1
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
1.3. NDP sebagai kerangka Global memahami Islam dalam konteks organisasi HMI
2
PEMBAHASAN MATERI
Nilai Dasar Perjuangan atau yang lebih akrab disebut NDP merupakan
landasan ideologis organisasi HMI. NDP tersusun dari tiga kata yakni Nilai, Dasar
dan Perjuangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Nilai memiliki makna :
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (KBBI Online),
Dasar memiliki makna : Pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran atau aturan),
landasan, pondasi, sedangkan Perjuangan memiliki makna : Usaha yang penuh
dengan kesukaran dan bahaya. Maka NDP HMI dihadapan KBBI dapat diartikan
sebagai sifat atau hal yang digunakan kader HMI sebagai landasan atau pondasi
dalam setiap usaha guna mencapai tujuan organisasi. Nilai-nilai Dasar Perjuangan
adalah hakikat kehidupan dan inti sari Al-Qur’an yang memuat nilai-nilai dasar
yang harus menjadi karakteristik anggota HMI dan juga dalam hubungannya
dengan mission. NDP menjadi nilai dasar moral yang menggerakkan perjuangan
HMI.
3
Madjid:xi). Draft awal NDP dirumuskan oleh Nurcholish Madjid yang berawal
dari tulisan keseharian yang disebut kertas kerja (1966-1969). Cak Nur
mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Amerika. Dengan sisa uang saku yang
dimiliki Cak Nur melakukan perjalanan ke timur tengah yang dimulai dari
Istanbul, Libanon, Syiria, Irak, Baghdad, Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia dan
berakhir di Mesir. Selama perjalanan Cak Nur melakukan diskusi dan study kritis
dan akhirnya memberikan ide serta sikap yang ditransformasikan menjadi draft
NDP. Ide nilai dasar pejuangan ini di tawarkan oleh Prof. Dr. Nurcholis Madjid
pada kongres ke-IX di Malang, Mei 1969. Atas dasar rekomendasi kongres
tersebut maka dibentuklah sebuah team khusus untuk merumuskan NDP yang di
dalam termasuk Nurcholis Madjid, Endang Saifudin Ansari, dan Sakib Mahmud.
NDP kemudian di sahkan pada kongres ke-X di Palembang tahun 1971, sebagai
Dokumen dan Acuan Gerak Organisasi (Ideologi). NDP pernah mengalami
perubahan azas, dari azas islam ke pancasila yang kemudian NDP juga berubah
penyebutannya menjadi Nilai Identitas Kader (NIK). Perubahan NDP ke NIK di
dasarkan pada pasal 3 AD HMI, namun pada Kongres ke-XXII di Jambi berubah
lagi dari NIK menjadi NDP.
1.3. NDP sebagai kerangka Global memahami Islam dalam konteks organisasi
HMI
Islam sebagai salah satu agama yang mengandung nilai-nilai kebenaran bagi
umat manusia. Setiap kader HMI haruslah memahami islam secara sempurna dan
pemahaman yang sempit terhadap islam haruslah di hilangkan dari kader HMI.
Islam harus dipahami secara mendalam karena begitu Universal tidak hanya di
pahami secara lokal.
4
1.4. Hubungan antara NDP dan Mission HMI
Karena NDP HMI dapat diartikan sebagai sifat atau hal yang digunakan
kader HMI sebagai landasan atau pondasi dalam setiap aktifitas atau usaha demi
mencapai tujuan organisasi. HMI mempunyai dua misi yang sangat jelas yaitu
keIslaman dan keIndonesiaan. Misi keIslaman dalam rumusan Nilai Dasar
Perjuangan mendapat posisi yang sangat penting, dimana sumber Al-Qur’an dan
Sunah Rasul menjadi pedoman dasar dalam perumusan Nilai Dasar Perjuangan.
