Anda di halaman 1dari 25

Kerangka Berpikir NDP HMI

Disampaikan pada agenda kajian tindak lanjut (follow up) materi NDP HMI tingkat
dasar pada Minggu, 05 September 2021 di HMI Komisariat Tunas Bangsa UMY

Disusun dan disampaikan oleh : ALFI ABDILLAH RAMADHANI


BAB I: Dasar-Dasar Kepercayaan

Penalaran Iman Kepada Allah, Rasul, Ghaib dan


Kitabullah dalam Pandangan HMI
BAB I
1 2 3
Kepercayaan Oleh karena suatu Mengapa harus yang benar? Karena sikap percaya terhadap
adalah suatu kebutuhan hidup, sesuatu itu melahirkan:
kebutuhan maka Kepercayaan 1. Tafsir hidup yang kelak menjadi nilai-nilai.
hidup manusia. yang diikuti haruslah 2. Nilai-nilai itu diwariskan kepada generasi berikutnya, sehingga
sesuatu yang benar. menjadi warisan.
3. Akan mengikat anggota masyarakat tertentu.
4. Akan menjadi fondasi pembangunan peradaban manusia.
6
Peniadaan terhadap segenap 5 4
kepercayaan yang ada Untuk mempercayai kebenaran itu, terdapat Kebenaran adalah Tuhan
dengan segala akibatnya, gerbang masuk yang dinamakan syahadat. yang menjadi awal dari
pengecualian terhadap Syahadat adalah kalimat persaksian yang kehidupan ini, dan akhir
Tuhan yang merupakan mengandung makna peniadaan dan dari tujuan hidup alam
kebenaran itu sendiri. pengecualian. semesta ini.
BAB I
7 8 9 10
Pengecualian itu Tunduk dan patuh Namun, karena manusia Salah satu instumen itu
berarti siap untuk pada Tuhan itu tidak mampu secara adalah kabar dari Tuhan
tunduk dan disebut sebagai pasti untuk sendiri, yang
pasrah hanya Islam. menjangkau hakikat memberitahukan segala
kepada Tuhan atau eksistensi Tuhan, maka sesuatu tentang dirinya.
kebenaran mutlak manusia memerlukan Kabar itu disebut sebagai
itu sendiri. Nabi atau rasul ini 13 instrumen-instrumen wahyu.
ada sejak Adam A.S tertentu.
sebagai manusia 11
13 pertama hingga
12 Namun disisi lain, Tuhan juga
Wahyu Tuhan yang yang terakhir pada
tidak menurunkan kabar atau
diberikan kepada abad ke-7 masehi. Manusia pilihan itu disebut wahyu itu kepada seluruh
Muhammad SAW Nabi dan rasul sebagi nabi dan atau juga manusia, melainkan hanya
terkumpul dalam terkakhir itu rasul. Berarti, kita kepada manusia tertentu
kitab suci bernama bernama membutuhkan sikap percaya yang dipilih oleh Tuhan
Al-Quran. Muhammad SAW. kepada nabi atau rasul tersbut sendiri.
BAB I
14 15 16 17
Sikap tunduk dan Tauhid bisa juga Jika banyak yang Jelas, bahwa hendaknya
patuh hanya berarti hanya disakralkan, atau kita manusia mendekati kebenaran
kepada satu Tuhan mensakralkan satu mensakralkan sesuatu dan tunduk serta pasrah
yang benar dsiebut Tuhan. yang salah, maka itu kepada kebenaran itu,
sebagai tauhid. ekuivalen dengan setidaknya demi
Sedangkan tunduk perkembangan dan kemanusiaan umat manusia
dan patuh kepada kemajuan peradaban sendiri.
yang bukan Tuhan manusia.
sesungguhnya 18
adalah syirik.
Karena, manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai mahluk
tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi. Manusia ditumbuhkan dari
bumi dan diserahi untuk memakmurkannya. Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada
manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan
manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah bagi
sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya".
BAB II: Pengertian Dasar Tentang
Kemanusiaan
Penalaran Tentang Kemanusiaan dalam
Pandangan HMI
BAB II
1 2 3
manusia adalah puncak Berdasarkan firman Allah Berdasarkan firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya
ciptaan dan mahluk- SWT: “Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
Nya yang tertinggi. Kami telah menciptakan mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
Sebagai mahluk tertinggi manusia dalam bentuk rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
manusia dijadikan yang sebaik-baiknya” dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
"Khalifah" atau wakil (Q.S. At-Tiin: 4) - makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Q.S Al-Isra:
Tuhan di bumi Ciptaan paling baik 70) – Dilebihkan dari makhluk lain

