NADIA NAPOLEON
KOMISARIAT TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
CABANG BANDAR LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini di zaman ketika uang dipuja-puja sebagai Tuhan, banyak pemimpin
yang terlahir dari proses instan. Masyarakat seakan terhipnotis dengan janji-janji
dan ada pula yang menggunakan money politik pada saat pemilihan
umum. Kesejahteraan masyarakat yang menjadi cita-cita utama perubahan hanya
menjadi simbol jualan pasar menuju kekuasaan
Saat ini HmI-Wati seharusnya menyadari kita sedang mengalami krisis
kepemimpinan nasional, yakni pemimpin memiliki ketegasan, berani dan
diinginkan rakyat. Pemimpin nasional saat ini sering absen dalam peristiwa-
peristiwa yang sebenarnya penting untuk bersama rakyatnya, seperti halnya kasus
kekerasan yang terjadi belakangan ini. Pemimpin negeri ini tidak pernah hadir
dalam persoalan-persoalan yang dialami rakyat. Ini bisa dikatakan krisis
kepemimpinan.
Sadar akan permasalahan yang diuraikan di atas sejak awal Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) melalui Korps HMI Wati (KOHATI) telah berusaha
untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya mahasiswi
dalam berbagai aspek yang terkait dengan masalah-masalah perempuan secara
akademis. Sebagai salah satu strategi untuk mengembangkan misi HMI
(selanjutnya ditulis dalam HMI).
Saat ini kita membutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengelola diri,
kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah
yang relatif pelik dan sulit, serta dituntut kearifan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai kriteria pemimpin Indonesia di
masa depan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kapasitas HmI-Wati saat ini?
2. Bagaimana Makna Kepemimpinan?
3. Bagaimana Kriteria Pemimpin Masa Depan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kapasitas HmI-Wati saat ini
2. Untuk Mengetahui Makna Kepemimpinan
3. Untuk Mengetahui Kriteria Pemimpin Masa Depan
BAB II
LANDASAN TEORI
Saat ini telah dihitung kekuatannya dan kemampuannya dalam dunia politik.
Sejarah kelahiran Kohati yang saat ini menjadi organisasi perempuan di
Indonesia, terkesan sebagai the follower yang menambah daftar organisasi
perempuan yang dibentuk sebagai perpanjangan tangan organisasi induknya
dalam wacana keperempuanan.
Namun hingga saat ini, masih perlu kita kritisi, ya meskipun Kohati terlahir
dengan semangat untuk mewarnai dunia pergerakan perempuan dengan hijau
hitam visi Himpunan Mahasiswa Islam.
Dalam perjuangan selanjutnya, Kohati tak lebih sebagai penonton dan partisipan
dari pada motor perubahan.
Kebesaran Kohati saat ini masih menumpang terhadap kejayaan HMI di masa
lalu yang mulai buram. Kondisi ini semakin diperburuk ditahun-tahun terakhir ini,
justru di saat pergerakan perempuan semakin mengakar dan menunjukkan
kemampuannya dalam merubah kebijakan publik. Pertanyaan sekarang adalah,
akankah Kohati tetap jaya. ?
Saat ini diakui atau tidak, konflik internal adalah faktor utama yang selalu
mengembalikan Kohati, ke titik nol perjuangannya untuk bisa eksis dalam dunia
pergerakan perempuan di Indonesia. Hampir disetiap kongres Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), selalu ada upaya pembubaran Kohati. Salah satu upaya
mengotonomkan Kohati, tercetus dalam forum pra Kongres di Jakarta pada
desember lalu, bukanlah sebuah ide baru ketika tercetus dari orang-orang yang
bukan pelaku di Kohati.
Ide otonomkan Kohati hanyalah ide pembubaran Kohati yang berganti baju,
yang inti sebenarnya, adalah peniadaan Kohati dari tubuh Himpunan Mahasiswa
Islam. Dalam hal ini bukan tidak mungkin Kohati otonom, terpisah seutuhnya dari
HMI. Bisa jadi dengan keotononamnya, Kohati akan lebih bebas dalam
perjuangannya, tanpa harus menghabiskan energi untuk memahamkan HMI
setingkat terlebih dahulu, perlu dicatat dan diingat, ada dua alasan yang paling
mendasar kenapa Kohati didirikan.
Pertama, secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah
tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-
needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa di fasilitasi oleh
HMI.