Maka NDP menjadi landasan dan ruh perjuangan HMI dalam melaksanakan
aktifitas Mission HMI sekaligus sebagai dasar ideologis dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Tuhan merupakan prodak hasil pemikiran manusia, dia lahir dari sebuah
konsepsi yang menjadi sandaran bagi manusia dalam menggantungkan hidupnya
yang sering disebut Tuhan.
Para Antropolog memiliki asumsi bahwa tuhan telah digantikan dengan ruh
yang lebih rendah dan tuhan-tuhan yang lebih mudah dijangkau (Politeis).
Menurut teori Schmidt, di zaman kuno, tuhan tertinggi (langit) digantikan oleh
tuhan-tuhan kuil yang lebih menarik (Karen Amstrong;Sejarah Tuhan,28).
5
Sekitar 1200 – 1000 SM bangsa Yahudi dengan konsepsi Tuhan Yahweh dengan
Kitabnya Taurat dan Zabur (Perjanjian lama). Sekitar 1 – 32 Masehi lahir
Kristen dengan konsepsi Trinitas Ketuhanan dengan Kitab Injil (Perjanjian
baru). Sekitar 620 Masehi lahir Islam dengan konsepsi ke-Esaan Tuhan dan
Kitabnya Al-Qur’an. Perjalanan konsepsi Tuhan dalam pemikiran manusia
melalui tahap : Monoteis, Politeis dan Ateis.
Agama merupakan candu bagi masyarakat yang dijadikan alat penghibur dengan
mengumbar janji-janji surga di akhirat sehingga masyarakat (proletar) dapat
dininabobokan (Karl Marx;Islam Mazhab HMI,37)
Teori ini dikenal dengan teori ledakan dahsyat dari seorang ilmuwan Inggris
yang menjabarkan tentang terbentuknya alam semesta ini.menurut teori ini
bahwa alam semesta terbentuk melalui 6 fase, yaitu :
6
- Produksi varian baru melalui pada materi genetic yang diturunkan
(DNA/RNA)
- Kompetisi antar individu karena keb eradaan besaran individu melebihi
sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
- Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu
fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Bagaimana dengan kemungkinan penciptaan alam ini dengan teori Big Bang
yang selama ini diajarkan di sekolah?
7
Kontradiksi dalam Kitab
Logika kita menyatakan bahwa sesuatu yang Kontradiksi mustahil kita ikuti
kesemuanya. Misal, seseorang yang menyuruh kita ke timur dan yang satu ke
barat, maka mustahil kita melaksanakan secara bersamaan. Ternyata dalam Kitab
Al-Qur’an terdapat Kontradiksi dalam surah Al-Ahzab ayat 21 dinyatakan
kemuliaan nabi sedangkan di surah Abasa ayat 01 dinyatakan tentang kesalahan
Nabi. Juga dalam surah Al-Anfal ayat 17 tentang determinisme dan surah Az-
Zukhruf ayat 11 tentang Free Will. Dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 33
dikatakan Keluarga Nabi disucikan, sedangkan dalam Surah At-Tahrim, dua Istri
Nabi dikecam dengan keras. Begitupun dengan ayat-ayat yang lain serta hadits-
hadits.
8
2. Teori Kebodohan
Dari pandangan Comte, fase-fase sejarah yang dilalui manusia seiring
dengan berkembangnya pengetahuannya. Maka, sedikit demi sedikit
penyebab fenomena alam semakin jelas. Maka, jumlah tuhan semakin
sedikit, atau mengalami penyederhanaan. Kemudian dilanjutkan, suatu saat
tuhan akan hilang dari manusia jika manusia telah menguasai alam.
3. Teori kelemahan dan ketakutan
Dari perspektif ini, agama adalah produk kelemahan, ketertindasan dan
ketakutan. Argumen mereka dengan menunjukan pemabawa ajaran dari
kelas bawah dan ajaran yang isinya ketakutan. Tetapi bagaimana Nabi
Sulaiman dan Nabi Daud yang dalam barat dikenal dengan King Solomon
dan David. Mereka justru memiliki kekuatan yang sangat besar. Memang
sekilas jika kita melihat ajaran kristen sebagai representasi agama bagi
kaum materialis, terkesan mengajarkan kelemahan. Namun bukankah di
beberapa agama lain selain diajarkan dimensi kelembutan juga diajarkan
dimensi keperkasaan.
