Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

PENDAHULUAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang senantiasa memberikan

kita kekuatan lahir dan batin, sehingga pada saat ini kita masih dapat merasakan nikmatnya

hidup dan bernapas dengan udara yang segar. Shalawat serta salam marilah kita curahkan

kepada Baginda Agung Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan kita dalam

memimpin diri kita dan memimpin organisasi ini, yang senangtiasa menunjukan keikhlasan

memperjuangkan harkat dan martabat manusia. Dari sosok Beliaulah HMI meneladani diri

menjadi organisasi yang berproses memperjuangkan tingginya harkat dan martabat

perempuan, khususnya perempuan Indonesia dalam menuju peradaban manusia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Pada nabi Muhammad pulalah kita

berharap safaat-Nya di hari akhir nanti.

Peserta Pleno Komisariat Universitas Pakuan yang terhormat.

Bidang pemberdayaan perempuan merupakan salah satu bidang di Himpunan Mahasiswa

Islam yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan

penyikapan HMI terhadap persoalan keperempuanan dan pembinaan para perempuan HMI.

Disamping kgiatan-kegiatan sadar gender sebagai salah satu pencampaian (Achievement)

organisasi serta merumuskan pemikiran-pemikiran kualitatif yang bermanfaat bagi kemjuan

KOHATI dan sesama organisasi keperempuanan lainnya, membuat pola perkaderan yang

memandang KOHATI sebagai tempat perkaderan HMI-WATI, melaksanakan kegiatan yang

menumbuhkan upaya bersama dikalangan perempuan sosial serta mengangkat isu perempuan

menjadi isu bersama di HMI dan yang terlebih penting adalah mengarahkan pembinaan

personalia KOHATI dalam kehidupan sosial masyarakat.

Pada dasarnya HMI adalah organisasi yang sensitif gender dan memandang penting peran

perempuan dalam berorganisasi maupun kehidupan bermasyarakat, hal ini dibuktikan oleh

HMI pada awal berdirinya sudah meilbatkan perempuan dan memberikan ruang khusus bagi

anggota HMI-WATI dan saat ini tugas serta fungsi itu dijalankan oleh bidang pemberdayaan

perempuan yang di ejawantahkan oleh KOHATI sebagai badan khusus HMI. Landasan kerja

pengabdian bidang ppemberdayaan perempuan adalah konstitusi HMI dan Hasil Musyawarah
Nasional KOHATI, yang menjabarkan secara lebih luas agar dapat melihat dan menganilisis

pencapaian program kerja demi untuk perbaikan dan kemajuan organisasi di masa yang akan

datang.

KONDISI OBYEKTIF

Internal

HMI tak lagi muda, organisasi mahasiswa tertua di Indonesia ini telah genap berusia

70 tahun lebih. Lahir disaat para founding father bangsa ini berupaya membangun

infrastruktur dan suprastruktur negara ini, menjadikan HMI sebagai organisasi

mahasiswa yang turut serta mengawal Pembangunan Nasional Indonesia. Sebagai

kawah candra dimuka yang mengkader mahsiswa untuk berjuang bersama baik secara

fisik, pemikiran hingga nyawa tentu saja merupakan sebuah pengabdian yang tak

terkira. Inilah potret sejarah masa lalu HMI yang selalu menjadi romantisme bagi

para kader yang ikut berproses didalamnya. Hal ini merupakan suatu yang sangat

membanggakan, namun sekaligus menjadi beban yang berat bagi generasi

penerusnya. Romantisme sejarah tersebut membuahkan decak kagum bagi setiap

kader yang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh para seniornya.

Masalah-masalah kewanitaan di HMI semula kurang mendapat porsi pengarapan

yang wajar. Kegiatan-kegiatan HMI-Wati hanya ditampung dalam bentuk seksi atau

departemen keputrian. Dalam kaderisasi informal, HMI-Wati ditempatkan pada

bagian- bagian yang kurang strategis (seksi komsumsi, perlengkapan, paling tinggi

sekretaris) untuk menunjukkan peran dan potensi mereka yang sebenarnya, jarang

sekali HMI-Wati diposisikan pada bagian yang layak disandang.

