Anda di halaman 1dari 27

SISTEM PENDIDIKAN SINGKAT

NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(SINDIKAT NDP HMI)

Disusun oleh:

KHAERIL

HMI CABANG PINRANG

Sebagai Syarat Kepesertaan Senior Course Himpunan


Mahasiswa Islam Cabang Pare - Pare 23 Agustus – 02
September 2019

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG PINRANG
2019
SINDIKAT KONSTITUSI HMI

Sistem Pendidikan Singkat Nilai Dasar Perjuangan (NDP)


Himpunan Mahasiswa Islam

Jenjang : Latihan Kader I


Materi : Nilai Dasar Perjuangan
Alokasi Waktu : 6 Jam

A. TUJUAN MATERI

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta
substansi materi secara garis besar dalam organisasi.
2. Peserta dapat memahami garis besar NDP

Tujuan Pembelajaran Khusus :

1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam


organisasi
2. Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran
4. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan Alam semesta
5. Peserta dapat menjelaskan hakitkat penciptaan Manusia
6. Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat
7. Peserta dapt menjelaskan hakikat hubungan antara iman, ilmu dan amal
B. POKOK MATERI
1. Sejarah Perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI.
1.1 Pengertian NDP
1.2 Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP
1.3 Kedudukan dan Fungsi NDP.
1.4 Hubungan antara NDP dan Mision HMI
1.5 Pengantar Penyampaian Garis Besar Materi NDP
2. Garis besar Materi NDP.

1
2.1 Hakikat Kehidupan.
2.1.1 Analisa Kebutuhan Manusia
2.1.2 Mencari kebenaran sebagi dasar Manusia
2.1.3 Islam sebagai sumber kebenaran
2.2 Hakikat Kebenaran.
2.2.1 Konsep La Ila Ha Illallah
2.2.2 Eksistensi dan sifat-sifat Allah SWT
2.2.3 Rukun Iman Sebagai mencari kebenaran
2.3 Hakikat Penciptaan Alam Semesta
2.3.1 Eksistensi Alam
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam
2.4 Hakikat-hakikat Penciptaan Manusia
2.4.1 Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahkluk Lainnya.
2.4.2 Kesetaraan dan Kedudukan manusia sebagai khalifah dimuka Bumi.
2.4.3 Manusia sebagai hamba Allah SWT
2.4.4 Fitrah, kebebasan dan tanggung jawab manusia.
2.5 Hakikat Masyarakat
2.5.1 Perlunya menegakkan keadilan dalam masyarakat
2.5.2 Hubungan keadilan dan kemerdekaan
2.5.3 Hubungan keadilan dan kemakmuran
2.5.4 Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan
2.6 Hakikat Ilmu
2.6.1 Ilmu sebagai jalan menuju kebenaran
2.6.2 Jenis-jenis Ilmu
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal.
C. ALAT DAN BAHAN
White Board, Spidol, Kertas HVS, Alat Tulis
D. METODE PENYAMPAIAN MATERI
Ceramah, Diskusi kotinyu, FGD, Ice Breaking dan Tanya Jawab

2
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBAWAAN MATERI
No Kegiatan Metode Alokasi
Waktu
1 1. Kegiatan Awal
a. Pendahuluan
1) Instruktur Mengucapkan salam Ceramah
dan membuka forum
2) Instruktur memberikan 60 MENIT
Mukaddimah dan berkenalan
dengan peserta Ice Breaking
3) Instruktur memberikan Ice
Breaking terhadap peserta
4) Instruktur menyiapkan peserta
secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pemberian
materi
5) Instruktur menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai
2 2. Inti
1. Sejarah Perumusan NDP dan
kedudukan NDP dalam organisasi
HMI.
1.1 Pengertian NDP
1.2 Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP CERAMAH,
1.3 Kedudukan dan Fungsi NDP. FGD,
1.4 Hubungan antara NDP dan Mision TANYA 8 X 400
HMI JAWAB MENIT
1.5 Pengantar Penyampaian Garis Besar
Materi NDP
2. Garis besar Materi NDP.

3
2.1 Hakikat Kehidupan.
2.1.1 Analisa Kebutuhan Manusia
2.1.2 Mencari kebenaran sebagi dasar
Manusia
2.1.3 Islam sebagai sumber kebenaran
2.2 Hakikat Kebenaran.
2.2.1 Konsep La Ila Ha Illallah
2.2.2 Eksistensi dan sifat-sifat Allah SWT
2.2.3 Rukun Iman Sebagai mencari
kebenaran
2.3 Hakikat Penciptaan Alam Semesta
2.3.1 Eksistensi Alam
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam
2.4 Hakikat-hakikat Penciptaan Manusia
2.4.1 Eksistensi Manusia dan
Kedudukannya diantara mahkluk
Lainnya.
2.4.2 Kesetaraan dan Kedudukan manusia
sebagai khalifah dimuka Bumi.
2.4.3 Manusia sebagai hamba Allah SWT
2.4.4 Fitrah, kebebasan dan tanggung jawab
manusia.
2.5 Hakikat Masyarakat
2.5.1 Perlunya menegakkan keadilan dalam
masyarakat
2.5.2 Hubungan keadilan dan kemerdekaan
2.5.3 Hubungan keadilan dan kemakmuran
2.5.4 Kepemimpinan untuk menegakkan
keadilan
2.6 Hakikat Ilmu
2.6.1 Ilmu sebagai jalan menuju kebenaran

4
2.6.2 Jenis-jenis Ilmu
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan
Amal.
3 3. Penutup
1. Peserta dan fasilitator melakukan
refleksi terhadap kegiatan forum dan
manfaat-manfaatnya.
2. Fasilitator memberikan ulasan atas CERAMAH 60 MENIT
hasil pembelajaran di forum.
3. Fasilitator memberikan motifasi kepada
peserta untuk bersama-sama berproses
di HMI.
4. Peserta diberikan kesempatan untuk
memberikan pesan dan kesan (bila
perlu).
Fasilitator dan peserta mengucapkan
salam penutup.