4. Teori Marxisme
Jika teori ini benar, tentu tidak ada nabi atau penganjur agama yang berlatar
kelas bawah. Memang pada suatu sisi, agama melalui kaum agamawan telah
meligitimasi penindasan, tetapi agama tidak meligitimasi untuk
mengajarkan seperti itu. Marx berpendapat, kaum agamawan tidak dapat
melakukan revolusi. Sekiranya Karl Marx masih hidup pada tahun 1979,
maka ia pasti merevisi teorinya karena justru kaum ulama yang menjadi
penggerak revolusi menentang tirani.
9
Abasa ayat 1. Alasannya adalah dalam surah Abasa ayat 1 dikatakan “Dia
(Muhammad) bermuka masam”. Surat yang diturunkan untuk Muhammad
biasanya dimulai dengan “Qul” ataua katakanlah. Atau bisa juga Yaa Nabiy
serta Ya Rasul. Sedangkan kata Abasa ditunjuk pada orang ketiga tunggal.
Artinya ayat tersebuat tidak mengacu pada Muhammad. Jika betul Muhammad
bermuka masam pada orang miskin, pada hal itu bertentangan dengan sikapnya
dan tentu hal ini menggugurkan kenabiannya.
Ketika penganut atheistik bertanya, jika yang menciptakan alam ini Tuhan
apakah itu pasti? Dan siapakah diantara manusia yang pernah melihat tuhan
sedang menciptakan bumi ini. Lalu penganut theistik kembali bertanya, jika
bukan tuhan siapa? Kaum Atheistik menjawab, tercipta dengan sendirinya.
Pengikut theistik kembali menggugat, siapakah yang menyaksikan bahwa alam
tercipta dengan sendirinya (Islam Mazhab HMI:39).
10
kita tetap akan lebih mudah menerima argument theistik ketimbang yang
menyatakan Tuhan tidak ada (Islam Mazhab HMI:40).
Perdebatan tidak hanya terjadi antara kaum theistik dan atheistik, sesama kaum
theistik pun terjadi perdebatan yang cukup mendalam dikarenakan agama dan
setiap kepercayaan mengklaim dirinya sebagai ajaran yang benar dengan
Tuhannya masing-masing. Jika hanya ada satu Tuhan di dunia ini, maka da
kemungkinan salah satu Tuhan dari sekian agama (Islam, Kristen, Yahudi,
Budha, Hindudan lainnya) merupakan Tuhan penguasa Langit dan Bumi dengan
teks suci yang mendukungnya (Kitab Suci), tidak mungkin ada dua Tuhan atau
lebih.
Semua agama pada dasarnya (secara esoteris) sama menuju kepada Tuhan yang
satu (Tauhid), namun secara eksoteris (syari’at) agama-agama itu berbeda antara
yang satu denga yang lainnya. Dapat juga dikatakan, keberagaman yang
menekankan pada aspek esoteris (batin) agama, maka perbedaan semakin kecil
sampai akhirnya bertemu pada satu titik. Sebaliknya keberagaman yang
menekankan pada aspek eksoteris atau formalisme agama, amaka perbedaan itu
semakin tampak dan melebar (Islam Mazhab HMI, 49).
Hal ini tidak berarti kita menganut agama atau kepercayaan apapun hasilnya
akan sama, karena setiap agama atau kepercayaan akan melahirkan tata nilai
bagi para pengikut atau pemeluknya. Tata nilai yang bersumber pada setiap kitab
11
suci atau pedoman lain dalam sebuah agama atau kepercayaan akan menjadi
ukuran utama dalam melegitimasi tingkah laku, sikap, sifat sang penganut dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain agama yang di anut harus benar, cara
kita melakukan aktifitas keagamaan sebagai konsekuensi berkepercayaan juga
harus benar.