Secara kualitas, kader kader HMI-Wati memiliki potensi besar untuk itu, tapi budaya

patriarki yang masih merambah dalam aktifitas HMI sehingga menyulitkan HMI-

Wati untuk tumbuh dan berkembang. Belum lagi image tentang kiprah aktivis

perempuan yang dibatasi oleh perspektif lingkungan sekitarnya pun membuat HMI-

Wati makin tertinggal dalam hal kaderisasi. HMI secara organisasi memiliki konsep

pengkaderan yang sangat mapan di bandingkan dengan organisasi pemuda lainnya,

seharusnya tidak memandang bulu dalam menjalankan roda organisasi. Tetapi segala
bentuk kemapanan akan melahirkan pergolakan HMI-Wati mulai sadar bahwa potensi

mereka perlu ditingkatkan dari hanya sekedar objek menjadi subjek, sehingga mereka

dapat mengembangkan diri secara khusus dan dibutuhkan adalah sebuah wadah

akselerator tersendiri bagi kaderisasi HMI-Wati, dengan tidak menafikkan ruang yang

sudah ada.

Namun dekade ini perkembangan organisasi semakin memprihatinkan. Sejatinya bagi

seorang kader kita semua harus menyadari ada yang salah dalam tubuh organisasi ini.

Terutama dilihat dari segi perkaderan dan semangat pengabdian kader terhadap

masyarakat, serta arah pembinaan dan perkaderaan yang mengalami kemundaran baik

dari pengelolaan training dan pembinaan anggota menjadikan organisai mulai

mengalami degradasi kemampuan intelektual dan kesadaran akan tugas dan

tanggungjawab untuk melaksanakan agenda organisasi, kondisi internal lain yang

masih terjadi hingga hari ini dan masih menjadi tugas bidang pemberdayaan

perempuan adalah proses perkaderan dan kebijakan di HMI yang cenderung

mengabaikan keberadaan perempuan. Meskipun kita berani bertaruh bahwa kapsitas

kader HMI-WAN dan HMI-WATI tidak ada perbedaan. Akan tetapi kurangnya

pembinaan dan kurangnya upaya untuk meningkatkan kesadaran serta semangat

berorganisasi mengakibatkan partisipasi HMI-WATI dalam proses perkaderan dan

jabatan stuktural di HMI sangat kurang bahkan jauh dari harapan bila kita

mendengungkan kuota 30% sebagai affirmative action terhadap perempuan maka hal

ini masih berlaku di HMI, hari ini mumcul statement saling menyalahkan dimana

KOHATI dianggap eksklusif oleh sebagaian kalangan di HMI sehingga kesan yang

ditimbulkan adalah KOHATI dan HMI tidak bisa sejalan serta bersinergis padahal

tanggungjawab membina kader HMI-WATI bukan hanya merupakan tanggungjawab

KOHATI maupun bidang pemberdayaan perempuan semata. Akan tetapi menjadi

tanggungjawab bersama. Maka kedepan harus ada kesadaran bersama dalam

bertanggungjawab membangun organisasi. Dalam hal ini membangun resources

organisasi merupakan kewajiban HMI dan KOHATI.

Meskipun masih berjalan terlatih dalam periode kepengurusan 2018-2019 saat ini

secara internal, mulai ada peningkatan yang signifikan. Hal ini tentu saja tidak
dibangun dalam jangka waktu yang singkat, perlu bekerja kerja keras dan rasa legowo

yang melandasi dibangunnya rasa persaudaraan, kekeluargaan antara pengurus

KOHATI cabang dan pengurus KOHATI/Pemberdayaan Perempuan serta seluruh

kader HMI-WATI di Universitas Pakuan.

Eksternal

KOHATI berperan sebagai LSM Perempuan dan ikut serta berperan aktif dalam

federasi organisasi keperempuanan di masing masing tingkatanya. KOHATI duduk di

forum kerja sama wanita sekber Golkar, KAWI, BKOW (Badan Koordinasi

Organisasi Wanita) dan PEMIAT (Persatuan Mahaiswa Islam Asia Tenggara).

Kemudian tahun tahun berikutnya KOHATI bergabung dengan KOWANI dan

BMOWI (Badan Musyawarah Organisasi Wanita Islam ) bahkan sejak KOHATI ikut

bergabung dalam federasi tersebut, kader kader terbaik KOHATI menjadi pengurus

organisasi tersebut di tahun tahun berikutnya sampai dengan hari ini. Dimensi

eksternal KOHATI pun menyentuh spektrum internasional. Hal tersebut terlihat

dengan keterlibatan KOHATI sebagai peninjau bahkan peserta penuh dalam even

even internasional (Internasional Seminar, Peace Youth Foundation, AMSEC

Meeeting, dll.

Eksistensi KOHATI diranah eksternal HMI diejawantahkan oleh KOHATI

Komisariat sebagai organisasi perempuan yang senantiasa menyikapi wilayah isu

keperempuanan regional, menelaah dari sebagian permasalahan perempuan hari ini,

misi HMI terkait masalah keperempuanan sejak dulu eksis untuk selalu berada pada

garis yang terdepan untuk ikut andil didalamnya melawan budaya patriarki, kebijakan

yang tidak sensitive gender, diskriminasi terhadap perempuan serta persoalan-

persoalan perempuan lainnya.

Tantangan mahasiswa hari ini adalah budaya hedonisme yang kental dengan hura-

hura, passion yang berkiblat ke dunia barat, pergaulan bebas yang jauh dari nilai-nilai

islam. Kader HMI idealnya mampu menjadi sosok Uswatun Khasanah bagi

mahasiswa diluar sana baik dari segi penampilan maupun intelektual. Sering kali kita

terlena dengan urusan eksternal kita sebagai organisasi yang memperjuangkan nasib
perempuan-perempuan yang bermasalah. Namun justru yang terjadi kita tidak

mengindahkan peran internal kita didalam membina HMI-WATI yang menjadi

tanggungjawab utama dan misi organisasi dibentuk.

Dalam berorganisasi maka sangatlah layak jika kebijakan populis yang harus diambil

adalah dengan kembali pada eksistensi para pengurus yang harus dimulai dikampus.

KOHATI hari ini harus mampu berkreativitas merencanakan kegiatan-kegiatan yang

menjawab kebutuhan mahasiswi dan diminati para mahasiswi. Untuk menjawab

beberapa kondisi perempuan saat ini, KOHATI harus memasifkan

cara pengkaderannya terhadap kader HMI-Wati. KOHATI harus meningkatkan

kualitas pendidikan hmi-wati, sebagai kaum akademisi, karena kader hmi-wati

haruslah memiliki bekal pengetahuan yang mumpuni. KOHATI perlu memupuk rasa

kepedulian terhadap lingkungan sosialnya dengan melakukan kajian-kajian dan

diskusi publik yang masif tentang fenomena-fenomena yang terjadi dilingkungan

sekitar. Hal ini perlu dilakukan agar KOHATI tidak hanya berani berbicara didepan

kader HMI, akan tetapi kader HMI-Wati juga dapat meningkatkan kualitas

berbicaranya didepan public.

Persoalan kemandirian perempuan merupakan hal yang sangat menarik untuk

menjadi solusi dari segala bentuk persoalan perempuan di negeri ini, sebagian

perempuan Indonesia masih jauh dari persoaln kemandirian baik kemandirian dalam

mengambil keputusan maupun kemandirian finansial. Hal ini memicu segala bentuk

permasalahan yang dihadapi perempuan. Berangkat dari keprihatinan dalam

menghadapi persoalan ini, maka curriculum LKK sebagai training formal wajib bagi

kader HMI-WATI perlu dilakukan pembenahan menyangkut materi yang diberikan

disetiap training. Dengan pembekalan tersebut, harapannya akan muncul banyak

pengusaha muda perempuan yang menyokong perekonomian dan kemandirian

organisasi HMI sebagaimana dicontohkan oleh Ummahatul Mukminin Siti Khodijah

R.A.

Persoalan kesehatan perempuan juga menjadi pokok pembahasan yang tidak boleh

dikesampingkan. Semakin meningkatnya penderita HIV/AIDS sebagai penyakit yang


mematikan menimbulkan kekhawatiran tersendiri. KOHATI hari ini dengan turut

memberikan system pendidikan training yang memuat nilai-nilai Islam sebagai

benteng dan memperkokoh iman agar tak terjerumus dalam pergaulan yang salah.

PROGRAM KERJA

Adapun program kerja yang kami susun adalah sebagi berikut:

PROGRAM KERJA KETERANGAN

1. Mengadakan Kajian Bedah Pedoman Dasar KOHATI Terlaksana (4

(PDK) Kali Pertemuan)

2. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Terlaksana,

namun kurang

maksimal (+- 3

Bulan pertama)

Terlaksana,
3. Penulisan Gagasan tentang perempuan
namun kurang

maksimal (1 kali

pada hari kartini)

4. Memperingati Hari Besar HMI dan Perempuan Terlaksana

Hari Kartini (Menulis Artikel), Hari Perempuan


International (DISCO (Diskusi Cooking), Hari Milad Kohati
(membuat video Ucapan)
Terlaksana (5

5. Ngobat (Ngobrol Tobat) Kali saat bulan

puasa ramadhan)

6. Safari Lintas Kohati setiap komisariat yang ada di Cabang Kota


Terlaksana
Bogor

Diganti dengan Diskusi Marak Akhir Tahun (Tentang

Darurat Pelecehan Seksual Di Lingkungan Pendidikan)


7. Usaha jilbab dan sesuatu yang berbau perempuan serta

menggunakan brand yang di buat oleh HMI-wati Tidak

Terlaksana
Komisariat Universitas Pakuan

EVALUASI DAN PROYEKSI

Program Program yang diatas adalah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk membantu

