Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK PENJAJAHAN TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA ERA

GLOBALISASI

Mutiara Nurhaliezya Putri

(202113500153)

Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Matematika dan IPA

Universitas Indraprasta PGRI

Abstract

In the current era of globalization, education has a very important role for the progress of a
nation. Therefore, education must be continuously improved both in terms of quality and
quantity. The development of education in Indonesia has been going on for a long time, from
the colonial era to the present. Understanding Education in general is the process of teaching
a knowledge, skill or habit from one generation to another under the guidance of someone
directly or self-taught (self-study). Education during the Dutch colonial period was initially
only used to meet the needs of the Dutch in Indonesia. In subsequent developments, education
was used as a colonial tool to produce cheap labor or lowly employees who were
indispensable for Dutch companies. Entering the current era of globalization, education is
very important for a nation's life, because in this era of globalization, it is absolutely required
for someone to equip themselves with knowledge so that they can compete from the
increasingly harsh conditions of life and from the various challenges that must be faced. It is
through education that a person can obtain the knowledge needed both through formal and
non-formal education.

Keywords: Indonesian Education; Education in the Era of Globalization; Impact of


Colonialism

Abstrak

Pada era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi
kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaiki baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pengembangan pendidikan di Indonesia telah
berlangsung sejak lama, pada saat penjajahan sampai dengan saat. Pengertian Pendidikan
secara umum adalah proses pengajaran suatu pengetahuan, keterampilan atau kebiasaan
dari satu generasi ke generasi lain dibawah bimbingan seseorang secara langsung atau
secara otodidak (belajar sendiri). Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya
hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada
perkembangan selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak
tenaga kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-
perusahaan Belanda. Memasuki era globalisasi saat ini pendidikan sangat penting bagi suatu
kehidupan bangsa, karena pada era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut
seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin
kerasnya kehidupan dan dari berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui
pendidikanlah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan baik melalui
pendidikan formal maupun non formal.

Kata Kunci: Pendidikan Indonesia; Pendidikan Di Era Globalisasi; Dampak Penjajahan.

A. Pendahuluan

Pengertian Pendidikan secara umum adalah proses pengajaran suatu pengetahuan,


keterampilan atau kebiasaan dari satu generasi ke generasi lain dibawah bimbingan seseorang
secara langsung atau secara otodidak (belajar sendiri). Pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus
diperbaiki baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pengembangan pendidikan di
Indonesia telah berlangsung sejak lama, pada saat penjajahan sampai dengan saat. Upaya
meningkatkan mutu dan partisipasi pendidikan terus berlanjut hingga kini. Pemerintah
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur pelaksanaan pendidikan melalui draf
Undang-Undang wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Prioritas dalam pendidikan semakin
ditekankan pada era kemerdekaan sehingga dapat memungkinkan tercapainya target wajib
belajar 9 tahun.

Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya
pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau pegawai
rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusahaan Belanda. Dampak penjajahan
Belanda pada bidang pendidikan yang diterima rakyat Indonesia adalah dibangunnya sekolah
dan diberikannya pendidikan bagi rakyat yang akhirnya melahirkan golongan terpelajar serta
kaum intelektual muda sehingga mereka mampu mengetahui perkembangan di dunia luar.
Pemikiran para golongan terpelajar atau intelektual muda inilah kemudian yang menjadi cikal
bakal untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui perjuangan pergerakan
organisasi. Pendidikan barat mulai diterima bangsa Indonesia dari pemerintah kolonial
Belanda setelah lahirnya kebijakan politik etis yang dikeluarkan oleh pemerintah colonial
Belanda. Politik Etis merupakan suatu kebijakan yang menyatakan bahwa kerajaan Belanda
melalui pemerintah kolonial Belanda mempunyai tanggung jawab moral demi kehormatan
mereka untuk membalas hutang budi atas kekayaan dan kemakmuran yang diterima Belanda
dari tanah jajahannya yakni Indonesia.

