Anda di halaman 1dari 16

Rev.

BAB VI
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
(Konsep, Dasar, Karakteristik dan Implikasi)
brobandi@upi.edu

A. Konsep Pendidikan Seumur Hidup


Pengertian Pendidikan Seumur Hidup. Sebagaimana telah dipaparkan pada bab
yang lalu bahwa pendidikan merupakan peristiwa atau kegiatan yang terjadi dan dilakukan
dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak terjadi pada kehidupan makhluk lain seperti pada
hewan atau pada tumbuhan. Dilihat dari keterlibatan orangnya di dalam pendidikan, ada
orang yang melakukan praktik pendidikan dan ada orang yang melakukan studi atau
mempelajari pendidikan. Salah satu alasan logis berlangsungnya pendidikan seumur hidup
adalah adanya keyakinan bahwa proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup. Di
samping alasan tersebut, pendidikan juga merupakan modal utama manusia untuk
mengembangkan segenap potensi dan sumber daya manusia menjadi kemampuan nyata yang
diperlukan dalam kehidupannya. Oleh karena itu baik dalam makna praktik maupun studi,
pendidikan akan berlangsung sepanjang manusia hidup.
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah konsep pendidikan yang menerangkan tentang
keseluruhan peristiwa dan kegiatan pembelajaran dalam proses pembinaan kepribadian yang
berlangsung secara kontinyu dalam keseluruhan hidup manusia. Proses pembinaan kepribadian
memerlukan rentang waktu yang relatif panjang dan berlansung secara terus menerus sepanjang
hidup. Pendidikan seumur hidup, yang disebut dengan Life Long Education adalah pendidikan
yang menekankan bahwa proses pendidikan berlangsung terus menerus sejak seseorang
dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan seumur hidup berlangsung secara
kontinyu dan tidak terbatas oleh waktu, dan tempat sepanjang perjalanan hidup manusia sejak
lahir hingga meninggal dunia baik secara formal maupun non formal. Proses pendidikan
seumur hidup tidak hanya dilakukan oleh seseorang yang sedang belajar pada pendidikan
formal, namun dilakukan oleh semua lapisan masyarakat.
Makna pendidikan seumur hidup dapat dilihat dari beberapa perspektif, meliputi
perspektif filosofis, potensialitas-idealitas, perspektif ekonomi, perspektif sosiologis,
teknologis, dan perspektif pedagogis.
Perspektif filosofis. Dari sudut pandang filosofis manusia pada hakekatnya merupakan
makhluq individual, makhluq sosial, makhluq susila, makhluq berbudaya dan makhluq
beragama. Semua itu merupakan potensi manusia yang harus dikembangkan secara optimal
dan terus menerus sepanjang hidupnya sehingga kesemuanya itu tercapai secara serasi, selaras
dan seimbang.

1
Sebagai makhluq individual manusia merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipecah
antara aspek fisik dan psikhisnya, antara jasmani dan rohaninya. Di samping itu manusia pun
adalah makhluq sosial yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai
makhluq sosial dia juga adalah makhluk yang bisa dipengaruhi dan bisa mempengaruhi orang
lain. Konsekuensi dari manusia sebagai makhluq yang bisa dipengaruhi, maka manusia juga
merupakan mahluq yang bisa dipengaruhi dan mempengaruhi melalui pendidikan. Artinya
manusia adalah makhluq yang dapat dididik. Konsekuensi dari hakekat manusia sbagai
makhluq sosial yang dapat mempengaruhi orang lain, maka manusia pun adalah makhluq yang
dapat mendidik orang lain dan mendidik dirinya sendiri. Dengan demikian secara filosofis
manusia juga adalah makhluq yang perlu dididik dan dapat dididik, serta akan mampu
mendidik diri sendiri. Manusia perlu dididik karena pada saat dilahirkan bayi baru lahir (BBL)
dia tidak berdaya dan penuh ketergantungan yang sangat perlu bantuan. Tanpa bantuan orang
lain apa dari ibunya, dari ayahnya, atau dari saudaranya dan lain-lain, maka bayi itu mungkin
tidak bisa tumbuh bahkan mungkin tidak akan bisa hidup dengan wajar. Manusia juga
merupakan makhluk yang dapat dididik, karena dibalik kondisi ketidakberdayaannya, dalam
dirinya terkandung sejumlah potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan nyata. Di
samping perlu dan dapat dididik manusia juga adalah mahkluk yang setelah mendapat
pendidikan, sesuai dengan tingkat kematangannya dan kemampuannya pada waktunya ia pun
akan berkembang sehingga mampu mendidik diri sendiri. Secara otodidak ia pun akan mampu
mengembangkan kemampuannya secara mandiri dan berlangsung secara kontinyu seumur
hidupnya sampai ia meninggal dunia.
Perspektif Potensialitas-Idealitas. Dari perspektif potensialitas-idealitas, memiliki
makna bahwa pendidikan seumur hidup bakal memungkingkan seseorang mengembangkan
potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan sepanjang hidupnya. Kemampuan manusia yang
secara potensial masih tersembunyi, melalui pendidikan seumur hidup potensi-potensi tersebut
dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan sepanjang hidupnya,
sehingga secara ideal dapat mencapai kehidupan yang dicita-citakannya secara optimal.
Perspektif ekonomi. Dari tinjauan ekonomi memiliki makna bahwa pendidikan
seumur hidup merupakan upaya yang sangat efektif untuk keluar dari kebodohan, keluar dari
keterbelakangan yang menjadi penyebab ketertinggalan, kemiskinan dan kemelaratan. Secara
ekonomi pendidikan seumur hidup merupakan upaya yang dapat meningkatkan produktifitas,
memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki, memungkinkan hidup dalam
suasana sehat dan menyenangkan, memungkinkan hidup dengan memiliki motivasi dalam
memelihara, mengasuh, membimbing dan mendidik anak dalam seluruh lingkungan hidup
untuk meningkatkan kulitas kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Perspektif Sosiologis. Secara sosiologis memiliki makna bahwa pendidikan seumur hidup
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi anak-anak yang belum atau tidak sempat

