 1 januari 1949.

HMI juga menyetujui Linggarjati tersebut dikarenakan situasi sangat kritisas. Sebab Masyumi menolak Linggarjati.
Karena keserakahan belanda, Kemuadian Belanda dengan sengaja menginjak-nginjak Linggarjati, hal tersebut
menandakan bahwa Belanda Melanggar Perjanjian Linggarjati tersebut.

Pada tanggal 29 Juni 1947,Belanda mengultimatum, agar RI mengakui kedaulatan Belanda di Indonesia.
Pasca kejatian tersebut membuat suasana menjadi tagang dan genting, sehingga pada tanggal 20 malam menjelang
21 juli 1947, Belanda melancarkan serangan ke daerah RI.

Dengan adanya peristiwa tersebut maka Pemerinta, Tentara, Rakyat, begitu juga HMI melakukan
perlawanan memanggul senjata melawan agrasi itu berupa perang gerilya sehingga tentara Belanda tidak pernah
tenang, dengan terus-menerus mengalami kerugian serta mendapat celaan dari seluruh dunia.

Fase Pertumbuhan dan Pembangunan HMI(1950-1963). Pada fase ini pertumbuhan dan Pembangunan Organisasi
HMI secara bertahap dilaksanakan setelah Penyerahan Kedaulatan Rakyat, yakni dari tahun 1950-1963.

Fase Tantangan (1964-1965). Setelah dilampauinya tahap pertumbuhan dan pembangunan HMI(1950-1963),
apalagi setelah kongres ke-7. HMi kembali mendpat tantangan yang cukup berat yakni harus melawan Partai
Komunis, dikarenakan Partai Komunis tidak suka kepada HMI sebab HMI di pandang akan menjadi organisasi yang
akan menyaingi PKI atau bahkan mengalahkan PKI.

Keterlibatan maupun keikutsertaan HMI dalam revolusi fisik, mempertahankan Kemerdekaan, merupakan
pengalaman yang sangat berharga, sehingga Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Sudirman,
ketika menyambut pada peringatan Dies Natalis I HMI di Bangsal Agung Kepatihan Yogyakarta tanggal 6 Februari
1948, di samping itu beliau mengartikan HMI adalah Himpunan Mahasiswa Islam, juga diartikan dan bermakna
(H)arapan (M)asyarakat (I)ndonesia. Karena rakyat Indonesia mayoritas, sekaligus diartikan (H)arapan
(M)asyarakat (I)slam (I)ndonesia.
Fase 1964-1965 kembali terjadi ketegangan ideologis dengan komunis. Gagal di “Madiun Affair” pada
1948, PKI kembali menyusun strategi untuk kudeta. Sejak 1960 mereka mulai menyusup ke aparat pemerintahan.
PKI mendapat angin segar melalui MANIPOL-USDEK NASAKOM (Manifesto Politik, UUD, Sosialisme,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, Kepribadian Indonesia, Nasionalis, Agama, Komunis) yang digagas
Soekarno pada tahun 1960. Dendam dengan HMI belum selesai. Menyadari Himpunan Mahasiswa Islam sebagai
salah satu musuh besarnya, memalui underbouw-nya seperti Consentrasi Gabungan Mahasiswa Indonesia (CGMI),
mereka mulai menyerang, memfitnah, dan menuntut pembubaran HMI.
PKI tentu akan menyembunyikan motivasi sebenarnya dalam menyerang dan menuntut HMI dibubarkan.
Yang secara terang-terangan dikatakan PKI adalah alasan-alasan, atau lebih tepatnya dalih-dalih dalam menyerang
HMI. Alasan menuntut pembubaran HMI tentulah dapat dicari-cari, dalih-dalihnya pun dapat dibuat-buat. Alasan
dan dalih yang diungkapakan oleh PKI untuk “membenarkan” tuntutan pembubaran HMI tentu saja tidak benar,
alias tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Alasan dan dalih tersebut dipakai PKI hanyalah untuk
menutupi atau menyembunyikan motivasi sebenarnya dari PKI.
Musuh-musuh PKI di Indonesia banyak. Boleh dikatakan, semua kekuatan-kekuatan Pancasialis, agama,
nasionalis, dan militer, khususnya Angkatan Darat. Semua unsur tersebut secara ideologis adalah musuh PKI. Tetapi
dalam strategi PKI yang mengandung penahapan jangka waktu dalam pencapaian tujuan akhirnya, tentu PKI akan
membuat daftar prioritas mengenai musuh yang mana dari sekian banyak musuh-musuhnya yang harus lebih dahulu
dihadapi.
Bagi PKI, musuh terbesar nomor satu adalah umat islam Indonesia. Strategi PKI menggariskan bahwa yang
harus dihadapi lebih dulu ialah umat Islam. Dengan berbagai cara, PKI berpaya mengurangi kekuatan umat Islam, di
antaranya dengan jalan memecah belah umat Islam dengan jalan berkawan dengan kelompok Islam yang satu sambil
menghancurkan kelompok Islam lainnya. Pada tahun 1960-an dua kekuatan besar umat Islam telah tersingkir.
Pertama, Masyumi, Partai Islam terbesar di Indonesia telah bubar pada tahun 1960 dan kedua, GPII (Gerakan
Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

Pemuda Islam Indonesia), merupakan organisasi pemuda Islam terbesar di Indonesia menyususl bubar juga tahun
1963.
Bubarnya Masyumi dan GPII bukan hanya bagaikan “pucuk dicinta ulam tiba”, melainkan merupakan amat
cocok sekali di dalam kerangka garis strategi PKI dalam mengurangi potensi umat Islam. Sehingga dalam rangka
strategi, PKI bertanya pada diri sendiri, who’s nenxt? (siapa selanjutnya akan dibubarkan?) rupanya PKI memilih
sasaran berikutnya adalah HMI, mengapa PKI memilih HMI sebagai sasaran dalam rangka mengurangi kekuatan
umat Islam?.
Pertama, PKI memandang HMI selain sebagai organisasi mahasiswa islam yang terbesar juga sebagai
organisasi militan dan sudah mulai menghasilkan kader-kader. Dalam perspektif PKI, HMI akan menghasilkan
kader-kader yang akan mengisi lapisan pimpinan di semua segi kehidupan bangsa dan negara, baik dibidang
birokrasi, pimpinan pemerintahan, politik, akademik, dunia usaha lainnya. Kalau ini terealisasikan maka akan
merupakan penghalang besar bagi PKI untuk mencapai tujuan super-strateginya, yaitu untuk merebut kekuasaan
negara. Jadi dalam strategi PKI, sebelum HMI membesar dengan kuantitas dan kualitas seperti itu maka lebih baik
dihancurkan sekarang juga.
Kedua, karena HMI merupakan organisasi yang tidak mempunyai induk. Di mata PKI, menyerang
organisasi yang tidak berinduk atau yang biasa disebut independen seperti HMI tidak akan membawa persoalan
dibandingkan dengan yang berinduk. Dengan demikian PKI bisa menghindari tuduhan menyerang induknya, apalagi
jika induknya itu merupakan patner dalam Nasakom. Jadi PKI menganggap HMI yang tidak bernanung dibawah
salah satu ormas Islam sebagai sasaran empuk.
Ketiga, adalah berdasarkan sebuah maksim atau dalil yang berlaku di percaturan politik yang mengatakan
bahwa meskipun suatu golongan nampaknya lemah dalam perjuangan politik, meskipun jumlahnya banyak, tetapi
organisasinya hanyalah sekedar tradisional belaka, apalagi kalau gaya perjuangnnya hanya mengakibatkan kekuatan
golongan itu terserak-serak atau berantakan. Meskipun parah organisasi golongan itu, namun golongan itu
mempunyai kader-kader politik, dibelakang hari kader-kader tersebut dapat membawa kebangkitan politik kepada
golongan yang secara politis tidak kurang berperan akibat kondisinya yang semrawut berantakan, meskipun
jumlahnya besar itu.
HMI dengan Sejarahna yang panjang dan jumlah anggota yang besar serta alumni yang tersebar di berbagai
bidang pekerjaan memang telah dianggap sebagai suatu “kekuatan politik” agar dapat menjadi Cagak Ketahanan
Nasional, demi terwujudnya Masyarakat Adil dan Makmur yang diridhoi Allah SWT.

Himpunan Mahasiswa Islam Harus Kembali melakukan Gerakan. Dan gerakan tersebut harus didasarkan
atas platform gerakan mahasiswa dalam merespon kehidupan sosial,ekonomi politik, yang selama ini cendrung
melupakan tujuan tersebut, cara agar kader HMI tetap menjadi cagak adalah dengan melakukan perombakan sistem
dan melakukan dua tataran/level pembebasan.
Cita-cita untuk tegaknya kedaulatan rakyat yang tetap di perjuangkan. Karena itu hal yang menghalang-
halangi tercapainya tujuan tersebut harus di lawan dengan tegas. Namun, sudah kita sadari dan bahkan sudah
menjadi jargon seorang kader HMI memiliki sistem ter-sendiri yaitu demokrasi yang lebih mengedepankan kualitas
dari pada kuantitas sebagaimana demokrasi yang di anut oleh Indonesia.
Keberadaan alumni-alumni HMi di kursi dewan dan juga eksekutif yang tersebar di seluruh penjuru tanah
air dapat menjadi modal awal untuk dapat memulai kembali menyatukan persepsi akan sebuah tujuan yang belum
tercapai.
Jatuh-bangun mulai era Revolusi fisik,Demokrasi parlementer, Demokrasi terpimpin, Orde Baru hingga era
Revormasi. Pada setiap era, HMI senantiasa burupaya memberikan kontribusi yang terbaik kepada Republik
Indonesia. Menjadi bagian penting dari setiap perubahan besar yang terjadi. Kiprah alumi-alumni HMi yang eksis di
banyak sector kehidupan berbangsa dan bernegara menandakan “anak-anak” HMi mampu survive. Memang HMI
dikenal memiliki daya adpatasiyang tinggi dan tak mudah menyerah menghadapi segala kesulitan. Motto “yakin
usaha sampai “ mendarah daging dalam jiwa kader HMI.
Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, HMI merupakan organisasi mahasiswa yang terus menjadi
cagak untuk Ketahanan Nasional. HMI juga ikut andil dalam melawan PKI yang ingin merebut kekuasaan di
Indonesia. Pada setiap era, HMI senantiasa burupaya memberikan kontribusi yang terbaik kepada Republik
Indonesia. Menjadi bagian penting dari setiap perubahan besar yang terjadi. Bukan hanya itu HMI juga memberi
pendapat atau gagasan demi mengembangkan ajaran-ajaran agama Islam. Hal ini menandakan bahwa “anak-anak”
HMi mampu survive di segala sektor.

Saran
Saran saya Kepada kader HMI di seluruh Indonesia agar bisa mengikuti jejak para alumni-alumninya yang
memiliki intelktual yang luar biasa serta bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan HMI yang tertuang dalam pasal 4AD
HMI,tetap berproses dan jangan sampai menggadaikan Idealisme demi kepentingan Pribadi.
Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

Daftar Pustaka
Sitompul, Agussalim, 2008, Sejarah Perjuangan HMI, Jakarta, Misaka Galiza.

Bustami,Abu Yazid,2014,HMI Masih Ada Refleksi para kader, Depok, Abadijaya-Sukma Jaya.

Tanja,Victor Immanuel,1982,Jakarta,Sinar Harapan

Sitompul, Agussalim, 2008, Pemikiran HMI dan Relevansinya Dengan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia,
Jakarta, Misaka Galiza.

Ranuwihardjo, A Dahlan, 2002, Bung Karno dan HMI Dalam Pergulatan Sejarah, Jakarta, Intrans.

Muniruddin, Said, 2014, Bintang Arasy, Aceh, Majelis Islam (MW- KAHMI).

Kusrahmadi, Sigit Dwi,2020,Ketahan Nasional, Journal

Nur, Azkar, 2020, Implementasi Gagasan Keindonesiaan Himpunan Mahasiswa Islam; Mewujudkan Konsep
Masyarakat Madani, Journal

Kamuli,Sukarman,2017,Nilai Dasar Perjuangan (NDP),Journal

Sadiyah,Sitti Halimatus,2020,Ketahanan Nasional di Indonesia,Journal

Darmawan,Lalu,2016,Wacana Civil society di Indonesia, Journal

Fiqi,Amir,2021,”Merawat HMI, Indonesia Maju”, https://carapandang.com/read-news/merawat-hmi-indonesia-


maju, diakses pada 15/02/22
Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

CURRICULUM VITAE

A. DATA DIRI
Nama Lengkap: Nabil Huda Rizalul Haq
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir: Sumenep, 15 November 2001
Alamat: Pakandangan Sangra Kec, Bluto
Kab, Sumenep
No. Whatsapp: 082333736775
E-mail: nabilhuda81@gmail.com

B. PENDIDIKAN
SD MI TARBIYATUL ATH’FAL
(2008-2014)
SMP MTs NURUL ISLAM (2014-
2017)
SMA MA NURUL ISLAM (2017-
2020)
Perguruan Tinggi Universitas KH.Bahaudin
mudhary Madura(2020-
Sekarang)

C. PENGALAMAN ORGANISASI DI LUAR HMI


Nama Organisasi Jabatan Periode
nhbc

PK IPNU MTs NURUL ISLAM Kor.Kewirausahaan 2015-2016


PK IPNU MTs NURUL ISLAM Bendahara I 2016-2017
EEEEE

OSIS Aggota 2018-2020


HMJ TEKNIK UNIBA MADURA Kor. Kaderisasi 2020-2021
D. PENGALAMAN ORGANISASI DI HMI
Kader Komisariat Aryawiraraja

E. PENGALAMAN TRAINING DI HMI


Nama Pelatihan Penyelenggara Tahun

Basic Trainning LKI Komisariat Lancaran 2020


Cabang Sumenep

F. MOTTO
SETIAP SAAT PENTING
Foto 3x4
(Ditempel oleh 15 Jumadil Akhir
panitia. 1443 H
Nabil Huda Rizalul Haq, Kader HMI Sebagai Cagak Ketahanan Nasional 2022

Peserta yang 17 Februari 2022


lulus seleksi M
harap
membawa foto
ukuran 3x4)
(Nabil Huda
Rizalul Haq)

Anda mungkin juga menyukai