Rudolf Otto sejarahwan agam berkebangsaan Jerman dalam bukunya The Ide Of
Holy (1971) meyakini bahwa setiap orang memiliki apa yang di sebutnya
nominous yang juga menjadi dasar dari setiap agama. Yang dimaksud
“ nominous” adalah perasaan dan keyakinan sesorang terhadap adanya yang
maha kuasa yang lebih besar dan tinggi dan tidak bias dijangkau dan dikuasai
oleh manusia (Islam Mazhab HMI,42).
Teolog abad ke-10, Imam Al Ghazali juga mengingatkan betapa akal bisa
menyesatkan apabila kita terlalu berpatokan padanya, kritik yang di tujukan
terhadap hokum kausalitas (sebab-akibat) yang menjadi ujung tombak kemajuan
ilmu pengetahuan lewat karyanya Tahafut Al Falasifah (kerancuan para filosof).
12
Dalam karyanya Imam Al Ghazali mengajukan pertanyaan “ apa buktinya bahwa
api adalah faktor yang membakar?” Imam Ghazali berpendapat jika api dapat
membakar, maka itu bukanlah karena api itu sendiri memiliki kemampuan untuk
membakar, melainkan karena Tuhan telah memberi api kemampuan membakar,
ia memberikan antithesis deng contoh ketika Nabi Ibrahim AS tidak terbakar
ditengah kobaran Api (Imam Al Ghazali dan Hume, 87).
13
2.2.2. Kajian Sistemik (Brainwhosing)
Esensi dapat diartikan sebagai batasan yang membedakan sesuatu dengan yang
lain. Esensi juga dapat dipahami sebagai suatu inti sari sesuatu. Ajaran adalah
kumpulan pengetahuan yang serupa kemudian tersusun secara tersistematis dan
menjadi norma atau aturan. Ajaran juga adalah sesuatu dari objek penyampaian.
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islaaman, maknanya tunduk, taat, patuh
dan berserah diri (Meluruskan Akidah:38).
Pembedahan keyakinan
Keyakinan terbagi dua. Pertama keyakinan dibawah keraguan, yaitu keyakinan
tanpa melewati proses keraguan dan tentunya pemikiran. Kedua adalah
keyakinan diatas keraguan yaitu keyakinan yang melewati proses keraguan.
Adapun keyakinan itu sendiri bertingkat-tingkat sesuai dengan kapasitas orang
yang yakin tersebut. Pertama adalah Ilmal Yaqin, yaitu yakin berdasarkan
keilmuan. Keyakinan seperti ini adalah keyakinan tahap awal. Kedua adalah
Haqqul Yaqin yaitu yakin dengan sebenar-benarnya. Analoginya adalah orang
yang meyakini adanya api sedang ia sendiri berada dalam api. Begitu dekatnya
dengan api, sehingga sulit dibedakan yang mana api dan yang bukan. Orang
yang mempunyai keyakinan pada tingkatan ini adalah orang yang segala ucapan
dan tindakannya adalah ucapan dan tindakan Allah SWT.
Perbandingan Teologi
Tuhan itu tunggal, tuhan itu tidak tersusun dan tidak terbatas. Tidak bersebab
tapi merupakan sebab dari semua sebab (prima causa). Tidak berakhir, tapi akhir
dari segala yang akhir (causa finalis), sederhana. Maha meliputi, maha kaya, dst.
Disisini kita akan mengadakan perbandingan konsep ketuhanan yang paling
rasional dari sampel monotheis versi kristen (trinitas).