2
mengenyam pendidikan formal atau pendidikan sekolah, terutama di negara negara yang belum
berkembang. Pada negara yang belum berkembng pada umunya masih banyak para orang tua
yang belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk mendidik anaknya secara formal melalui
persekolahan.
Perspektif Teknologis. Secara teknologis kita sekarang ini tengah berada di era
globalisasi dan abad informasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perubahan
dan perkembangan yang sangat pesat. Perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat
berlangsung dengan cepat yang kini kita telah menapaki fase ke eempat yang dikenal dengan
fase revolusi industry 4,0. Perkembangan Revolusi Industri 4.0 mempengaruhi berbagai sektor
dalam kehidupan, termasuk dalam sektor pendidikan. Antara lain terjadi perkembangan pada
literasi yang dibutuhkan, yaitu adanya tuntutan akan kecakapan literasi data, literasi teknologi,
dan literasi manusia. Semua orang, tak terkecuali semua pendidik, sarjana, pemimpin dan
sebagainya dituntut tidak jarang kali memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya laksana
apa yang terjadi di negara maju. Ketika semua pendidik dan semua praktisi pendidik tidak
mempunyai pengetahuandan wawasan yang luas, barangkali akan terbelakang dan tergilas oleh
pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menuntut kita semua untuk
terus belajar sepanjang hayat.
Perspektif Pedagogis. Secara Pedagogis perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat dewasa ini mempengaruhi berbagai aspek pendidikan, antara lain
terjadi perkembangan pada literasi yang dibutuhkan, yaitu adanya tuntutan akan kecakapan
literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia (Suwardana, 2017, hal. 107; Yahya, 2018,
hal. 13-14). Selain itu, dikemukakan dalam majalah The Economist edisi 14 Januari 2017 bahwa
dalam dunia kerja, masyarakat dituntut pula untuk memiliki kecakapan sosial (Morrar, Arman,
& Mousa, 2017, hal. 17). Terjadi pula banyak peluang dan tantangan lainnya yang hadir bagi
pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Keberhasilan pendidikan dalam memanfaatkan
peluang dan tantangan tidak terlepas dari kualitas komponen-komponen pendidikan, yang
secara pedagogis memerlukan upaya pendidikan yang terus menerus sepanjang hayat yang
relevan agar bisa mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.
Sejalan dengan konsep pendidikan seumur hidup dari berbagai perspektif tersebut di atas,
Mudyahardjo R (2014, hal 3) memberikan pengertian pendidikan dengan definisi maha luas
yang menyatakan bahwa pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sesorang
yang berlangsung seumur hidup. Duke dalam Rahmat JP (2013 hal 41) mengemukakan bahwa
dalam pengertiannya yang luas dapat meliputi seluruh pengalaman yang mendidik yang dialami
oleh orang-orang dalam seluruh kehidupan mereka.

3
Blakely mengemukakkn bahwa proses pendidikan dalam pengertian yang amat luas
dapat didefinisikan sebagai perubahan manusia dalam memahami dunia luar, dirinya sendiri
dan hubungan dirinya dengan orang lain serta objek-objek yang ada di lingkungannya.
Perubahan-perubahan tersebut membantu seseorang untuk memahami pengalaman dan
kemungkinan peningkatan cara-cara bertingkah laku yang efektif untuk menghadapi kehidupan
serta memungkinkan mengontrol elemen-elemen linhkungan yang berhubungan dengannya.
Sedangkan Coombs dan Ahmed mengajukan pandangannya bahwa pendidikan adalah belajar
dalam arti luas, tanpa melihat di mana, kapan dan bagaimana berlangsung. Dengan demikian
pendidikan mencakup hal-hal yang lebih luas tidak hanya terbatas pada keterampilan-
keterampilan akademis dan bahan-bahan pelajaran di sekolah, namun juga mencakup
kemampuan bekerja untuk bekal kehidupan, yang mencakup pekerjaan-pekerjaan
kerumahtanggaaan, pengembangan apresiasi etika dan estetika, dan cara-cara berpikir analitik
, pembentukan sikap, nilai-nilai dan cita-cita, asimilasi pengetahuan dan informasi tentang
berbagai hal.
B. Dasar Pendidikan Seumur Hidup
Dasar Teoritis. Secara teoritis gagasan tentang pendidikan seumur hidup (Life Long
Education) yang sering juga disebut pendidikan sepanjanghayat sebetulnya sudah muncul jauh
sebelum dicetuskan PPB tahun 70- han. Konsep Pendidikan seumur hidup yakni dalam Ajaran
Islam sudah muncul sejak zaman kerosulan Nabi Besar Muhammad sollalloohu Alaihi
Wasallam (SAW). Gagasan tersebut muncul dalam bentuk perintah melalui hadits dari Abu
ُ ُ‫ ا ُ ْطل‬uthlubul ‘ilma minal
Hurairah RA dari Nabi SAW beliau bersabda : ‫ب اْل ِع ْل َم مِ نَ اْل َم ْه ِد إلَى الَّحْ ِد‬
mahdi ilal lahdi yang artinya: ”Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai dari buaian hingga liang
lahad”. (H.R. Muslim). Hadits ini sudah muncul dan tersiar sejak 14 abad yang lalu yakni abad
ke enam masehi. Lalu kemudian gagasan pendidikan seumur hidup tersebut dicetuskan
kembali oleh tokoh pendidikan Johan Amos Comenius 5 abad yang lalu yakni pada abad 16
(1592-1671 masehi) dan kemudian oleh John Dewey sekitar 70 tahun yang lalu (sekira tahun
50-an).

Comenius mencetuskan konsep bahwa pendidikan adalah untuk membuat persiapan


yang lebih berguna hari akhir nanti. (Cropley, 2001, hlm. 67). Pendidikan sepanjang hayat
merupakan suatu prinsip yang menjadi dasar seluruh organisasi sistem pendidikan yang ada.
Dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas kelembagaan dan program
sistem pendidikan. John Dewey, tokoh filsafat Pragmatisme dan pendidikan dari Amerika
(1859-1952) menaruh keyakinan bahwa yang pokok dalam pendidikan adalah kegiatan anak itu
sendiri. Kegiatan itu merupakan manifestasi dari kehidupan.Tidak ada kehidupan tanpa
kegiatan.Sepanjang hidup harus ada keaktifan.Anak wajib memperoleh pengetahuan dari
usahanya sendiri. (Hasan,2007, hlm.2) Pada tahun 70-an, PBB mencetuskan kembali

4
pendidikan seumur hidup melalui Laporan Edgar Faure sebagai ketua Komisi Internasional
tentang perkembangan pendidikan yang berjudul”Learning To Be, The World of Education,
Today and Tomorrow,”yang diterbitkan oleh UNESCO tepatnya pada tahun 1972, yang salah
satu rekomendasinya bahwa untuk mengantisipasi dunia pendidikan di masa depan, adalah
pendidikan sepanjanghayat(life long education), (UNESCO dalam Jawed, 1996, hlm. 53-54).

Dasar Yuridis. Secara yuridis di negara kita Republik Indonesia pernah tercantum
pada garis garis besar haluan negara tahun 1978 telah dinyatakan bahwa Pendidikan
dilangsungkan seumur hidup dan dilakukan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, karena
itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Selanjutnya pada GBHN 1993 “Pendidikan Nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi,
baik antara berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan maupun antara sektor pendidikan
dengan sektor pembangunan serta antar daerah” . Jenis pendidikan ini mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
mengembangkan sikap kepribadian hidup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta
didik.
Dalam pasal 1 ayat 1 undang-udang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional ditegaskan bahwa : pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Kemudian dalam pasal 5 ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. penegasan tentang
pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh
dengan dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan di luar sekolah. Ketetapan
di atas menunjukkan, bahwa setiap warga negara berkesempatan seluas-luasnya untuk menjadi
peserta didik melalui pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah. Setiap warga negara

5
diharapkan dapat belajar pada tahap-tahap mana saja dari kehidupanya dalam mengembangkan
dirinya sebagai manusia Indonesia. Masyarakat dan pemerintah diharapkan dapat bekerja sama
dalam menciptakan situasi yang dapat memotivasi anak untuk terus belajar. Sekolah formal
bukan satu-satunya tempat dan waktu untuk belajar. Dasar pendidikan seumur hidup adalah
adanya keyakinan, bahwa proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup, baik dalam
sistem pendidikan persekolahan maupun di luar system persekolahan. Pendidikan sekolah
meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
Pendidikan di luar sistem persekolahan, menurut D. Sudjana (1996:44) terdiiri atas :
1. Pendidikan Massa (Mass education), yakni kesempatan pendidikan yang diberikan kepada
masyarakat luas dengan tujuan yaitu membantu masyarakat agar mereka memiliki kecakapan
dalam hal menulis, membaca dan berhitung serta berpengetahuan umum yang diperlukan dalam
upaya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai warga negara. Istilah Mass education
menunjukan pada aktifitas pendidikan di masyarakat yang sasarannya kepada individu-individu
yang mengalami keterlantaran pendidikan, yaitu individu yang tidak berkesempatan
memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah, tetapi putus di tengah jalan dan belum sempat
terbebas dari kebuta-hurufan. Mass education ini dapat dikatakan semacam program
pemberantasan buta huruf atau program keaksaraan, tentu saja tidak bertujuan supaya orang-
orang didiknya sekedar bisa baca-tulis, tetapi juga supaya memperoleh pengetahuan umum
yang relevan bagi keperluan hidupnya sehari-hari. Individu yang menjadi sasarannya adalah
pemuda-pemuda dan orang dewasa, yang pelaksanaannya melalui kursus-kursus yang
ditujukan untuk mendidik calon – calon pemimpin masyarakat yang diharapkan sebagai motor
penggerak usaha – usaha di masyarakat.
2. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education), yaitu pendidikan yang disajikan untuk
membelajarkan orang dewasa. Dalam salah satu bukunya tentang PLS, Sudjana (1996:45)
menerangkan bahwa pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang diperuntukan bagi
orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan
kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik dan profesi yang telah
dimilikinya, memperoleh cara-cara baru serta merubah sikap dan perilakunya.
Pendidikan ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Pendidikan Lanjutan, yaitu kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat yang perlu
mendapatkan pendidikan secukupnya menjelang kedewasaan dengan memberi satu keahlian
ataupun pengetahuan yang bersifat umum agar kelak dipakai sebagai alat pencarian nafkah.
b. Pendidikan Pembaruan yaitu kegiatan pendidikan yang utama ditunjukkan kepada orang –
orang yang sudah melampaui masa muda. Pendidikan ini terutama untuk memperoleh
kedudukan dalam pekerjaannya .

6
c, Pendidikan Kader Organisasi, yaitu kegiatan yang berupa latihan atau kursus – kursus yang
diselenggarakan oleh organisasi ataupun perkumpulan baik dalam lapangan politik, ekonomi
dan hiburan.
d. Pendidikan Populer, yaitu kegiatan yang ditujukan pada semua orang agar dapat
memanfaatkan waktu senggangnya dengan sebaik – baiknya, dengan memberikan aktivitas
tertentu yang berguna baginya.
3. Pendidikan Perluasan (Extension Education), yaitu kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan di luar lingkungan sekolah biasa, diselenggarakan oleh perguruan tinggi untuk
mengimbangi hasrat masyarakat yang ingin menjadi peserta aktif dalam pergolakan zaman.
Kegiatan pendidikan yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah meliputi seluruh kegiatan
pendidikan dan pembelajaran baik yang dilaksanakan diluar sistem pendidikan sekolah yang
dilembagakan ataupun tidak dilembagakan,
4. Pendidikan Masyarakat yaitu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa termasuk
pemuda diluar bas umur tertinggi kewajiban belajar dan dilakukan diluar lingkunagan dan
sistem pengajaran sekolah biasa.
Dalam Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasinal nomor 20mtahun 3003 dinyatakan
bahwa pendidikan luar sekolah terdiri atas a. Pendidikan Umum, yaitu pendidikan yang
mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan
pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. b. Pendidikan
Kejuruan yaitu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu. c. Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan luar biasa yaitu pendidikan yang khusus
diselenggarakan untuk peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, yang menyandang
kelainan fisik dan/atau mental. d. Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai suatu Departemen atau
Lembaga Pemerintah Nondepartemen e. Pendidikan Keagamaan yaitu pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. f. Pendidikan Akademik
yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan. dan g.
Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu. Didalam UU sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003
menyatkan bahwa jenis – jenis pendidikan luar sekolah adalah
Pendidikan kecakapan hidup ( Life skill education )Pendidikan kepemudaan
Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) Pendidikan pemberdayaan perempuan. h. Pendidikan
keaksaraan, yaitu Jenis program pendidikan keaksaraan berhubungan dengan populasi sasaran
yang belum dapat membaca dan menulis. Dulu program ini dikenal istilah pemberantasan buta
aksara ( PBA )

7
C. Urgensi /Pentingnya Pendidikan Seumur Hidup
Paling tidak ada tiga faktor yang mendorong perlunya dilaksanakan pendidikan
seumur hidup pada dunia Pendidikan kita dewasa ini, Pertama adalah keterbatasan
kemampuan pendidikan sekolah; Kedua terjadinya perubahan masyarakat dan peranan sosial,
dan ketiga pendayagunaan sumber yang masih belum optimal.
1. Keterbatasan Kemampuan Pendidikan Sekolah
Keterbatasan pendidikan sekolah melibatkan berbagai faktor yang berkenaan dengan
masukan instrumental sekolah (tujuan pendidikan, isi pendidikan, guru, siswa, keuangan,
sarana dan sebagainya), dan proses pendidikannya. Mutu masukan dan proses pendidikan
secara intern dapat melemahkan kemampuan sekolah untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas tinggi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Hal ini bertambah parah karena
faktor ekstern kurang mendukung atau kurang dimanfaatkan secara optimal.
Di samping itu keterbatasan sekolah dapat dipengaruhi oleh inertia atau kelemahan
para pelaksananya. Banyak di antara kita bersifat konservatif dalam melaksanakan tugas
mengajar dan mendidik menutup diri terhadap segala kemajuan yang terjadi dalam dunia
teknologi pendidikan, atau kadang-kadang secara tidak sadar menentangnya karena berbagai
motif yang tersembunyi. Keterbatasan kemampuan sekolah (Reja M, 2014: 172) antara lain
terlihat pada:
1) Masih banyaknya lulusan pendidikan sekolah yang tidak terserap dunia kerja dikarenakan
kualitas kompetensi yang rendah;
2) Daya serap rata-rata lulusan sekolah masih rendah sebagai akibat dari belajar yang kurang
optimal
3) Belum efisiennya pelaksanaan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi penghamburan
pendidikan ( educational wastage) yang terlihat misalnya pada sejumlah drop out sekolah
dan adanya siswa yang mengulang kelas (repeaters).
Keterbatasan kemampuan pendidikan sekolah ini mendorong kepada perlunya usaha
memperbaiki pendidikan sekolah dan usaha-usaha baru untuk melengkapi pendidikan
sekolah, dan memadukannya dengan pendidikan luar sekolah dalam suatu sistem yang saling
menunjang. Di sini lah pentingnya pendidikan seumur hidup, yakni pendidikan yang bersifat
semesta baik dalam tataran waktu maupun dalam tataran isi substansi yang diperlukan untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia secara utuh.

2. Perubahan masyarakat dan peranan sosial


Yang terutama menyulitkan pendidikan ialah masalah tenaga kerja dan kesempatan
kerja. Para lulusan sekolah atau perguruan tinggi masih harus dilatih terlebih dahulu sebelum

8
mereka bekerja sebagai karyawan efektif. Alangkah perlunya pendidikan itu dan didekatkan
dan disesuaikan dunia pasaran kerja masyarakat. Tetapi sering mensyarakat dan pasaran kerja
itu terlalu cepat berubah sehingga bisa saja sekolah itu tak pernah dalam keadaan yang sesuai
betul dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Justru yang dibutuhkan ialah pelaksanaan
pendidikan demi efektifnya siswa dan lulusan menyesuaikan diri kepada perubahan
lingkungannya. Disinilah timbulnya kebutuhan individu untuk belajar terus seumur hidup atau
sepanjang hayatnya.
Masih ada sisi lain dalam kehidupan kita yang sangat menarik dan perlu mendapat
perhatian secukupnya. Gejala tersebut ialah perkembangan ilmu dan teknologi. Ilmu dan
teknologi berkembang sangat pesat dan menyerbu kehidupan kita melalui hasil-hasilnya
dalam bentuk barang atau gagasan. Hasil perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan
perubahan-perubahan dalam masyarakat yang selanjutnya menyebabkan perubahan-
perubahan peranan siosial. Perubahan dalam peranan sosial, menuntut kepada setiap anggota
masyarakatnya untuk menyesuaikan dirinya dengan peranan-peranan tersebut. Hal ini pun
berlaku bagi kita semua sebagai guru, agar dapat mengikuti dan berperan serta aktif dalam
pembaharuan dalam bidang pendidikan. Kita tahu bahwa hasil ilmu dan teknologi
menyebabkan penemuan-penemuan dalam bidang pendidikan, terutama perkembangan
dalam teknologi pendidikan baik dalam pengertian perangkat keras (hardware) maupun
perangkat lunak (software) dalam bentuk multimedi, pembelajaran online dalam jaringan
(daring) dan lain-lain. Melalui berbagai media modern sekarang ini, informasi dan
pengalaman belajar dapat tersebar dengan cepat dan meluas. Hal ini menuntut adanya
perubahan peranan, termasuk perubahan peranan pada guru yang tidak lagi berperan sebagai
orang yang serba tahu. Guru perlu melakukan reorientasi dan revitalisasi peran barunya dalam
dunia pendidikan. Untuk itu guru harus menjadi pebelajar sejati seumur hidup dalam rangka
adaptasi dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi dan terus berlangsung. Dengan
menjadi pebelajar sejati dan seumur hidup, guru diharapkan dapat berperan secara aktif
menghadapi perubahan dan perkembangan yang terus berlangsung, serta mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan.

3. Pendayagunaan sumber yang masih belum optimal


Salahsatu masalah yang kita hadapi dewasa ini ialah kelangkaan atau kekurangan
sumber yang mendukung pelaksanaan pendidikan. Hal ini sekurang-kurangnya mempunyai
dua makna bagi para pengelola dan pelaksana pendidikan. Pertama perlu dilakukan
penghematan dan optimalisasi dalam pengguanaan sumber yang tellah tersedia bagi
pendidikan. Kedua, perlu digali sumber-sumber baru yang msih terpendam dalam masyarakat,
yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar dan meningkatkan proses pendidikan. Dalalm
pendidikan, siswa adalah sumber bagi dirinya dan bukan hanya obyek bagi gurunya.

9
Pendidikan ialah usaha yang bersifat membantu siswa agar potensi-potensi yang terpendam
tersebut tumbuh mekar, berkembang, dan meningkatkan menjadi kemampuan-kemampuan
nyata yang dapat dipergunakan siswa dalam melaksanakan tugas-tugas hidupnya. Dengan
demikian guru sebagai salahsatu pendidik siswa berhubungan dengan pertumbuhan,
pemekarn, pengembangan, dan peningkatan potensi-potensi yang terpendam tersebut.
Pengelolaan pendidikan sekolah yang optimal memerlukan pendayagunaan sumber-
sumber yang telah terdapat disekolah yang terdapat pada siwa baik yang masih terpendam
maupun yang sudah menjadi kemampuan nyata, dan yang terdapat dilingkungan luar sekolah.
Pengelolaan sumber-sumber tersebut membutuhkan koordinasi dan kerjasama yang terpadu.
Tidak saja mengembangkan potensi intelektual tetapi juga aspek afektif, psikomotor dan
aspek kepribadian lainnya.

D. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup


Pendidikan seumur hidup bertujuan untuk mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal
mungkin. Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah mencapai kualitas hidup pribadi,
sosial, dan profesional seoptimal mungkin. Melalui pendidikan seumur hidup seseorang
diharapkan meningkatkan kualitas hidupnya ssesuai dengan peranannya dalam kehidupan
baik sebagai pribadi/personal, sebagai warga masyarakat, sebagai tenaga kerja, sebagai warga
negara dan sebagai umat manusia dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
demikian secara potensial keseluruhan potensi manusia di isi dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhannya supaya berkembang secara wajar. Dengan mengingat proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka
pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup. Dengan keseimbangan yang wajar
hidup jasmani dan rokhani kita itu, berarti kita mengembangkan keduanya secara utuh sesuai
kodrat kebutuhannya, akan dapat terwujud manusia seutuhnya. Sebaliknya ada
kecenderuangan –kadang kadang tanpa disadari kita lebih mengutamakan hidup jasmani dan
keduniawan. Hal ini terbukti dengan kebiasaan hidup yang melupakan kebutuhan nilai-nilai
rokhaniah spiritual di atas.
E. Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup memiliki karakteristik sebagai berikut (W Rasyidin 1989) :
1. Keterpaduan Vertikal (Dimensi Waktu)
Ciri keterpaduan vertikal atau dimensi waktu ini mengandung makna bahwa
pendidikan seumur hidup merupakan suatu keseluruhan yang terpadu dari semua kegiatan
pendidikan dan atau pengalaman belajar yang terdapat dalam semua tahapan kehidupan
manusia. Dimensi ini mengandung makna bahwa pendidikan berlangsung dalam seluruh
tahap perkembangan kehidupan seseorang, sejak lahir sampai mati. Dalam pendidikan seumur

10
hidup berarti bahwa kegiatan belajar terus berlangsung dalam setiap tahap perkembangan
hidup seseorang sejak lahir sampai mati. Pada setiap tahap perkembangan hidup seseorang itu
secara terus menerus berlangsung kegiatan belajar dan seseorang menjadi pebelajar yang
tertuju kepada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan kualitas kehidupan yang optimal,
tertuju pada penyempurnaan hidup dalam tahap tersebut. Kegiatan belajar pada suatu tahap
perkembangan seseorang juga menjadi dasar dan bahan persiapan belajar untuk tahap
berikutnya, sehingga akhirnya tercapai kualitas hidup personal, sosial, dan professional yang
optimal
Konsep keterpaduan vertikal mengandung arti bahwa pendidikan tidaklah berakhir atau
berhenti setelah pendididkan disekolah selesai. Pendidikan terus berlangsung setelah
pendidikan disekolah tamat, dengan kata lain pendidikan terus berlangsung sampai seseorang
menemui ajalnya. Perpanjangan pendidikan ini tidaklah berarti masa pendidikan sekolah
diperpanjang sampai mati, tetapi pendidikan sekolah haruslah menjadi salah satu tangga atau
jalan untuk mampu belajar terus setiap waktu dalam hidup seseorang sesuai dengan
kebutuhannya setelah seseorang tamat sekolah.
Makna lain dari keterpaduan vertikal adalah bahwa pendidikan seumur hidup tidaklah
sama dengan pendidikan orang dewasa. Dengan kata lain pendidikan seumur hidup
mencangkup keseluruhan masa pendidikan sejak lahir hingga mati, yang terdiri atas masa
pendidikan sebelum, selama, dan setelah belajar di sekolah. Dalam pendidikan seumur hidup
seseorang hendaknya menjadi pebelajar yang terus menerus belajar baik sebelum, selama
maupun setelah sekolah.

2. Keterpaduan Horisontal (Dimensi Isi/Konten)


Dalam hubngan ini, pendidikan seumur hidup berarti pendidikan yang mencakup
perkembangan semua aspek kehidupan dan kepribadian seseorang. Hal ini berate bahwa
pendidikan yang berlangsung dalam setiap tahap hidup seseorang harus mampu
mengembangkan secara terpadu aspek-aspek: fisik, intelektual, afektif dan spiritual,
sehingga pada akhirnya tercapai perkembangan kepribadian yang lengkap.
Makna lain dari keterpaduan horizontal ini ialah bahwa pendidikan seumur hidup
mencakup pendiddikan umum dan pendidikan profesional, yang saling melengkapi atau
saling menunjang.pendidikan seumur hidup menghendaki agar pendidikan tidak hanya
mengembangkan efisiensi kerja secara profesional (pendidikan profesional),tetapi juga
mengembangkan aspek-aspek kehidupan manusia sebagai anggota
masyrakat,warga,negara, dan sesama umat.
3. Keterpaduan Ekologis (dimensi tempat/lingkungan)
Konsep pendidikan seumur hidup mengakui bahwa pendidikan berlangsung dalam
lingkungan kehidupan manusia dengan kata lain, keseluruhan kehidupan manusia

11
merupakan ekologi atau lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan hal ini
mengandung makna bahwa pendidikan tidaklah terbatas kepada pengalaman belajar yang
diperoleh melalui program yang terencana secara ketat seperti pribadi sekolah, tetapi juga
terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh secara tidak terencana dan incidental.
Makna lain dari keterpaduan ekologi ialah bahwa lembaga pendidikan seperti
sekolah,perguruan tinggi,dan pusat-pusat latihan,merupakan tempat belajar yang
penting,tetapi hanya sebagai salah satu saja dari lembaga-lembaga dalam kehidupan seumur
hidup. Pendidikan seumur hidup merupakan konsep pendidikan yang menghendaki ada
nya kesesuaian antara pendidikan dengan hidup.pendidikan seumur hidup mengusahakan
tercapai nya kesesuaian tersebut dengan jalan: menyelaras kan pendidikan sekolah dengan
pendidikan luar sekolah dalam suatu keterpaduan horizontal, menyinambungkan
pengalaman pendidikan dikeluarga, disekolah dan masyarakat dalam suatu keterpaduan
vertical untuk mencapai pertumbuhan manusia selengkap mungkin, mengusahakan semua
pengalaman pendidikan bersifat saling menunjang dan berkesiambungan, menyesuaikan
kebutuhan, masalah dan tingat pertumbuhan seseorang memperbaiki sistem ujian, kenaikan
izajah yang sudah tidak sesuai lagi, mengutamakan belajar daripada mengajar, dan
sebagainya.
4. Keragaman dan kelugasan Program dalam Pendidikan
Konsep pendidikan seumur hidup menghendaki keragaman dan kelugasan dalam
program dan kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak bersifat satu jalur pengalaman belajar
(monolitik), tetapi berbagai pengalaman belajarnya diselaraskan kepada kesempatan dan
minat seseorang. Program dan kegiatan pendidikan hendaknya disesuaikan kepada
kebutuhan dan kondisi seseorang yang berbeda-beda.
Pendidikan seumur hidup menghendaki agar dalam pelaksanaannya dipergunakan
cara-cara belajar baru untuk melengkapi cara-cara belajar lama.
Pendidikan seumur hidup menghendaki agar pendidikan berfungsi adavtif dan
inovatif skaligus. Pendidikan hendaknya memungkinkan seseorang untuk mampu
menyesuaikan dirianya kepada perubahan-perubahan sosial, ekonomi, industry, dan
ekologis. Penyesuaian diri pribadi terhadap kekuatan-kekuatan dari luar tersebut
merupakan penyesuaian diripribadi seseorang. Oleh karena itu pendidikan harus tertuju
kepada perwujudan kemampuan diri, penyempurnaan diri, dan pengembangan kepribadian
seutuhnya.
Pendidikan seumur hidup menghendaki pendidikan universal. Pendidikan tidak
merupakan hak prerogatif dari sekelompok orang tertentu. Kesamaan kesempatan
pendidikan untuk semua orang dalam setiap tahap hidupnya hendaknya diberikan.
Kesamaan kesempatan pendidikan ini hendaknya mengarah kepada proses demokratisasi

12
dalam pendidikan, dimana setiap orang dapat mewujudkan hak asasinya yaitu
mengembangkan potensi yang terdpat dalam dirinya secara optimal.
Ada tiga pokok bagi pendidikan seumur hidup, yaitu : kesempatan, motivasi, dan
kemampuan belajar. Persyaratan pertama ialah kesempatan yang memadai untuk dapat
belajar melalui jalur formal dan tidak formal dalam pegembangan profesi dan pendidikan
umum. Disamping kesempatan, individu perlu di dorong untuk mau dan ingin belajar.
Pendidikan seumur hidup harus berkembang makin lama makin menjadi kegiatan belajar
sendiri dan belajar membina sendiri karena seseorang mengembangkan dirinya sendiri dari
tahap yang satu ke tahap berikutnya. Selanjutnya persyaratan ketiga adalah kesiapan
seorang untuk mengambil keuntungan dari kesempatan belajar yang tersedia. Termasuk
dalam hal ini yaitu keteerampilan menggunakan teknik belajar, kemampuan membuat
rencana belajar dan melaksanakannya, kemampuan menggunakan berbagai alat dan media
belajar secara efektif, kemampuan belajar sendiri dengan percaya kepada diri sendiri, dan
sebagainya.
Menurut Umar T Raharja , ciri-ciri pendidikan seumur hidup, yakni:
1. Memisahkan tembok pemisah antara pendidikan sekolah dengan lingkungan nyata luar
sekolah.
2. Pendidikan seumur hidup menempatkan belajar bagian integral dari proses hidup.
3. Pendidikan seumur hidup lebih mengutamakan pembekalan hidup dan metode dari pada
isi pendidikan.
4. Pendidikan seumur hidup menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi
pelaku utama di dalam proses pendidikan yang menyuruh pada pendidikan diri sendiri,
atau memiliki kepribadian yang aktif kreatif, tekun, bebas dan bertanggung jawab, tabah,
dan tahan banting serta yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar membaca
(learning society)

F. Sasaran Pendidikan Seumur Hidup


Pendidikan seumur hidup memiliki sasaran bagi orang dewasa dan bagi anak
1. Bagi Orang Dewasa
Bagi orang dewasa pendidikan seumur hidup ini sasarannya diarahkan dalam
rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntunan hidup mereka sepanjang
masa. Di antara self interest tersebut, kebutuhan akan baca tulis bagi mereka umumnya
dan latihan keterampilan bagi para pekerja, sangat membantu mereka untuk menghadapi
situasi dan persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci keberhasilan.
Program kegiatan, pembiayaan dan administrasi penyelenggaraan, ada sebagai
kecil yang ditangani masyarakat sendiri, akan tetapi di sebagai besar negara hal-hal

13
tersebut memperoleh bantuan dari pihak luar seperti lembaga pendidikan tinggi,
pemerintah setempat atau suatu staf ahli dari proyek atau panitia tertentu.
2. Bagi Anak/ Remaja
Pendidikan seumur hidup bagi anak dan remaja, merupakan sisi lain yang perlu
memperoleh perhatian dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi
orang dewasa nantinya dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Pengetahuan dan
kemampuan anak, member peluang yang besar bagi pembangunan pada masa dewasa dan
pada giliranya masa dewasanya menanggung beban hidup yang lebih ringan.
Proses pendidikannya menekankan pada metodologi yang mengajar oleh karena
pada dasarnya pada diri anak harus tertanam kunci belajar, motivasi belajar dan kepribadian
belajar yang kuat. Program kegiatan disusun mulai peningkatan kecakapan baca
tulis,keterampilan dasar dan mempertinggi daya piker anak,sehingga memungkinkan anak
terbiasa untuk belajar,berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-
citakan pada masa yang akan datang.

G. Implikasi konsep pendidikan seumur hidup


1. Implikasi Pendidikan Seumur Hidup pada Program-Program Pendidikan
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan dalam garis besarnya
dapat dikelompokkan dalam enam kategori, sebagai berikut :
a. Pendidikan Baca Tulis Fungsional (KF)
Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup karena relevansinya
dengan kondisi yang ada pada negara-negara berkembang karena masih banyaknya
pendudukan yang buta huruf,melainkan juga sangat penting ditinjau dari implementasinya.
Bahkan di negara yang sudah maju sekalipun dimana radio,film dan televise telah menentang
ketergantungan orang akan bahan-bahan bacaan, namun membaca masih tetap merupakan cara
yang paling murah dan praktis untuk mendapatkan dan menyebarkan pengetahuan.
Jadi melek huruf fungsional itu di samping merupakan isi program sekaligus juga
merupakan sarana terlaksananya pendidikan seumur hidup. Sebab itu realisasi baca tulis
fungsional itu harus memuat dua hal yaitu:
1) Memberikan kecakapan membaca,menulis,menghitung,(3M) yang fungsional bagi
anak didik, dan
2) Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih
lanjut kecakapan yang telah dimilikinya itu.
b. Pendidkan Vokasional
Apakah pendidikan vokasional itu sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi
anak didik di luar batas usia sekolah, ataukah sebagai program pendidikan formal dan non

14
formal dalam rangka apprentice-skip training, merupakan salah satu origram penting dalam
rangka pendidikan seumur hidup. Pada kebanyakan negara berkembang yang sistem
pendidikan formal umumnya diambil dari negara barat (bekas jajahan seperti halnya indonesia),
out put pendidikan sekolah pada umumnya dirasakan kurang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang sedang membangun.kemajuan teknologi,tentang otomasi (otomation),dan
makin meluasnya industrialisasi menuntut pendidikan vokasional it uterus-menerus.
c. Pendidikan Profesional
Apa yang berlaku bagi para pekerja dan buruh, berlaku pula bagi para profesional.
Bahkan tantangan buat mereka itu lebih besar dan kuat. Mereka berusaha keras terus-menerus
dan bergerak cepat agar tidak ditinggalkan oleh kemajuan. Sebab itu dalam tiap-tiap profesi
hendaknya telah tercipta built-in mechanism yang memungkinkan golongan profesional itu
selalu mengikuti perubahan dan kemajuan dalam metode perlengkapan, teknologi dan sikap
profesionalnya. Ini merupakan realisasi dari pendidikan seumur hidup.
d. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu
mengikuti perubahan sosial dan pembangunan merupakan konsekuensi penting daripada asas
pendidikan seumur hidup. Abad ilmu pengetahuan dan teknologi itu pengaruhnya telah
menyusup dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat, seorang ibu rumah tangga
yang berkerja di rumahnya dengan kompor listrik,mesin cuci listrik dan perkakas rumah tangga
lainnya yang serba elektronik itu bagaikan seorang sarjana yang berkerja di laboratoriumnya.
Semua itu mengandung konsekuensi program pendidikan yang terus menerus.
e. Pendidikan Kewargaan Negara dan Kedewasaan politik
Tidak saja bagi warga negara biasa, melainkan para pemimpin masyarakat pun sangat
membutuhkan pendidikan kewargaan negara dan kedewasaan politik itu. Dalam alam
pemerintah dan masyarakat yang demokratis, maka kedewasaan warga negara dan para
pemimpinnya dalam kehidupan bernegara sangat penting. Untuk itu program pendidikan
kewargaan negara dan kedewasaan politik itu merupakan bagian yang penting dari pendidikan
seumur hidup.
f. Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang
Spesialisasi yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang telah di mulai pada
usia muda dalam program pendidikan formal di sekolah, membikin manusia menjadi
berpandangan sempit pada bidangnya sendiri, buta kekayaan nilai-nilai kultural yang
terkandung dalam warisan budaya masyarakat sendiri. Seorang yang disebut “educated man”
harus memahami dan menghargai sejarah, kesusastraan,agama,filsafat hidup,seni dan musik
bangsa sendiri. Sebab itu pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang secara kultural dan
pengisi waktu sengang secara kultural dan konstruktif merupakan bagian penting dari
pendidikan seumur hidup.

15
2. Impilkasi Pendidikan Seumur Hidup Pada Pendidikan Sekolah
a. Fungsi dan tujuan sekolah. Pendidkan sekolah ialah pendidikan untuk mngembangkan
semua aspek kepribadian baik kognitif, afektif dan keterampilan. Tujuan pendidikan
sekolah tidak hanya menguasai bahan pelajaran tetapi dapat menggunakan apa yang
telah dipelajari itu untuk mampu belajar sendiri dana membina diri kapanpun dan
dimanapun.
b. Program pendidikan sekolah. Program kegiatan pendidikan terdiri atas kegiatan
kurikuler, ko kurikuler dan ekstrakurikuler. Proses pendidikan atau kegiatan
pembelajaran hendaknya tidak hanya melalui satu jalur pengalaman belajar saja tetapi
lebih merupakan gabungan dari berbagai pengalaman belajar pendekatan, strategi dan
model serta metode yang bervariasi
Daftar Pustaka
Blakely, R (2002). The School and Continuing Education. Paris : UNESCO
Cropley.(2001).Pendidikan Sepanjang Hayat, Penyunting M. Sarjan Kadir.Surabaya:
Usaha Nasional.
Duke C. (2006). Australian PerspectivesIn Lifelong Education. Melbourne: Australian
Counsil For Education Research.
Hasan,M.T.(2007).Islam dalam Perspektif Sosial Budaya.Jakarta: Galasa Nusantara.
Hasbullah. (2005). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
M. Noor Syam, (1998), Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya : Usaha
Nasional

Mudyaharjo,R dan Rasyidin W (1987) .Dasar-Dasar Kependidikan .FIP-IKIP Bandung

Mudyahardjo, Redja,(2014) . Pengantar Pendidikan. Bandung: Rajawali Pers

Mudyahardjo, Redja,(2002), Filsafat Ilmu Pendidikan, Suatu Pengantar, Bandung:


Remaja Rosda Karya
Rahmat, JP (2013). Belajar Sepanjang Hayat: Konsep, Kebijakan dan Aplikasi dalam
Pendidikan Nonformal Menuju Masyarakat Berpengetahuan. Bandung :
EDUKASIA Press
Tirtarahardja, Umar, dan S.L La Sulo (2005) , Pengantar Pendidikan Jakarta : Rineka
Cipta
UNESCO, Dalam Jawed, Muhammad, (Ed.). (1996).Year Book of the Muslim World: A
Handy Encyclopaedia, New Delhi: Medialine

16

Anda mungkin juga menyukai