F. URAIAN MATERI
1. Sejarah Perumusan dan Kedudukan NDP dalam Organisasi HMI
1.1 Pengertian NDP
Nilai Dasar Perjuangan atau yang lebih akrab disebut NDP
merupakan landasan ideologis Organisasi HMI, NDP tersusun dari tiga
kata yakni Nilai, Dasar dan Perjuangan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Nilai memiliki makna: sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau
berguna bagi kemanusiaan (KBBI Online), Dasar memiliki makna:
pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan), Landasan,
Fondasi, sedangkan Perjuangan mimiliki makna: Usaha yg penuh dng
kesukaran dan bahaya.

5
Maka NDP HMI dihadapan KBBI dapat di artikan sebagai Sifat
atau hal yang digunakan kader HMI sebagai Landasan atau Fondasi
dalam setiap usaha mencapai Tujuan Organisasi.
1.2 Sejarah Perumusan dan Lahirnya NDP
NDP, Kesimpulan suatu perjalanan. Kenyataanya Masyarakat
Indonesia selama ini selalu mengaku muslim dan mengklaim diri
sebagai pejuang Islam. Sebagai bangsa muslim terbesar, Indonesia
memiliki keunikan diantaranya bangsa muslim yang menggunakan
bahasa latin sebagai bahasa nasionalnya (Turki menggunakan bahasa
latin karena revolusi kemal, Bangladesh karena mempunyai huruf
sendiri yaitu huruf Bengali). Indonesia menggunakan huruf Latin
untuk menulis bahasa nasionalnya, Artinya Muslim Indonesia
termasuk bangsa yang sedikit ter”arab”kan. (Islam Mahzab HMI; xi)
Draft awal NDP dirumuskan oleh Nur Cholis Madjid yang berawal
dari tulisan keseharian yang sering disebut kertas kerja (1966 – 1969).
Kemudian Cak Noer mendapatkan beasiswa “Council for Leader &
Specialist” (1969) ke USA. Dengan sisa saku Cak Noer melakukan
perjalanan ke Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon dan
berakhir di Mesir. Selama perjalanan tersebut Cak Noer melakukan
diskusi dan study kritis yang memberikan ide serta sikap yang
ditransformasikan menjadi draft NDP.
Draft tersebut dipresentasikan pada Kongres IX di Malang (1969)
kemudian dibentuk “Komisi Khusus” yang terdiri dari Noer Cholis
Majid, Endang Saifuddin Anshori, Sakib Mahmid. NDP kemudian
disahkan pada kongres X di Palembang (1971), sebagai Dokumen dan
Acuan Gerak Organisasi (Ideologi).
1.3 Kedudukan dan Fungsi NDP.
NDP sebagai Ideologi Organisasi HMI.
Fungsi :
 Spirit ajaran Islam khas HMI.
 Formulasi dari Iman, Ilmu, dan Amal.

6
 Landasan Etis dan Normative bagi kader HMI dalam aktifitas
mencapai 5 Kualias Insan Cita.
 Buku Saku Kader HMI.
1.4 Hubungan NDP dengan Mission HMI
Karena NDP HMI dapat di artikan sebagai Sifat atau hal yang
digunakan kader HMI sebagai Landasan atau Fondasi dalam setiap
usaha mencapai Tujuan Organisasi. Maka NDP menjadi landasan dan
ruh perjuangan HMI dalam melaksanakan aktifitas Mission HMI
sekaligus sebagai dasar ideologis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
1.5 Pengantar Penyampaian Garis Besar Materi NDP
Dekonstruksi mendekontruksi Pemahaman peserta terkait Hakikat
Hidup, Pemahaman Kebenaran) dan Hakikat Penciptaan Alam
Semesta lama.
Mempertanyakan keberadaan Tuhan (Kepercayaan)?
Perkembangan konsepsi Tuhan sebelum Islam.
Tuhan merupakan produk hasil pemikiran manusia, dia lahir
dari sebuah konsepsi yang menjadi sandaran bagi manusia dalam
menggantungkan hidupnya yang sering disebut dengan Tuhan.
- Pada Mulanya, manusia menciptakan satu tuhan yang merupakan
penyebab pertama bagi segala sesuatu dan penguasa langit dan
bumi, dia tidak terwakili oleh gambaran apapun dan tidak
memiliki kuil atau pendeta yang mengabdi kepadanya
(Monoteis). (Karen Amstrong ; Sejarah Tuhan, 27).
- Para Antropolog berasumsi bahwa tuhan telah digantikan ruh
yang lebih rendah dan tuhan-tuhan yang lebih mudah dijangkau
(Politeis). Menurut teori Schmidt, di zaman kuno, Tuhan
tertinggi (langit) digantikan oleh tuhan-tuhan kuil pagan yang
lebih menarik. (Karen Amstrong ; Sejarah Tuhan, 28).
- Sekitar 1200 – 1000 SM Bangsa Yahudi dengan Konsepsi Tuhan
Yahweh dengan kitabnya Taurat dan Zabur (Perjanjina lama).

7
- Sekitar 1 – 32 M Lahir Kristen dengan Konsepsi Trinitas
Ketuhanan dengan kitab Injil (Perjanjian baru).
- Sekitar 620 M Lahir Islam dengan Konsepsi Keesaan Tuhan dan
kitabnya Al Qur’an.
Perjalanan Konsepsi tuhan dalam perjalanan pemikiran manusia
malalui tahap : Monoteis, Politeis, Monoteis, dan Ateis
- Agama tidak lebih merupakan Candu Masyarakat yang dijadikan
alat penghibur dengan mengumbar janji-janji surga di akhirat
sehingga masyarakat (proletar) dapat dininabobokkan (Karl
Marx). (Islam Mahzab HMI, 37)
Setelah menjelaskan materi tersebut, Instruktur mulai
menanyakan kepada peserta training seberapa jauh keyakinan
peserta kepada Tuhannya, sejak kapan peserta mulai beriman dan
beragama.
Mempertanyakan Keberadaan dan Penciptaan Manusia.
Stephen Hawking – Teori Big Bang (1942 – sekarang) Teori ini
dikenal dengan nama “Teori Big Bang”. Dr. Stephen Hawking
seorang ilmuwan asal inggris menjabarkan Teori big Bang tentang
terbentuknya alam semesta ini. Bahwa alam semesta terbentuk secara
6 fase, yaitu :
- Fase Sangat Awal Semesta
- Kondisi alam semesta pada fase ini masih berupa rapatan energi
yg tidak terbatas, dengan suhu dan tekanan yg tidak terbatas pula,
dinamakan Singularitas.
- Fase Awal Alam Semesta
Tanpa di ketahui penyebabnya Singularitas tiba-tiba
mengembang secara eksponensial (Big Bang), akibatnya
menurunkan suhu semesta. Di awal pengembangan turunnya
suhu semesta membuat simetri antar gaya fundamental menjadi
terpisah (tidak lagi sebagai gaya tunggal), akibatnya muncul-lah..
partikel-partikel elementer yg menjadi cikal bakal materi.

8
- Fase Reionisasi
Akibat benturan partikel-partikel tersebut (karena saling tarik
menarik) selama ratusan juta tahun terjadilah pancaran radiasi
sehingga bentuk alam semesta masih seperti plasma (seperti gas
yang bermuatan positif dan negatif)
- Fase pembentukan Bintang
Di wilayah yang volume materinya sedikit lebih rapat, hidrogen,
helium, dan lithium memulai proses pembentukan molekul-
molekul awan gas, lalu menyusut karena gravitasi menjadi bola
plasma, dan karena gaya gravitasi pula suhu dan tekanan bola
plasma tersebut bertambah tinggi yang akhirnya membentuk
bintang-bintang pertama.
- Fase Pembentukan Galaksi
Lagi-lagi karena gaya gravitasi bintang-bintang yang sudah
terbentuk itu bergabung membentuk galaksi
- Fase pembentukan Kluster dan Super Kluster
Kluster adalah gerombolan bintang yang terikat bersama oleh
gravitasi, terbentuk sekitar 10 milyar tahun lalu, begitu pula
dengan super kluster dengan jumlah anggota bintang yang lebih
banyak dengan wilayah yang jauh lebih luas. Galaksi kita
(galaksi Bima Sakti) adalah anggota dari kluster Local Group, di
mana jumlah anggota Local Group terdiri lebih dari 54 galaksi.
(Blog, 1)
Dengan teori ini para ilmuwan mencoba membantah adanya
Intervensi atau peran Tuhan dalam proses pinciptaan tata surya,
dengan mempertegas bahwa alam semesta tercipta dengan
sendirinya.
Teori Evolusi – Charles Robert Darwin (1809 – 1882),
Menurut Darwin, agen tunggal penyebab terjadinya evolusi
adalah seleksi alam.

9
- Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup
di masa lampau.
- Evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Secara umum teori darwin dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
- Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya
waktu.
- Produksi varian baru melalui pada materi genetic yang
diturunkan (DNA/RNA).
- Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu
melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk
menyokongnya.
- Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari
individu fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup
dari kompetisi.
Apakah Alam ini ciptahan Tuhan?
Bagaimana dengan kemungkinan penciptaan alam ini dengan teori
Big Bang yang selama ini diajarkan di sekolah?
Manusia hasil Evolusi dari Kera?
Apakah percaya dengan keberadaan Tuhan?

Rekontruksi Kepercayaan
Dengan segala keteraturan Alam semesta, mungkinkah asal
mula alam semesta tercipta dari teori Big Bang tanpa ada Sang
Creator (TUHAN)? Perdebatan antara kaum Atheis dengan dengan
kaum theis tentang keberadaan dan Intervensi Tuhan dalam proses
penciptaan Alam semesta beserta isinya mewarnai perjalanan
perkembangan peradaban manusia.
Ketika penganut ateistik bertanya, jika yang menciptakan alam
ini tuhan, apakah itu pasti? Dan siapakah di antara manusia yang

10
pernah melihat tuhan sendang menciptakan bumi ini. Lalu penganut
theistik kembali bertanya, jika bukan tuhan siapa? Kaum ateistik
menjawab, tercipta dengan sendirinya. Pengikut theistik kembali
menggugat, siapakah yang menyaksikan bahwa alam tercipta dengan
sendirinya!. (Islam Mahzab HMI, 39)
Akhirnya baik argumen teistik dan ateistik sama-sama tidak
dapat membuktikan dengan meyakinkan karena keduanya tidak
dapat diverifikasi. Disisi lain akal sehat kita tetap akan lebih mudah
menerima argumen theistik ketimbang argumen yang menyatakan
tuhan tidak ada. (Islam Mahzab HMI, 40).
Dalam perkembangannya meskipun kaum atheistik menolak
keberadaan Tuhan yang Suci dan Tinggi, teryata kaum atheistik
memuja tokoh-tokoh atheis seperti Stalin, Karl Marx maupun dari
golongan ilmuwan seperti Darwin, Einsten, dll, Ada juga yang
mengkultuskan ilmu pengetahuan. Secara tidak langsung mereka
bertuhan pada tokoh-tokoh ateis dan beberapa menuhankan ilmu
pengetahuan atau akalnya sendiri. Hal ini menyimpulkan bahwa
Atheis murni tidak ada lagi.
Perdebatan tidak hanya terjadi antara kaum atheistik dengan
theistik, sesama kaum theistik pun terjadi perdebatan yang cukup
mendalam dikarenakan setiap agama dan setiap kepercayaan
mengklaim dirinya sebagai ajaran yang benar dengan Tuhannya
masing-masing. Jika Hanya ada satu Tuhan di dunia ini, maka ada
kemungkinan salah satu Tuhan dari sekian banyak agama (Islam,
Kristen, Yahudi, Budha, Hindu dan lainya) merupakan Tuhan
penguasa Langit dan Bumi dengan teks suci yang mendukungnya
(Kitab Suci), tidak mungkin ada dua Tuhan atau lebih.
Lalu pertanyaannya Tuhan yang mana? Pada prakteknya setiap
agama membenarkan Tuhan yang tersimbol pada agama atau
kepercayaannya dan menyesatkan Tuhan yang tersimbol pada agama
lain. Para Pemikir Agama, membedakan aspek esoteris (al-bawahin)

11
dan eksoteris (al-dzawahir) dalam sebuah agama. Yang berbeda di
dalam kehidupan keberagaman adalah sisi eksoterisnya yang
terkadang disebut juga dengan aspek syari’ah, sedangkan dari sisi
esoterisnya. Semua agama mengajarkan kepada monoteisme
(Tauhid) dan sikap pasrah (islam) itu sendiri. (Islam Mahzab HMI,
48)
Semua agama pada dasarnya (secara esoteris) sama menuju
kepada Tuhan yang Satu (tauhid), namun secara eksoteris (syari’at)
agama-agama itu berbeda antara yang satu dengan lainnya. Dapat
juga dikatakan, keberagaman yang menekankan pada aspek esoteris
(batin) Agama, maka perbedaan semakin kecil sampai akhirnya
bertemu pada satu titik. Sebaliknya, keberagaman yang menekankan
pada aspek eksoteris atau formalisme agama, maka perbedaan itu
semakin tampak dan melebar. (Islam Mahzab HMI, 49)
Hal ini tidak berarti kita menganut agama atau kepercayaan
apapun hasilnya akan sama, karena setiap agama atau kepercayaan
akan melahirkan tata nilai bagi para pengikut atau pemeluknya. Tata
nilai yang bersumber pada setiap Kitab Suci atau pedoman lain
dalam sebuah agama atau kepercayaan akan menjadi ukuran utama
dalam melegimitasi tingkah laku, sikap, sifat sang penganut dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain agama atau kepercayaan
yang di anut harus benar, cara kita melakukan aktifitas keagamaan
sebagai konsekuensi berkepercayaan juga harus benar.
Maka dalam memilih sebuah kepercayaan bukanlah sebuah
permainan yang tidak mengandung konsekuensi apapun, tidak hanya
terletak pada sisi masuk surga atau neraka. Salah memilih
kepercayaan akan membuat manusia kehilangan jati dirinya sebagai
manusia dan menghambat kemajuan peradaban manusia
(membelenggu manusia) bahkan kemungkinan terburuk ras
keturunan Nabi Adam AS akan menghilang dari tanah bumi.

12
2. Garis Besar Materi NDP
2.1 Hakikat Hidup
Hidup tidaklah sekedar untuk menunggu mati atau untuk menumpuk
kekayaan ataupun demi kesenangan jangka pendek (Pragmatis) yang
banyak menjuruskan manusia pada kesesatan dan membelenggu
peradaban manusia. Dalam sejarah perjalanan peradaban anak cucu
Nabi Adam AS mengalami kemajuan pesat secara ilmu pengetahuan
dan teknologi namun mengalami kemunduran dalam memaknai
hidup secara spritual dan moralitas.
Lalu manusia mulai bertanya untuk apa semua kehidupan ini kalau
akhirnya semua akan dijemput oleh kematian. Seketika itu muncul
berbagai kepercayaan dan agama di dalam masyarakat, mencoba
memberi arti lebih dalam kehidupan manusia. Tidak hanya
pendeketan secara ke agamaan, para ilmuwan juga memawarnai
peradaban manusia dengan ilmu pengetahuanya dan hipotesanya
mengenai kehidupan.
2.1.1 Analisa Kebutuhan Manusia.
Perkembangan peradaban manusia yang terus mengalami
perkembangan dan kecepatan (akselerasi) terus mengalami
pertambahan dalam setiap pergantian generasi, tercatat telah terjadi
dua kali revolusi dalam peradaban manusia, yang pertama dikenal
dengan revolusi pertanian dan yang kedua dikenal dengan revolusi
Industri. Memasuki abad ke -20 peradaban menusia memasuki babak
baru yang dikenal dengan era globalisasi. Era ini ditandai dengan
kemajuan teknologi yang pesat berbasis komputerisasi berakibat
pada arus informasi antar satu negara dengan negara lainnya begitu
cepat sehingga seakan-akan menghilangkan batas antar negara.
Hal ini berdampak pada semakin kompleksnya kebutuhan manusia,
dalam perkembangannya kebutuhan manusia, secara umum Abraham

13
maslow membagi tingkat kebutuhan manusia pada piramida
kebutuhan yakni :
1. Kebutuhanfisiologis atau dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Namun Sejak kemunculan manusia, manusia juga mempunyai
kebutuhan spritual, nurani manusia selalu menuntut untuk mencari
dan menemukan sesuatu yang dianggap kuasa dan perkasa.
Perjalanan panjang manusia dalam merumuskan fokus relegiustasnya
inilah yang disebut Karean Amstrong sebagai sejarah “Tuhan”.
Artinya Manusia mempunyai kebutuhan yakni Lahiriyah, Batiniyah
dan Spritualitas.
2.1.2 Mencari Kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia.
Karaen Amstrong dalam bukunya Sejarah Tuhan, mencatat manusia
mencoba mencari Kebenaran Sejati (Tuhan) selama 4000 Tahun
Lamanya, maka mencari kebenaran merupakan sebuah kebutuhan
dasar bagi manusia mengingat rasa ingin tahu dan proses mencari
hakikat hidup bagi manusia begitu tinggi.
Rudolf Otto sejarahwan Agama berkebangsaan Jerman dalam
bukunya The Ide Of Holy (1971) meyakini bahwa setiap orang
memiliki apa yang disebutnya nominous yang juga menjadu dasar
dari setiap agama. Yang di maksud “nominous” adalah perasaan dan
keyakinan seseorang terhadap adanya yang Maha Kuasa yang lebih
besar dan tinggi yang tidak bisa dijangkau dan dikuasai manusia.
(Islam Mahzab HMI 41)
Dalam Pandangan Nur Cholis Madjid, persoalan manusia tidak
terletak pada apakah ia hendak berbakti atau tidak berbakti,
melainkan hendak berbakti kepada apa atau kepada siapa, dan
bagaimana caranya serta apa konsekuensinya. Tentu saha keinginan

14
untuk berbakti kepada siapa dan apa itu haruslah kepada yang ahad
(tunggal). (Islam Mahzab HMI, 41)
Maka sudah menjadi hal yang niscaya bagi manusia untuk menolak
sebuah kepercayaan dalam dirinya, karena tuntutan agar manusia
memiliki kepercayaan datang dari dalam dirinya.
2.1.3 Islam sebagai sumber kebenaran
Seberapapun manusia telah menguasai Ilmu pengetahuan, tidak akan
pernah membuat menusia menjadi dewa atau sekedar manusia
setengah dewa. Dr. Zakir Naik pendebat Islam abad 20 juga
berpendapat bahwa Kuasa Tuhan tidak sedikitpun berkurang hanya
karena manusia diberi kemerdekaan dan berpengetahun dengan
kemajuan teknologi, dia menganalogikannya dengan pertanyaan
berkurangkah apabila air yang ada di hamparan di ambil setetes, dan
apakah berkurang tingginya air dalam samudra tersebut. Pantaskah
manusia sombong karenanya?
Teolog abad ke 10, Imam Ghozali juga mengingatkan betapa akal
bisa menyesatkan apabila kita terlalu berpatokan padanya, kritik
yang ditujukan terhadap hukum kausalitas (sebab-akibat) yang
menjadi ujung tombak kemajuan ilmu pengetahuan lewat karyanya
Tahafut Al Falasifah (Kerancuan para Filosof). Dalam karyanya
Imam Ghozali mengajukan pertanyaan “apa buktinya bahwa api
adalah aktor yang membakar?” Imam Gozali berpendapat jika api
dapat membakar, maka itu bukanlah kerena api itu sendiri memiliki
kemampuan untuk membakar,melainkan karena tuhan telah memberi
api kemampuan membakar, Ia memberikan antitesis dengan contoh
ketika Nabi Ibrahim AS tidak terbakar di tengah kobaran Api. (Imam
Gozali dan Hume, 87)
Maka manusia tidak boleh menyombongkan pengatahuannya dan
senantiasa menggunakan Al Qur’an dan Hadits Sahih sebagai
referensi utama dalam melihat sebuah kebenaran di atas bumi.
2.2 Hakikat Kebenaran

15
2.2.1 Konsep Tauhid
Dalam Agama Islam konsep Tauhid terumuskan dalam dua kalimat
Syahadat yakni “Asyahadu an Laa ilaaha illallah wa asyhadu anna
muhammadan rasulullah” yang berarti Saya bersaksi tiada Tuhan
Selain Allah SWT dan Saya bersaksi Muhammad ada utusan Allah
SWT. Kata Syahadat pertama, Saya bersaksi “tiada Tuhan”
merupakan Peniadaan (Negasi) terhadap pengakuan Tuhan di dunia
ini, sedangkan “Selain Allah” Mengandung Pengecualian (Afirmasi)
yang berarti Tidak ada dan tidak akan pernah ada tuhan terkecuali
Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan penguasa langit dan bumi,
awal dari segala awal yang tidak pernah diawali sekaligus akhir dari
segala akhir yang tidak pernah berakhir. Surat Thaahaa ayat 14
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.”
2.2.2 Eksistensi dan Sifat-sifat Allah SWT
Keterbatasan (kenisbian) yang dimiliki Manusia membuatnya tidak
mampu menjangkau kepada Hakekat Tuhan, maka diperlukan
sesuatu yang lebih tinggi dari Ilmu Pengetahuan, insting dan indra
yang dimiliki manusia namun tidak bertentangan dengan Ilmu
pengetahuan, insting dan indra itu sendiri. Sesuatu yang di perlukan
itu ada “Wahyu” yaitu pengajaran atau pemberitahuan yang langsung
dari Tuhan sendiri.
Nabi Muhammad SAW adalah Rasul penghabisan, jadi tiada Rasul
lagi sesudahnya. Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad
SAW terkumpul seluruhnya dalam kitab suci al Qur’an. Selain
berarti “bacaan”, kata al-Quran juga berarti “kumpulan” atau
kompilasi dari segala keterangan. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam Surat An-Nahl ayat 89.
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami

16
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
Agama tentu tidak sama dengan sebuah organisasi, Beragama tidak
cukup hanya dibuktikan dengan bertuliskannya “Islam” dalam kartu
tanda penduduk atau pengenal lain ataupun memakai simbol-simbol
dan atribut yang identik dengan identitas Islam. Tidak juga sekedar
menjalankan peribadatan yang sifatnya ritual maupun non ritual,
beragama lebih dari itu. Namun Banyak muslim yang terjebak dalam
nama dan simbol dalam agama islam dan melupakan substansi
ataupun nilai yang terkandung di dalamnya. Sebagai contohnya :
Orang bijak mengatakan :
Barang siapa yang menyembah Allah bukan substansinya, itu sama
dengan kafir.
Barang siapa yang menyembah Allah dan substansi, itu adalah syirik.
Barang siapa yang tidak menyembah Allah, melainkan substansinya
itulah tauhid sejati. (Islam Mahzab HMI, 47-48)
Sejarah mencatat bahwa perkataan Allah SWT telah dipakai orang
arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad dan agama Islam sebagai
penamaan untuk Dewa Air atau dewa yang mengairi bumi sehingga
menyuburkan pertanian dan tumbuhan-tumbuhan. Tentu Allah untuk
menyebut Dewa Air orang arab sebelum Islam tidak sama dengan
konsep Allah SWT yang dibawa Rasulullah sebagai Tuhan yang
maha Esa, tempat berlindung bagi segala yang ada, tidak beranak dan
tidak diperanakkan, juga tidak ada satupun yang menyerupainya.
(Islam Mahzab HMI, 45)
2.2.3 Rukun Iman sebagai upaya mencari kebanaran
Dalam Islam Selain harus Percaya (Iman) kepada Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW dan Kitab Al Quran, seorang muslim juga harus
mempercayai akan adanya Malaikat, Kitab Suci sebelum Al Qur’an

17
Rasul Allah sebelum Nabi Muhamamad SAW, Hari Agama (Hari
Kiamat) dan iman kepada Qada dan Qadar yakni Takdir yang baik
dan yang buruk yang terumuskan dalam Rukun Iman :
1. Iman kepada Allah SWT.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah SWT.
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
5. Iman kepada hari Akhir.
6. Iman kepada Qada dan Qadar.
2.3 Hakikat Penciptaan Alam Semesta
Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi
dan apa yang ada diantara keduanya secara main-main, kecuali
dengan haq. Sebagaimana firmannya dalam surat Saad ayat 27
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka.”
Hal ini menegaskan bahwa tidak ciptaanNya yang ada di langit dan
bumi beserta isinya jika tidak memiliki arti dan makna.
2.3.1 Eksistensi Alam
Kenyataan menunjukkan bahwa bumi ini riil (ada) teratur (cosmo)
dan tidak kacau berarti ada yang menciptakannya dan itu Tuhan yang
satu, tunggal, esa dan mutlak. Hal ini berarti Di Bumi hanya ada satu
Tuhan Yang Maha Kuasa, Jika Tuhan itu terbilang, Bumi tidak akan
tercipta. (Islam Mahzab HMI : 23). Sebagaimana firmannya dalam
Al Qur’an surat Al-Anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan:
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
2.3.2 Fungsi dan tujuan Penciptaan Alam

18
Selain menjadikan bumi dan seluruh alam semesta sebagai
mahluknya, Bumi dan Alam Semestas menjadi lembaran putih bagi
Manusia untuk menuliskan tinta perjalanannya sebagai Wakil Tuhan
sebagaimana firmannya dalam surat
2.4 Hakikat-hakikat penciptaan Manusia
Manusia ada mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna jika
dibandingkan dengan mahluk ciptaan lainnya, sebagaimana yang di
terangkan al qur’an dalam surat At Tin ayat 4
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”
Seiring dengan kesempurnaan manusia sebagai seorang mahluk,
maka Allah SWT menjadikan manusia sebagai “khilafah” atau
wakilNya di bumi, hal ini diterangkan pada Surat Al-An’am ayat 165
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Maka manusia sejati (Insan Kamil) adalah manusia yang menjadikan
aktifitas jasmani dan aktifitas rohani bukanlah dua hal kenyataan
yang terpisah melainkan satu kesatuan. Ia menempatkan iman dalam
kepercayaan akan adanya Tuhan YME, serta menjadikannya satu-
satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan
mutlak. Serta menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat manusia
untuk mencari kebenaran dalam hidupnya, meskipun kebenaran
bersifat relatif namun kebenaran tersebut mesti dilalui dalam
perjalannan sejarah menuju kebenaran mutlak yang hanya dimiliki
Allah SWT Tuhan Alam Semesta berserta isinya (NDP).
Manusia mencapai kesempuranaan dalam dirinya jika melakukan
dua peran sekaligus dalam waktu yang bersamaan yakni sebagai

19
seorang hamba Allah SWT sekaligus sebagai seorang khalifah di
muka bumi.
2.4.1 Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahluk lainnya
Ketika memahami hakikat penciptaan manusia, maka manusia
merupakan seorang hamba yang senantiasa selalu menuju kebenaran
dan pasrah dengan tulus (Islam) kepada Allah SWT, Di sisi lain
manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjadi pemimpin di
dunia ini sebagai wakil tuhan dan mempertanggung jawabkan segala
perbuatannya selama di dunia kepada Sang Maha Pencipta.
Sebagai Mahluk ciptaanNya yang tertinggi, manusia mempunyai
potensi derajatnya lebih tinggi sekaligus mempunyai potensi
derajatnya lebih rendah dari syaitan.
2.4.2 Kesetaraan dan Kedudukan Manusia sebagai khilafah dimuka bumi
Sebagai Khilafah manusia harus menguasai ilmu pengetahun yang di
bimbing oleh sebuah keimanan agar manusia mampu menguasai
hukum-hukum alam (sunatullah) dan menjadi khalifah di muka bumi
sebagai wakil Tuhan.
Maka kewajiban seorang muslim untuk selalu mengetahui jalan
menuju kebenaran, dia tidak selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai
tradiosional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan
kebenarannya, maka kehidupan yang baik adalah yang disemangati
iman sejati dan ilmu yang mengirinya. Sebagaimana firmanNya
Surat Al mujaadillah ayat 11.
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”
2.4.3 Manusia sebagai hamba Allah

20
Sebagaimana firman Allah SWT surat Adz-Dzaariyah ayat 56,
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”
Maka manusia sebagai seorang hamba dituntut untuk selalu tunduk
dan patuh kepada Allah SWT, dan menyerahkan segala kehidupan
dan usahaya semata-mata karena ingin mendapat Ridhonya.
2.4.4 Fitrah, kebabasan dan tanggung jawab manusia
Fitrah manusia selalu menuntun manusia kepada jalan kebenaran
(hanif), namun manusia dalam menuju fitrahnya harus melalui
medan perang abadi dengan syaitan sebagai musuh alamiah manusia
yang menjerumuskan manusia kepada kesesatan. Selain “fitrah”
manusia mempunyai “syahwah” yang berarti menyukai (Wanita,
Anak-anak, Harta, dll) dan manusia juga mempunyai “hawa” yang
bermakna kecenderungan manusia kepada syahwat dalam makna
yang negatif. Syaitan dalam menyesatkan manusia “syahwah” dan
“hawa” yang terdapat dalam diri manusia untuk membuat manusia
melupakan fitrahnya sebagai seorang hamba. (Islam Mahzab HMI,
76-77).
2.5 Hakikat Masyarakat
Montgomery Watt menyatakan pendapat “sesungguhnya manusia
sepanjang sejarahnya hidup berkelompok”, maka apakah nama
kelompok manusia ini, yang mereka saling berinteraksi dan di
dalamnya mereka hidup?
Persoalan ini dijawab oleh Ali Syariati dalam bukunya Ummah wa
al-Imamah. Menurutnya ada beberapa istilah yang digunakan al
Quran untuk mengacu pada kelompok tersebut, ada terma qabillah,
qawn, sya’ab, mujtama’, jama’ah dan tha’ifah. Qabillah adalah
sekumpulan induvidu yang memiliki tujuan dan kiblat yang satu
dalam hidup mereka.Qawn(Kaum) adalah sekolompok manusia yang
dbangu atas dasar “menegakkan induvidu debgab bersyerikat”. Syaib

21
adalah percabanngan masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang
menuju akar, atau asal usul yang sama.
Sedangkan ummah bagi Ali Syariati empat arti kunci, gerakan,
tujuan, ketetapan kesadaran, dan kemajuan. Secara istilah ummah
adalah kumpulan orang dimana setiap induvidu sepakat dalam tujuan
yang sama dan masing-masing saling membantu agar bergerak
kearah tujuan yang diharapkan, atas dasar kepemimpinan yang
sama. (Islam Mahzab HMI, 97)
2.5.1 Perlunya menegakkan keadilan dalam masyarakat
Sebagaimana yang telah dikemukan oleh Ali Syariati bahwa tujuan
manusia berkelompok untuk mencapai tujuan yang sama dengan
empat arti kunci, gerakan, tujuan, ketetapan kesadaran, dan
kemajuan. Terlahir sebagai mahluk sosial tidak memungkinkan
manusia hidup seorang diri tanpa berinteraksi dengan sesamanya.
Dalam proses berkelompok ini keadilan menjadi hal yang mutlak
bagi peradaban manusia. Sebagaimana firmannya dalam surat Al
Maidah ayat 8
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
2.5.2 Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan
Keadilan dan kemerdekaan adalah dua hal yang saling berhubungan
dan saling berkaitan satu sama lain. Nabi Muhammad SAW dalam
menyebarkan Agama Islam selalu menolak pada konsep perbudakan.
Keadilan hanya akan lahir ketika setiap manusia telah mendapatkan
kemerdekaanya.

22
Artinya kemerdekaan adalah syarat mutlak yang harus dimiliki
manusia agar dapat berlaku adil kepada sesamanya.
2.5.3 Hubungan Keadilan dan kemakmuran
Kemakmuran hanya akan tercapai bila keadilan telah ditegakkan,
selama keadilan belum ditegakkan kemakmuran hanya menjadi
kenyataan semu. Karena hanya akan sebagian saja bagian dari
masyarakat yang akan merasakan sebuah kemakmuran atau dengan
kata lain kemakmuran yang tidak merata.
Maka kemakmuran dapat dicapai jika keadilan benar-benar telah
ditegakkan oleh pihak-pihak yang mempunyai otoritas, dalam
dewasa ini bias dikatakan Pemerintah ataupun lembaga Negara
lainnya sesuai dengan amanat perundang-undagan yang berlaku.
2.5.4 Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan
Peran pemimpin sebagai pengambil kebijakan atau keputusan dalam
sebuah organisasi ataupun masyarakat sangatlah berpengaruh
terhadap anggota organisasi atau masyarakat yang di pimpinnya.
Maka sudah sewajarnya bagi pemimpin dalam setiap pengambilan
keputusan benar-benar mempertimbangkan aspek “keadilan” agar
tidak terjadi kekacauan (Chaos) di tengah-tengah masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
Dari sini manusia mempunyai kesadaran sebagai seorang hamba
yang senantiasa selalu menuju kebenaran dan pasrah dengan tulus
(Islam) kepada Allah SWT, Di sisi lain manusia mempunyai
tanggung jawab untuk menjadi pemimpin di dunia ini sebagai wakil
tuhan.
2.6 Hakikat Ilmu
Definisi Ilmu menurut KBBI merupakan pengetahuan tentang suatu
bidang yg disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yg
dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu. Banyak jalan yang digunakan manusia untuk
mendapatkan pengetahuan baik secara intuisi, trial n eror (coba-