14
Hindu (trimurti), dan assy’aryah. Ketiga konsep teologi tersebut mengakui
bahwa tuhan itu Esa, namun kemudian penafsiran tentang ketunggalan tersebut
akan kita persoalkan sebagai berikut:
Prinsip Ketuhanan
Agama tentu tidak sama dengan sebuah organisasi, beragama tidak cukup hanya
dibuktikan dengan bertuliskannya “Islam” dalam kartu tanda penduduk atau
pengenal lain ataupun memakai simbo-simbol dan atribut yang identic dengan
identitas Islam. Tidak juga sekedar menjalankan peribadatan yang sifatnya ritual
maupun non ritual, beragama lebih dari itu. Namun banyak muslim yang
terjebak dalam nama dan symbol Islam dan melupakan subtansi yang
terkandung di dalamnya. Orang bijak mengatakan: Barang siapa yang
menyembah Allah bukan subtansinya, itu sama dengan kafir. Barang siapa yang
menyembah Allah dan subtansinya, itu adalah syirik. Barang siapa yang tidak
menyembah Allah, melainkan substansinya itulah tauhid sejati (Islam Mazhab
HMI,47-48).
Dalam agama Islam konsep Tauhid terumuskan dalam dua kalimat Syahadat
yakni “ Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan
rasulullah” yang artinya Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah SWT dan saya
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT. Kata syahadat pertama,
Saya bersaksi “ tiada Tuhan” merupakan peniadaan (Negasi) terhadap
pengakuan Tuhan di dunia ini, sedangkan “ Selain Allah” mengandung
pengecualian (Afirmasi) yang berarti tidak ada dan tidak akan pernah ada dan
15
tidak akan pernah ada tuhan kecuali Allah SWT sebagai satu-satunya tuhan
penguasa langit dan bumi, awal dari segala awal yang tidak pernah diawali
sekaligus akhir dari segala akhir yang tidak pernah berakhir. Sebagaimana Allah
SWT berfirman yang artinya “ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain Aku, maka dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(Q.S. Thahaa:14). Untuk mengetahui hakikart Tuhan yang sebenarnya, manusia
memerlukan tata nilai yang bersumber kepada-Nya yang disebut “ wahyu” yaitu
pengajaran langsung dari tuhan sendiri kepada manusia. Disamping itu manusia
harus berpegang pada Al-Qur’an dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan
Nabi Muhammad SAW. Maka kalimat persaksian kedua “ bahwa Muhammad
adalah Rasul Allah” . Secara logis kita sudah membuktikan bahwa Allah adalah
penyebab yang tidak tersebabkan dan segala sesuatu berasal dari dia. Selain itu
bahwa rantai kausalitas akan berakhir pada satu titik, yakni tujuan dari segala
sesuatu. Dalam logika hal ini di kenal dengan istilah causa finalis. Penyebab
yang tidak tersebabkan dan tujuan akhir dalam Islam dikenal dengan Istilah
“ innalillahi wa inna ilaihi raji’un” . Dari titik ini kita bisa menarik kongklusi
bahwa alam materi ini akan pasti berakhir.
Macam-macam Tauhid
1) Tauhid Zati
2) Tauhid Rububiyah
3) Tauhid Ibadi
16
dan tidak diperanakkan, juga tidak ada satupun yang menyerupainya (Islam
Mazhab HMI,45).
Eksistensi Allah sebagai sang pencipta itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah
Tuhan Allah. Pendekatan kearah pengetahuan akan adanya tuhan dapat
ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah,
history pengalaman dan lainnya. Tetapi karena kemutlakan dan kenisbian
manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pemberian hakikat tuhan yang
sebenarnya. Nabi Muhammad SAW Rasul penutup, jadi tiada lagi Rasul
setelahnya. Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul
seluruhnya dalam kitab suci Al-Qur’an. Selain berarti “Bacaan”, kata Al-Qur’an
juga berarti “kumpulan” atau kompilasi dari segala keterangan. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam Surah An-Nahl ayat 89.
“ (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” .
