0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan5 halaman
Artikel mengenal kondisi kohati di penghujung zaman karya dari Sofi Lailatur Rosyada kohati cabang Tulungagung komisariat Thariq bin Ziyad FTIK UIN SATU TULUNGAGUNG
Artikel mengenal kondisi kohati di penghujung zaman karya dari Sofi Lailatur Rosyada kohati cabang Tulungagung komisariat Thariq bin Ziyad FTIK UIN SATU TULUNGAGUNG
Artikel mengenal kondisi kohati di penghujung zaman karya dari Sofi Lailatur Rosyada kohati cabang Tulungagung komisariat Thariq bin Ziyad FTIK UIN SATU TULUNGAGUNG
Konteks KOHATI di Penghujung Zaman, Mau dikemanakan
Himpunan?
Oleh : Sofi Lailatur Rosyada
Kader HMI-Wati Komisariat Thariq Bin Ziyad FTIK IAIN Tulungagung
“Istiqomah dalam kebenaran adalah sebuah kemenangan”
Lima puluh tiga tahun sudah KOHATI
menemani perjuangan HMI, Dalam usia HMI yang tujuh puluh dua tahun ini HMI sangat perlu support dari KOHATI di usianya yang renta ini dan wajar kalau dikatakan usia ini kurang produktif. Dalam menghadapi tantangan zaman, indikator kemunduran HMI KOHATI senantiasa memberikan kontribusinya untuk tetap tegaknya himpunan. KOHATI sebagai lembaga di bawah naungan HMI yang mana bersifat semi-otonom, dimana KOHATI ini diberikan kebebasan untuk mengatur sendiri lembaga tersebut, namun tetap mendapatkan pengawasan dari HMI dan segala apapun yang menjadi keputusan KOHATI ini diperhitungkan bersama dengan HMI. Dalam hal ini, apapun rencana yang akan diagendakan oleh KOHATI harus diketahui oleh HMI. Hubungan ini sungguhlah unik, bagi saya himpunanku bagaikan sebuah keluarga yang disitu HMI berperan sebagai ayah, dan KOHATI berperan sebagai ibu, sedang anggotanya adalah anak-anaknya. Sebuah keluarga pastinya tidak akan sempurna apabila tidak ber-Ayah dan tidak ber-Ibu. Rasanya sempurna sudah jika sebuah keluarga itu utuh apalagi ideal.
Secara umum, pada tahun 1946-1965, perjuangan perempuan sangat
dipengaruhi oleh suasana bangsa dan negara, yakni ketika Indonesia mencari pola demokrasinya. Secara sadar, perempuan mulai masuk ke wacana politik sebagai garis perjuangan (Repository Univ. SU). Lintasan sejarah mencatat, dari waktu ke waktu mulai dari latar belakang terbentuknya himpunan yang keren ini, eksis sepanjang zaman serta kesetiaannya berperan aktif baik dalam himpunan maupun dalam ranah publik, KOHATI senantiasa menunjukkan partisipasinya. KOHATI yang menampung aspirasi perempuan HMI tanpa berpikir panjang mengenai perjuangan dan pergerakan perempuan masa itu. Sulit dibayangkan jika kehidupan ini ada tanpa perempuan. Bagaimanapun, KOHATI yang beranggotakan perempuan itu telah membuat semua elemen di Indonesia ataupun dunia melirik dan kagum. Para perempuan tangguh, dengan segala dikdayanya, tenaga, waktu, harta apapun yang mereka punya dikorbankan hanya untuk kejayaan bangsa dan memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan yang layak untuk dijunjung tinggi.
Perjalanan KOHATI tidak pernah berhenti, dan takkan pernah
merasa puas, usahanya selesai terhadap apa yang mereka perjuangkan selama ini. Kehadiran KOHATI senantiasa mendampingi perjuangan HMI tanpa keluhan rasa lelah maupun bosan terucap dari mulut mereka. KOHATI bertekad akan istiqomah menjaga himpunan sampai kapanpun walaupun di tengah-tengah kecaman tantangan di penghujung zaman. Tatkala himpunan ini tergoncang oleh bau tak sedap dari masyarakat mengenai himpunan ini, KOHATI berusaha keras untuk menjaga himpunan ini tetap eksis, terlindung dari indikator kepunahan HMI, serta menyelamatkan nama HMI dari paradigma masyarakat yang keliru.
Peristiwa G 30 S PKI telah membuat
goresan di lembar sejarah bangsa Indonesia, lagi-lagi perempuan menujukkan kegigihnnya dengan turut dalam pengerahan masa dalam Kesatuan Aksi Pengganyangan (KAP) GESTAPU/PKI, seperti para perempuan yang terkecimpung dalam organisasi HMI. Meskipun bukan organisasi khusus perempuan, namun kader HMI-Wati tetap konsekuen dalam melakukan pergerakan sesuai dengan arahan organisasi induknya. Bahkan tercetus gagasan memperluas kesatuan aksi di semua bidang. HMI- Wati juga mendorong lahirnya Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI). -M. Alfan Alfian,Op. Cit
Sejak berdirinya KOHATI, kontribusi besar perempuan sudah
Nampak. HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia punya respon terhadap persoalan yang menimpa perempuan. Fase berikutnya aktifitas dan peranan HMI-Wati include dalam rangkaian kegiatan organisatoris HMI dengan mengikuti dinamika nya melalui revolusi fisik, mempertahankan kedaulatan sampai dengan pemberontakan PKI. Pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi, jumlah kader HMI selalu meningkat. Secara kualitas, kader-kader HMI-Wati memiliki potensi yang besar, tetapi budaya patriaki yang masih merambah dalam aktivitas HMI sehingga menyulitkan HMI-Wati untuk tumbuh dan berkembang. Belum lagi image tentang kiprah aktivis perempuan yang dibatasi oleh perspektif lingkungan sekiranya pun membuat HMI-Wati tertinggal dalam kaderisasi.
Perubahan zaman, serta keadaan dari para kader yang melemah
menunjukkan indikator ancaman kemunduran HMI juga hambatan himpunan ini untuk melangkah lebih maju. Beberapa fenomena yang terjadi pada kader milenial saat ini antara lain kualitas kader yang semakin menurun sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan baik internal maupun eksternal yang sulit untuk diselesaikan, degradasi kader akibat terseleksi dengan sendirinya kemudian menghilang, kurang peka terhadap isu-isu yang berkembang khususnya keperempuanan, perkaderan yang mandeg , kepengurusan sudah berada pada semester atas di akademisi, pergeseran pemahaman mengenai peran keberadaan organisasi yang menaungi. Lebih mirisnya hal itu terjadi pada pengurus KOHATI sendiri, menurut hasil wawancara dengan Wakil Bendahara Umum KOHATI periode 2008-2009 Cab. Pekanbaru yang saya kutip dari sebuah jurnal bahwasanya KOHATI yang hanya dijalankan oleh 2 orang dan hampir mengalami mati suri sebab hanya mampu melaksanakan tugas-tugas pokoknya yang distrukstural , sehingga tidak cukup waktu dan tenaga dalam menanggapi isu-isu perempuan yang terjadi pada periode ini. (Defi Andrian: FISIP Univ. Riau) melihat fenomena yang kini tidak asing tersebut, saya sebagai KOHATI merasa sangat prihatin, sebagai kader KOHATI yang selalu menemani perjuangan HMI walaupun itu harus berperang dengan tantangan zaman yang permasalahannya semakin kompleks mempunyai suatu solusi ataupun terobosan untuk menyelamatkan HMI dari kepunahan sehingga apabila hal tersebut tidak segera diatasi akan mengakibatkan kemunduran suatu bangsa. Beberapa hal yang ingin penulis kali ini torehkan untuk kemajuan umat dan bangsa dalam menanggapi hal degradasi kader yang menyebabkan mundurnya juga kemajuan bangsa dapat berupa pemberian motivasi dan memenuhi kebutuhan dari para kader. Dengan adanya motivasi tersebut, dapat memberikan dorongan dan menimbulkan harapan, sehingga memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan ikhlas dan sungguh- sungguh sekaligus hasil kerjanya akan lebih maksimal dan memuaskan. Selain itu, kita juga harus bisa mengarahkan para kader untuk memanajemen waktunya sebab waku adalah sebuah karunia Tuhan yang diberikan pada hambanya tanpa pandang bulu, mereka yang bisa mengelola waktu akan mendapatkan produktivitas kinerja dan dinilai punya manfaat lebih, memanaje keuangan, dengan mengatur pendanaan seorang kader mampu berkiprah dalam mendukung pelaksanaan kebijakan dan hilangnya penyalahgunaan keuangan. Serta meningkatkan kualitas diri melalui pengembangan potensi dengan menempatkan kader yang cocok dengan bidangnya, dan yang terakhir melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan feedback (umpan balik) bagi perencanaan tugas yang akan datang. Menanggapi permasalahan tersebut, ada gagasan dari Ketua Umum KOHATI Komisariat Thariq Bin Ziyad FTIK IAIN Tulungagung, Yunda Galuh Hediati Wulandari bahwasannya peran ataupun ikhtiyar KOHATI dalam menjaga himpunan ini adalah salah satu satunya tetap berkomunikasi dan berkomitmen dengan HMI. Meski dalam PDK bahwa masalah internal kita adalah adanya perbedaan pandangan untuk merawat kader agar berkualitas atas dasar bahwa perbedaan itu tetap satu visi yaitu memperjuangkan HMI, selain itu pembentukan kader yang berkualitas juga berakhlak, sebab perempuan lebih mengedepankan kualitas akhlaknya. Sedang hasil perbincangan saya bersama Ketua Umum KOHATI Cabang Tulungagung, Yunda Yunita Rohmah A. S bahwasanya dalam peningkatan kualitas kader tersebut kita harus terus menggalibasic need dan basic interest dari anggota HMI, juga masifikasi KOHATI sangatlah dibutuhkan demi tetap terjaganya himpunan ini. Menurut penjelasan yang saya dapatkan dari Ketua Umum KOHATI PB HMI, Yunda Siti Fatimah Siagan, Peran KOHATI dalam menjaga himpunan ini dengan harus tetap menjaga integritas sebagai HMI-Wati, menjadi orang yang berkarakter, berjalan sesuai dengan apa yang tertuang di konstitusi dan PDK. Peningkatan mutu keislaman dan keintelektualan adalah cara paling ampuh hari ini, tetap bersatu dan menolak untuk dipecah belah, janganlah sampai kita mau menjadi korban konflik yang sifatnya terlalu politis yang mana dilakukan oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab sebab, HMI adalah organisasi mahasiswa yang kontribusinya dinanti umat dan bangsa. Oleh sebab itu kita haruslah setia kukuh istiqomah menjaga himpunan ini dengan bersama-sama berjuang dan menyadari peran penting kita untuk majunya negeri ini, tanamkan solidaritas dalam menjunjung nilai- nilai keislaman dan keindonesiaan sebagai dasar spirit kita berjuang.