Gerakan Kohati, pun harus memuat tiga hal pokok, pendidikan, empowering,
dan advokasi. Tiga hal pokok tadi harus terjangkau dalam satu jenis atau bentuk
program kerja Kohati. Saat ini diusianya yang ke semakin bertambah Kohati,
ingatlah wahai pembina, pendidik tunas muda pada sebuah tujuan mulia
organisasi ini. Jangan kau kotori dengan kelalaian dan kelengahanmu dalam
berjuang.
B. Makna Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan berasal dari kata “pimpin’ yang artinya bimbing atau
tuntun. Kemudian berkembang menjadi kata “memimpin” yang artinya memimpin
atau menuntun, serta kata “pemimpin” yang artinya orang yang berfungsi
memimpin, atau orang yang membimbing atau menuntun.
Adapun istilah “pemimpin” berasal dari kata asing leader dan “kepemimpinan
dari kata leadership. Menurut Pamudji (1986:6), kepemimpinan berbeda dengan
manajemen, perbedaan tersebut antara lain:
1. Kepemimpinan itu nuansanya mengarah kepada kemampuan individu, yaotu
kemampuan dari seseorang pemimpin, sedangkan manajemen mengarah kepada
sistem dan mekanisme kerja.
2. Kepemimpinan merupakan kualitas hubungan atau interaksi antara si pemimpin
dan pengikut dalam situasi tertentu, sedangkan manajemen merupakan fungsi
status atau wewenang; jadi kepemimpinan menekankan kepada pengaruh terhadap
pengikut sedangkan manajemen menekankan pada wewenang yang ada.
3. Kepemimpinan menggantungakn diri pada sumber-sumber yang ada dalam
dirinya (kemampuan dan kesanggupan) untuk mencapai tujuan, sedangkan
manajemen mempunyai kesempatan untuk mengerahkan dana dan daya yang ada
di dalam organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
4. Kepemimpinan lebih bersifat hubungan personal yang berpusat pada diri si
pemimpin, pengikut dan situasi, sedangkan manajemen bersifat interpersonal
dengan masukan (input) logika, rasio, dana, analistis, dan kuantitatif.
Variabel-variabel Kepemimpinan:
1. Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi yang melingkupi kepemimpinan akan mempengaruhi
keberhasilan seorang pemimpin. Bahkan situasi dan kondisi ini dapat membentuk
seseorang untuk menjadi pemimpin.
2. Pengikut
Prmgikut perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin, karena mereka dapat
mempengaruhi keberhasilan kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus
mengetahui dan memahami perihal keadaan yang dipimpin. Para pengikut
mengikuti pemimpin karena beberapa hal:
a. Adanya rasa patuh dan taat karena naluri dan nafsu
b. Adanya rasa patuh dan taat karena tradisi dan adat
c. Adanya rasa patuh dan taat karena agama dan budi nurani
d. Adanya rasa patuh dan taat karena akal dan rasio
e. Adanya rasa patuh dan taat karena peraturan hukum
3. Pribadi pemimpin
Pribadi pemimpin dipandang mempunyai posisi yang strategis dalam suatu
kelompok dan bahkan suatu bangsa. Kesuksesan yang dicapai oleh suatu
kelompok atau suatu bangsa merupakan buah karya si pemimpin dan sekaligus
petunjuk keberhasilan kepemimpinannya.
Menurut Peter. F. Drucker seorang pemimpin efektif mempunyai paling tidak ciri-
ciri utama seperti berikut, yaitu:
1. seorang pemimpin harus mempunyai pengikut, kemudian dia bisa muncul
sebagai pemikir besar atau seorang nabi;
2. seorang pemimpin yang efektif bukanlah orang yang dicintai atau dikagumi,
tetapi adalah orang yang mampu menggugah pengikutnya melakukan hal-hal
besar, karena tujuan seorang pemimpin adalah bukan mencapai popularitas
melainkan mencapai atau menghasilkan sesuatu;
3. seorang pemimpin harus melakukan tindakan yang nyata dalam artian memberi
keteladanan;
4. seorang pemimpin tidak akan menjadikan kepemimpinannya menjadi sesuatu
yang berorientasi pada jabatan, hak istimewa, gelar, atau pun uang, karena
pemimpin dan kepemimpinan adalah tanggung jawab.