Manusia lahir ke dunia dalam keadaan fitri dan suci yang diberi oleh Pencipta
kesadaran tentang eksistensi diri, eksistensi alam sekitar, dan eksistensi
kekuasaanyang mengatur alam raya ini. Sifat kesadaran manusia tentang
kekuasaan yang mengatur diri dan alam semesta raya inilah di sebut kesadaran
ketuhanan. Kesadaran ketuhanan ini bukan saja ada pada individu, tetapi tampak
pada kehidupan masyarakat (Meluruskan Akidah:59).
Menurut Imam Al-Ghazali, alat kesadaran manusia ada lima tingkat yaitu :
instink, indera, daya khayali atau imajinasi, akal dan pikiran (Meluruskan
Akidah:63-66).
17
totalitas adalah kuncinya. Tapi ini berangkat pada pemikiran dan renungan yang
memunculkan keyakinan hakiki.
18
dengan kemajuan sains pandangan ini kemudian ditinggalkan dengan tidak
menyisakan nilai mulia pada manusia. Para ahli astronomi justru membuktikan
hal sebaliknya bahwa bumi bukanlah pusat tata surya tetapi matahari.
19
Freewill berarti kebebasan berkehendak. Pahaman ini berangkat dari asumsi
bahwa manusia memiliki kehendak dan kekuatan untuk menentukan jalan
hidupnya sendiri tanpa harus diintervensi oleh pihak lain. Jika dihadapkan
dengan alam, bahwasanya manusia dapat menetapkan sejarahnya sendiri tanpa
harus terikat oleh hukum besi sejarah bahkan Tuhan sekalipun.
Jabariah dan Mu’tazilah
Bagi kita umat Islam, alam adalah ciptaan Tuhan. Sehingga Tuhanlah yang
menjadi faktor penentu alam semesta raya dan manusia. Cuma persoalannya
adalah sejauh mana interfensi Tuhan.
Jika dalam pandangan Islam, Tuhan sebagai faktor yang menentukan, maka
yang selaras dengan Determinisme adalah Jabariah dan Asyariyah. Jabariah
memahami bahwa manusia tinggal menjalankan skenario Tuhan. Manusia tidak
memiliki sedikitpun kebebasan apalagi dalam hal Jodoh, rezki dan ajal. Setiap
tindakan manusia sudah ditetapkan, termasuk hal yang baik dan hal yang buruk.
Dalam sejarah perkembangan Ilmu Kalam, pemikiran kaum Jabariah kemudian
ditentang oleh kaum Mu’tazilah. Mereka menganggap bahwa tugas Tuhan tidak
sampai pada sekedar mencipta belaka. Selanjutnya tergantung pada ikhtiar
manusia. Keadilan Tuhan dalam perspektif Mu’tazilah adalah Tuhan hanya
dapat memasukkan orang saleh ke surga dan orang kafir ke neraka.
Kelemahan Mu’tazilah dan Jabariyah
Kaum Mu’tazilah mengkritik kaum Jabariyah dengan mengatakan bahwa Tuhan
perspektif Jabariah adalah zalim, semena-mena. Untuk memberikan
pendapatnya, Mu’tazilah mengutip beberapa ayat yang mengindikasikan
kebebasan manusia. Ayat yang sering digunakan adalah “ tidaklah-Ku rubah
nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya” (QS. Ar-Ra’d:11).
Mu’tazilah mengatakan bahwa ayat ini muhkamat (jelas) adanya. Dan ayat-ayat
yang nampak menyerang argument Mu’tazilah dianggap Mutasabih.
Sebaliknya kaum Jabariah mengkritik Mu’tazilah dengan mengatakan bahwa
Tuhan perspektif Mu’tazilah adalah lemah, dan tidak maha kuasa. Untuk
membenarkan pendapatnya, Jabariah mengutip beberapa ayat mengindikasikan
20
kekuasaan Tuhan, salah satunya adalah “ bukan kamu yang membunuh, Aku yang
membunuh” (QS. A-Anfal:17). Jabariah mengatakan bahwa Muhkamat adanya,
dan justru yang digunakan kaum Mu’tazilah ini Mutasabih (samar-samar).
Untuk mengkaji landasan berpikir kedua mazhab ini maka kita perlu memahami
konsep ketuhanannya. Dari mana sebelunya dibahas tentang Tauhid Zati, Sifati
dan a’fali. Dalam hal tauhid Zati kedua Mazhab sepakat Mu’tazilah kemudian
terlalu cenderung pada Tauhid Sifati, dimana pahaman tentang kemahaadilan
Tuhan kemudian justru mengurangi bahkan mungkin menghilangkan pahaman
tentang kekuasaan Tuhan untuk berkehendak.
Sebaliknya Jabariah terlalu cenderung pada Tauhid A’fali (tindakan), dimana
kekuasaan tuhan untuk bertindak malah mengurangi bahkan menghilangkan
keadilan Tuhan.
Akibat dari pahaman Jabariyah adalah stagnasi Individu dan Masyarakat karena
sikap pesimisme dalam berikhtiar. Sementara akibat pemahaman Mu’tazilah
adalah “ terlepasnya” Tuhan dari kehidupan Manusia. Kedua pahaman ini
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk
menengahi perdebatan ini, kita harus mencari jalan tengah, dimana pemahaman
kita tidak menjadikan Tuhan tidak adil atau tidak maha kuasa.
Prinsip dinamika Alam semesta
Persoalan mendasar dalam penciptaan adalah apakah semuanya terjadi secara
kebetulan belaka tanpa ada yang mengatur atau ada yang mengatur secara
mutlak, atau ada yang mengatur sesuai dengan hukum-hukumnya. Dengan
segala keteraturan Alam semesta, mungkinkah asal mula alam semesta tercipta
dari teori Big Bang tanpa Sang Arsitek (Tuhan)? Perdebatan antara kaum atheis
dengan kaum theis tentang keberadaan dan Intervensi Tuhan dalam proses
penciptaan Alam semesta beserta isinya mewarnai perjalanan dan perkembangan
peradaban manusia. Ketika penganut atheistik bertanya, jika yang menciptakan
alam ini Tuhan apakah itu pasti? Dan siapakah diantara manusia yang pernah
melihat tuhan sedang menciptakan bumi ini. Lalu penganut theistik kembali
bertanya, jika bukan tuhan siapa? Kaum Atheistik menjawab, tercipta dengan
21
sendirinya. Pengikut theistik kembali menggugat, siapakah yang menyaksikan
bahwa alam tercipta dengan sendirinya (Islam Mazhab HMI:39).
Jika mengikuti pendapat pertama bahwa tanpa ada yang mengatur berarti sama
saja kita mengatakan bahwa tidak ada pencipta, dan ini tentunya mustahil.
Jika mengikuti pendapat kedua bahwa ada yang mengatur mutlak dimana
ciptaan dalam hal ini manusia tidak memiliki kebebasan untuk berikhtiar dan
memilih, berarti sama saja kita katakana bahwa Tuhan tidak adil.
Dengan demikian otomatis dalam penciptaan kita mempercayai bahwa alam
semesta ini diatur berdasarkan hukun-hukum yang ditetapkan sang pencipta
(Sunnatullah). Manusia sebagai bagian alam semesta juga pasti akan dikenai
hukum-hukum dari sejak penciptaan, tindakan sampai akhir perjalanan manusia.
Takwini dan Tasrii
Untuk mempermudah pembahasan, kita bagi dua wilayah hukum Tuhan.
Pertama Takwini, dalam hal ini penciptaa dan Tasrii, dalam hal ini aksiden-
aksiden di alam material.
Perlu dibedakan antara hukum penciptaan dengan hukum syar’i. dalam hal
hukum penciptaan, tidak ada hak manusia. Sebagai contoh, binatang diberi
Insting dan manusia diberi insting dan akal. Karena manusia adalah ciptaan
Tuhan yang paling sempurna dimana manusia dibekali akal untuk mengelola
alam semesta, maka tuhan kemudian menurunkan aturan abagi manusia dalam
hal ini syariat. Jadi syariat berlaku pada manusia, itupun yang memenuhi syarat
agar terjaga keseimbangan sesuai dengan peran dan fungsi penciptaan manusia.
