Anda di halaman 1dari 14

SINDIKAT NDP HMI

Khairun Nisa

Sistem Pendidikan Singkat Nilai-nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa


Islam

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami latar belakang kelahiran NDP, urgensinya dalam
organisasi serta dapat mengetahui nilai-nilai pokok yang terkandung di dalamnya
secara umum.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat memahami latar belakang kelahiran NDP HMI dan
urgensinya dalam organisasi.
2. Peserta dapat mengetahui kedudukan dan hubungan NDP dengan Misi
HMI.
3. Peserta dapat mengetahui nilai-nilai pokok yang terkandung dalam NDP
HMI.

C. Metode,Waktu, dan Alat


1. Metode:
a. Ceramah
b. Focus Group Discusion
c. Ceramah
2. Alokasi waktu : 1 Jam (60 Menit).
3. Alat dan bahan : Spidol
Papan Tulis
Kertas HVS
KEGIATAN/ MATERI METODE WAKTU INDIKATOR

Pembukaan Ceramah 5 Menit

1. Sejarah NDP HMI. a. Ceramah 55 Menit 1. Peserta dapat


1.1 Pengertian NDP. b. FGD menjelaskan
1.2 Sejarah Perumusan c. Diskusi pengertian dari
dan lahirnya NDP. Tanya Nilai-Nilai Dasar
1.3 NDP sebagai jawab Perjuangan.
kerangka pemikiran 2. Peserta dapat
Ke-Islaman dan Ke- menceritakan latar
Indonesiaan. belakang
2. NDP HMI. munculnya NDP.
2.1 Dasar-dasar 3. Peserta dapat
Kepercayaan. menjelaskan
2.2 Pengertian-pengertian perubahan-
Dasar Tentang perubahan nama
Kemanusiaan. pada NDP.
2.3 Kemerdekaan 4. Peserta dapat
Manusia (ikhtiar) dan menjelaskan
Keharusan Universal kandungan materi
(Taqdir). NDP.
2.4 Ketuhanan Yang 5. Peserta dapat
Maha Esa dan menjelaskan
Prikemanusiaan. kesimpulan dan
2.5 Individu dan tujuan dari NDP.
Mayarakat.
2.6 Keadilan Sosial dan
Keadilan Ekonomi.
2.7 Kemanusiaan dan
Ilmu Pengetahuan.
2.8 Kesimpulan dan
Penutup.

1. Sejarah NDP HMI


1.1 Pengertian NDP
NDP HMI adalah kumpulan nilai-nilai dasar sebagaimana yang terdapat di
dalam Al Quran. NDP sebagai bentuk sederhana dari proses derivasi Al Quran
dan Al Hadits. Maka, NDP adalah bentuk transormasi nilai-nilai keislaman yang
terhimpun dalam suatu kesatuan yang juga berisi tentang nilai-nilai universal dan
global. Nilai merupakan suatu bentuk normatif yang abstrak dan universal.
Namun, nilai-nilai dalam NDP bersifat tetap mengikuti perkembangan zaman.
Sehingga, tugas kader HMI untuk selalu menerjemahkan nilai-nilai tersebut agar
tetap relevan.
1.2 Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP

Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde baru,
pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum ada, setelah fase
berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI
HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas Kader
(NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan atas isi dari NDP. Perubahan ini
didasari atas pertimbangan politik setelah keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang
menyatakan bahwa Pancasila satu-satunya azas organisasi kemasyarakatan. Pada
Kongres XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK kembali ditukar menjadi
NDP, seirama dengan pertukaran azas organisasi. Kelahiran NDP dilatarbelakangi
oleh :
a. Keadaan negara
Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan dari segi
infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa Indonesia baru dilanda
badai pengkhianatan PKI
b. Keadaan umat Islam
Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman
mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang paling
sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam masih dangkal,
sehingga masih ada persoalan bagaimana menghayati nilai-nilai Islam itu
sendiri.
c. Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik
Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader PKI di
masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa dibaca
dimanapun dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul keinginan Cak Nur
untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam melalui kerangka sistematis yang
kemudia beliau beri nama NDI (Nilai Dasar Islam) dengan tujuan NDI ini
mampu berfungsi sebagai pemahaman global tentang ajaran Islam.
d. Literatur yang tersedia belum memuaskan
Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan ide
keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu penyebabnya adalah
kesibukan melawan PKI secara fisik.
e. Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha membuat
pedoman perjuangan dan pada Kongres X HMI di Palembang tahun 1971,
ditetapkan menjadi Nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang berasal dari
naskah NDI yang disampaikan Cak Nur dalam Kongres IX HMI di
Malang tahun 1969 yang selanjutnya kongres menugaskan kepada
Nurkholis Madjid, Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari (alm.)
untuk menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri memiliki
alasan, yaitu Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang bahkan akan
mempersimpit ajaran Islam iru sendiri dan Terinspirasi oleh buku
“Perjuangan Kita”-nya Syahrir.
Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan menjadi
buku oleh Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran Islam” yang
dianggap controversial, menuliskan bahwa perumusan NDI tersebut dipengaruhi
oleh perjalanan Nurkholis Madjid ke universitas- universitas di Amerika atas
undangan pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini dibantah oleh Cak Nur
dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman, bahwa sebenarnya perjalanan ke
Amerika tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya, karena selain perjalanan ke
Amerika, Cak Nur juga melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan
menggunakan sisa uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur
Tengah perjalanan dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki,
Lebanon, dan terakhir Mesir. Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk
pertama kalinya Cak Nur bertemu Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di
Riyadh Cak Nur bertemu dengan Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal
darinya. Selama di Timur Tengah Cak Nur sering mengadakan diskusi kritis
tentang berbagai hal keislaman. Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji
atas undangan Menteri Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali)
sekitar bulan April 1969, keinginannya untuk menulis NDI makin menggebu-
gebu.