Maka dari itu, masih kata Peter F. Drucker, seorang pemimpin yang
efektif, tanpa memperhatikan kepribadian, gaya, kemampuan, maupun minatnya,
seorang pemimpin yang efektif mempunyai cara kerja yang kurang lebih sama,
yang jika dikristalisasikan dapat dituliskan seperti berikut:
1. seorang pemimpin tidak memulai dengan pertanyaan "Apa yang saya
inginkan?" tetapi selalu akan mulai dengan pertanyaan "Apa yang perlu
dikerjakan?";
2. berikutnya seorang pemimpin akan bertanya "Apa yang dapat dan harus saya
lakukan untuk membuat adanya perbedaan?" untuk menunjukkan bahwa pada
titik inilah dia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang dapat diandalkan;
3. seorang pemimpin akan senantiasa bertanya "Apa misi dan sasaran
organisasi?" dalam bingkai pemikiran apa saja yang menentukan kinerja dan
hasil suatu organisasi;
4. seorang pemimpin mempunyai tenggang rasa yang tinggi terhadap perbedaan
pada setiap orang dan dia tidak mencari orang yang mirip dengan dirinya semata
untuk diajak bekerja sama, atau dengan kata lain mereka jarang bertanya
"Apakah saya suka atau tidak suka kepada seseorang?", tetapi ketika
menyangkut masalah prestasi, standar, dan nilai seseorang, pemimpin yang
efektif biasanya sangat tidak toleran;
5. seorang pemimpin yang efektif tidak takut pada kelebihan yang dimiliki rekan-
rekan sekerja mereka, bahkan mereka menyukai kelebihan tersebut;
6. seorang pemimpin yang efektif selalu berhasil bertahan terhadap godaan dan
rayuan untuk mengerjakan hal-hal yang populer dan bukannya hal-hal yang tepat,
serta biasanya lebih suka memilih menyelesaikan pekerjaan yang kecil, sedang-
sedang, atau sederhana, daripada berusaha menyelesaikan pekerjaan besar yang
seringkali hanya merupakan angan-angan kosong berbingkai popularitas.
Pemimpin Sejati
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner: Punyai tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para
pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah Poros Hidup Anda. Andy Stanley dalam
bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas,
kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya
menjalankan sebuah kepemimpinan.
2. Sukses Bersama: Membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses
bersamanya.
Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan hanya bag) dirinya
sendiri,
namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong orang-orang
yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3. Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continuous):
Banyak hal yang harus dipela ari oleh seorang pemimpin jika ia mau terus survive
sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau
diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman-diri
dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin. Memperlengkapi
diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab
dengan para Pemimpin akan mendorong Skill kepemimpinan akan meningkat.
4. Mempersiapkan Calon-calon Pemimpin Masa depan: Pemimpin Sejati bukanlah
orang yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri
bagi generasi atau saat dia memimpin saja. Namun, lebih dari itu, dia adalah
seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin berikutnya untuk
regenerasi di masa depan. Pemimpin yang mempersiapkan pemimpin berikutnya
barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai
aspek kehidupan ini, seorang Pemimpin sejati pasti dikatakan Sukses jika ia
mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Ada penurunan keteladanan kepemimpinan yang terjadi sekarang. Hal ini
cukup beralasan mengingat permasalahan yang terjadi di bangsa ini seperti
korupsi, penggunaan kekuasaan untuk kepentingan tertentu, kasus kekerasan dan
tindak terororisme dan sampai pada etika anggota dewan yang sangat tidak
beralasan menonton video porno saat sidang berlangsung, hal ini sangguh
menampar wajah bangsa.
Pemimpin Indonesia masa depan adalah harus: Pertama, pemimpin harus
punya integritas. Bukanya kita selalu selalu mengatakan, paling enak berhubungan
dengan orang yang memiliki integritas. Kedua, pemimpin harus mengakui akan
adanya perbedaan dan keanekaragaman bangsa kita. Dengan demikian, pemimpin
masa depan negeri ini mampu mengelola segala perbedaan budaya, latar belakang
suku dan agama, serta kepentingan seluruh elemen bangsa ini lalu mengubahnya
menjadi peluang dan kelebihan. Jadi pemimpin masa depan adalah pemimpin ang
berpikiran terbuka (open minded).
B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada
pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak
bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
http://www.kemalstamboel.com/blog-manajemen/masalah-pemimpin-dan-
kepemimpinan-baru-indonesia.html diakses pada tanggal 20 Februari 2021
http://politik.kompasiana.com/2011/05/25/kondisi-kepemimpinan-indonesia-dan-
tantangan-ke-depan/ diakses pada tanggal 20 Februari 2021
CURRICULUM VITAE
TK Dharma
Wanita(2006-
2007)
SDN 163 OKU ( 2007-
2012)
SMPN 15 OKU (2013-
2016)
SMAN 07 OKU (2016-
2019)
S1 Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah
(
2019- Sekarang)
Data Pribadi Pengalaman Organisasi