PENDIDIKAN
Bagian 1 : Bagian 2 : Bagian 3
Materi 12
KAPITALISME
PENDIDIKAN
Manusia yang dihasilkan oleh ideologi kapitalisme adalah manusia yang
dalam pikiran dan perhatian selalu dikerubungi olehpencarian strategi
yang menghasilkan keuntungan diri sendiri yang sebesar-besarnya
Hakikat Pendidikan dan Pengertian
kapitalisme
Pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia. Manusia akan menjadi
manusia seutuhnya hanya jika ia dididik dengan sebenarbenarnya, yaitu dengan
pendidikan yang sebenarnya
Hakikat Pendidikan dan Pengertian
kapitalisme
Pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia. Manusia akan menjadi
manusia seutuhnya hanya jika ia dididik dengan sebenarbenarnya, yaitu dengan
pendidikan yang sebenarnya
Pendidikan Menurut Ahli
Menurut Aristoteles Pendidikan adalah salah satu fungsi dari suatu
negara, dan dilakukan, terutama setidaknya, untuk tujuan Negara itu
sendiri. Negara adalah institusi sosial tertinggi yang mengamankan
tujuan tertinggi atau kebahagiaan manusia. Pendidikan adalah
persiapan/bekal untuk beberapa aktivitas/pekerjaan yang layak.
Pendidikan semestinya dipandu oleh undang-undang untuk
membuatnya sesuai (koresponden) dengan hasil analisis psikologis, dan
mengikuti perkembangan secara bertahap, baik secara fisik (lahiriah)
maupun mental (batiniah/jiwa).
MENURUT SOCRATES
Finlandia
Jepang
Ki Hajar Dewantara
H.O.S Tjokroaminoto
Finlandia
Finlandia
Jepang
Jepang
Jepang
Jepang
Ki Hajar Dewantara
“…………..Anak-anakku semuanya, kalau kamu sudah dapat pendidikan Islam dan kalau kamu sudah sama
dewasa, ditakdirkan Allah SWT yang maha luhur, kamu
dijadikan orang tani, tentu kamu bisa mengerjakan pertanian secara Islam; kalau
kamu ditakdirkan menjadi saudagar, jadilah saudagar secara Islam; kalau kamu ditakdirkan menjadi prajurit, jadilah
prajurit menurut Islam; dan kalau kamu
ditakdirkan menjadi senopati, jadilah senopati secara perintah Islam. Hingga dunia diatur sesuai dengan azas-azas
Islam…………………………..” Amanat Alm HOS
Tjokroaminoto kepada murid murid sekolah Jogjakarta, 24 Agustus 1925 “………………kalau ada orang Islam mendirikan sekolahan
(madrasah) tinggi, pertengahan atau rendah, dengan cuma memberi pengajaran untuk kepandaian ‘aqal saja, tetapi di dalam hatinya
anak-anak tidak ditanamkan benih kemerdekaan dan benih democratie, yang menjadi tanda kebesaran dan tanda
perbedaannya Ummat Islam besar pada zaman dulu itu, dan di dalam hatinya anak-anak tidak pula
ditanamkan benihnya keberanian yang luhur, keichlasan hati, kesetiaan dan kecintaan kepada barang
yang benar, yang telah menjadi tabi’atnya pergaulan hidup Islam bersama pada zaman dulu, — dan muridmurid tidak juga diberinya
pengajaran yang mendidik kebhatinan yang halus, keutamaan budi dan
kebaikan perangai, yang dulu telah membikin orang arab penduduk lautan pasir menjadi bangsa tuan yang halus ‘adat lembaganya’ dan
menjadi tukang menanam keadaban dan kesopanan, — dan juga di dalam hatinya murid-murid tidak ditanam bijinya penghidupan yang
saleh dan sederhana, sebagai yang dulu
sudah menjadikan mashur namanya ummat Islam, — sekolah-sekolah yang hanya memberi kepandaian
yang “dingin”, “tidak hidup” dan akhrnya hanya menuntun kepada materialisme, sekolah-sekolah yang
demikian itu bagi ummat Islam lebih baik tidak ada saja!”
Design Pendidikan Nusantara