Kajian KOPRI Pangandaran
Kajian KOPRI Pangandaran
Korps PMII Putri (KOPRI) yang lahir 25 November 1967 merupakan wadah kader
perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Prinsip kesetaraan KOPRI yang
merupakan salah satu bagian prinsip kesetaraan dalam Al-Qur`an sebagai khalifatullah fil
ardl dan keberadaannya menjadi rahmat bagi segenap alam, karenanya keberadaan KOPRI
harus dirasakan kemanfaatannya tidak hanya oleh kader-kader PMII baik seluruh umat yang
ada dibumi ini, baiks ecara langsung maupun tidak langsung.
Pada kongres ke XVII di Jambi lahir IPO (Ideologi Politik Organisasi) KOPRI. Ini
berangkat dari hasil analisa bahwa penguatan basis ideologi yang lemah, merupakan faktor
utama yang membuat kader perempuan PMII tidak bertahan lama didalam organisasi. Ini
menegaskan kurangnya penguatan ideologisasi baik landasan dan asupan-asupan gizi
intelektual. Ketika sudah menemukan dasar-dasar ideologi, maka akan mempermudah
fungsionaris kader dan organizer KOPRI untuk menentukan berbagai langkah gerak serta
kebijakan yang berkaitan dengan perempuan dalam perspektif gender yang tetap memegang
nilai-nilai dasar Islam Ahlusunnah wal Jama’ah, karena dari nilai-nlai ini telah melahirkan
berbagai pandangan dan kemudian dipakai untuk menajamkan analisa untuk berbagai
persoalan yang dialami perempuan.
Gerakan yang dapat dilakukan KOPRI sebagai wujud bentuk perubahan dalam wacana-
wacana baru dan menjawab permasalahan-permasalahan perempuan baik internal dan
eksternal KOPRI. Dan gerakan KOPRI akan lebih massif dan terorganisir baik ketika arah
gerak dan tujuan gerakan KOPRI diperjelas. Dua gerakan strategis yang dapat dilakukan
KOPRI untuk tetap konsisten dengan gerakan dan tujuan PMII. Disamping sebagai kader
KOPRI (karena jati dirinya adalah perempuan) yang dapat bergerak pada ranah issue-issue
perempuan, disamping yang lain sebagai kader PMII secara mutlak dan senantiasa dapat
bergerak pada isu-isu gerakan sosial lainnya. Jadi pada dasarnya KOPRI harus mampu
menerobos pembagian kerja secara gender dengan merumuskan “dua strategi gerakan”:
Gerakan politik, out put yang akan dicapai dalam proses gerakan politik adalah
penguasaan leading sector oleh kader-kader perempuan PMII.
Gerakan sosial, out put yang akan dicapai dalam proses gerakan sosial adalah
advokasi kepada masyarakat baik advokasi kebijakan publik yang tidak berpihak
kepada perempuan dan advokasi ke basis massa (include terhadap sektor buruh, tani,
mahasiswa, kaum miskin kota, dll)
Organisasi menjadi cukup strategis, karena dalam sebuah organisasi terdapat sistem yang
mengatur bagaimana strategi dibangun, kepemimpinan bekerja dan mekanisme diatur. Jadi,
gerakan betul-betul terarah dan terpimpin. Dan semua elemen-elemen organisasi itu disebut
manajemen organisasi dan ketika menetapkan organisasi sebagai media gerakan, kitapun
harus menatanya sebagai organisasi gerakan.
Berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan terhadap perempuan berakar pada adanya
cara berfikir dan bertindak yang merendahkan martabat dan kemanusiaan kaum perempuan.
Oleh karena itu, harus ada perubahan cara berfikir dan bertindak bersama secara sadar dan
terorganisir untuk menegakkan kembali martabat dan kemanusiaan tersebut melalui proses
penyadaran pemahaman gerakan yang berlandaskan ahlussunnah wal jama’ah dan
berwawasan perspektif gender dengan mendorong gerakan kesetaraan dan kesadaran gender
di tingkatan mahasiswa dan masyarakat. Dengan meminjam teori Jurgen Hubermas tentang
“public sperare”, maka kader putri PMII didorong untuk mencapai pemenangan war of
position dengan tetap menghargai harmoni kultur. Olehnya akan tercipta kader perempuan
yang memiliki kesadaran kritis, pola kaderisasi yang menciptakan identitas dan citra diri
kader yang cerdas, visioner dan berakhlakul karimah, memiliki karakter yang kuat serta
pijakan gerakan pada aswaja dan kearifan lokal. Penguatana ideologi ini harus semakin
diperkuat dalam setiap kaderisasi dan menjadi ruh gerakan.