I. Pengantar
Dari keseluruhan aspek organisasional, ketepatan dalam menjalankan kepemimpinan pada
organisasi massa, akan membawa dampak yang menentukan bagi arah perkembangan dan
hari depan sebuah organisasi massa. Meski, aspek ini merupakan aspek yang penting, akan
tetapi dalam praktiknya, banyak dari kalangan pimpinan organisasi massa seringkali justru
bersikap abai dan kurang mau belajar atas kelemahan serta kesalahannya, apalagi
menjalankan kritik oto kritik guna perbaikan-perbaikan pada aspek kepemimpinan lebih
lanjut dari organisasi yang bersangkutan. Ini sungguh petaka yang paling sempurna bagi
organisasi massa yang ada. Tentu saja, sikap abai dan tidak mau peduli tentang bagaimana
menjalankan kepemimpinan yang tepat dan benar dari kalangan pimpinan ini, bukanlah
sesuatu yang timbul secara kebetulan, namun karena memiliki akarnya yang mendalam yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita, yaitu masyarakat yang ber-klas. Oleh
karenanya, berbagai kelemahan yang melekat pada aspek kepemimpinan organisasi
sesungguhnya merupakan cerminan dari masyarakat yang ber-klas, masyarakat yang masih
dicirikan adanya relasi penindasan dan penghisapan pada keseluruhan lapangan kehidupan.
Inilah, hal pertama dan utama yang harus disadari dan dinsyafi oleh seluruh pimpinan
organisasi massa. Tanpa terlebih dahulu menyadari, memahami dan mengerti hubungan antara
keduanya, yaitu hubungan antara organisasi massa dan masyarakat yang ber-klas, berarti
pimpinan organisasi massa telah berlaku layaknya seorang pimpinan “sekte sesat” yang
mengajak murid-muridnya melakukan bunuh diri secara bersama-sama demi tujuan yang
abstrak, tahyul dan mistik. Dengan demikian, masih adanya klas-klas dalam masyarakat kita,
dimana ada klas bermilik (borjuasi) dan klas tidak bermilik (buruh) merupakan sumber
pemasok bahan-bahan terpenting bagi suburnya penyakit yang menjangkiti pimpinan dan
organisasi massa.
Secara khusus, akibat karakter masyarakat yang demikian, alam berfikir dan cara bekerja
yang sepotong-potong akan merupakan segi yang dominan. Dalam menilai dan
menyimpulkan persoalan tidak mendasarkan penilaian secara komprehensif dan menyeluruh.
Oleh karenanya kecenderungan empirisisme ataupun dogmatisme akan merupakan hal yang
sangat mempengaruhi dalam langgam kepemimpinan dari organisasi massa. Kepemimpinan
yang semacam ini kurang menyadari bahwa hanya dengan menyandarkan pada
pengalamannya sendiri tanpa menjadikan pengalaman kepemimpinan yang positif dari orang
lain sebagai sumber inspirasi/pengetahuan maka kepemimpinannya itu mengandung
kelemahan. Demikian pula sebaliknya, pimpinan yang hanya mendasarkan pengetahuan
orang lain tanpa memadukannya dengan pengalaman prateknya sendiri--sebagai sumber
pengetahuan-- juga akan mengandung kelemahan. Sehingga, menjadi keharusan bagi
pimpinan untuk mengkombinasikan pengetahuan sendiri dan pengetahuan orang lain dalam
menyelenggarakan kepemimpinan organisasi massa. Dengan kalimat lain ingin ditegaskan
bahwa diperlukan kesatuan antara teori dan praktek. Dimana, kedua-duanya pada dasarnya
bersumber pada praktek secara kongkrit.
Cara produksi individual merupakan cara produksi yang dominan dan luas. Cara produksi
demikian akan mempengaruhi tumbuhnya kesadaran yang sulit menerima hal-hal baru, meski
hal baru tersebut dapat dikatakan hal yang positif. Sehingga, pada prakteknya akan cenderung
konservatif dan anti perubahan serta anti kemajuan. Namun sebaliknya akan tetap
mempertahankan hal-hal lama, meskipun hal-hal lama tersebut berdampak negative dan
merugikan organisasi. Inilah, sebagian tantangan yang patut untuk diperhatikan oleh seluruh
pimpinan organisasi massa di tengah karakter masyarakat setengah jajahan dan setengah
feudal. Selain itu, ketidak mauan dan adanya kesulitan dalam membagi pekerjaan juga
merupakan akibat lain dari kesadasaran sempit yang timbul dalam karakter masyarakat
demikian.