6 5 4
Sedangkan hanif Fitrah merupakan bentuk Berdasarkan firman Allah SWT: “Maka hadapkanlah
adalah naluri keseluruhan tentang diri wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
keinginan suci dan manusia yang secara asasi atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
kecenderungan dan prinsipil membedakannya menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
kepada kebenaran dari mahluk-mahluk yang Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
yang dimiliki lain. (fitrah adalah keaslian, manusia tidak mengetahui” (Q.S. Ar-Rum: 30) –
manusia default) Diberikan fitrah yang hanif
BAB II
7 8 9
manusia adalah puncak Dalam BAB I, disebutkan bahwa Manusia dalam mengelola bumi harus
ciptaan dan mahluk- manusia diberikan tugas untuk menggunakan prinsip-prinsip yang hanif, agar
Nya yang tertinggi. memakmurkan bumi dan sudah bumi ini dapat makmur, sejahtera dan
Sebagai mahluk tertinggi difasilitasi untuk itu (Q.S. Hud: bahagia. Karena, jika bumi ini dikelola
manusia dijadikan 61), maka manusia wajib dengan hawa nafsu, maka yang terjadi ialah
"Khalifah" atau wakil menjalankan tugas tersebut penderitaan, bencana dan kebinasaan.
Tuhan di bumi dalam rangka amal shaleh dan
bertanggung jawab.
11 10
Hanya dengan kepribadian insan Manusia baiknya mengikuti prinsip tauhid yang hanif, yakni satu
kamil, manusia dapat Hidup atau menyatu. Dalam arti, manusia menjadi pribadi yang integral
sesuai dengan fitrahnya yang atau integral personality. Tidak mendua dalam arti pribadi yang
hanif. Dan beramal shaleh secara senjang. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja
ikhlas itulah sebab manusia dapat yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan
membahagiakan dirinya dan bumi dan kebenaran. Dan pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT.
seisinya. Ini yang disebut sebagai insan kamil, manusia paripurna.
BAB III: Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar)
dan Keharusan Universal (Taqdir)
Penalaran Iman Kepada Taqdir dan Hari Akhir
dalam Pandangan HMI
BAB III
1 2 3
Didalam BAB II, disebutkan bahwa Keikhlasan yang hakiki, itu mustahil Kemerdekaan individu
hanya dengan kepribadian insan kamil, tanpa kemerdekaan. Keikhlasan dalam adalah sesuatu yang
manusia dapat Hidup sesuai dengan hal ini berarti perbuatan sukarela tanpa asasi bagi manusia.
fitrahnya yang hanif. Dan beramal paksaan yang didorong oleh kemauan
shaleh secara ikhlas itulah sebab murni. Sedangkan kemerdekaan berarti 4
manusia dapat membahagiakan dirinya kebebasan memilih sehingga perbuatan
dan bumi seisinya. itu benar-benar dilakukan berdasarkan Pada kenyataannya,
kesadaran. manusia sebagai
individu tidak benar-
benar bebas secara
6 5 mutlak. Hal itu
Namun, keharusan mengikuti hukum Oleh karena terdapat hukum-hukum disebabkan adanya
universal tersebut bukan sebagai tertentu, maka manusia harus mengikuti suatu hukum-hukum
bentuk penyerahan, melainkan pola universal hukum tersebut. Keharusan tertentu yang
pengakuan akan keterbatasan mengikuti pola universal hukum ini yang menguasai alam dan
kemerdekaan manusia. disebut dengan taqdir. sosial.
BAB III
7 8 9
Kemerdekaan manusia menghasilkan Berdasarkan keterangan dalam BAB I, Sesuatu yang
naluri untuk melakukan usaha-usaha oleh karena urusan dunia ini telah dipertanggung
yang ditentukan sendiri dimana manusia diserahkan Allah SWT kepada manusia jawabkan ialah
berbuat sebagai pribadi yang kreatif dan (khalifatu fil ardh), maka manusia pun kesempatan,
bebas. Usaha-usaha bebas dan kreatif memiliki kewajiban untuk kebebasan dan
tersebut dinamakan dengan ikhtiar. mempertanggung jawabkan sesuatu kreatifitas yang telah
kepada Allah SWT diberikan Allah SWT
dengan maksud untuk
11 memakmurkan
Sehingga, sejatinya Manusia tidak dapat berbicara mengenai taqdir manusia dan bumi
suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya seisinya.
10
kepada taqdir akan membawa keseimbangan jiwa, tidak terlalu
berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan Jadi sekalipun ada keharusan universal atau
diri karena suatu kemajuan. Sebab segala sesuatu tidak hanya takdir, manusia dengan haknya untuk
terkandung pada usaha manusia sendiri, melainkan juga kepada berikhtiar mempunyai peran aktif dalam
keharusan yang universal itu (hukum alam dan sosial). menentukan dunia dan dirinya sendiri.
BAB IV: Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Perikemanusiaan
Hubungan Antara Keimanan yang Benar dan
Kemanusiaan Sejati dalam Pandangan HMI
BAB IV
1 2
Didalam BAB III, telah disinggung Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat
mengenai kemerdekaan manusia, atau prinsipi, fundamental dan asasi. Oleh karenanya,
disebut sebagai ikhtiar. Dalam hal ini tanpa kemerdekaan itu, kemanusiaan tidak
berarti kebebasan dan kreatifitas dapat menjadi aktual. Dalam arti, pikiran dan
manusia dalam melakukan usaha-usaha perbuatan manusia yang idealnya didasari sifat 3
untuk menyatakan taqdir. bebas dan kreatif menjadi tidak terjadi secara sadar,
melainkan karena tekanan dan hegemoni dari yang Hal itu terjadi,
bukan dalam dirinya. pertama karena
5 bentuk sikap
penyerahan manusia
Sehingga segala perbuatan yang 4 kepada selain
harusnya dikerjakan secara ikhlas dan kebenaran mutlak,
Akibat syirik itu sangat berbahaya. Secara
bernilai amal shaleh, menjadi mendasar, syirik mengikis pilar yaitu Allah SWT. Ini
perbuatan berdasarkan tekanan dan disebut sebagai
kemerdekaan manusia hingga akhirnya
ketakutan akan sesuatu yang tak lebih syirik.
manusia tunduk dan patuh kepada selain
mulia dari dirinya sendiri, dan bernilai Tuhan.
pamrih bahkan riya’.
BAB IV
6 7 8
Oleh karena syirik itu berbahaya, maka Manusia bertauhid adalah manusia yang Maka, manusia yang
manusia yang bertauhid sejatinya jiwanya merdeka, tidak terbelenggu juga tidak bertauhid dalam
adalah manusia yang merdeka. Manusia tidak membelenggu manusia arti luas, sejatinya ia
yang berperikemanusiaan. Manusia belum merdeka. Masih
yang manusia. terbelenggu, dan akan
menjadi pembelenggu
atau penindas
sesamanya bahkan
selainnya.
11 10
Maka, ini dapat berarti bahwa mempercayai Jadi manusia yang bertauhid adalah
Tuhan yang benar (tauhid), dan dapat manusia yang ‘adil. Dalam pengertian ini,
melakukan usaha-usaha untuk menggapai ‘adil adalah mampu menempatkan dirinya
ridho-Nya, dapat menghasilkan sikap secara wajar dan tidak berlebihan. (Tidak
berperikemanusiaan sejati yakni cenderung berorientsi menjadi thagut, tiran atau
kepada keadilan. diktator)
BAB V: Individu dan Masyarakat

Ukuran Kebebasan yang Islami bagi Individu dan


Sosial dalam Pandangan HMI
BAB V
1 2 3
Individu adalah bentuk manusia sebagai Dalam hidup sebagai individu, Hawa nafsu manusia sebagai
perseorangan. Sedangkan masyarakat, manusia memiliki kemerdekaan individu dapat menyebabkan
adalah bentuk manusia sebagai pribadi adalah hak asasinya. Namun gangguan dalam kehidupan
kelompok. hal itu rawan disalahgunakan oleh bermasyarakat, yakni upaya
individu tersebut. Karena manusia perenggutan kemerdekaan
memiliki keinginan yang tak indivdidu antar individu lain.
5 terbatas yang disebut hawa nafsu.
Jadi, pemahamannya adalah bahwa
sebagai individu, manusia adalah 4
makhluk bebas. Namun, sebagai
Maka dari itu, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi
masyarakat, kebebasan individu
kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan dapat dicapai
terbatasi oleh individu lain. Hal ini
dengan membatasi kemerdekaan individu. Kemerdekaan tak terbatas
perlu pemahaman, sehingga tidak terjadi
hanya dapat dipunyai satu individu, sedangkan untuk lebih satu individu,
pelanggaran hak, eksploitasi dan segenap
kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan,
aktifitas individu yang dapat merugikan
sehingga kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang lain
atau membelenggu individu lain.
BAB V
6 7
Dengan pemahaman bahwa dalam Diharapkan dari sikap individu seperti
bermasyarakat, individu adalah itu, akan lahir individu yang mencintai
makhluk terbatas, maka dia tidak keadilan, menghormati kemerdekaan
secara semaunya menggunkan hak orang lain serta menjaga hawa
kemerdekaannya hingga nafsunya agar tidak mengganggu
mengganggu kemerdekaan individu jalannya ketertiban umum.
lain.
BAB VI: Keadilan Sosial dan Keadilan
Ekonomi
Ukuran Keadilan dalam Pandangan Sosial dan
Ekonomi dan Politik yang Islami
BAB VI
1 2 3
Dalam bab-bab sebelumnya, Masalahnya, setiap individu Maka kemerdekaan individu
kemerdekaan individu adalah suatu hal berpeluang memahami hal tersebut tersebut menjadi
yang prinsipil, fundamental dan asasi. secara sepihak dan egoistis, disalahgunakan untuk
disebabkan memiliki hawa nafsu. merampas kemerdekaan
individu lain.
6
Perwujudan menegakkan keadilan
yang terpenting dan berpengaruh ialah
menegakkan keadilan di bidang 4
ekonomi dan sosial atau pembagian
kekayaan diantara anggota masyarakat 5 Keadaan yang terjadi karena pemahaman
dan pemerataan kesejahteraan. Keadilan semacam itu adalah kekacauan (chaos)
Sebab itu harus
menuntut agar setiap orang dapat bagian akibat pertarungan keinginan yang
ditegakkan keadilan
yang wajar dari kekayaan atau rejeki, bermacam-macam satu sama lain. Sudah
dalam masyarakat.
serta mendapat posisi yang setara dalam tentu keadaan semacam itu menghancurkan
kehidupan sosial. masyarakat dan meniadakan kemanusiaan.
BAB VI
7 8 9
Dibutuhkan sistem kehidupan Dalam masyarakat yang tidak adil, Orang-orang kaya dan
bermasyarakat yang demokratis. kekayaan dan kemiskinan akan penguasa politik menjadi
Perlu adanya negara sebagai bentuk terjadi dalam kualitas dan proporsi pelaku kezaliman
perkumpulan masyarakat yang yang tidak wajar. sedangkan orang-orang
didalamnya terdapat struktur kekuasaan miskin dan rakyat biasa
untuk menegakkan keadilan, yakni dijadikan sasaran atau
disebut dengan pemerintah. korbannya. Oleh karena
10 itu sebagai yang menjadi
11 sasaran kezaliman, orang-
Oleh karena itu orang miskin dan rakyat
Disisi lain, pesan di dalam agama Islam adalah menegakkan keadilan biasa berada dipihak yang
bahwa sesudah syirik, kejahatan terbesar mencakup benar. Pertentangan antara
kepada kemanusiaan adalah penumpukan pemberantasan kaum kaya melawan kaum
harta kekayaan beserta penggunaannya yang kapitalisme dan segenap miskin adala pertentangan
tidak benar, menyimpang dari kepentingan usaha akumulasi kekayaan antara kaum yang
umum, tidak mengikuti jalan Tuhan. (alladzi pada sekelompok kecil menjalankan kezaliman
jama’a maa law wa’addadah) masyarakat dan yang dizalimi
BAB VI
12 13 14
Maka menegakkan keadilan adalah Dalam masyarakat yang tidak adil, Adalah kewajiban negara
pekerjaan agama. Memberantas kekayaan dan kemiskinan akan dan masyarakat untuk
kapitalisme adalah pekerjaan agama. terjadi dalam kualitas dan proporsi melindungi kehidupan
Tidak hanya kapitalisme, segala paham yang tidak wajar. masyarakat yang
yang secara substansi mengandung kesulitan, memberinya
kesyirikan, yakni mensakralkan sesuatu bantuan dan dorongan.
selain Tuhan yang berpeluang menjadi
thagut-thagut penindas. Negara yang adil
menciptakan persyaratan
hidup yang wajar
15 sebagaimana yang
Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa diperlukan oleh pribadi-
pemerintah harus membuka jalan yang mudah dan pribadi agar dia dan
kesempatan yang sama kearah pendidikan, keluarganya dapat
kecakapan yang wajar kemerdekaan beribadah mengatur hidupnya secara
sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa terhormat sesuai dengan
yang pantas. keinginan-keinginannya.
BAB VII: Kemanusiaan dan Ilmu
Pengetahuan
Kepentingan dan Keharusan Tholabul ‘Ilmi dan Hubungannya
dengan Cita-Cita Muslim yang Rahmatan lil ‘alamiin
BAB VII
1 2 3
Manusia adalah makhluk yang memiliki Sebagai makhluk yang hanif, Ilmu Selain itu, ilmu pengetahuan
fitrah yakni hanif. Hanif adalah pengetahuan adalah alat manusia difungsikan sebagai jalan
kecenderungan manusia, untuk untuk mencari dan menemukan manusia untuk memahami
mendekati kebenaran, kesucian, kebenaran-kebenaran dalam prinsip serta hukum-hukum
keindahan dsb. hidupnya. Meski relatif namun alam semesta dan seisinya
mesti dilalui dalam perjalanan agar dapat menguasai dan
menuju kebenaran mutlak. menggunakanya bagi
kepentingan khalifah fil ardh.

6 4
5
Jadi ilmu pengetahuan adalah Sebab alam tersedia bagi ummat manusia
persyaratan dari amal soleh. Hanya Maka mencari ilmu bagi kepentingan pertumbuhan
mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan adalah kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan
pengetahuan dapat berjalan diatas pekerjaan agama. kecuali mengerahkan kemampuan
kebenaran-kebenaran. intelektualitas atau rasio
BAB VIII: Kesimpulan dan Penutup

Beriman – Berilmu - Beramal


BAB VIII
1 2
Iman kepada Tuhan yang benar Ilmu adalah jalan manusia
adalah permulaan hidup yang benar. untuk memahami hukum alam
Iman – Ilmu - Amal semesta dan seisinya, untuk
Dari sini, esensi hidup manusia di
bumi dapat dipahami yakni: kepentingan khalifah fil ardh.
1. Bertaqwa Dengan kata lain, itu semua
2. Beribadah untuk kepentingan beramal
3. Amal shaleh shaleh. Amal saleh adalah
4. Ikhlas kerja ikhlas berdasarkan
5. Amar ma’ruf nahi munkar kemanusiaan. Kerja manusia
3 6. Membela kaum tertindas dan kerja kemanusiaan tanpa
Amal adalah jalan manusia untuk 7. Berjihad di jalan Allah ilmu tidak akan mencapai
melakukan pekerjaan-pekerjaan, usaha- tujuannya, sebaliknya ilmu
usaha (ikhtiar) untuk mencapai martabat tanpa rasa kemanusiaan tidak
kemanusiaannya. Jika dilandasi iman, akan membawa kebahagiaan
maka amal tersebut tidak dimotivasi bahkan mengahancurkan
oleh kepamrihan. Jika dilandasi ilmu, peradaban
amal akan mencapai tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai