Oleh:
Pelaksanaan Kegiatan:
I. ASWAJA PMII
Pada masa Rasulullah Saw, Islam mengalami keterpusatan sumber hukum atau
pemimpin karena memang semua hal umat islam dipimpin dan diajarkan langsung oleh
Rasulullah, sehingga masyarakat akan tersentral pada Rasulullah dan semua masalah umat
Islam selalu terselesaikan.
Namun hal tersebut tidak lagi terulang pada masa setelah Rasulullah wafat. Bahkan
mulai masa khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq, sudah muncul gejolak
perbedaan pendapat dan perselisihan di kalangan umat Islam. Rasulullah pernah bersabda,
yang artinya: "Dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali
satu golongan." Kemudian sahabat bertanya tentang siapa satu golongan yang tidak ke neraka
tersebut?, Rasul menjawab: "Yaitu golongan yang ada aku dan para sahabatku di dalamnya."
Terkait hadits tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud golongan
bukanlah suatu organisasi tapi golongan tersebut merupakan suatu pemahaman (faham) dan
satu golongan yang selamat dari neraka adalah golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
b. Munculnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Ahlus Sunnah Wal Jamaah (ASWAJA) telah ada setelah munculnya beberapa faham
teologi seperti Khawarij, Syiah, Mu'tazilah, Jabariyah, dan Qodariyah. Pada masa
kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan, mereka membuat doktrin Jabariyah yang berarti
bahwa semua kejadian adalah tergantung usaha dan perilaku yang dilakukan manusia.
Kemudian sebagai perlawanan dari doktrin Jabariyah, muncullah faham Qodariyah, yaitu
semua kejadian merupakan kehendak Allah dan tidak ada campur tangan manusia untuk
berusaha. Sehingga sebagai penengah antara kedua doktrin tersebut, Abu Hasan al-Asy'ari
dan Manshur Al-Maturidi menawarkan faham baru dengan menggabungkan faham qodariyah
dan jabariyah karena sebenarnya kedua doktrin tersebut benar pada tempat dan kondisi
tertentu. Faham yang ditawarkan Al-Asy'ari dan Al-Maturidi ini dikenal hingga sekarang
sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
c. ASWAJA PMII
Jadi Aswaja dalam PMII diterapkan sebagai Manhaj al-Fikri (Metode berfikir) dan
Manhaj al-Taghayyur al-Ijtima'i (Metode untuk perubahan sosial) dengan prinsip bermanhaj:
tawasssuth (moderat), tawazun (netral), ta'adul (keseimbangan), dan tasamuh (toleran).
Organisasi tidak akan bisa digerakkan oleh satu orang saja, karena perlu team work
atau kerja tim. Team work diperlukan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, seperti
sebuah motor yang akan dapat berjalan jika rem, gas, roda, mesin bekerja dengan fungsinya.
Sehingga dalam organisasi semua saling dibutuhkan dan tidak ada yang lebih penting atau
lebih berperan, karena sesugguhnya semua sama-sama bekerja hanya saja berbeda peran,
termasuk seorang pemimpin.
Dalam berorganisasi harus mampu meredam egoisme agar tetap menjadi satu
kesatuan organisasi. Karena organisasi besar akan berubah menjadi kecil jika terdapat
gesekan di dalamnya dan terpecah menjadi bagian bagian. Sehingga seseorang dalam
berorganisasi tidak boleh merasa paling berjasa sekalipun dia adalah pemimpin.
a. Latar Belakang
PMII didirikan di Surabaya pada 17 aapril 1960 M atau bertepatan pada 17 Syawal
1379 H dengan ketua umum sahabat H. M. Mahbub Djunaidi. Latar belakang pendirian PMII
di antaranya yaitu:
Pada awal pendiriannya, PMII merupakan bagian dari NU atau termasuk salah satu
banom NU, bahkan pendirian PMII saat itu adalah restu dari para kiai NU hingga ketua
PBNU. Kemudian pada 14 Juli 1972 PMII menuntut pemikiran realistis dan menyatakan
terlepas dari organisasi manapun. Sehingga sejak saat itu PMII bukanlah banom NU tapi
tetap menjalankan amaliyah faham ahlussunnah wal jamaah dan selalu sowan atau
berkonsultasi dan meminta restu para Kiai, meski pada Muktamr NU tahun 2015 di Jombang
PMII diajak untuk bergabung kembali ke banom NU, tetapi PMII tetap memutuskan
pemilihannya untuk menjadi organisasi yang independen agar dapat memunculkan
pemikiran-pemikiran kritis yang bebas dan tidak dibatasi oleh organisasi lain. PMII bersifat
keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan, independen, serta profesional dan berasas
dengan berdasar pancasila.
c. Trilogi PMII
b. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelaku-
pelakunya, dalam hal ini dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah
memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme.
c. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang
menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-pelakunya Berbagai macam diskriminasi
pada masyarakat colonial melahirkan aspek afektif.