1.3 NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-Islaman dan KeIndonesiaan HMI


NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu disosialisikan
pada setiap kader. Tujuan NDP dalam HMI merupakan filsafat sosial dalam
melakukan perubahan sesuai tujuan HMI.
2. Nila - Nilai Dasar Perjuangan
2.1 Dasar - Dasar Kepercayaan
Memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Yang
dimaksudkan dengan persaksian tersebut ; agar manusia hanya tunduk pada
ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai – nilai, itu berarti tunduk
pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk
manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam Wahyu itu diberikan kepada
manusia tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para
Nabi dan Rasul atau utusan Tuhan. Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi
tiada Rasul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rasul itu adalah manusia biasa
dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan Wahyu Tuhan yang
diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul seluruhnya dalam kitab suci Al-
Quran. Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran - ajaran-Nya,
manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu mempercayai
kerasulan Muhammmad SAW. Hukum dasar alami daripada segala yang ada
inilah “perubahan dan perkembangan”, sebab: segala sesuatu ini adalah ciptaan
Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada henti-hentinya.
Alam diciptakan dengan wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya
Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka
satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan
tujuan segala sesuatu.
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi.Sebagai
mahluk tertinggi manusia dijadikan “Khalifah” atau wakil Tuhan di bumi.
Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya , Maka
urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia.Manusia harus selalu
berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju
kebenaran itu (17:72) “Tauhid” dan lawannya disebut “syirik” artinya
mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian Maka
jelasnya bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban
kemanusiaan menuju kebenaran. Dalam kehidupan manusia butuh kepercayaan.
Sebagaimana dasar bahwa manusia adalah makhluk percaya.Menganut
kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan
berbahaya. Kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan
kepalsuan yang campur baur. Kepercayaan yang sungguh-sungguh yang
merupakan kebenaran. Kebenaran yang mutlak adalah yang bersumber dari Tuhan
Allah SWT Perkataan “Tidak ada Tuhan” meniadakan segala bentuk kepercayaan.
Perkataan “Selain Allah”
2.2 Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan
Fitrah manusia membuatnya berkeinginan suci dan secara kodrati
cenderung kepada kebenaran (Hanief). “Dlamier” atau hati nurani adalah
pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup
manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa. Karena secara fitrahnya manusia cenderung kepada kebenaran,
kebaikan dan keindahan, maka manusia secara dasar / asasi disebut sebagai
mahluk yang mempunyai cita-cita dan cenderung kepada sesuatu yang ideal
(mahluk ideal). Dalam arti tidak mau menerima “apa adanya” dan tetap selalu
berusaha mewujudkan “apa yang semestinya atau apa yang seharusnya”. Hanya
manusia yang dapat membentuk lingkungannya dan bukan lingkungan yang
membentuk dirinya. Dengan kesadaran atau pikirannya, ia selalu menginginkan
sesuatu yang lebik baik, begitupun seterusnya. Apabila manusia tidak mempunyai
nilai kemanusiaan ini, maka dapat dipastikan, manusia saat ini akan tetap dalam
keadaan yang sama, tidak maju-maju dan tidak bisa mampu menciptkan sebuah
peradaban. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan
kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan - kegiatan yang membawa
perubahan kearah kemajuan- kemajuan Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan
hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan
selalu menimbulkan kebahagiaan.
2.3 Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) Dan Keharusan Universal (Takdir)
Seperti yang disinggung dalam bab II, bahwa salah satu dari nilai asasi
manusia adalah sebagai mahluk yang berkehendak bebas/ merdeka. Tanpa
kemerdekaan / kebebasan memilih, maka tak akan ada keikhlasan. Karena
pekerjaan itu, tidak dipilih sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Keikhlasan
yang insani tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan Kemerdekaan itu dalam
pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan
sejalan dengan hati nurani. Sebagaimana yang dikatakan Muthahhari, bahwa
“salah satu nilai tertinggi manusia adalah cinta kebebasan. Merdeka (bebas) lebih
mulia daripada segala nilai materiil”. Kehidupan sekarang di dunia berarti
manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul
secara individual, dan komunal sekaligus, sedangkan kehidupan kelak sesudah
mati di akherat manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya
menerima akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara individual.
Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban bersama, tapi hanya ada
pertanggung jawaban perseorangan yang mutlak . Manusia tidak dapat berbicara
mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka
percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus
asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu
kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri,
melainkan juga kepada keharusan yang universal itu (57:23). Sebagai mahluk
