Anda di halaman 1dari 5

Seminar Kleptokrasi Pendidikan Bludakkan

Mahasiswa se-Jawa Timur

Jumat (08/03), HMJ PAI IAIN Tulungagung melaksanakan agenda


seminar pendidikan nasional yang bertemakan “ Kleptokrasi Pendidikan”.
Acara tersebut diadakan di
Aula Gedung Arief
Mustaqim. Seminar ini
dihadiri oleh mahasiswa
PAI se-Jawa Timur bahkan
di luar prodi PAI pun turut
berpartisipasi. ” Saya
mengikuti seminar ini
karena tertarik pada
judulnya yaitu kleptokrasi pendidikan, yang mana tidak hanya mahasiswa
PAI saja yang perlu untuk tahu, seluruh mahasiswa khususnya Fakultas
Tarbiyah juga wajib tahu” jelas April mahasiswa Tadris Matematika.

Acara di sambut dengan sejukan alunan shalawat al-habsyi yang


dimainkan oleh mahasiswa PAI untuk mengisi pra acara. Tak lama dari itu,
acara seminar pun dimulai dengan pembukaaan yang dipandu oleh MC
yang mana mereka merupakan MC andalan dan profesional, bahkan
bapak Muniri selaku Wakil Dekan tiga menyebutkan bahwa mereka MC
tingkat Jawa Timur dan diajukan menjadi pengisi acara di televisi. MC
yang dibawakan oleh saudara Faisal dan saudari Lutfi, anggota HMJ PAI
memang sudah lihai dalam mengisi acara, baik itu menjadi MC formal
maupun nonformal.

Sebelum memasuki
materi, peserta seminar diajak
untuk merefreshkan pikiran
sejenak dengan suguhan tari
tradisional khas Tulungagung. Tari tersebut dibawakan oleh mahasiswa
PAI yang mengikuti pengembangan tari di bawah naungan HMJ PAI.
Setelah pertunjukan tari yang sangat menghibur tersebut, acara
memasuki intinya yaitu seminar pendidikan nasional.

Pemateri dalam
seminar itu sebenarnya
Rektor UIN Malang yaitu
Prof. Dr. Abdul Haris, M.
Ag. Dan Wakil Rektor IAIN
Tulungagung yaitu Dr. H.
Abd. Aziz, M. Pd.
Sayangnya, kedua pemateri
tersebut berhalangan hadir dan akhirnya keduanya digantikan oleh wakil
dekan dari masing-masing kampus tersebut. Ini sangat menarik, tanpa
ada kesepakatan dari berbagai pihak, pemateri ini keduanya memiliki
posisi sama yaitu wakil dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Pemateri dari UIN Malang digantikan oleh Bapak Muhammad Walid dan
dari IAIN Tulungagung pemateri digantikan oleh Bapak Fathul Mujib.
Sedangkan yang menjadi moderator dalam seminar tersebut yaitu Bapak
Zainul.

Membahas mengenai Kleptokrasi tersebut, pemateri mengatakan


tema kleptokrasi itu mencenangkan sebab berhubungan dengan politik.
Beliau mengkhawatirkan jangan-jangan kita sendiri yang menjadi agen
kleptokrasi. Kleptokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu kleptro yang
artinya pencuri dan kratos yang artinya pemerintahan. Jadi apabila kata
kleptokrasi digabungkan dengan pendidikan, maka artinya pencuri
pendidikan. Sedang di negeri kita bibit-bibit untuk menjadi kleptokrasi
pendidikan itu banyak sekali dan sudah berkarat. Seperti halnya plagiasi,
contek-mencontek, dan lain sebagainya.
Kleptokrasi pendidikan
dikatakan juga pendidikan
tidak berpihak pada rakyat
lawan dari demokrasi
pendidikan yang mana
pendidikan memberikan
kesempatan yang sama
pada rakyat dan
pelaksanaannya sesuai dengan kemampuannya akhirnya tiada tindakan-
tindakan yang mengacu pada kleptokrasi.

Kleptokrasi merupakan bibit korupsi uang negara, sebab terjadi


penyimpangan terhadap pelaksanaan pendidikan di suatu bangsa oleh
perilaku koruptif. Dengan perilaku koruptif tersebut akan dapat
menghambat potensi yang aktual untuk menjadikan bangsa Indonesia
maju. Budaya korupsi yang sudah menjamur dan sulit disembuhkan
mengharuskan kita sebagai spirit muda untuk mengawal pendidikan
Indonesia di masa
mendatang.

Pendidikan dikatakan
sebagai penyangga
peradaban. Mengapa ulama-
ulama terdahulu behasil
mencapai masa keemasan
Islam, sebab mereka
menjadikan eksplisit Al-
Qur’an sebagai filosofi yang kemudian dikembangkan. Lalu bagaimana
pendidikan di Indonesia jika dikleptokrasikan semacam ini?

Masalah pendidikan di Indonesia sungguh sangat miris.


Kenyataannya, sistem pembelajaran di Indonesia masih menggunakan
ceramah. Dari tingkat sekolah dasar hingga SMA. Akhirnya potensi yang
seharusnya dikembangkan sejak dini sudah dibunuh terlebih dahulu oleh
pendidik. Akhirnya berimplikasi pada keilmuan peserta didik yang kurang
bisa mengekspresikan keilmuannya. Yang mana seharusnya dalam jangka
beberapa bulan ia mampu menguasai materinya namun hingga beberapa
tahun lamanya ia belum saja bisa mengaplikasikannya. Penyebab hal ini
alah satunya yakni guru yang enggan menggunakan konsep model
pembelajaran yang terkesan lama padahal dalam metode tersebut akan
lebih meningkatkan potensi siswa dan ssebagai ajang mereka berproses.
Setelah di tanya, ternyata guru tersebut hanya di gaji Rp 200.000 hingga
Rp 300.000. Ternyata pemerintah Indonesia belum berpihak pada
pendidikan. Kesejahteraan guru yang kurang, menyebabkan pula
pendidikan di Indonesia tidak berjalan secara optimal. Mengapa gaji para
artis yang membutakan karakter anak-anak Indonesia gajinya lebih besar
dari pada sang guru yang mendidik mereka menjadi generasi penerus
bangsa yang berkarakter. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah
khususnya demi terselenggaranya pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Untuk itu diperlukan regulasi atau kebijakan yang tepat dari


pemerintah, dengan menjunjung tinggi pendidikan Indonesia.
Profesionesialitas para pendidik dan prestasi siswa, serta manajeman
dalam pengelolaan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa sejak
dini.

Pendidikan di Indonesia
memang sudah diatur dalam
konstitusi yaitu UUD 1945 pasal
31 ayat 1 yang berbunyi “setiap
warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”
artinya secara horizontal
pendidikan dinikmati seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali
(pendidikan sebagai hak). Sedangkan secara vertikal setiap warga negara
harus bisa mencapai pendidikan setinggi-tingginya (pendidikan sebagai
kewajiban).

Begitulah sekilas materi


yang dibincangkan pada
seminar tersebut. Para
mahasiswa begitu antusias
mendengarkannya. Hingga
selanjutnya memasuki sesi
tanya jawab. Setelah pemateri
menjawab semua pertanyaan yang diajukan audien, kegiatan dilanjutkan
dengan pemberian penghargaan sebagai ucapan terima kasih dan
apresiasi kepada pemateri yang rela meluangkan waktunya demi
menyumbangsihkan ilmunya dan berpartisipsi dalam kegiatan ini.

Pewarta : Sofi Lailatur Rosyada, Litbang

Anda mungkin juga menyukai