23
coba) hingga secara ilmiah, ilmu dikatakan ilmiah ketika melalui
proses dari teori, hipotesis, observasi dan generalisasi empiris.
Dalam perkembangan peradaban manusia Sumber Ilmu
pengetahuanpun tidak hanya terletak pada pengalaman (empiris) dan
juga aka manusia (rasio) tapi juga bersumber dari Kitab Suci untuk
menjelaskan sesuatu seperti konsep Surga, Neraka, Tuhan dan lain
sebagainya.
2.6.1 Ilmu sebagai jalan mencari kebenaran
Manusia sebagai khalifah du dunia harus menguasai ilmu
pengetahuan agar dapat memahami hukum-hukum Tuhan
(Sunatullah), maka tidak mengherankan apabila Ibnu Sina
berpendapat bahwa sifat batinnya manusia (Natura Prima Hominis)
saja tidak cukup untuk mencapai pengetahuan, sebab pengetahuan itu
harus diperoleh tidak dirasakan. Pada posisi ini ibnu sina
menempatkan logika sebagai alat mencapai ilmu pengetahuan yang
tergambarkan pada liriknya (Filsafat Islam, 118):
Perlulah orang empunya alat.
Pelindung akal dari yang palsu.
Ilmu logika namanya alat.
Alat mencapai semua ilmu.
Tentu sebagai manusia yang memilih Islam sebagai agamanya, kita
tidak bisa memunafikkan keberadaan Al Qur’an sebagai Sumber
utama dalam mencari Ilmu pengetahuan, Lebih lanjut seorang filosof
Islam Ibnu Rusyd berpendapat bahwa Kitab Suci Al-Qur’an dapat
dipahami dengan pendekatan rethorika, dialektika dan bayan
(demostrative) (filsafat islam 148).
Sampai disini para pemikir Islam mencoba menyampaikan pada kita
bahwa Al Qur’an Islam itu Ilmiah karena Al Quran merupakan
Wahyu Tuhan yang mengandung kebenaran didalamnya dan menjadi
kewajiban seorang muslim untuk menggali informasi dari al qur’an
dalam proses menjadi khalifah di dunia ini.

24
2.6.2 Jenis-jenis Ilmu
Jenis atau pengklasifikisian ilmu sangat beragamam, bisa ditinjau
dari proses mendapatkan informasi, pembahasan bidang keilmuan,
Pola dari Ilmu tersebut dan lain sebagainya, namun secara umum
dapat dibagi
1. Ilmu Akhirat / Ilmu Agama
2. Ilmu Umum
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal
“Hidup kita sebagai manusia, sebagai kader HMI sebenarnya cukup
sederhana, beriman, berilmu dan beramal” begitulah pandangan Nur
Cholis Majid sebagai salah satu perumus NDP sekaligus
cendekiawan muslim abad ke-20. Tentu makan dari iman-ilmu-amal
mempunyai arti yang mendalam karena menyangkut tiga dimensi
kehidupan secara Keimanan (Kepercayaan), keilmuan (ilmiah) dan
peramalan (prilaku) sebagai seorang hamba sekaligus seorang wakil
tuhan di bumi.
Maka, kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses
perkembangan yang permanen. Perjuangan kemanusiaan berusaha
mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu
manusia harus mengetahui arah yang benar dari perkembangan
peradaban di segala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus
mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja
manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai
tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan
membawa kebahagiaan bahkan menghancurkan peradaban. Ilmu
pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia.
Mendalami ilmu pengetahuan harus didasari dengan sikap terbuka.
Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang
kehidupan berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan
mengamalkan di antaranya yang baik. (VIII Kesimpulan NDP)

25
“Sedikit Pengetahuan menjadikanmu seorang ateis. Pengetahuan
yang mendalam menjadikanmu seorang yang beriman pada Tuhan.”
Francis Bacon
G. EVALUASI DALAM FORUM :
Pre Test, Post Test , Studi Kasus dan Resume.
H. DAFTAR PUSTAKA
Akmal Azhari, 2007,Islam Mahzab HMI, Kultura (GP Prees Grup),
Jakarta
Amstrong Karean, 2002, Sejarah Tuhan : Kisah Pencarian Tuhan yang
dilakukan oleh orang-orang yahudi, kristen dan islam selama 4.000 tahun,
Mizan, Bandung
Amin Oemar, 1975, Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta
Nawani Ahmad, 2011, Perpekstif Teologi dan Filsafat Al Gozali dan
hume, Madani, Malang.
Monib Mohammad, Bahrawi Islah, 2011, Islam dan Hak Asasi Manusia,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Nilai Dasar Perjuangan HMI
http://catatankecilale.blogspot.com/2012/12/pembentukan-alam-
semesta.html
(Diakses pada 20 Agustus 2019 pukul 14.00 WITA)
https://grelovejogja.wordpress.com/2007/12/03/teori-evolusi-charles-
darwin/
(Diakses pada 20 Agustus 2019 pukul 15.00 WITA)
http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
(Diakses pada 20 Agustus 2019 pukul 19.00 WITA)
http://www.alquran-indonesia.com/web/

26

Anda mungkin juga menyukai