Sebelum menuju pada definisi kepribadian Muhammadiyah, terlebih dahulu akan
dipaparkan mengenai bagaimana sejarah dari munculnya perumusan kepribadian Muhammadiyah dan mengapa kepribadian Muhammadiyah itu sendiri dirumuskan. Sejarah perumusan kepribadian Muhammadiyah dilandasi oleh dua faktor, yaitu (Rosyida, 2018): 1) Faktor Eksternal Cikal bakal kepribadian Muhammadiyah dirumuskan karena pembubaran Masyumi secara paksa, di mana partai ini didominasi oleh anggota Muhammadiyah yang berikrar merupakan satu-satunya partai Islam dan akan memperjuangkan nasib umat Islam di Indonesia. Partai Masyumi dibubarkan paksa oleh presiden karena dituduh terlibat dalam PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) serta PERMESTA (Perjuangan Rakyat Semesta) padahal belum ada bukti kuat, dan sebenarnya ini karena Masyumi sangat menentang diperbolehkannya PKI menduduki kursi kabinet oleh presiden. 2) Faktor Internal Muhammadiyah dan Masyumi memiliki tujuan yang sama yakni untuk menegakkan Islam serta mewujudkan masyarakat Islami, hanya ranahnya berbeda; di mana Muhammadiyah dalam lapangan masyarakat dan Masyumi di lapangan politik. Karena bubarnya Masyumi. Banyak tokoh Muhammadiyah yang membawa politik praktis ke persyarikatan Muhammadiyah. Karena tidak ingin Muhammadiyah keluar dari gerakan utamanya yaitu amar ma’ruf nahi munkar, maka dirumuskanlah kepribadian Muhammadiyah sebagai pegangan. Penggagas pertama dari ide kepribadian Muhammadiyah adalah K.H. Fakih Usman. Ketika menjabat sebagai wakil ketua I Muhammadiyah, beliau memberikan kuliah dalam kursus atau latihan Pimpinan Muhammadiyah. Dalam kuliahnya K.H. Fakih Usman memberikan pidato yang berjudul “Kepribadian Muhammadijah atau Apa Muhammadijah itu?”. Beliau sengaja memberikan ceramah dengan menanyakan, “Apakah Muhammadiyah itu?” karena pada waktu itu diperlukan penegasan identitas untuk menjadi pegangan warga persyarikatan dalam menghadapi situasi yang tidak menentu seperti bubarnya partai Masyumi. Dalam merumuskan kepribadian Muhammadiyah K.H Fakih Usman tidak sendiri, beliau membentuk sebuah tim dan menjadi ketua di tim tersebut. Tim perumusan bersama kepribadian Muhammadiyah tersebut terdiri dari K.H. Faried Ma’ruf, Djarnawi Hadikusumo, DR. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), K.H. Moh. Wardan Diponingrat, dan H.M Djindar Tamimy. Sasaran dari rumusan kepribadian Muhammadiyah tentu saja seluruh warga Muhammadiyah, untuk nantinya diamalkan dan direalisasikan baik dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam persyarikatan Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah merupakan sebuah rumusan yang menggambarkan apa yang menjadi dasar dan pedoman amal usaha, dan perjuangan Muhammadiyah, serta sifat- sifat yang dimilikinya. Adapun fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah sebagai landasan, pedoman dan pegangan bagi gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Rohmansyah, 2017), yang artinya tidak terdistorsi paham agama, aliran, maupun ideologi lain seperti sekuler, liberalisme, ataupun komunisme. Kepribadian Muhammadiyah memiliki empat isi berdasarkan putusan sidang Tanwir yang diresmikan saat Muktamar ke-35 tahun 1962 di Jakarta yang meliputi (Rohmasnyah, 2017): 1) Hakikat Muhammadiyah Muhamadiyah adalah gerakan Islam. Maksud gerakannya ialah dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar, yang ditujukan kepada dua bidang yaitu perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang yang pertama terbagi menjadi dua gologan kepada yang sudah Islam bersifat pembaharuan (tajdid) yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang murni, dan yang kedua yaitu kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun dakwah amar ma’ruf nahi munkar kedua, yaitu kepada masyarakat yang bersifat perbaikan dan bimbingan serta peringatan. 2) Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya pada prinsip- prinsip yang tersimpul dalam Mukadimah Anggaran Dasar, yaitu: a. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah Swt. b. Hidup manusia bermasyarakat. c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. d. Menegakan dan menjungjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan Ihsan (berbuat baik) kepada sesama manusia. e. Ittiba’ (mengikuti atau menerima pendapat maupun perbuatan seseorang dengan mengetahui dasar dari pendapat atau perbuatan tersebut) kepada langkah perjuangan Nabi Muhammadiyah SAW. f. Melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi. 3) Menilik dasar prinsip di atas, maka amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah berpedoman pada kalimat “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah SWT”. 4) Muhammadiyah wajib memiliki dan memelihara sifat-sifatnya sebagai berikut: a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan. b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyyah. c. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam. d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan. e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah. f. Amar ma’ru nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh tauladan yang baik. g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam. h. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya. i. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah. j. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana. Daftar Pustaka