Anda di halaman 1dari 8

Materi

MASA PENERIMAAN ANGGOTA BARU (MAPABA) XXIII

PMII RAYON "PENCERAHAN" GALILEO

KOMISARIAT SUNAN AMPEL MALANG

Oleh:

Muhammad Fayiz Ardyansyah

Pelaksanaan Kegiatan:

Malang, 4-5 dan 11-12 Maret 2023

I. ASWAJA PMII

a. Islam di Masa Rasulullah

Pada masa Rasulullah Saw, Islam mengalami keterpusatan sumber hukum atau
pemimpin karena memang semua hal umat islam dipimpin dan diajarkan langsung oleh
Rasulullah, sehingga masyarakat akan tersentral pada Rasulullah dan semua masalah umat
Islam selalu terselesaikan.

Namun hal tersebut tidak lagi terulang pada masa setelah Rasulullah wafat. Bahkan
mulai masa khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq, sudah muncul gejolak
perbedaan pendapat dan perselisihan di kalangan umat Islam. Rasulullah pernah bersabda,
yang artinya: "Dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali
satu golongan." Kemudian sahabat bertanya tentang siapa satu golongan yang tidak ke neraka
tersebut?, Rasul menjawab: "Yaitu golongan yang ada aku dan para sahabatku di dalamnya."
Terkait hadits tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud golongan
bukanlah suatu organisasi tapi golongan tersebut merupakan suatu pemahaman (faham) dan
satu golongan yang selamat dari neraka adalah golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
b. Munculnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Ahlus Sunnah Wal Jamaah (ASWAJA) telah ada setelah munculnya beberapa faham
teologi seperti Khawarij, Syiah, Mu'tazilah, Jabariyah, dan Qodariyah. Pada masa
kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan, mereka membuat doktrin Jabariyah yang berarti
bahwa semua kejadian adalah tergantung usaha dan perilaku yang dilakukan manusia.
Kemudian sebagai perlawanan dari doktrin Jabariyah, muncullah faham Qodariyah, yaitu
semua kejadian merupakan kehendak Allah dan tidak ada campur tangan manusia untuk
berusaha. Sehingga sebagai penengah antara kedua doktrin tersebut, Abu Hasan al-Asy'ari
dan Manshur Al-Maturidi menawarkan faham baru dengan menggabungkan faham qodariyah
dan jabariyah karena sebenarnya kedua doktrin tersebut benar pada tempat dan kondisi
tertentu. Faham yang ditawarkan Al-Asy'ari dan Al-Maturidi ini dikenal hingga sekarang
sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

c. ASWAJA PMII

Kurang lebih sejak 1995/1997, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia meletakkan


Aswaja sebagai Manhajul Fikr PMII memandang bahwa Ahlussunnah Wal-Jama'ah adalah
orang-orang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek
kehidupan dengan berlandaskan atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan, dan toleran.
Aswaja bukan sebuah madzhab, melainkan sebuah metode dan prinsip berfikir dalam
menghadapi persoalan-persoalan agama sekaligus urusan sosialkemasyarakatan, inilah makna
Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr. Sebagai manhaj al-fikr, PMII berpegang pada prinsip-
prinsip Tawassuth (moderat), Tawazun (netral), Ta'adul (keseimbangan), dan Tasamuh
(toleran).

Moderat tercermin dalam pengambilan hukum (Istinbath) yaitu memperhatikan posisi


akal di samping memperhatikan nash. Aswaja memberi titik porsi yang seimbang antara
rujukan nash (Al-qur'an dan Al-Hadist) dengan penggunaan akal Prinsip ini merujuk pada
debat awal-awal Masehi antara golongan yang sangat menekankan akal (Mu'tazilah) dan
golongan fatalis (Jabariyah) Sikap netral (Tawazun) berkaitan dengan sikap dalam politik
Aswaja memandang kehidupan sosial-politik atau kepemerintahan dari kriteria dan prasyarat
yang dapat dipenuhi oleh sebuah rezım. Oleh sebab itu, dalam sikap tawazun, PMII tidak
membenarkan kelompok ekstrim yang hendak merongrong kewibawaan sebuah pemerintahan
yang disepakati bersama, namun tidak juga berarti mendukung pemerintahan Apa yang
terkandung dalam sikap tawazun tersebut adalah memperhatikan bagaimana keterpenuhan
kaidah dalam perjalanan sistem kehidupan sosial politik.

Jadi Aswaja dalam PMII diterapkan sebagai Manhaj al-Fikri (Metode berfikir) dan
Manhaj al-Taghayyur al-Ijtima'i (Metode untuk perubahan sosial) dengan prinsip bermanhaj:
tawasssuth (moderat), tawazun (netral), ta'adul (keseimbangan), dan tasamuh (toleran).

II. Kepemimpinan (Creating Synergy in Teams)

Organisasi tidak akan bisa digerakkan oleh satu orang saja, karena perlu team work
atau kerja tim. Team work diperlukan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, seperti
sebuah motor yang akan dapat berjalan jika rem, gas, roda, mesin bekerja dengan fungsinya.
Sehingga dalam organisasi semua saling dibutuhkan dan tidak ada yang lebih penting atau
lebih berperan, karena sesugguhnya semua sama-sama bekerja hanya saja berbeda peran,
termasuk seorang pemimpin.

Dalam berorganisasi harus mampu meredam egoisme agar tetap menjadi satu
kesatuan organisasi. Karena organisasi besar akan berubah menjadi kecil jika terdapat
gesekan di dalamnya dan terpecah menjadi bagian bagian. Sehingga seseorang dalam
berorganisasi tidak boleh merasa paling berjasa sekalipun dia adalah pemimpin.

III. Sejarah PMII

a. Latar Belakang

PMII didirikan di Surabaya pada 17 aapril 1960 M atau bertepatan pada 17 Syawal
1379 H dengan ketua umum sahabat H. M. Mahbub Djunaidi. Latar belakang pendirian PMII
di antaranya yaitu:

1. Carut marut politik Indonesia pada 1950-1959.

2. Tidak meentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan.

3. Pisahnya NU dari Masyumi.

4. Tidak enjoynya mahasiswa NU di HMI dan terpinggirkannya mahasiswa NU di HMI.

5. HMI dekat dengan Masyumi.


b. Independensi PMII

Pada awal pendiriannya, PMII merupakan bagian dari NU atau termasuk salah satu
banom NU, bahkan pendirian PMII saat itu adalah restu dari para kiai NU hingga ketua
PBNU. Kemudian pada 14 Juli 1972 PMII menuntut pemikiran realistis dan menyatakan
terlepas dari organisasi manapun. Sehingga sejak saat itu PMII bukanlah banom NU tapi
tetap menjalankan amaliyah faham ahlussunnah wal jamaah dan selalu sowan atau
berkonsultasi dan meminta restu para Kiai, meski pada Muktamr NU tahun 2015 di Jombang
PMII diajak untuk bergabung kembali ke banom NU, tetapi PMII tetap memutuskan
pemilihannya untuk menjadi organisasi yang independen agar dapat memunculkan
pemikiran-pemikiran kritis yang bebas dan tidak dibatasi oleh organisasi lain. PMII bersifat
keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan, independen, serta profesional dan berasas
dengan berdasar pancasila.

c. Trilogi PMII

 Tri Motto: Dzikir, Fikir, Amal Saleh.

 Tri Khidmat: Taqwa, Intelektual, Profesional.

 Tri Komitmen: Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan.

IV. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Nasionalisme diartikan sebagai faham yang menciptakan dan mempertahankan


kedaulatan Negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia. Bertolak dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus
diberikan kepada Negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga
Negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya
demi kemajuan, kehormatan dan egaknya Negara dan bangsa.

Menurut Sartono Kartodirdjo mengemukakan unsur-unsur nasionalisme di Indonesia


dibagi dalam tiga kategori:
a. Unsur kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau pengertian akan suatu
situasi/fenomena tertentu dalam hal ini mengenai pengetahuan akan situasi kolonial
pada segala parposinya.

b. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelaku-
pelakunya, dalam hal ini dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah
memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme.

c. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang
menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-pelakunya Berbagai macam diskriminasi
pada masyarakat colonial melahirkan aspek afektif.

Kita sebagai generasi penerus bangsa harus memahami sejarah perjuangan bangsa kita
terdahulu agar dapat lebih semangat memertahankan dan memerjuangkan keadilan untuk
bangsa Indonesia.

V. Kelembagaan KOPRI

a. Studi Gender

Gender berbeda dengan sex, gender adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk
mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari faktor nonbiologis
seperti sosial, budaya, nilai, perilaku, mentalitas, emosi, dan lain sebagainya. Sedangkan sex
adalah bentuk kata yang merujuk pada status biologis manusia seperti alat kelamin,
kromosom, dan alat reproduksi yang dibawa sejak lahir atau kodrat serta tidak dapat
dipertukarkan.

Oleh sebab itu diperlukan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender yakni kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesamaan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, serta bidang lainnya dalam
kehidupan.

b. Keorganisasian KOPRI

Visi KOPRI adalah Terciptanya masyarakat yang berkeadilan berlandaskan


kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan Misi KOPRI adalah
Mengideologisasikan nilai keadilan gender dan mengkonsolidasikan gerakan perempuan di
PMII untuk membangun masyarakat berkeadilan gender.

Perjalanan sejarah organisasi yang bernama Korps PMII Putri (KOPRI) mengalami
proses yang panjang dan dinamis. KOPRI berdiri pada kongres III PMII pada tanggal 7-11
Februari 1967 di Malang Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dengan
berkedudukan di Surabaya Jawa Timur dan lahir bersamaan Mukernas II PMII di Semarang
Jawa Tengah pada tanggal 25 September 1976. Musyawarah Nasional pertama Korp PMII
Putri diselenggarakan pada kongres IV PMII 1970. KOPRI dari masa ke masa mengalami
ketidakharmonisan karena minimnya koodinasi. Hanya pada saat Ali Masykur Musa (1991-
1994) yang memiliki keharmonisan dengan Ketua KOPRI-nya dari Lampung (Jauharoh
Haddad). KOPRI pada awalnya diposisikan menjadi badan otonom dari PMII namun
sekarang menjadi semi otonom yang mana pimpinan KOPRI dipilih atau ditunjuk oleh Ketua
Umum PB PMII. Konsekuensinya KOPRI harus berada di cabang-cabang di setiap daerah.

KOPRI mengalami keputusan yang pahit ketika status KOPRI dibubarkan melalui
voting beda suara pada Kongres KOPRI VII atau PMII XIII di Medan pada tahun 2000.
Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-kader perempuan PMII pasca konres di
Medan mengalami stagnasi yang berkepanjangan dan tidak menentu, oleh sebab itu kader-
kader perempuan PMII mengganggap perlu dibentuknya wadah kembali, kongres XIII di
Kutai Kertanegara Kalimantan Timur pada tanggal 16-21 April 2003 sebagai momentum
yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah.

Maka, terbentuklah POKJA perempuan dan kemudian lahirlah kembali KOPRI


diJakarta pada tanggal 29 September 2003 karena semakin tajam semangat kader perempuan
PMII maka pada kongres di Bogor tanggal 26-31 Mei tahun 2005 terjadi perbedaan
kebutuhan maka terjadi voting atas status KOPRI denga suara terbanyak menyatakan KOPRI
adalah Otonom sekaligus memilih ketua umum PB KOPRI secara langsung sehingga terpilih
dalam kongres sahabati Ai maryati Shalihah Dalam Kongres PMII ke-16 di Batam, Maret
2008, setelah melalui sidang dan voting yang menegangkan dan melelahkan hingga subuh,
memutuskan status KOPRI Semi Otonom.

VI. Nilai Dasar Pergerakan


Nilai dasar pergerakan PMII ini merupakan turunan dari ajaran Islam melalui Aswaja
sebagai acuan/pedoman PMII dalam berorganisasi. Fungsi dari Nilai dasar pergerakan ini
sebagai kerangka refleksi, kerangka aksi, kerangka ideologis.

Ada empat nilai dasar pergerakan PMII dalam berorganisasi, yaitu:

1. Tauhid

2. Hablum minallah (hubungan kita dengan Allah)

3. Hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia)

4. Hablum minal alam (hubungan dengan alam, sebagaimana Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah di bumi)

VII. Analisis Diri

Menurut al-Ghazali, diri (manusia) adalah al-nafs, al-ruh, al-qalb, al-aql. Kita sebagai
manusia perlu untuk megenal diri sendiri dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan diri
sendiri agar kita dapat memosisikan diri dengan tepat sesuai dengan potensi yang kita miliki.

Dalam menganalisis diri, dapat membuat analisis SWOT yang terdiri dari strength
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Namun
dalam menganalisa menggunakan SWOT diperlukan kejujuran tentang diri sesuai dengan
keadaan diri agar analisa yang dihasilkan sesuai dengan kondisi diri pribadi.

VIII. Analisis Sosial

Analisa sosial adalah sebuah upaya untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap
tentang situasi sosial, hubungan struktural, kultural, dan historis sehingga memungkinkan
menangkap dan memahami realitas yang dihadapi. Dengan kata lain analisa sosial adalah
merupakan upaya kita untuk menempatkan suatu masalah tertentu dalam konteks realitas
sosial yang lebih luas yang mencakup konsep waktu (sejarah), konteks struktur (ekonomi,
sosial, politik, budaya, konteks nilai, dan konteks tingkat atau ras lokasi (spatial: lokal-
global).

Analisis sosial diperlukan untuk:


1. Identifikasi dan pemahaman masalah secara lebih seksama, melihat akar masalah dan
ranting masalah.

2. Memahami potensi (kekuatan-kelemahan-peluang-tantangan) yang ada dalam


komunitas.

3. Membangun ukuran dengan lebih baik untuk kelompok yang dirugikan

4. Membangun prediksi berupa tindakan-tindakan sebagai upaya untuk mengubah.

IX. Antropologi Fakultas

Fakultas adalah bagian dari perguruan tinggi, tempat memelajari sesuatu bidang ilmu
yang terdiri dari beberapa jurusan/program studi. Namun secara umum fakultas diartikan
sebagai sebuah divisi dalam sebuah universitas yang terdiri dari suatu area subyek, atau
sejumlah bidang studi terkait. Pemimpin dalam sebuah fakultas disebut sebagai Dekan.
Biasanya dalam universitas terdapat berbagai fakultas sesuai bidang ilmu yang diajarkan.
Misalnya Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kesehatan dan lain
sebagainya.

Ada satu komponen yang paling penting diperhatikan untuk berkembang dalam
fakultas, yaitu mahasiswa. Karena tujuan utama fakultas ialah menyediakan dan
terlaksananya proses pembelajaran mahasiswa sehingga dapat menjadi mahasiswa yang
berkualitass di bidang akademik maupun non akademik. Sehingga dari sisi mahasiswa sendiri
harus mampu dan mau berproses belajar akademik di kampus dan yang utama non akademik
yang tidak didapatkan di kampus melainkan di organisasi seperti PMII.

PMII sebagai organisasi ekstra kampus membina dan mendistribusikan kader-


kademya untuk aktif dalam lembaga-lembaga kampus, bahkan akan mendorong kadaer-kader
terbaik memimpin lembaga-lembaga tersebut. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut, bagi
PMII adalah sebagai ruang distribusi kader karena di lembaga tersebut kader PMII bisa
menempa dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya agar lebih maju dan
profesional.

Anda mungkin juga menyukai