Sebuah ormas akan mampu memimpin massanya, jika ia berlandaskan teori atau orientasi
yang maju untuk membimbing massa dan perjuangannya. Teori tersebut berfungsi untuk
memecahkan masalah-masalah yang timbul dari praktek memimpin intern organisasi dan
praktek perjuangan massa. Dengan hal itu, diharapkan sebuah ormas mampu
mengorganisasikan massa dan menyatukan fikiran, kemauan dan tindakan dari anggota
anggotanya.
Hanya dengan orientasi yang tepat, garis politik serta dengan mempersatukan barisannya
sendiri, sebuah ormas akan dapat menegakkan kepemimpinannya terhadap perjuangan massa
yang digelorakan. Setiap organisasi massa, hanya bisa berjalan baik dan menjadi alat
perjuangan yang tepat, jika mempuyai pimpinan yang mampu menjalankan kewajiban-
kewajibannya. Oleh karena itu, masalah menjalankan kepimpinanan yang tepat sangat penting
dan menentukan bagi sebuah organisasi.
Dari dua hal pokok diatas ketauladanan seorang pimpinan baik dalam kehidupan intern
maupun memimpin perjuangan masa, benar-benar menentukan. Maka kita perlu
memperhatikan secara mendalam soal tersebut:
Kepeloporan Tanpa Aspek Menyatukan Itu Adalah Kerja Individual Yang Berlebihan
maka dari kepeloporan ini juga harus di kuatkan bersamaaan dengan peneguhan klektifitas
poimpinan artinya kepeloporan scra serentak dikalangan komitte pimpinan,kita sering
berungkap bahawa perjuangan sendiri itu sangat suit untuk membuahkan hasil akan tetapi
masih sering kita jumpai pelaksanaan kolektifitas belum mempunyai dampak menyatukan
kawan ini mengidikasikan bahawa koletifitasas bagaikan keluarga kedua kita belum bisa kita
maksimalkan,kejujuran,keterbukaan berdasar rasa kasih dan sayang sesama pejuang belum
kita tegakan.
Macetnya pekerjaan organisasi tersebut sangat mungkin terjadi, hal ini dikarenakan sebagian
besar pimpinan masih berfikir dan bertindak spontaniteit. Tanpa penilaian dan perencanaan
yang matang. Namun bertindak “sekedarnya” dalam menjalankan seluruh pekerjaan
organisasi. Dengan demikian, perspektif atas pekerjaan yang dilakukan tidak memiliki arah
dan tujuan yang berguna bagi kemajuan organisasi.
Fikiran dan tindakan spontanitas yang demikian pasti akan merusak dan merugikan organisasi
dan perjuangannya. Karena sesungguhnya fikiran dan tindakan tersebut merupakan cerminan
kesadaran dari massa yang paling terbelakang.
Beberapa masalah lainnya yang timbul dalam kepemimpinan organisasi massa diantaranya
adalah sebagai berikut :
Pandangan dan tindakan individualisme masih merupakan cara yang dominan dalam
menilai masalah dan menentukan sikap serta tindakan politik dan organisasi. Selain itu,
inisitaif dan prakarsa masih bersandar pada perseorangan dalam organisasi massa.
Sudah merasa cukup jika soal-soal politik dan organisasi telah memiliki garis umum dan
merasa cukup dengan hanya mengeluarkan resolusi dan seruan-seruan politik dan
organisasi. Tidak menyadari bahwa garis umum (politik dan organisasi) dan resolusi
hanyalah merupakan tingkat permulaan dari tujuan dan target dari organisasi. Tanpa
adanya usaha untuk memperjuangkan garis umum, maka kesuksesan organisasi tidak
mungkin akan dapat diraih. Sehingga, yang esensial dari garis umum yang telah
ditetapkan tersebut adalah bagaimana menjalankannya dan memperjuangkannya. Wujud
kongkrit dari perjuangan atas garis umum adalah dengan mengorganisasikan pekerjaan
dan secara terus-menerus memeriksa pekerjaan agar tetap sesuai dengan garis umum.
Masih berkembangnya fikiran formalis dan birokratis yang dipadukan dengan kesenangan
akan rutinitas dalam memimpin organisasi massa. Akibatnya, berbagai pekerjaan politik
dan organisasi terhambat dan mengalami penundaan. Tidak menyadari bahwa kesuksesan
tujuan politik dan organisasi hanya bisa diraih karena adanya bantuan langsung dan
dukungan dari massa dan anggota. Pimpinan dan kepemimpinan organisasi yang
demikian akan berlaku congkak/sombong, tidak menghargai massa dan anggota, serta
menjauhkan diri dari massa dan anggota. Merasa bahwa tanpa bantuan dan dukungan
massa dan anggota akan dapat menjalankan pekerjaan sendiri. Pimpinan yang semacam
ini juga akan cenderung takut akan kritik oto kritik, kurang memiliki tanggungjawab
kerja, cenderung akan bersikap “komandoisme” dan lebih senang dibelakang meja dan
berlama-lama dalam rapat. Selain itu, juga akan menyuburkan langgam kerja dan
langgam organisasi jautuh dalam system struktur-fungsional . Yang belakangan ini adalah
langgam kerja dan langgam organisasi borjuasi. Dimana akan memisahkan secara mutlak
fungsi-fungsi dalam organisasi dan tidak menempatkannya sebagai satu-kesatuan yang
utuh dan integral.
Masih berkembangnya pikiran untuk memisahkan antara kepemimpinan politik dan
kepemimpinan organisasional. Banyak dari kalangan pimpinan organisasi massa hanya
mau memenuhi dan meningkatkan kemampuan-kemampuan atau kapasitas teknis
organisasi dan mengabaikan kemampuan kepemimpinan politik dan sebaliknya juga ada
sementara pimpinan yang hanya mau memenuhi aspek kepemimpinan politik dan
mengabaikan aspek kepemimpinan organisasi semata. Hanya menitik beratkan pada salah
satu aspek, jelas sebuah kekeliruan. Oleh karenanya, memadukan antara keduanya
menjadi penting. Dan jauh lebih penting adalah meningkatkan kepemimpinan organisasi
menjadi kepemimpinan politik. Dengan demikian, pemahaman secara jelas atas soal-soal
politik merupakan syarat sekaligus hal yang harus dikuasai secara baik agar tujuan dan
garis umum organisasi dapat diraih.
Di dalam pengalaman banyak organisasi massa, ada juga sebagian pimpinan yang sekedar
membahas dan membuat keputusan organisasi dan kemudian “menyimpannya secara
rapat dalam almari kantor”. Sering pula dijumpai, mereka seolah-olah bersikap patuh
dan disiplin pada keputusan-keputusan organisasi. Pada contoh yang lain, sering dijumpai
mereka-mereka ini juga suka membuat laporan yang baik-baik dan seolah-olah tidak ada
masalah ataupun kesulitan kepada organisasi di atasnya. Dan kalaupun ditemukan
kesulitan dalam organisasinya seolah-olah mereka telah mampu mengatasinya. Namun
dalam praktiknya mereka ini tidak bekerja dan tidak menjalankan keputusan organisasi.
Bahkan, dalam kenyataannya, tidak ada perubahan-perubahan serta kemajuan yang dapat
diraih oleh organisasinya. Maka, tipe pimpinan semacam ini sesungguhnya adalah tipe
pimpinan yang hanya menerima dalam kata-kata saja dan suka dengan bualan dan omong
besar. Jelas tipe pimpinan semacam ini merupakan penghambat kemajuan organisasi dan
pendukung yang paling nyata bagi berkembangnya liberalisme dalam tubuh organisasi,
sekaligus anti disiplin.
Ada juga sementara pimpinan organisasi massa yang dapat dikatakan sangat loyal dan
setia pada organisasi dan perjuangannya. Hanya saja mereka-mereka ini memiliki
keterbatasan dalam mengorganisasikan pekerjaan. Mereka-mereka ini tidak mengerti dan
tidak bisa menjalankan pekerjaan organisasi. Mulai dari menilai masalah, merumuskan
jalan keluar, mengatur dan membagi perjaan hingga memilih dan menentukan personil
yang tepat yang mampu menjalankan pekerjaan organisasi. Tentu saja, loyalitas dan
pengabdian saja tidak cukup bagi organisasi massa. yang jauh lebih penting adalah
bagaimana garis politik dan pekerjaan organisasi dapat diperjuangkan dan dilaksanakan.
Pimpinan tidak akan berguna dan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa massa. Dapat dipastikan
bahwa seluruh pekerjaan organisasi tidak akan bisa dijalankan tanpa massa, tanpa keterlibatan
aktif dari anggota organisasi. Namun juga sebaliknya, massa dan anggota yang tanpa
pimpinan sebagai penuntun, maka seluruh pekerjaan organisasi akan berjalan tanpa arah,
bahkan bisa berkembang pada hal-hal yang merugikan massa dan hari depan perjuangan.
Dua-duanya memiliki kedudukan dan peranan yang saling bertautan dan saling menopang.
Oleh karenanya, hubungan diantara keduanya harus bertalian secara erat. Layaknya hubungan
antara ide dan materi, atau hubungan antara teori dan praktek. Tidak dibenarkan untuk
memisahkan, karena akan berakibat fatal bagi organisasi massa dan perjuanganya.
Dengan demikian, penting bagi pimpinan untuk secara tepat menjalankan prinsip-prinsip garis
massa serta selalu mengembangkan dan mendorong kehidupan demokatis dalam organisasi.
Tentu saja kehidupan demokratis ini harus tetap diletakkan dalam disiplin dan kepemimpinan
organisasi. Karena bila tidak, demokrasi yang dikembangkan bisa mengarah pada ultra
demokrasi. Dan ini adalah demokrasinya kaum borjuasi. Yaitu, demokrasi yang liberal tanpa
batas, yang menempatkan kebebasan individu di atas segala-galanya melampaui kepentingan
organisasi. Sehingga, organisasi massa yang tepat harus menghindari kekeliruan ini.
Selain hal-hal tersebut di atas, agar tujuan organisasi massa dapat diraih dan tidak
menyimpang dari garis politik dan garis organisasi yang telah ditetapkan, maka hal-hal
tersebut di bawah ini patut untuk diperhatikan dan secara sungguh-sungguh mengusahakan
pelaksanaannya oleh pimpinan organisasi massa, yaitu :
Massa dan anggota menentukan segalanya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
pimpinan bersala dari massa dan seluruh pekerjaan dan kesuksesan organisasi pada
dasarnya karena adanya peranan dan kerja langsung dari massa.
Pentingnya memadukan antara seruan umum dengan hal-hal kongkrit dan praktis dari
kepentingan massa.
Setelah ada ketetapan garis umum politik dan garis umum organisasi, selanjutnya
menyusun pekerjaan dan mengorganisasikan pekerjaan. Termasuk didalamnya
menyusun target, menentukan waktu, membagi pekerjaan serta memilih orang
yang tepat
Selalu berhubungan secara erat dengan massa dalam berbagai pekerjaan organisasi dan
kehidupan organisasi.
Belajar dari pengalaman sendiri dan memadukannya dengan pengalaman orang lain
Memadukan tanggungjawab kolektif dengan tanggungjawab perseorangan
Secara terus-menerus melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan putusan politik dan
organisasi. Memberikan bimbingan kepada unsur maju dan anggota, meningkatkan taraf
pengetahuannya, membantu memecahkan kesulitan hidup anggota.
Melakukan kritik dan oto kritik dan mendidik diri serta mendidik massa dan angota dari
kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Hana melalui belajar dari kesalahan, semua hal
dapat dikembangkan dan dimajukan.
Memperhatikan unsur-unsur maju ditengah massa dan berusaha menariknya dalam
pekerjaan organisasi untuk selanjutnya mempromosikan unsur-unsur maju tersebut dalam
pekerjaan organisasi lainnya sebagai latihan langsung untuk mempertinggi kualitas unsur-
unsur maju dan anggota.
Selalu mendorong partisipasi dan keterlibatan aktif dari massa dan anggota dalam seluruh
pekerjaan organisasi.
Ulet dan tekun dalam belajar serta dalam mengatasi kesulitan-kesulitan kerja organisasi
dan kesulitan-kesulitan hidup. Menghindarkan diri dari berbagai penyakit yang ditentang
oleh massa kaum tani dan rakyat tertindas lainnya, seperti merendahkan kaum perempuan
dan melakukan perbuatan-perbuatan asusila lainnya. Demikian pula harus secara teguh
memegang garis politik dan garis organisasi sekaligus menghindarkan diri dari penyakit
liberalisme organisasi dan oportunisme politik. Tidak kalah penting adalah
mempraktekkan cara hidup sederhana layaknya kehidupan umum kaum tani dan rakyat
tertindas lainnya.
Otokritik merupakan salah satu bagian langgam kerja yang jitu dan demokratis, yaitu
memadukan teori dengan praktek, berhubungan erat dengan massa dan otokritik. Oleh karena
itu harus menjadi salah satu unsur pentng dalam kehidupan intern organisasi dan sekali-kali
tidak boleh dibekukan. Pada kesempatan ini tidak akan disajikan pembahasan mengenai
kritik-otokritik secara umum, tetapi terbatas hanya dalam hubungannya dengan metode
memimpin.
Sesuai dengan kedudukan dan tugasnya, pimpinan adalah badan yang paling
bertanggungjawab atas pelaksanaan semua ketentuan dalam perjuangan massa untuk
mencapai tujuannya. Pimpinan organisasi harus dapat membimbing seluruh barisan organisasi
untuk menjalankan dengan baik langgam kerja organisasi dan semua ketentuan-ketentuan
yang tercantum didalam Konstitusi dan peraturan-peraturan organisasi lainnya. Oleh karena
itu dalam hal langgam otokritik pimpinan harus pula yang paling bertanggungjawab dan
memberikan teladan. Dalam pelaksanaannya (jangan diartikan vulgar), pimpinan jangan
sampai melalaikan langgam tersebut dan berusaha terus-menerus supaya langgam ini
menjiwai kehidupan intern organisasi, tetapi juga untuk terselenggaranya suatu cara
memimpin yang ilmiah.
Pada waktu ide tadi mulai diuji dalam praktek di tengah-tengah massa akan tampak adanya
kekurangan-kekuranganya atau ketidak tepatannya. Melalui pengujian dalam praktek,
kekurangan, ketidaktepatan atau bahkan kesalahan yang penting dapat ditemukan secara
wajar dan segera dapat diperbaiki atau disempurnakan pada waktu dan cara yang tepat pula.
Dan ide yang sudah lebih sempurna itu dan sudah diuji dalam praktek dibawa lagi ke tengah-
tengah praktek massa. Dan melalui ujian praktek berikutnya tadi, ide tersebut akan lebih
mendapatkan kesempurnaan lagi. Demikian melalui proses seperti tersebut sesuai dengan
kenyataan objektif.
Tidak jarang terjadi, bahwa pimpinan dalam menyusun idenya dapat tepat sekali jadi. Selain
itu, dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, juga selalu terjadi kemungkinan dia
mengalami kesalahan ini atau itu. Oleh karena itu, sesudah menguji ide-ide yang telah
disusunnya, pimpinan harus berusaha menyimpulkan pengalamannya. Dalam penyimpulan ini
dan selanjutnya dalam penyempurnaan ide-idenya, metode kritik-otokritik harus digunakan
untuk memperbaiki kekurangan atau membetulkan kesalahan.
Penyimpulan pengalaman adalah salah satu tingkat pekerjaan yang sangat penting dari
pimpinan. Jika penyimpulan tersebut dengan cara yang tepat, maka akan menghasilkan
kesimpulan yang tepat. Penyimpulan pengalaman yang tepat tersebut, akan mengangkat
pengalaman prkatek menjadi ide yang ilmiah, mengangkat pengalaman ptraktek ke taraf teori.
Dan penyimpulan yang tepat tersebut, dengan sendirinya akan sangat mendorong maju
pekerjaan berikutnya. Penyimpulan yang tepat akan dapat mengubah suatu kegagalan menjadi
ibu kemenangan. Sebaliknya, jika penyimpulan itu tidak tepat, kita tidak akan menghasilkan
kemajuan apa-apa.
Pimpinan akan dapat mencapai prestasi, jika dalam meninjau pengalaman itu dia tidak
subyektif dan berat sebalah. Pimpinan tidak boleh takut menghadapi kenyataan pahit, dia
harus berpijak pada kenyataan apa adanya, kepada kenyataan objektif. Keberhasilan harus
ditinjau secara wajar dan tidak dilebih-lebihkan, seterusnya dikembangkan dengan cara-cara
yang lebih sempurna. Kekurangan, kelemahan, kesalahan dan kegagalan tidak boleh ditutup-
tutupi atau diperkecil, tetapi harus dipaparkan sebagaimana adanya. Yang penting adalah
tindak lanjutnya. Sehingga, menganalisis tentang sebab-sebab dan faktor-faktor serta kondisi
yang menyebabkan terjadinya kekurangan, kesalahan atau kegagalan tadi menjadi penting.
Hanya dengan demikian, dapat ditemukan cara-cara pemecahanya yang dapat untuk
mengatasinya, sehingga di kemudian hari lebih kecil kemungkinannya terulang kesalahan-
keslahan yang sama.
Takut menghadapi kenyataan yang sulit atau pahit akan mengakibatkan tindakan yang
subjektif. Maksudnya, selalu berusaha membagus-baguskan keadaan atau mengadakan
analisis atau evaluasi yang fantastis. Misalnya berupa “situasi baik”, “situasi pasang gerakan
massa terus berkembang”, “pergolakan massa terjadi dimana-mana” dan sebagainya. Padahal
sesungghunya hal itu di luar kenyataan objektif. Kekuatan sendiri dilebih-lebihkan dan
kekuatan lawan diremehkan. Itu berarti telah terjadi tindakan-tindakan avonturisme.
Penekanan mengenai hal ini penting sekali, mengingat persiapan kita menyongsong
datangnya perjuangan yang lebih sengit yang secara objektif tak dapat dihindari. Jika tidak,
kita akan mudah tergelincir ke dalam berbagai macam tindakan yang pada hakekatnya adalah
avonturisme.
Sudah tentu tindakan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam tindakan avonturisme
merupakan penyakit yang bersumber dari subjektivisme, dari pandangan berat sebelah, dari
pandangan yang membesar-besarkan bahaya kekuatan musuh dan meremehkan kebangkitan
massa dan sebagainya. Kesalahan ini akan melahirkan sikap pasif serta ketakutan dan
padamnya kehangatan dan keberanian berjuang dalam kehidupan intern organisasi.
Takut menghadapi kenyataan pahit pasti berakibat tidak dijalankannya otokritik. Oleh karena
itu, pentingnya pimpinan mendengarkan, mengenal dan tanggap terhadap bahan, laporan,
pendapat dan usul-usul anggota dan organisasi dibawahnya, baik yang disajikan secara
eksplisit maupun yang hanya mampu disajikan secara perasaan. Ini tidak berarti bahwa apa
yang mereka ajukan pasti benar dan harus disetujui. Meskipun penyajian mereka tadi berasal
dari praktek atau dari massa. Apalagi kalau masalah-masalah yang kadang-kadang beraneka
ragam tadi, satu sama lain berbeda atau bertentangan. Disinilah dituntut kemampuan dan
kebijaksanaan pimpinan untuk menilai dan memilih yang benar.
VI.Penutup
Paparan diatas memberi gambaran beberapa kesalahan berfikiran maupun praktek, yang harus
segera kita betulkan. Bila kita mempelajari saling hubungan ide dan materi atau saling
hubungan teori dan praktek, maka dalam oraganisasi akan termanifestasikan dalam peran
pimpinan dalam memimipin masa. Jadi bagi pimpinan tiap level organisasi baik kampus,
cabang maupun pusat harus menyadari kedudukan pimpinan sebagai unsur termaju yang
mampu mendalami persoalan masa, menyimpulkan dan mengarahkan persoalan tersebut pada
sasaran yang tepat.
Kelalaian menyimpulkan pengalaman praktek akan berakibat tidak adanya kemajuan dalam
pekerjaan. Kekurangan, kelemahan dan kesalahan tidak dapat segera diketahui dan dengan
demikian tak dapat diperbaiki. Kelalaian itu akan menimbulkan suasana rutin yang
menjemukan, suasana birokratis, tidak membangkitkan gairah kerja dan daya cipta.
Dari praktek kita membangun oragnisasi, tentunya banyak pelajaran yang kita dapatkan. maka
bagi seorang aktivis masa, menyempurnakan cara berfikir dan cara bekerja harus terus
dijalankan. Untuk mendapatkan keputusan-keputusan yang tepat dan ketepatan dalam
berpraktek. Akhir kata, dua hal yang harus ada dalam fikiran kita. Pertama, tegakkan langgam
kerja organisasi . Kedua, Pimpin perjuangan masa dalam Kampus.