Komisariat Universitas pakuan mencapai tujuan organisasi berdasarkan landasan dan dan

perumusan program kerja KOHATI Komisariat Universitas Pakuan sudah menerjemahkan

dan merealisasikan dalam program kerja, dan tentu semuanya dilakukan dalam rangka

peningkatan sumber daya organisai, namun demikian tentu saja masih banyak kekurangan

dalam pelaksanannya. Kesadaran untuk mengabdikan diri sebagai kader HMI khususnya

KOHATI dan human resources masih menjadi masalah dalam pelaksanaan kegiatan

organisasi. Akan tetapi upaya untuk meminimalkan kondisi ini akan terus dilakukan karena

apa bila sering terjadi dapat menghambat beberapa kegiatan kegiatan lainnya.

Konsolidasi organisasi masih mutlak harus dilakukan untuk memudahkan kerja-kerja

organisasi, menciptakan iklim kebersamaan dan ketaatan peraturan merupakan syarat utama

mewujudnyatakan visi misi organisasi. KOHATI Komisariat Universitas Pakuan masih

sangat membutuhkan senergitas dengan bidang-bidang lain sebagai upaya pengarus utamaan

gender dan mewujudkan kesadaran perkaderaan anggota baik HMI-WAN maupun HMI-

WATI adalah tugas bersama. Selain itu agenda-agenda yang berkaitan dengan eksternal

organisasi dengan kondisi bangsa, khususnya persoalan pemberdayaan perempuan dan

mewujudkan keadilan serta kesetaraan dalam memajukan perempuan Indonesia adalah

tanggungjawab HMI secara keseluruhan karena perwujudan masyarakat adil makmur itu

bukan hanya laki-laki akan tetapi seluruh elemen masyarakat termasuk perempuan di

dalamnya. Aspek kesejahteraan dan kemakmuran itu adalah milik semua anggota masyarakat

tanpa ada perbedaan identitas dan jenis kelamin, serta cita-cita ini akan dapat diwujudkan

ketika sinergitas dan kerja keras serta kerja cerdas bisa kita lakukan secara bersama-sama

dengan berpegang teguh pada 4 pilar yakni: non diskriminasi, independent, kesukarelaan, dan

kebersamaa yang harus kita junjung di organisasi ini.

KOHATI harus hadir sebagai jawaban datri masalah-masalah yang dihadapi oleh Indonesia.

KOHATI harus menyiapkan kader HMI-Wati yang mempunyai kualitas. Jangan sampai

HMI-Wati saat ini mereka terlalu memikirkan untuk mengembangkan dirinya sendiri tanpa
melihat permasalahan-permasalahan dilingkungan sekitarnya. KOHATI harus menciptakan

seorang HMI-Wati yang sesuai dengan tugas dan fungsi perempuan sebagai seorang anak,

ibu dan sosok yang mengayomi masyarakat, sesuai dengan bait terakhir dalam Mars Kohati,

“Membina Masyarakat Islam Indonesia”- JAYALAH KOHATI.

PENUTUP

Demikian laporan pertanggungjawaban ini kami susun agar mampu memberikan gambaran

tentang program kerja yang sudah dijalankan serta kondisi real hari ini, kami menyadari

masih banyak kekurangan. Maka dari itu, saran serta kritik yang bersifat konstruktif sangat

kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan kami bahwa program yang

telah dilaksanakan dapat bermanfaat bagi kita semua. Banyak hal yang bisa kita petik untuk

dijadikan pelajaran menuju kearah yang lebih baik lagi.

Ketekunan mewujudkan mimpi adalah ikhtiar yang wajib dilakukan manusia baik untuk

pribadi maupun orang lain. Dengan renungan menuju awareness, jadilah kita sebagai

individu sosial. Hal tersebut adalah cerminan manusia sebagai makhluk sosial yang

merupakan sunatullah yang tak terbantahkan sepanjang masa, sehingga realisasi keadaan

masyarakat yang maslahat adalah impian kita bersama.

BillahitaufikWal’hidayah

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, 1442 H

13 Maret 2022 M

OLFI FIRDA FITRIA SISKA SELVIANA

KETUA BIDANG (PP) SEKRETARIS BIDANG (PP)


LAMPIRAN
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
BEDAH PDK (PEDOMAN DASAR KOHATI)
PERINGATAN HARI HARI BESAR (PENULISAN GAGASAN DI HARI

KARTINI)
NGOBAT (Ngobrol Tobat)
Diskusi Marak Akhir Tahun

DARURAT PELECEHAN SEKSUAL DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai