Disampaikan pada agenda kajian tindak lanjut (follow up) materi NDP HMI tingkat
dasar pada Minggu, 05 September 2021 di HMI Komisariat Tunas Bangsa UMY
6 5 4
Sedangkan hanif Fitrah merupakan bentuk Berdasarkan firman Allah SWT: “Maka hadapkanlah
adalah naluri keseluruhan tentang diri wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
keinginan suci dan manusia yang secara asasi atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
kecenderungan dan prinsipil membedakannya menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
kepada kebenaran dari mahluk-mahluk yang Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
yang dimiliki lain. (fitrah adalah keaslian, manusia tidak mengetahui” (Q.S. Ar-Rum: 30) –
manusia default) Diberikan fitrah yang hanif
BAB II
7 8 9
manusia adalah puncak Dalam BAB I, disebutkan bahwa Manusia dalam mengelola bumi harus
ciptaan dan mahluk- manusia diberikan tugas untuk menggunakan prinsip-prinsip yang hanif, agar
Nya yang tertinggi. memakmurkan bumi dan sudah bumi ini dapat makmur, sejahtera dan
Sebagai mahluk tertinggi difasilitasi untuk itu (Q.S. Hud: bahagia. Karena, jika bumi ini dikelola
manusia dijadikan 61), maka manusia wajib dengan hawa nafsu, maka yang terjadi ialah
"Khalifah" atau wakil menjalankan tugas tersebut penderitaan, bencana dan kebinasaan.
Tuhan di bumi dalam rangka amal shaleh dan
bertanggung jawab.
11 10
Hanya dengan kepribadian insan Manusia baiknya mengikuti prinsip tauhid yang hanif, yakni satu
kamil, manusia dapat Hidup atau menyatu. Dalam arti, manusia menjadi pribadi yang integral
sesuai dengan fitrahnya yang atau integral personality. Tidak mendua dalam arti pribadi yang
hanif. Dan beramal shaleh secara senjang. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja
ikhlas itulah sebab manusia dapat yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan
membahagiakan dirinya dan bumi dan kebenaran. Dan pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT.
seisinya. Ini yang disebut sebagai insan kamil, manusia paripurna.
BAB III: Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar)
dan Keharusan Universal (Taqdir)
Penalaran Iman Kepada Taqdir dan Hari Akhir
dalam Pandangan HMI
BAB III
1 2 3
Didalam BAB II, disebutkan bahwa Keikhlasan yang hakiki, itu mustahil Kemerdekaan individu
hanya dengan kepribadian insan kamil, tanpa kemerdekaan. Keikhlasan dalam adalah sesuatu yang
manusia dapat Hidup sesuai dengan hal ini berarti perbuatan sukarela tanpa asasi bagi manusia.
fitrahnya yang hanif. Dan beramal paksaan yang didorong oleh kemauan
shaleh secara ikhlas itulah sebab murni. Sedangkan kemerdekaan berarti 4
manusia dapat membahagiakan dirinya kebebasan memilih sehingga perbuatan
dan bumi seisinya. itu benar-benar dilakukan berdasarkan Pada kenyataannya,
kesadaran. manusia sebagai
individu tidak benar-
benar bebas secara
6 5 mutlak. Hal itu
Namun, keharusan mengikuti hukum Oleh karena terdapat hukum-hukum disebabkan adanya
universal tersebut bukan sebagai tertentu, maka manusia harus mengikuti suatu hukum-hukum
bentuk penyerahan, melainkan pola universal hukum tersebut. Keharusan tertentu yang
pengakuan akan keterbatasan mengikuti pola universal hukum ini yang menguasai alam dan
kemerdekaan manusia. disebut dengan taqdir. sosial.
BAB III
7 8 9
Kemerdekaan manusia menghasilkan Berdasarkan keterangan dalam BAB I, Sesuatu yang
naluri untuk melakukan usaha-usaha oleh karena urusan dunia ini telah dipertanggung
yang ditentukan sendiri dimana manusia diserahkan Allah SWT kepada manusia jawabkan ialah
berbuat sebagai pribadi yang kreatif dan (khalifatu fil ardh), maka manusia pun kesempatan,
bebas. Usaha-usaha bebas dan kreatif memiliki kewajiban untuk kebebasan dan
tersebut dinamakan dengan ikhtiar. mempertanggung jawabkan sesuatu kreatifitas yang telah
kepada Allah SWT diberikan Allah SWT
dengan maksud untuk
11 memakmurkan
Sehingga, sejatinya Manusia tidak dapat berbicara mengenai taqdir manusia dan bumi
suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya seisinya.
10
kepada taqdir akan membawa keseimbangan jiwa, tidak terlalu
berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan Jadi sekalipun ada keharusan universal atau
diri karena suatu kemajuan. Sebab segala sesuatu tidak hanya takdir, manusia dengan haknya untuk
terkandung pada usaha manusia sendiri, melainkan juga kepada berikhtiar mempunyai peran aktif dalam
keharusan yang universal itu (hukum alam dan sosial). menentukan dunia dan dirinya sendiri.
BAB IV: Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Perikemanusiaan
Hubungan Antara Keimanan yang Benar dan
Kemanusiaan Sejati dalam Pandangan HMI
BAB IV
1 2
Didalam BAB III, telah disinggung Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat
mengenai kemerdekaan manusia, atau prinsipi, fundamental dan asasi. Oleh karenanya,
disebut sebagai ikhtiar. Dalam hal ini tanpa kemerdekaan itu, kemanusiaan tidak
berarti kebebasan dan kreatifitas dapat menjadi aktual. Dalam arti, pikiran dan
manusia dalam melakukan usaha-usaha perbuatan manusia yang idealnya didasari sifat 3
untuk menyatakan taqdir. bebas dan kreatif menjadi tidak terjadi secara sadar,
melainkan karena tekanan dan hegemoni dari yang Hal itu terjadi,
bukan dalam dirinya. pertama karena
5 bentuk sikap
penyerahan manusia
Sehingga segala perbuatan yang 4 kepada selain
harusnya dikerjakan secara ikhlas dan kebenaran mutlak,
Akibat syirik itu sangat berbahaya. Secara
bernilai amal shaleh, menjadi mendasar, syirik mengikis pilar yaitu Allah SWT. Ini
perbuatan berdasarkan tekanan dan disebut sebagai
kemerdekaan manusia hingga akhirnya
ketakutan akan sesuatu yang tak lebih syirik.
manusia tunduk dan patuh kepada selain
mulia dari dirinya sendiri, dan bernilai Tuhan.
pamrih bahkan riya’.
BAB IV
6 7 8
Oleh karena syirik itu berbahaya, maka Manusia bertauhid adalah manusia yang Maka, manusia yang
manusia yang bertauhid sejatinya jiwanya merdeka, tidak terbelenggu juga tidak bertauhid dalam
adalah manusia yang merdeka. Manusia tidak membelenggu manusia arti luas, sejatinya ia
yang berperikemanusiaan. Manusia belum merdeka. Masih
yang manusia. terbelenggu, dan akan
menjadi pembelenggu
atau penindas
sesamanya bahkan
selainnya.
11 10
Maka, ini dapat berarti bahwa mempercayai Jadi manusia yang bertauhid adalah
Tuhan yang benar (tauhid), dan dapat manusia yang ‘adil. Dalam pengertian ini,
melakukan usaha-usaha untuk menggapai ‘adil adalah mampu menempatkan dirinya
ridho-Nya, dapat menghasilkan sikap secara wajar dan tidak berlebihan. (Tidak
berperikemanusiaan sejati yakni cenderung berorientsi menjadi thagut, tiran atau
kepada keadilan. diktator)
BAB V: Individu dan Masyarakat
6 4
5
Jadi ilmu pengetahuan adalah Sebab alam tersedia bagi ummat manusia
persyaratan dari amal soleh. Hanya Maka mencari ilmu bagi kepentingan pertumbuhan
mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan adalah kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan
pengetahuan dapat berjalan diatas pekerjaan agama. kecuali mengerahkan kemampuan
kebenaran-kebenaran. intelektualitas atau rasio
BAB VIII: Kesimpulan dan Penutup