Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH LATIHAN KHUSUS KOHATI

Telaah Kapasitas HmI-Wati Sebagai Pencetak Pemimpin Masa


Depan Oleh :

NADIA NAPOLEON

KOMISARIAT TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
CABANG BANDAR LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini di zaman ketika uang dipuja-puja sebagai Tuhan, banyak pemimpin
yang terlahir dari proses instan. Masyarakat seakan terhipnotis dengan janji-janji
dan ada pula yang menggunakan money politik pada saat pemilihan
umum. Kesejahteraan masyarakat yang menjadi cita-cita utama perubahan hanya
menjadi simbol jualan pasar menuju kekuasaan
Saat ini HmI-Wati seharusnya menyadari kita sedang mengalami krisis
kepemimpinan nasional, yakni pemimpin memiliki ketegasan, berani dan
diinginkan rakyat. Pemimpin nasional saat ini sering absen dalam peristiwa-
peristiwa yang sebenarnya penting untuk bersama rakyatnya, seperti halnya kasus
kekerasan yang terjadi belakangan ini. Pemimpin negeri ini tidak pernah hadir
dalam persoalan-persoalan yang dialami rakyat. Ini bisa dikatakan krisis
kepemimpinan.
Sadar akan permasalahan yang diuraikan di atas sejak awal Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) melalui Korps HMI Wati (KOHATI) telah berusaha
untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya mahasiswi
dalam berbagai aspek yang terkait dengan masalah-masalah perempuan secara
akademis. Sebagai salah satu strategi untuk mengembangkan misi HMI
(selanjutnya ditulis dalam HMI).
Saat ini kita membutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengelola diri,
kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah
yang relatif pelik dan sulit, serta dituntut kearifan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai kriteria pemimpin Indonesia di
masa depan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kapasitas HmI-Wati saat ini?
2. Bagaimana Makna Kepemimpinan?
3. Bagaimana Kriteria Pemimpin Masa Depan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kapasitas HmI-Wati saat ini
2. Untuk Mengetahui Makna Kepemimpinan
3. Untuk Mengetahui Kriteria Pemimpin Masa Depan
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kapasitas HmI-Wati saat ini


Dalam dinamika gerakan perempuan yang dinamis, mari kita berkaca sejauh
mana peran Korp Himpunan Mahasiswa Islam Wati, disingkat Kohati, menjadi
aktor didalamnya.
Organisasi perempuan yang lahir dari sebuah responsitas Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dalam merespon kondisi masyarakat dan diciptakan
sebagai penghadang lawan ideologis HMI.

Saat ini telah dihitung kekuatannya dan kemampuannya dalam dunia politik.
Sejarah kelahiran Kohati yang saat ini menjadi organisasi perempuan di
Indonesia, terkesan sebagai the follower yang menambah daftar organisasi
perempuan yang dibentuk sebagai perpanjangan tangan organisasi induknya
dalam wacana keperempuanan.

Namun hingga saat ini, masih perlu kita kritisi, ya meskipun Kohati terlahir
dengan semangat untuk mewarnai dunia pergerakan perempuan dengan hijau
hitam visi Himpunan Mahasiswa Islam.
Dalam perjuangan selanjutnya, Kohati tak lebih sebagai penonton dan partisipan
dari pada motor perubahan.

Dalam hal menengakkan isu-isu Islam dan perempuan secara intelektual


misalnya, Kohati tidak banyak menyumbangkan pemikiran-pemikiran, jika
dibandingkan dengan sumbangsih HMI dalam pergolakan pemikiran Islam di
Indonesia. Baik dalam wacana Keislaman di Indonesia yang begitu pluralis dalam
wacana keperempuanan, nyaris belum disentuh oleh Kohati.

Pada tingkatan organisasi muslimah, Kohati masih tertinggal jauh dari


Nasyiatul Aisyiah dan Muslimat NU yang telah menunjukkan ke-eksis-annya
terhadap pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Saat ini, dengan semakin
banyaknya lembaga-lembaga keperempuanan, dengan pola perjuangan yang
kreatif dan dinamis, Kohati masih berkutat dalam merumuskan format pergerakan
perempuan yang setiap Munas Kohati tidak pernah rampung.

Kebesaran Kohati saat ini masih menumpang terhadap kejayaan HMI di masa
lalu yang mulai buram. Kondisi ini semakin diperburuk ditahun-tahun terakhir ini,
justru di saat pergerakan perempuan semakin mengakar dan menunjukkan
kemampuannya dalam merubah kebijakan publik. Pertanyaan sekarang adalah,
akankah Kohati tetap jaya. ?

Jika ditinjau ulang, tujuan Kohati, adalah terbinanya muslimah berkualitas


insan cita, Kohati sejatinya adalah mesin intelektual yang menjadi lokomotif
perubahan dalam pergerakan perempuan di Indonesia. Terdapat empat kriteria
muslimah insan cita yang terdiri dari kepribadian muslimah, Intelektual,
profesional dan mandiri.

Merupakan pilar penyangga yang ampuh untuk menegakkan bendera HMI


dalam pergerakan perempuan. Jika saja Kohati memang mempersiapkan diri
untuk melahirkan kader-kader impian ini. Kenyataan yang selama ini tejadi
dalam internal Kohati, selalu saja jalan di tempat, dan terkurung oleh konflik
internal antara Kohati dan HMI.

Saat ini diakui atau tidak, konflik internal adalah faktor utama yang selalu
mengembalikan Kohati, ke titik nol perjuangannya untuk bisa eksis dalam dunia
pergerakan perempuan di Indonesia. Hampir disetiap kongres Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), selalu ada upaya pembubaran Kohati. Salah satu upaya
mengotonomkan Kohati, tercetus dalam forum pra Kongres di Jakarta pada
desember lalu, bukanlah sebuah ide baru ketika tercetus dari orang-orang yang
bukan pelaku di Kohati.

Ide otonomkan Kohati hanyalah ide pembubaran Kohati yang berganti baju,
yang inti sebenarnya, adalah peniadaan Kohati dari tubuh Himpunan Mahasiswa
Islam. Dalam hal ini bukan tidak mungkin Kohati otonom, terpisah seutuhnya dari
HMI. Bisa jadi dengan keotononamnya, Kohati akan lebih bebas dalam
perjuangannya, tanpa harus menghabiskan energi untuk memahamkan HMI
setingkat terlebih dahulu, perlu dicatat dan diingat, ada dua alasan yang paling
mendasar kenapa Kohati didirikan.

Pertama, secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah
tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-
needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa di fasilitasi oleh
HMI.

Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi


HMI-Wati juga diharapkan HMI-Wati secara internal memiliki keleluasaan untuk
mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk memenuhi
kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya sendiri yaitu
kader HMI-Wati. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik
dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk
melalui pintu Gerakan Gerempuan Indonesia (GERWANI).

Kedua, selain itu maraknya pergerakan perempuan yang ditandai dengan


munculnya organisasi perempuan dengan berbagai variasi bentuk ideologi, pilihan
isu, maupun strategi gerkannya membuat HMI harus merapatkan barisannya
dengan cara terlibat aktif dalm kancah gerakan perempuan yang berbasis
organisasi perempuan.

Atas dasar pertimbangan itulah pada (17/09/1966) bertepatan dengan 2


Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VIII di Solo dideklarasikan KOHATI.
Terpilih sebagai Ketua Umum Kohati pertama waktu itu adalah Anniswati
Rokhlan.

Mengurai permasalahan internal serta eksternal yang diasumsikan sebagai


pangkal dari sunyinya gerakan Kohati, sekarang, belumlah cukup untuk
memberikan jalan sehingga Kohati benar-benar mampu mengobjektifikasikan
nilai yang terkandung di dalam gagasan gerakannya. Membutuhkan sebuah
analisis yang tajam serta perencanaan tindakan prediktif-visioner-progresif
sehingga setiap gerakan KOHATI nantinya dapat mencapai hasil yang efektif.
Selain itu, satu hal penting bagi gerakan Kohati, mendatang adalah nilai yang
menjadi fondasi dasar dari setiap gerakannya, ideologi. Ideologi, mungkin
membutuhkan re-empowering untuk dapat menggerakan niat dan semangat
Kohati. Niat baik akan baik juga hasilnya jika dilaksanakan dengan cara yang baik
dan benar (tepat). Bagi gerakan Kohati, ilmu tentang sebuah cara dalam
menjalankan ide sangat penting. Sebab dengan itulah tingkat keberhasilan sebuah
gerakan dapat diukur dan dievaluasi.

Gerakan Kohati, pun harus memuat tiga hal pokok, pendidikan, empowering,
dan advokasi. Tiga hal pokok tadi harus terjangkau dalam satu jenis atau bentuk
program kerja Kohati. Saat ini diusianya yang ke semakin bertambah Kohati,
ingatlah wahai pembina, pendidik tunas muda pada sebuah tujuan mulia
organisasi ini. Jangan kau kotori dengan kelalaian dan kelengahanmu dalam
berjuang.

B. Makna Kepemimpinan

Istilah kepemimpinan berasal dari kata “pimpin’ yang artinya bimbing atau
tuntun. Kemudian berkembang menjadi kata “memimpin” yang artinya memimpin
atau menuntun, serta kata “pemimpin” yang artinya orang yang berfungsi
memimpin, atau orang yang membimbing atau menuntun.
Adapun istilah “pemimpin” berasal dari kata asing leader dan “kepemimpinan
dari kata leadership. Menurut Pamudji (1986:6), kepemimpinan berbeda dengan
manajemen, perbedaan tersebut antara lain:
1. Kepemimpinan itu nuansanya mengarah kepada kemampuan individu, yaotu
kemampuan dari seseorang pemimpin, sedangkan manajemen mengarah kepada
sistem dan mekanisme kerja.
2. Kepemimpinan merupakan kualitas hubungan atau interaksi antara si pemimpin
dan pengikut dalam situasi tertentu, sedangkan manajemen merupakan fungsi
status atau wewenang; jadi kepemimpinan menekankan kepada pengaruh terhadap
pengikut sedangkan manajemen menekankan pada wewenang yang ada.
3. Kepemimpinan menggantungakn diri pada sumber-sumber yang ada dalam
dirinya (kemampuan dan kesanggupan) untuk mencapai tujuan, sedangkan
manajemen mempunyai kesempatan untuk mengerahkan dana dan daya yang ada
di dalam organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
4. Kepemimpinan lebih bersifat hubungan personal yang berpusat pada diri si
pemimpin, pengikut dan situasi, sedangkan manajemen bersifat interpersonal
dengan masukan (input) logika, rasio, dana, analistis, dan kuantitatif.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :


1. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
2. Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan
wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para
bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi
demi mencapai tujuan perusahaan.
3. Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius,
dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara
kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide
ketuhanan yang berlainan.
4. Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan
pemimpinnya itu.
5. Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu
posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
6. Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa
asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
a. Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang
dipimpinnya.
b. Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
c. Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan


memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Ada beberapa pendapat tentang kepemimpinan, seperti:
1. Kepemimpinan sebagai titik pusat perubahan, kegiatan, dan proses dari
kelompok (Cooley)
2. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh (Bingham).
3. Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian faham atau keseiaan,
kesepakatan (Munson).
4. Kepemimpinan adalah pelaksanaan pengaruh (Nash).
5. Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku (Hemphill).
6. Kepemimpinan adalah suatu bentuk persuasi (Schenk).
7. Kepemimpinan adalah suatu hubungan kekuatan/kekuasaan (Janda).
8. Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan (Cowley)
9. Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi (Bogardus)
10. Kepemimpinan adalah peranan yang dipilahkan (Gibb)
11. Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dari struktur (Smith)

Variabel-variabel Kepemimpinan:
1. Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi yang melingkupi kepemimpinan akan mempengaruhi
keberhasilan seorang pemimpin. Bahkan situasi dan kondisi ini dapat membentuk
seseorang untuk menjadi pemimpin.
2. Pengikut
Prmgikut perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin, karena mereka dapat
mempengaruhi keberhasilan kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus
mengetahui dan memahami perihal keadaan yang dipimpin. Para pengikut
mengikuti pemimpin karena beberapa hal:
a. Adanya rasa patuh dan taat karena naluri dan nafsu
b. Adanya rasa patuh dan taat karena tradisi dan adat
c. Adanya rasa patuh dan taat karena agama dan budi nurani
d. Adanya rasa patuh dan taat karena akal dan rasio
e. Adanya rasa patuh dan taat karena peraturan hukum
3. Pribadi pemimpin
Pribadi pemimpin dipandang mempunyai posisi yang strategis dalam suatu
kelompok dan bahkan suatu bangsa. Kesuksesan yang dicapai oleh suatu
kelompok atau suatu bangsa merupakan buah karya si pemimpin dan sekaligus
petunjuk keberhasilan kepemimpinannya.

Ordway Tead mengemukakan sifat-sifat seorang pemimpin:


a. Energi jasmani dan rohani
b. Kepastian akan maksud dan arah tujuan
c. Entusiasme atau perhatian yang besar
d. Ramah tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati
e. Integritas atau pribadi yang bulat
f. Kecakapan teknis
g. Mudah menetapkan keputusan
h. Cerdas
i. Kecakapan mengajar
j. Keyakinan
Sementara itu Prof. Arifin Abdulrachman menggolongkan sifat-sifat
kepemmimpinan ke dalam tiga golongan:
a. Sifat-sifat pokok, ialah sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin.
Sifat-sifat pokok ini meliputi: adil, suka melindungi (pengayom), penuh inisiatif,
penuh daya tarik dan penuh kepercayaan kepada diri sendiri
b. Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, yaitu sifat-sifat yang pada
pokoknya sesuai dengan kepribadian bangsa.
c. Sifat-sifat khusus karena pengaruh dari macam atau golongan pemimpin,
seperti misalnya pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin sarikat
buruh, dll.
John D. Millett juga mengemukakan tentang empat hal penting dalam
kepemimpinan, yaitu:
a. Kemampuan melihat organisasi secara keseluruhan menghendaki seorang
pemimpin pemerintahan sebagai seseorang generalist, yaitu mengetahui serba
sedikit mengenai segala sesuatu
b. Kemampuan mengambil keputusan sangat diharapkan dari setiap pemimpin
pemerintahan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
c. Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang. Kepemimpinan
baru dikatakan efektif apabila ada kemampuan daripadanya untuk melimpahkan
wewenang yang diikuti oleh pihak yang menerima pelimpahan.
d. Loyalitas dapat diartikan selalu menanggapi secara baik atas segala bimbingan
dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin dan stafnya.
Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi Leader, yang
mempunyai tugas untuk me-lead anggota disekitarnya. Sedangkan makna Lead
adalah :
a. Loyality, seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan
kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
b. Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan
mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekannya.
c. Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
d. Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan
kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.

Tugas Pemimpin, Menurut James A.F Stonen adalah:


a. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab
untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja
atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
b. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
(akontabilitas):
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses
kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus
dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus
dapat mengatur waktu secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara efektif.
d. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin
harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lai
e. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator
(penengah).
f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu
mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang
pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
g. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat
memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :


a. Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin
yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
b. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
c. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan,
sumber alokasi, dan negosiator.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan
sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
a. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi
dan menyediakan fasilitasnya.
b. Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing,
staffing, directing, commanding, controling, dsb.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi


itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan
segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi
mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang
yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk
mengurus atau mengatur orang lain.

C. Bagaimana Kriteria Pemimpin Masa Depan?

Menurut Peter. F. Drucker seorang pemimpin efektif mempunyai paling tidak ciri-
ciri utama seperti berikut, yaitu:
1. seorang pemimpin harus mempunyai pengikut, kemudian dia bisa muncul
sebagai pemikir besar atau seorang nabi;
2. seorang pemimpin yang efektif bukanlah orang yang dicintai atau dikagumi,
tetapi adalah orang yang mampu menggugah pengikutnya melakukan hal-hal
besar, karena tujuan seorang pemimpin adalah bukan mencapai popularitas
melainkan mencapai atau menghasilkan sesuatu;
3. seorang pemimpin harus melakukan tindakan yang nyata dalam artian memberi
keteladanan;
4. seorang pemimpin tidak akan menjadikan kepemimpinannya menjadi sesuatu
yang berorientasi pada jabatan, hak istimewa, gelar, atau pun uang, karena
pemimpin dan kepemimpinan adalah tanggung jawab.
Maka dari itu, masih kata Peter F. Drucker, seorang pemimpin yang
efektif, tanpa memperhatikan kepribadian, gaya, kemampuan, maupun minatnya,
seorang pemimpin yang efektif mempunyai cara kerja yang kurang lebih sama,
yang jika dikristalisasikan dapat dituliskan seperti berikut:
1. seorang pemimpin tidak memulai dengan pertanyaan "Apa yang saya
inginkan?" tetapi selalu akan mulai dengan pertanyaan "Apa yang perlu
dikerjakan?";
2. berikutnya seorang pemimpin akan bertanya "Apa yang dapat dan harus saya
lakukan untuk membuat adanya perbedaan?" untuk menunjukkan bahwa pada
titik inilah dia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang dapat diandalkan;
3. seorang pemimpin akan senantiasa bertanya "Apa misi dan sasaran
organisasi?" dalam bingkai pemikiran apa saja yang menentukan kinerja dan
hasil suatu organisasi;
4. seorang pemimpin mempunyai tenggang rasa yang tinggi terhadap perbedaan
pada setiap orang dan dia tidak mencari orang yang mirip dengan dirinya semata
untuk diajak bekerja sama, atau dengan kata lain mereka jarang bertanya
"Apakah saya suka atau tidak suka kepada seseorang?", tetapi ketika
menyangkut masalah prestasi, standar, dan nilai seseorang, pemimpin yang
efektif biasanya sangat tidak toleran;
5. seorang pemimpin yang efektif tidak takut pada kelebihan yang dimiliki rekan-
rekan sekerja mereka, bahkan mereka menyukai kelebihan tersebut;
6. seorang pemimpin yang efektif selalu berhasil bertahan terhadap godaan dan
rayuan untuk mengerjakan hal-hal yang populer dan bukannya hal-hal yang tepat,
serta biasanya lebih suka memilih menyelesaikan pekerjaan yang kecil, sedang-
sedang, atau sederhana, daripada berusaha menyelesaikan pekerjaan besar yang
seringkali hanya merupakan angan-angan kosong berbingkai popularitas.

Pemimpin Sejati
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner: Punyai tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para
pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah Poros Hidup Anda. Andy Stanley dalam
bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas,
kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya
menjalankan sebuah kepemimpinan.
2. Sukses Bersama: Membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses
bersamanya.
Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan hanya bag) dirinya
sendiri,
namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong orang-orang
yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3. Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continuous):
Banyak hal yang harus dipela ari oleh seorang pemimpin jika ia mau terus survive
sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau
diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman-diri
dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin. Memperlengkapi
diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab
dengan para Pemimpin akan mendorong Skill kepemimpinan akan meningkat.
4. Mempersiapkan Calon-calon Pemimpin Masa depan: Pemimpin Sejati bukanlah
orang yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri
bagi generasi atau saat dia memimpin saja. Namun, lebih dari itu, dia adalah
seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin berikutnya untuk
regenerasi di masa depan. Pemimpin yang mempersiapkan pemimpin berikutnya
barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai
aspek kehidupan ini, seorang Pemimpin sejati pasti dikatakan Sukses jika ia
mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Ada penurunan keteladanan kepemimpinan yang terjadi sekarang. Hal ini
cukup beralasan mengingat permasalahan yang terjadi di bangsa ini seperti
korupsi, penggunaan kekuasaan untuk kepentingan tertentu, kasus kekerasan dan
tindak terororisme dan sampai pada etika anggota dewan yang sangat tidak
beralasan menonton video porno saat sidang berlangsung, hal ini sangguh
menampar wajah bangsa.
Pemimpin Indonesia masa depan adalah harus: Pertama, pemimpin harus
punya integritas. Bukanya kita selalu selalu mengatakan, paling enak berhubungan
dengan orang yang memiliki integritas. Kedua, pemimpin harus mengakui akan
adanya perbedaan dan keanekaragaman bangsa kita. Dengan demikian, pemimpin
masa depan negeri ini mampu mengelola segala perbedaan budaya, latar belakang
suku dan agama, serta kepentingan seluruh elemen bangsa ini lalu mengubahnya
menjadi peluang dan kelebihan. Jadi pemimpin masa depan adalah pemimpin ang
berpikiran terbuka (open minded).

B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada
pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak
bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA

Clark, Evelyn. 2007. Bagaimana Para Pemimpin Besar Menggunakan Cerita


Untuk Meningkatkan Kesuksesan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Pamudji, S. 1986. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT. Bina


Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Suyanto, M. 2005. Smart In Leadership Belajar dari Kesuksesan Pemimpin


Top Dunia. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta.

2006. Revolusi Organisasi dengan memberdayakan Kecerdasan Spiritual.


Yogyakarta: Penerbit ANDi Yogyakarta.

Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.

http://www.kemalstamboel.com/blog-manajemen/masalah-pemimpin-dan-
kepemimpinan-baru-indonesia.html diakses pada tanggal 20 Februari 2021

http://politik.kompasiana.com/2011/05/25/kondisi-kepemimpinan-indonesia-dan-
tantangan-ke-depan/ diakses pada tanggal 20 Februari 2021
CURRICULUM VITAE

NADIA NAPOLEON Pendidikan

 TK Dharma
Wanita(2006-
2007)
 SDN 163 OKU ( 2007-
2012)
 SMPN 15 OKU (2013-
2016)
 SMAN 07 OKU (2016-
2019)
 S1 Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah
(
2019- Sekarang)
Data Pribadi Pengalaman Organisasi

Tempat/ tgl lahir: Baturaja, 25 Maret 2001  Latihan kader 1 HMI


Jenis kelamin : perempuan Bandar Lampung (2019)
Warga Negara : Indonesia  IT Bidang Kajian UKM
Alamat tinggal : Jalan Raya Kedaton, PUSKIMA (2020)
Kecamatan Kedaton Peninjauan Raya  Kepala Bidang Kajian
Kabupaten Oku Provinsi Sumatera Selatan UKM PUSKIMA (2021)
 IT Bidang Kaderisasi
HMJ PGMI (2021)
Kontak Kemampuan dan Kelebihan
Telepon : 085384924889 Komputerisasi
Email : Nadianapoleon26184@gmail.com Ms. Word : baik
Facebook : Nadia Napoleon Ms. Excel : cukup
Instagram : NadiaNapoleon_ Ms.power point : baik
Kecakapan
Bahasa Indonesia : baik
Bahasa inggris :
cukup

Anda mungkin juga menyukai