Anda di halaman 1dari 2

KOMUNITAS PERE MPUAN INTELEKTUAL (KOMPI)

GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA (GMKI)


CABANG MAKASSAR

Komunitas Perempuan Intelektual atau yang disingkat KOMPI merupakan lembaga


bentukan GMKI cabang Makassar yang pada posisinya merupakan bagian integral dari GMKI itu
sendiri. Berdiri pada 16 Juni 2016 di Student Centre GMKI cabang Makassar sebagai suatu
manifestasi pikiran para kader GMKI cabang Makassar yang kemudian direalisasikan pada
kepengurusan BPC GMKI Makassar Masa Bakti 2015-2017. Kata KOMPI dipakai pada kelompok
satuan militer yang selalu siap bertempur kapanpun dibutuhkan, yang jika secara filosopi
dimaknai sebagai kelompok manusia yang telah menjadi satu kesatuan (bersatu padu) yang
terasah dan teruji sehingga berani tampil menjadi garda terdepan dalam keadaan apapun.
Kehadiran KOMPI didasari oleh gerakan pemikiran yang melihat dinamika
perkembangan kehidupan sosial kemasyarakatan yang telah banyak mengalami degradasi baik
dari sisi moral maupun sisi kemanusiaan, salah satunya berkaitan dengan keperempuanan.
Pada beberapa dekade terakhir ini, isu keperempuanan dalam bentuk isu-isu emansipasi
menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian serius baik secara nasional maupun juga
secara global. Bahwa diskriminasi terhadap perempuan merupakan suatu kondisi riil yang
sedang terjadi yang menjadikan perempuan sebagai kelompok yang sering dimarginalkan dan
bahkan dianggap sebagai kelompok kelas nomor dua didalam lingkungan sosial masyarakat.
Karna itu banyak kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negara-negara didunia termasuk
Indonesia yang memberi ruang kepada peran serta partisipasi perempuan baik dalam dunia
politik, sosial, dan kepemerintahan.
Pada bagian yang lain disadari bahwa peradaban suatu bangsa dan Negara peran
perempuan sangatlah besar. Dalam konteks ke-Indonesian misalnya, pada masa-masa
perjuangan kemerdekaan bahkan pada saat-saat mempertahankan kemerdekaan beberapa
anak-anak bangsa yang merepresentasikan dirinya sebagai kelompok perempuan turut andil
menjadi garda terdepan yang tindakannya telah mempengaruhi pikiran dan kesadaran secara
kolektif rakyat Indonesia. Sebut saja misalnya Martha Chritina Tiahahu (1800), Cut Nyak Dien
(1848), R.A. Kartini (1879) dan masih banyak yang lain.
Atas dasar kesadaran inilah dianggap penting untuk membangun kembali eksistensi
kontribusi pergerakan perempuan melalui aktivis perempuan yang dan terlibat secara langsung
didalam gerakan-gerakan pemikiran dan juga gerakan-gerakan penyadaran. Namun demikian
upaya untuk mewujudkan niat baik dan mulia tersebut tidaklah mudah. Dibutuhkan kualitas,
kapabilitas, dan keberanian yang cukup dengan sistem pelatihan dan pendidikan secara
berkelanjutan baik melalui konsep pendidikan secara vokasi maupun juga konsep pendidikan
secara konplementer.
Dalam konteks ber-GMKI kesadaran ini pula telah menjadi kesadaran kolektif yang telah
digejewantakan melalui sistem dan mekanisme kerja organisasi. Artinya kita secara tidak
langsung mengakui bahwa kelompok perempuan adalah kelompok rentan dalam menjaga
keberlangsungan organisasi. Karna itulah pembentukan sebuah wadah kelompok perempuan
yang diberi nama KOMPI diharapkan akan menjadi stimulus dalam mengekspresikan pikiran dan
sekaligus mengasah kemampuan para aktivis perempuan GMKI sehingga melahirkan komunitas
perempuan berintelektual tinggi.

Oleh:
Yustianto Tallulembang
BPC Makassar MB 2015-2017

Anda mungkin juga menyukai