Kita sebagai generasi penerus bangsa harus memahami sejarah perjuangan bangsa kita
terdahulu agar dapat lebih semangat memertahankan dan memerjuangkan keadilan untuk
bangsa Indonesia.
V. Kelembagaan KOPRI
a. Studi Gender
Gender berbeda dengan sex, gender adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk
mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari faktor nonbiologis
seperti sosial, budaya, nilai, perilaku, mentalitas, emosi, dan lain sebagainya. Sedangkan sex
adalah bentuk kata yang merujuk pada status biologis manusia seperti alat kelamin,
kromosom, dan alat reproduksi yang dibawa sejak lahir atau kodrat serta tidak dapat
dipertukarkan.
Oleh sebab itu diperlukan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender yakni kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesamaan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, serta bidang lainnya dalam
kehidupan.
b. Keorganisasian KOPRI
Perjalanan sejarah organisasi yang bernama Korps PMII Putri (KOPRI) mengalami
proses yang panjang dan dinamis. KOPRI berdiri pada kongres III PMII pada tanggal 7-11
Februari 1967 di Malang Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dengan
berkedudukan di Surabaya Jawa Timur dan lahir bersamaan Mukernas II PMII di Semarang
Jawa Tengah pada tanggal 25 September 1976. Musyawarah Nasional pertama Korp PMII
Putri diselenggarakan pada kongres IV PMII 1970. KOPRI dari masa ke masa mengalami
ketidakharmonisan karena minimnya koodinasi. Hanya pada saat Ali Masykur Musa (1991-
1994) yang memiliki keharmonisan dengan Ketua KOPRI-nya dari Lampung (Jauharoh
Haddad). KOPRI pada awalnya diposisikan menjadi badan otonom dari PMII namun
sekarang menjadi semi otonom yang mana pimpinan KOPRI dipilih atau ditunjuk oleh Ketua
Umum PB PMII. Konsekuensinya KOPRI harus berada di cabang-cabang di setiap daerah.
KOPRI mengalami keputusan yang pahit ketika status KOPRI dibubarkan melalui
voting beda suara pada Kongres KOPRI VII atau PMII XIII di Medan pada tahun 2000.
Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-kader perempuan PMII pasca konres di
Medan mengalami stagnasi yang berkepanjangan dan tidak menentu, oleh sebab itu kader-
kader perempuan PMII mengganggap perlu dibentuknya wadah kembali, kongres XIII di
Kutai Kertanegara Kalimantan Timur pada tanggal 16-21 April 2003 sebagai momentum
yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah.
1. Tauhid
4. Hablum minal alam (hubungan dengan alam, sebagaimana Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah di bumi)
Menurut al-Ghazali, diri (manusia) adalah al-nafs, al-ruh, al-qalb, al-aql. Kita sebagai
manusia perlu untuk megenal diri sendiri dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan diri
sendiri agar kita dapat memosisikan diri dengan tepat sesuai dengan potensi yang kita miliki.
Dalam menganalisis diri, dapat membuat analisis SWOT yang terdiri dari strength
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Namun
dalam menganalisa menggunakan SWOT diperlukan kejujuran tentang diri sesuai dengan
keadaan diri agar analisa yang dihasilkan sesuai dengan kondisi diri pribadi.
Analisa sosial adalah sebuah upaya untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap
tentang situasi sosial, hubungan struktural, kultural, dan historis sehingga memungkinkan
menangkap dan memahami realitas yang dihadapi. Dengan kata lain analisa sosial adalah
merupakan upaya kita untuk menempatkan suatu masalah tertentu dalam konteks realitas
sosial yang lebih luas yang mencakup konsep waktu (sejarah), konteks struktur (ekonomi,
sosial, politik, budaya, konteks nilai, dan konteks tingkat atau ras lokasi (spatial: lokal-
global).
Fakultas adalah bagian dari perguruan tinggi, tempat memelajari sesuatu bidang ilmu
yang terdiri dari beberapa jurusan/program studi. Namun secara umum fakultas diartikan
sebagai sebuah divisi dalam sebuah universitas yang terdiri dari suatu area subyek, atau
sejumlah bidang studi terkait. Pemimpin dalam sebuah fakultas disebut sebagai Dekan.
Biasanya dalam universitas terdapat berbagai fakultas sesuai bidang ilmu yang diajarkan.
Misalnya Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kesehatan dan lain
sebagainya.
Ada satu komponen yang paling penting diperhatikan untuk berkembang dalam
fakultas, yaitu mahasiswa. Karena tujuan utama fakultas ialah menyediakan dan
terlaksananya proses pembelajaran mahasiswa sehingga dapat menjadi mahasiswa yang
berkualitass di bidang akademik maupun non akademik. Sehingga dari sisi mahasiswa sendiri
harus mampu dan mau berproses belajar akademik di kampus dan yang utama non akademik
yang tidak didapatkan di kampus melainkan di organisasi seperti PMII.