Kehidupan pendidikan berkembang pesat pada masa penjajahan Jepang. Pemerintah


penjajahan Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti
pendidikan pada sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Selain itu, bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta penggunaan nama-
nama di Indonesia. Tetapi, itu semua dilakukan oleh Jepang hanya untuk menarik simpati
rakyat Indonesia agar dapat bersedia membantu Jepang dalam menghadapi lawannya di
Perang Pasifik.

Namun dengan adanya pendidikan pada masa penjajahan Jepang indonesia mulai
mengenal yang namanya sebuah bentuk dari sistem pendidikan Nippon Sentris yang dimana
pada saat ini menjadi kegiatan dalam melakukan upacara bendera yang berfungsi untuk
mempertahankan nilai nasionalisme.

Memasuki era globalisasi saat ini pendidikan sangat penting bagi suatu kehidupan bangsa,
karena pada era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali
diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan dan dari
berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh
ilmu pengetahuan yang dibutuhkan baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Memasuki era demokrasi, pendidikan dan pengajaran bertujuan membentuk manusia susila
yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

B. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode
kajain pustaka (library research). Di samping itu, beberapa kajian analisis juga mengambil
dari beberapa contoh praktik di kelas. Kirk dan Miller, sebagaimana Moeloeng (2006)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif ialah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.
Penulis menggunakan data-data teoritis atau konseptual dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, media massa online maupun offline, majalah, koran, berita media massa, dan lainnya
yang mendukung penelitian ini. Data-data tersebut kemudian dianalisis dan dikaji secara
induktif dan disajikan secara deskriptif.

C. Hasil dan Pembahasan


Pengertian Pendidikan secara umum adalah proses pengajaran suatu pengetahuan,
keterampilan atau kebiasaan dari satu generasi ke generasi lain dibawah bimbingan seseorang
secara langsung atau secara otodidak (belajar sendiri). Pendidikan pada masa penjajahan
Belanda pada awalnya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di
Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk
mencetak tenaga kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk
perusahaan-perusahaan Belanda. Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia
dengan meneruskan pendidikan yang sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan
Belanda dengan ala barat. Pendidikan merupakan unsur yang paling penting bagi kemajuan
peradaban bangsa. Era Industri dan globalisasi membawa dampak terhadap proses pendidikan
terutama di Indonesia.
1. Pengertian pendidikan

Pengertian Pendidikan secara umum adalah proses pengajaran suatu pengetahuan,


keterampilan atau kebiasaan dari satu generasi ke generasi lain dibawah bimbingan
seseorang secara langsung atau secara otodidak (belajar sendiri). Pendidikan adalah
proses pembelajaran bagi peserta didik agar dapat mengetahui, mengevaluasi dan
menerapkan setiap ilmu yang didapat dari pembelajaran di kelas atau pengalaman-
pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Secara etimologi pendidikan
berasal dari bahasa latin ducare yang artinya memimpin, menuntun atau mengarahkan,
sedangkan e berarti “keluar” maksudnya dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi
banyak. Pendidikan menuntun seseorang keluar dari ketidaktahuan tentang sesuatu
menjadi tahu.Secara khusus proses pendidikan terjadi di ruang kelas atau suasana
pembelajaran formal (sd perkuliahan). Namun, secara umum pendidikan dilakukan
dimana saja, baik melalui pembelajaran online, home-schooling, otodidak, pembelajaran
tatap muka atau pengalaman pribadi.

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli

 Menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis
unuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.
 Menurut M.J Langeveld, Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk
melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan juga bertanggung jawab secara
susila.
 Menurut Ahmad D. Marimba dan Mahmud (2012), Pengertian pendidikan adalah
bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk kepribadian utama, membimbing
keterampilan jasmaniah dan rohaniah sebagai perilaku nyata yang bermanfaat pada
kehidupan siswa di masyarakat.
 Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, Definisi pendidikan adalah usaha sadar dan
terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Keadaan pendidikan dimasa penjajahan Belanda dan Jepang
a. Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda

Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya
pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau
pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
Sistem pendidikan jaman kolonial Belanda merupakan sistem yang rumit karena
penjenisannya cukup banyak sebagai realisasi dari diskriminasi sistem pendidikannya.
Tujuan dan kebijakan politik pendidikan yang dibuat dan diterapkan oleh Belanda
semata-mata hanya untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan
kolonial tidak hanya berakibat negatif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga
memberikan dampak positifkarena setelah penjajahan Belanda di Indonesia berakhir
dan Indonesia mencapai kemerdekaan sebagian penduduk di Indonesia khususnya di
Jawa sudah tidak menderita tuna aksara atau buta huruf lagi. Karena penduduk
Indonesia telah lama mengenal pendidikan atau sekolah. Pendidikan kolonial juga
melahirkan tokoh-tokoh pergerakan nasional dan tokoh-tokoh pendidikan yang
berjiwa nasionalis dan patriotis untuk memperjuangkan nasib bangsa Indonesia.

Kebijaksanaan sistem pendidikan kolonial Belanda di Indonesia tahun 1900-1942


memang tidak bisa terlepas dari, ciri-ciri pendidikan kolonial Belanda, seperti
gradualisme, dualisme, kontrol sentral yang kuat,keterbatasan tujuan pendidikan,
prinsip konkordansi, dan tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis; serta
kebijakan Gubernur Jenderal Belanda terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Segala
masalah atau urusan pendidikan dimainkan dan diatur oleh pemerintah. Segala macam
bentuk perubahan dalam hal pendidikan seberapa pun kecilnya harus melalui ijin
Gubernur Jenderal. Antara tahun 1900 hingga 1942 terjadi beberapa pergantian
kedudukan Gubernur Jenderal yang memimpin Hindia Belanda, jadi bisa disimpulkan
bahwa terjadi pergantian kebijakan juga dalam hal pendidikan karena setiap Gubernur
Jenderal sudah pasti memiliki pemikiran yang berbeda tentang pendidikan dan
pengajaran.Sistem pendidikan kolonial Belanda di Indonesia tahun 1900-1942
memiliki komponen-komponen pendidikan yang terdiri dari

 Tujuan pendidikan;
 Kurikulum peserta didik
 Pendidik atau guru
 Anggaran pendidikan
 Lulusan atau tamatan.

Komponen-komponen tersebut harus ada dalam pendidikan karena merupakan


sebuah sistem yang menggerakkan pendidikan sehingga pengajaran dapat berjalan.
Penyelenggaraan pendidikan kolonial Belanda di Indonesia tahun 1900-1942 memang
tidak terlepas dari bentuk dan jenis-jenis sekolah jaman kolonial Belanda,yang terdiri
dari Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)yang dibagi menjadi dua yaitu sekolah
rendah berbahasa Belanda (ELS, HCS, dan HIS) dan sekolah berbahasa daerah atau
lokal (sekolah bumiputera kelas dua, sekolah desa, dan sekolah peralihan), Pendidikan
Menengah (Middlebaar Onderwijs) yang terdiri dari sekolah menengah umum (MULO
dan AMS) dan sekolah tinggi warga negara (HBS), hingga Pendidikan Tinggi
(GHS,RHS, dan THS). Pelaksaksanaan kebijaksanaan kolonial Belanda dilaksanakan
secara konsekuen karena sampai awal abad keduapuluh Belanda tetap mengutamakan
kepentingan pemerintahannya, walaupun telah lahir politik etis tetapi tetap terasa
bahwa kepentingan rakyat asli tidak menjadi prioritas mereka.

Dampak penjajahan Belanda pada bidang pendidikan yang diterima rakyat


Indonesia adalah dibangunnya sekolah dan diberikannya pendidikan bagi rakyat yang
akhirnya melahirkan golongan terpelajar serta kaum intelektual muda sehingga mereka
mampu mengetahui perkembangan di dunia luar. Pemikiran para golongan terpelajar
atau intelektual muda inilah kemudian yang menjadi cikal bakal untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui perjuangan pergerakan organisasi.
Pendidikan barat mulai diterima bangsa Indonesia dari pemerintah kolonial Belanda
setelah lahirnya kebijakan politik etis yang dikeluarkan oleh pemerintah colonial
Belanda. Politik Etis merupakan suatu kebijakan yang menyatakan bahwa kerajaan
Belanda melalui pemerintah kolonial Belanda mempunyai tanggung jawab moral demi
kehormatan mereka untuk membalas hutang budi atas kekayaan dan kemakmuran
yang diterima Belanda dari tanah jajahannya yakni Indonesia.

b. Pendidikan Pada Masa Penjajahan Jepang

Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia dengan meneruskan


pendidikan yang sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan Belanda dengan
ala barat. Akan tetapi kemudian Jepang merombaknya yaitu dengan memasukkan
doktrin Asia raya agar sesuai dengan tujuan serta maksud Jepang. Pendidikan dari
jaman pendudukan Belanda dirombak secara total, karena pada jaman pendudukan
Belanda di Indonesia yang diberi pendidikan hanya kaum tertentu saja. Yaitu
golongan elite saja, karena dengan itu golongan elite dapat mempengaruhi orang
banyak serta memeritahkan rakyatnya agar mengikuti Belanda. Pada masa
pendudukan Jepang, secara langsung Jepang menghimbau kepada seluruh rakyat
indonesia agar dapat mebantu Jepang memenangkan perang. Oleh karena itu
pendidikan diberikan kepada seluruh rakyat indonesia. Hal itu diwujudkan dengan
memberikan pendidikan pada kaum muda, baik pendidikan umum maupun khusus,
seperti kursus-kursus yang diberikan oleh Jepang. Model pengajaran dengan bahasa
pengantar yaitu bahasa Jepang di terapkan pada pendidikan di Indonesia pada masa
pendudukan Jepang. Mata pelajaran yang diberikan juga mengacu pada kebudayaan
Jepang. Contoh-contoh kebudayaan yang diberikan yaitu adat istiadat Jepang,
semangat Jepang, lagu-lagu Jepang dan olahraga. Dengan maksud menghilangkan
pengaruh pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada.
Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu
menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan
untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah ,
sehingga para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.

Berbagai cara yang Jepang lakukan untuk mengambil hati rakyat Indonesia
melalui pendidikan adalah tidak mengabaikan bahasa Indonesia dengan mengadakan
komisi penyempurnaan bahasa Indonesia. Selain itu Jepang juga memberikan wadah
olahraga untuk semua kalangan rakyat Indonesia.

Prinsip dan pokok kebijaksanaan dibidang pendidikan

 Pendidikan ditata kembali atas dasar keseragaman dan kesamaan untuk seluruh
kelompok etnis dan sosial.
 sistematis pengaruh Belanda dihapuskan dari sekolah-sekolah, sedangkan unsur-
unsur kebudayaan Indonesia dijadikan landasan utama.
 Semua lembaga pendidikan dijadikan alat untuk memasukkan doktrin gagasan

Dampak Positif

 Diperkenalkannya upacara
 Hilangnya diskriminasi/perbedaan siapa saja yang dapat mengenyam pendidikan
 Diterapkannya jenjang pendidikan formal
 Berkembangnya olahraga
 Diadakannya pelatihan militer bagi para pemuda
 Penyempurnaan bahasa Indonesia yang tidak berkembang pada masa pemerintahan
Belanda

Dampak negatif

 Lembaga pendidikan yang dijadikan alat untuk memasukkan doktrin gagasan


 Diwajibkannya mempelajari adat istiadat Jepang dan menghafal lagu kebangsaan
Jepang
 Ditutupnya perguruan tinggi pada tahun 1943
 Kurikulum yang disesuaikan hanya untuk kepentingan militer
 Hanya terdapat satu pendidikan dasar (6 tahun)
 Diberlakukannya nippon sentris
a. Pendidikan Di Era Globalisasi

Pendidikan merupakan unsur yang paling penting bagi kemajuan peradaban bangsa.
Era Industri dan globalisasi membawa dampak terhadap proses pendidikan terutama di
Indonesia. Memasuki era globalisasi saat ini pendidikan sangat penting bagi suatu
kehidupan bangsa, karena pada era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut
seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari
semakin kerasnya kehidupan dan dari berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui
pendidikanlah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan baik
melalui pendidikan formal maupun non formal.

Di satu sisi, globalisasi memberi dampak positif, namun di sisi lain, dominasi
teknologi membawa dampak negatif, yakni menimbulkan dehumanisasi dalam bentuk
mentalitas yang terlalu mengagungkan teknologi di atas segalanya. Realitas-nya.
Pendidikan di era globalisasi saat ini mengalami krisis nilai. Pendidikan hanya
menghasilkan output- outputn yang pintar secara kognitif, menguasai teori dan
teknologi tetapi kering dari nilai-nilai kemanusiaan dansosial(dehumanisasi). Sebagai
solusinya, pendidikan sebagai investasi haruslah mampu “memanusiakan manusia”;
mengintegrasikan human being dan technobeing atau keterpaduan sains dan agama,
dan reparadigmatisasi pendidikan dengan value approach, social cultural approach,
cognitif skill approach dan political policy approach tentu saja sangat dibutuhkan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dalam rangka membentuk generasi
profesional, bermoral, bertanggung jawab dan bermartabat. Globalisasi telah menjadi
kekuatan besar yang membu-tuhkan respon tepat karena ia memaksa suatu strategi
bertahan hidup (survival strategy) dan strategi pengumpulan kekayaan (accumulative
strategy) bagi berbagai kelompok dan masyarakat. proses ini telah membawa “pasar”
menjadi kekuatan dominan dalam pembentukan nilai dan tatanan sosial yang bertumpu
pada prinsip-prinsip komunikasi padat dan canggih. Pasar telah pula memperluas
orientasi masyarakat dan mobilitas batas-batas sosial budaya. Pasar sekaligus
mengaburkan batas-batas itu akibat berubahnya orientasi ruang dalam masyarakat
(Abdullah 2010, 165).

Munculnya “ruang elektronik” dalam proses kehidupan secara meluas


menyebabkan hilangnya proses “social learning” yang memungkinkan empati
dilakukan dalam hubungan antar manusia. Batas-batas sosial yang semakin tegas,
kemudian membutuhkan system ideology yang lebih kuat selain untuk mempengaruhi
proses “social learning” juga untuk mengikat kelompok yang semakin terlihat batas
dan keberadaannya. Untuk itu “strong state” sangat dibutuhkan pada abad mendatang
tidak untuk me-licinkan pasar global, tetapi untuk menyelamatkan ruang-ruang publik
yang memungkinkan masyarakat mengembangkan identitas dan jati dirinya sebagai
orang Indonesia (Abdullah 2010, 39). Ruang-ruang sosial semakin sempit sejalan
dengan diben-tuknya berbagai ruang elektronik (electronic space) yang lebih efisien.
Individu disini semakin terpisah dari kelompok sosialnya yang menyebabkan nilai dan
pemaknaan menjadi bersifat relatif dan terdiferensiasi. Hubungan personal menjadi
kurang penting sejalan dengan menghilangnya empati emosional dalam diri individu-
individu (Abdullah 2010, 168).
Strategi yang utama untuk membangun bangsa bermartabat adalah melalui
pendidikan. Untuk mencapai hal itu, diperlukan pembentukan pandangan hidup yang
masyarakat yang dapat mengarahkannya menjadi bangsa yang bermartabat. Selain itu,
lembaga pendidikan juga merupakan proses pembentukan manusia yang cerdas,
bermoral, memiliki motivasi hidup dan semangat mengembangkan ilmu dan teknologi
(Indra2005,189). Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3, Tujuan pendidikan Nasional adalah “Mengem-bangkan potensi
Peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Pendidikan yang memanusiakan
manusia adalah sebuah keharusan karena ia menjadi pilar dasar bagi keberhasilan
pendidikan sebagai bagian yang penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. M.
Sastrapratedja menawarkan pendidikan berwawasan kemanusiaan itu ada tiga
kekuatan dalam diri peserta didik yang harus ditumbuhkan:

 Daya untuk berbuat (power to);


 Solidaritas dan kekuatan bersama untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi dan untuk kesejahteraan bersama (power with);
 Kekuatan spritual dan nilai-nilai yang ada dalam diri anak agar lebih
manusiawi (bermartabat) (power within) (Yamin 2009, 222).

Realitasnya, pendidikan dewasa ini mengalami krisis nilai. Pendidikan hanya


menghasilkan output-output atau lulusan yang pintar secara kognitif, banyak
menguasai teori dan teknologi, tetapi kering dari nilai-nilai kemanusiaan dan sosial
dalam penerapannya. Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana anak bisa
mencapai nilai yang tinggi, artinya keberhasilan seorang anak hanya diukur dengan
angka atau nilai raport, me-nguasai teknologi, cepat mencapai gelar Sarjana, Master,
Doktor atau Profesor, setelah lulus dari instansi pendidikan akan kerja di mana, dan
sebagainya. Nilai-nilai humanistik, jujur, disiplin, tanggung jawab terabaikan dan
kurang mendapat perhatian utama baik dari lembaga pendidikan maupun masyarakat.

Tambah lagi, lunturnya nilai-nilai moral dalam kultur masyarakat dalam bentuk-
bentuk aksi negatif seperti maraknya mentalitas korupsi dengan berbagai bentuknya,
penyalahgunaan kekuasaan, lunturnya solidaritas sosial, meningkatnya semangat
primordialisme yang mendasarkan diripada suku, etnis, maupun paham agama dapat
mengakibatkan konflik dan keutuhan bangsa semakin terancam. Oleh karena itu,
meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat, namun angka
kriminalitas yang juga terus meningkat telah menyulitkan pengembangan sistem
pendidikan yang mampu mengembangkan nilai-nilau sosial dan humanisme bagi
setiap individu (Koesoema 2007, 224).
Berdasarkan fenomena tersebut, terlihat potret atau gambaran pendidikan di era
industri dan globalisasi ini, keberhasilan manusia diatur dan diukur oleh mesin,
teknologi, dan mengabaikan kecerdasan humanis yang sebenarnya harus dipri-
oritaskan diatas pengetahuan lainnya. Dampak dari hal ini akan melahirkan individu-
individu yang memiliki orientasi hidup hedonis, materialistis dan memiliki
kepribadian yang terbelah (split personality). Untuk menjawab permasalahan tersebut,
penulis menggunakan pendekatan fenomenologis, yaitu pen-dekatan tradisi
fenomenologi yang memusatkan perhatian pada pengalaman hidup dan mencari makna
mengenai realitas berdasarkan sudut pandang subjek penelitian. Brouwer mengatakan
bahwa seorang fenomenolog senang melihat gejala atau fenomena. Fenomenologi
bukan suatu ilmu. Tidak ada sistem, tidak ada hipotesa, tidak ada teori. Akan tetapi
fenomenologi adalah suatu metode pemikiran, a way of looking at things.
Fenomenologi adalah subjek dan objek menjadi satu secara dialektis (Brouweir 1984,
3-5). Kajian ini menjadi sangat urgen untuk dilakukan sebagai upaya mencoba untuk
menjawab permasalahan dehumanisasi pendidikan di era globalisasi dengan
menawarkan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk
melahirkan manusia yang berkualitas, profesional, bermoral, bertanggungjawab dan
bermartabat.

D. Simpulan
Pengertian Pendidikan secara umum adalah proses pengajaran suatu pengetahuan,
keterampilan atau kebiasaan dari satu generasi ke generasi lain dibawah bimbingan
seseorang secara langsung atau secara otodidak (belajar sendiri). Pendidikan adalah proses
pembelajaran bagi peserta didik agar dapat mengetahui, mengevaluasi dan menerapkan
setiap ilmu yang didapat dari pembelajaran di kelas atau pengalaman-pengalaman yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan pada masa penjajahan Belanda pada awalnya hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya
pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau
pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusahaan Belanda. Sistem
pendidikan jaman kolonial Belanda merupakan sistem yang rumit karena penjenisannya
cukup banyak sebagai realisasi dari diskriminasi sistem pendidikannya. Tujuan dan
kebijakan politik pendidikan yang dibuat dan diterapkan oleh Belanda semata-mata hanya
untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan kolonial tidak hanya berakibat
negatif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga memberikan dampak positifkarena setelah
penjajahan Belanda di Indonesia berakhir dan Indonesia mencapai kemerdekaan sebagian
penduduk di Indonesia khususnya di Jawa sudah tidak menderita tuna aksara atau buta huruf
lagi. Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia dengan meneruskan
pendidikan yang sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan Belanda dengan ala
barat. Akan tetapi kemudian Jepang merombaknya yaitu dengan memasukkan doktrin Asia
raya agar sesuai dengan tujuan serta maksud Jepang. Pendidikan dari jaman pendudukan
Belanda dirombak secara total, karena pada jaman pendudukan Belanda di Indonesia yang
diberi pendidikan hanya kaum tertentu saja. Yaitu golongan elite saja, karena dengan itu
golongan elite dapat mempengaruhi orang banyak serta memeritahkan rakyatnya agar
mengikuti Belanda.Pendidikan merupakan unsur yang paling penting bagi kemajuan
peradaban bangsa.
Era Industri dan globalisasi membawa dampak terhadap proses pendidikan terutama di
Indonesia. Memasuki era globalisasi saat ini pendidikan sangat penting bagi suatu kehidupan
bangsa, karena pada era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk
membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya
kehidupan dan dari berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah
seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan baik melalui pendidikan
formal maupun non formal.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. “pengertian pendidikan menurut para akhli”. 2012.
Muhibbin, syah. 2007. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. bandung. Pt. remaja
rosdakarya.
Muhaemin B. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN Pra Kemerdekaan Era Reformasi dalam
Konteks Perubahan Sosial. STAIN Parepare. 2017.
Nur Firqiyah Mufida, Inayatul Hidayati. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
INDONESIA. IAIN MADURA
Novi, “pentingnya pendidikan bagi semua orang .2017.

Shidiq Fajar Sofyan Heru, Sumardi, Nurul Umamah. SISTEM PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA DI
INDONESIA TAHUN 1900 – 1942 DUTCH COLONIAL EDUCATION SYSTEM IN INDONESIA
YEAR 1900 – 1942 . Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ).
https://id.scribd.com/presentation/372702044/Sejarah-indonesia-Dampak-pendudukan-jepang-
dalam-bidang-pendidikan
https://brainly.co.id/tugas/938554#:~:text=Dampak%20penjajahan%20Belanda%20di
%20bidang%20pendidikan%20yang%20diterima%20rakyat%20Indonesia,mengetahui
%20perkembangan%20di%20dunia%20luar.
http://www.kumpulandefinisi.com/2015/10/pengertian-definisi-tujuan-pendidikan-menurut-
para-ahli.html
https://brainly.co.id/tugas/29813924

Anda mungkin juga menyukai