Sebelum memasuki
materi, peserta seminar diajak
untuk merefreshkan pikiran
sejenak dengan suguhan tari
tradisional khas Tulungagung. Tari tersebut dibawakan oleh mahasiswa
PAI yang mengikuti pengembangan tari di bawah naungan HMJ PAI.
Setelah pertunjukan tari yang sangat menghibur tersebut, acara
memasuki intinya yaitu seminar pendidikan nasional.
Pemateri dalam
seminar itu sebenarnya
Rektor UIN Malang yaitu
Prof. Dr. Abdul Haris, M.
Ag. Dan Wakil Rektor IAIN
Tulungagung yaitu Dr. H.
Abd. Aziz, M. Pd.
Sayangnya, kedua pemateri
tersebut berhalangan hadir dan akhirnya keduanya digantikan oleh wakil
dekan dari masing-masing kampus tersebut. Ini sangat menarik, tanpa
ada kesepakatan dari berbagai pihak, pemateri ini keduanya memiliki
posisi sama yaitu wakil dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Pemateri dari UIN Malang digantikan oleh Bapak Muhammad Walid dan
dari IAIN Tulungagung pemateri digantikan oleh Bapak Fathul Mujib.
Sedangkan yang menjadi moderator dalam seminar tersebut yaitu Bapak
Zainul.
Pendidikan dikatakan
sebagai penyangga
peradaban. Mengapa ulama-
ulama terdahulu behasil
mencapai masa keemasan
Islam, sebab mereka
menjadikan eksplisit Al-
Qur’an sebagai filosofi yang kemudian dikembangkan. Lalu bagaimana
pendidikan di Indonesia jika dikleptokrasikan semacam ini?
Pendidikan di Indonesia
memang sudah diatur dalam
konstitusi yaitu UUD 1945 pasal
31 ayat 1 yang berbunyi “setiap
warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”
artinya secara horizontal
pendidikan dinikmati seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali
(pendidikan sebagai hak). Sedangkan secara vertikal setiap warga negara
harus bisa mencapai pendidikan setinggi-tingginya (pendidikan sebagai
kewajiban).