sosial, maka manusia harus patuh terhadap batas-batas kebebasannya. Hal ini agar
tidak menghilangkan kebebasan satu sama lain. Akan tetapi bukan
pembelengguan, akan tetapi saling menghormati kebebasan satu sama lain. Ia
harus patuh terhadap keharusan universal (takdir). Namun, kepatuhan disini bukan
kepatuhan tanpa adanya usaha terlebih dahulu, karena ini sama artinya dengan
perbudakan.
2.4 Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa dan Kemanusiaan
Tujuan manusia merdeka adalah kebenaran, dan yakin akan adanya
kebenaran mutlak, yakni Tuhan sebagai tujuan akhir. Manusia mesti tunduk
kepada kebenaran itu sendiri. Tunduk kepada kebenaran berarti pengabdian
kepada-Nya. Karena, usaha pencarian kebenaran tanpa adanya keyakinan bahwa
ada kebenaran yang terakhir, maka usaha kita akan menjadi sia-sia, tak tertuju,
dan tak berke-Tuhan-an. Seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan
Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata
bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna memperoleh
persetujuan atau “ridho” daripada-Nya Iman” berarti percaya dalam hal ini
percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan
diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut
Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME
Kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat, berupa
usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan,
keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia “amal saleh” (harfiah: pekerjaan
yang selaras dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman.
Sesuatu yang benar, pasti ada yang lebih benar dan begitupun seterusnya hingga
pada kebenaran terakhir, karena tidak ada kebenaran mutlak dalam ukuran
manusia. Yang mutlak hanya milik Tuhan yang satu. Pancaran kebenaran yang
diperoleh oleh manusia merupakan pancaran dari kebenaran yang satu, yakni
kebenaran Tuhan. Oleh karena itu, antara nilai-nilai ke-Tuhan-an dengan nilai-
nilai kemanusiaan akan selalu selaras. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan
pancaran dari nilai-nilai ke - Tuhan-an.
2.5 Individu dan Masyarakat
Dalam masyarakat, kemerdekaan asasi diwujudkan, karena Pusat
kemanusiaan adalah masing-masing pribadi sendiri. Kemerdekaan manusia adalah
hak asasi yang pertama. Tak ada sesuatu yang lebih berharga dari pada
kebebasan/kemerdekaan. Ia melebihi materi. Sebagaimana yang telah ditegaskan
didalam bab dua oleh Muthahhari, bahwa “salah satu nilai tertinggi manusia
adalah cinta kebebasan. Merdeka (bebas) lebih mulia daripada segala nilai
materiil”. Kebebasan manusia melebihi dari sekedar ekonomi. Kebebasan
merupakan nilai-nilai ilahian yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dengan
adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbu perbedaan-perbedaan antara suatu
pribadi dengan lainnya.. Kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi
juga untuk memperbaiki dengan sesame manusia dalam lingkungan masyarakat.
Dalam realitanya tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, oleh karena itu,
manusia dinamakan sebagai mahluk sosial, yakni mahluk yang saling
membutuhkan dengan sesama yang lain.
Kemerdekaan manusia dalam suatu masyarakat harus saling menghargai.
Jangan sampai kebebasan individunya dapat menghilangkan kebebasan individu
yang lain. Maka persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi
kemanusiaan yang harus ditegakkan. Yaitu dengan membatasi kemerdekaan. Jika
ada kemerdekaan tanpa batas hidup dalam suatu masyarakat, maka sama halnya
dengan adanya penindasan atau pengekangan terhadap kebebasan individu yang
lain. Dan ini tidak boleh dibiarkan hidup dalam masyarakat. Keadaan demikan
harus segera dilawan dan dihapuskan. Penguasaan manusia terhadap manusia lain,
yang berarti penindasan, tidak sejalan nilai - nilai kemanusiaan. Jika masih
terdapat pengekangan kebebasan atau kebebasan tak terbatas individu hidup
dalam suatu masyarakat, maka tak akan bisa manusia mewujudkan masyarakat
yang ideal.
2.6 Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa hubungan antara individu dan
masyarakat, dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling bergantung.
Tidak ada kebebasan tak terbatas seorang individu dalam masyarakat. Oleh karena
itu keadilan dalam masyarakat perlu ditegakkan, yakni untuk mengatur kebebasan
individu hubungannya dengan masyarakat. Siapakah yang harus menegakkan
keadilan, dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri Negara
adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah susunan
masyarakat yang terkuat dan berpengaruh.
Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan
kadilan.Pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari
masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat
berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan Kejahatan di bidang ekonomi yang
menyeluruh adalah penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan
mudah seseorang dapat memeras orang lainKejahatan terbesar kepada
kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta penggunaanya yang
tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan.
Pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan .Manusia
seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian
yang wajar dari padanya. Pemerintah harus membuka jalan yang mudah dan
kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan
beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas.
2.7 Kemajuan Tekhnologi dan Ilmu Pengetahuan
Inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan
atau Amal Saleh. Manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak
(progresif). Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran-kebenaran dalam hidupnya Ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari
amal soleh .Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai
puncak kemanusiaan yang tertinggi. Manusia harus menguasai alam dan
masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan
kemudian pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan Ilmu
pengetahuan adalah pengertian yang dipunyai manusia secara benar, baik
mengenai dunia atau alam semesta dan juga diri manusia serta Tuhan. Dengan
ilmu pengetahuan, manusia dapat menemukan kebenaran. Hubungan antara Iman,
Ilmu dan Amal adalah Akal yang dimiliki manusia berfungsi tidak hanya untuk
berfikir tentang keilmuan namun juga untuk membedakan antara hal yang mereka
yakini sebagai kebaikan untuk kemudian diamalkannya dan kejahatan untuk
kemudian dihilangkannya
2.8 Kesimpulan dan Penutup
Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara
garis besar sebagai berikut:
a. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan.
Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya,
yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak.
Nilai-nilai itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata
bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa
bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-
kegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan
yang benar dalam peradaban dan berbudaya.
b. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah
atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar
tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada
kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif.
Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi
wewenang penuh dari pada agama tanpa adanya hak manusia untuk
mencampurinya. Ibadat yang terus menerus kepada Tuhan
menyadarkan manusia akan kedudukannya di tengah alam dan
masyarakat dan sesamanya. Ia tidak melebihkan diri sehingga
mengarah kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan kemanusiaan
orang lain, dan tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk
tertinggi dengan akibat perbudakan diri kepada alam maupun orang
lain Dengan ibadah manusia dididik untuk memilki kemerdekaannya,
kemanusiaannya dan dirinya sendiri, sebab ia telah berbuat ikhlas,
yaitu pemurniaan pengabdian kepada Kebenaran semata.
c. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama
dalam usaha yanag sungguh-sungguh secara essensial menyangkut
kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang
maupun waktu. Yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat
sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya sebagai
manusia. Hal itu berarti usaha-usaha yang terus menerus harus
dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai-nilai yang baik,
lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf”, disamping
usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan
nilai-nilai kemanusiaan atau nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja
kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum
tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha-usaha kearah
peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak
sebagai manusia.
d. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan
melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan
ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas
dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan
menegakkan kebenaran dan keadilan menuntut ketabahan, kesabaran,
dan pengorbanan. Dan dengan jalan itulah kebahagiaan dapat
diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh sebab itu persyaratan
bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan
bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh
persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas
kepada musuh-musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi
kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun
mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada orang
lain atau golongan lain.
e. Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses
perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha
mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu,
manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada perkembangan
peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus
mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja
manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai
tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan
membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban. Ilmu
pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia.
Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka.
Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan
berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan
mengamalkan diantaranya yang terbaik.
Dengan demikian, tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana,
yaitu beriman, berilmu dan beramal.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.


HMI Cabang Ciputat. 2016. Basic Training: Panduan Untuk Kader Himpunan
Mahasiswa Islam. Ciputat: HMI Cabang Ciputat.
Jalaluddin Rakhmat. 1987. Islam Alternati. Bandung: Mizan.
Muniruddin, Said. 2017. Bintang ‘Arasyi: Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMII.
Banda Aceh: MW-KAHMI Aceh.
PB HMI. 2021. Hasil-Hasil Kongres XXXI. Surabaya: PB HMI.
Shihab, M. Quraish. 2013. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.
Sitompul, Agussalim. 2008. Sejarah Perjuangan HMIm(1947-1975). Jakarta:
Penerbit Misaka Galiza.
Yusuf, Iskandar Danial. 2011. Kompilasi Teks NDP HMI. Bogor: HMI Cabang
Kota Bogor.

Anda mungkin juga menyukai