Anda di halaman 1dari 4

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN III

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

Oleh: Afra Ulfatihah N.E (201610230311292)

Sebelum menuju pada definisi kepribadian Muhammadiyah, terlebih dahulu akan


dipaparkan mengenai bagaimana sejarah dari munculnya perumusan kepribadian
Muhammadiyah dan mengapa kepribadian Muhammadiyah itu sendiri dirumuskan. Sejarah
perumusan kepribadian Muhammadiyah dilandasi oleh dua faktor, yaitu (Rosyida, 2018):
1) Faktor Eksternal
Cikal bakal kepribadian Muhammadiyah dirumuskan karena pembubaran
Masyumi secara paksa, di mana partai ini didominasi oleh anggota
Muhammadiyah yang berikrar merupakan satu-satunya partai Islam dan akan
memperjuangkan nasib umat Islam di Indonesia. Partai Masyumi dibubarkan
paksa oleh presiden karena dituduh terlibat dalam PRRI (Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia) serta PERMESTA (Perjuangan Rakyat
Semesta) padahal belum ada bukti kuat, dan sebenarnya ini karena Masyumi
sangat menentang diperbolehkannya PKI menduduki kursi kabinet oleh presiden.
2) Faktor Internal
Muhammadiyah dan Masyumi memiliki tujuan yang sama yakni untuk
menegakkan Islam serta mewujudkan masyarakat Islami, hanya ranahnya
berbeda; di mana Muhammadiyah dalam lapangan masyarakat dan Masyumi di
lapangan politik. Karena bubarnya Masyumi. Banyak tokoh Muhammadiyah yang
membawa politik praktis ke persyarikatan Muhammadiyah. Karena tidak ingin
Muhammadiyah keluar dari gerakan utamanya yaitu amar ma’ruf nahi munkar,
maka dirumuskanlah kepribadian Muhammadiyah sebagai pegangan.
Penggagas pertama dari ide kepribadian Muhammadiyah adalah K.H. Fakih Usman.
Ketika menjabat sebagai wakil ketua I Muhammadiyah, beliau memberikan kuliah dalam
kursus atau latihan Pimpinan Muhammadiyah. Dalam kuliahnya K.H. Fakih Usman
memberikan pidato yang berjudul “Kepribadian Muhammadijah atau Apa Muhammadijah
itu?”. Beliau sengaja memberikan ceramah dengan menanyakan, “Apakah Muhammadiyah
itu?” karena pada waktu itu diperlukan penegasan identitas untuk menjadi pegangan warga
persyarikatan dalam menghadapi situasi yang tidak menentu seperti bubarnya partai
Masyumi.
Dalam merumuskan kepribadian Muhammadiyah K.H Fakih Usman tidak sendiri,
beliau membentuk sebuah tim dan menjadi ketua di tim tersebut. Tim perumusan bersama
kepribadian Muhammadiyah tersebut terdiri dari K.H. Faried Ma’ruf, Djarnawi Hadikusumo,
DR. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), K.H. Moh. Wardan Diponingrat, dan H.M
Djindar Tamimy.
Sasaran dari rumusan kepribadian Muhammadiyah tentu saja seluruh warga
Muhammadiyah, untuk nantinya diamalkan dan direalisasikan baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam persyarikatan Muhammadiyah.
Kepribadian Muhammadiyah merupakan sebuah rumusan yang menggambarkan apa
yang menjadi dasar dan pedoman amal usaha, dan perjuangan Muhammadiyah, serta sifat-
sifat yang dimilikinya. Adapun fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah sebagai landasan,
pedoman dan pegangan bagi gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya (Rohmansyah, 2017), yang artinya tidak terdistorsi paham
agama, aliran, maupun ideologi lain seperti sekuler, liberalisme, ataupun komunisme.
Kepribadian Muhammadiyah memiliki empat isi berdasarkan putusan sidang Tanwir
yang diresmikan saat Muktamar ke-35 tahun 1962 di Jakarta yang meliputi (Rohmasnyah,
2017):
1) Hakikat Muhammadiyah
Muhamadiyah adalah gerakan Islam. Maksud gerakannya ialah dakwah Islam dan
amar ma’ruf nahi munkar, yang ditujukan kepada dua bidang yaitu perseorangan
dan masyarakat. Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang yang
pertama terbagi menjadi dua gologan kepada yang sudah Islam bersifat
pembaharuan (tajdid) yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang
murni, dan yang kedua yaitu kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan
untuk memeluk agama Islam. Adapun dakwah amar ma’ruf nahi munkar kedua,
yaitu kepada masyarakat yang bersifat perbaikan dan bimbingan serta peringatan.
2) Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya pada prinsip-
prinsip yang tersimpul dalam Mukadimah Anggaran Dasar, yaitu:
a. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah Swt.
b. Hidup manusia bermasyarakat.
c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu
satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat.
d. Menegakan dan menjungjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan Ihsan (berbuat baik) kepada sesama
manusia.
e. Ittiba’ (mengikuti atau menerima pendapat maupun perbuatan seseorang
dengan mengetahui dasar dari pendapat atau perbuatan tersebut) kepada langkah
perjuangan Nabi Muhammadiyah SAW.
f. Melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
3) Menilik dasar prinsip di atas, maka amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah
berpedoman pada kalimat “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya,
bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara
serta menempuh jalan yang diridhai Allah SWT”.
4) Muhammadiyah wajib memiliki dan memelihara sifat-sifatnya sebagai berikut:
a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyyah.
c. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan
falsafah negara yang sah.
f. Amar ma’ru nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh tauladan
yang baik.
g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
h. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.
i. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur yang diridhai Allah.
j. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Daftar Pustaka

Rohmansyah. (2017). Kuliah Kemuhammadiyahan. Yogyakarta: LP3M UNY.

Rosyida, M. (2018). Peran K.H. Fakih Usman dalam Melahirkan Perumusan “Kepribadian
Muhammadiyah”. Skripsi. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Anda mungkin juga menyukai