22
menciptakannya yaitu Tuhan yang satu, tunggal, esa, dan mutlak. Hal ini berarti
di Bumi hanya ada satu Tuhan Yang Maha Kuasa, jika Tuhan itu terbilang,
Bumi tidak akan tercipta (IslamMazhab HMI,23) sebagaimana firmannya dalam
surah Al-Anbiya ayat 30 disebutkan : “ Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu padu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
23
dan hati (manusia) masing-masing akan di mintai pertanggung jawabannya”
(QS. Al-Isra:36).
Persoalan ini dijawab oleh Ali Syariati dalam bukunya Ummah wa al-imamah.
Menurutnya ada beberapa istilah yang digunakan dalamAl-Qur’an untuk
24
mengacu pada kelompok tersebut. Ada lima term yaitu qabillah, qawn (kaum),
sya’ab, mujtama’, jama’ah dan tha’ifah. Masyarakat (ummah) bagi Ali Syariati
memiliki empat arti kunci, gerakan, tujuan, ketetapan kesadaran, dan kemajuan.
Secara istilah ummah adalah kumpulan orang, dimana setiap individu sepakat
dalam tujuan yang sama dan masing-masing saling membantu agar bergerak
kearah tujuan yang diharapkan, atas dasar kepemimpinan yang sama (Islam
Mazhab HMI:97).
Proses terbentuknya masyarakat
Pada mulanya adalah seorang laki-laki dan perempuan yang membentuk
keluarga. Seterusnya perkembangan keluarga terbentuk suku. Dalam satu suku
terdapat beberapa keluarga. Kemudian suku ini berkembang menjadi bangsa.
Pada satu bangsa terdapat beberapa suku. Akhirnya masyarakat dunia yang multi
etnis dan ras seperti dewasa ini. Manusia harus berusaha untuk mempertahankan
hidupnya, sementara kemampuan terbatas. Oleh karena itu, pembagian peran,
tugas dan tanggung jawab menjadi konsekuensinya. Semangat kolektifitas untuk
saling menutupi keluarga masing-masing kemudian mengarahkan pada
penggunaan tenaga yang lain dan saling malakukan hubungan timbal balik
antarmanusia. Hidup bersosial merupakan matalamat (tujuan) umum yang
hendak di tuju oleh fitrah manusia secara naluriah. Kebutuhan manusia unutk
hidup bersosial merupakan bagian dari penciptaannya (Masyarakat dan
Sejarah:8).
Sebagaimana firman Allah yang artinya “ Wahai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang permpuan serta
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
adalah yang paling taqwa di antara kalian,” (QS. Al-Hujurat:13).
Ayat di atas menyebutkan bhwa hikmah penciptaan manusia dari sedemikian
rupa sehingga terbentuk berbagai bangsa dan suku dengan syarat penting
sanggup mengenal satu sama lain yang menjadi ciri pemersatu dan pembeda
dalam mengidentifikasi manusia (Masyarakat dan Sejarah:8).
25
Konsep Masyarakat
Masyarakat tersusun dari individu-individu. Apabila tidak ada individu-individu,
maka tidak ada masyarakat. Dalam kaitan terbentuknya masyarakat, ada
beberapa asumsi terhadap sikap masyarakat seperti dijabarkan oleh Murthada
Muthahhari dalam bukunya masyarakat dan sejarah. Adapun asumsi tersebut
sebagai berikut :
a) Komposisi masyarakat tidaklah riil.
b) Masyarakat adalah senyawa riil yang merupakan kombinasi pikiran, emosi,
hasrat, kehendak dan juga budaya.
c) Masyarakat adalah senyawa riil dan sejenis senyawa sintetis.
d) Masyarakat adalah senyawa riil dan senyawa yang memilki aras
kesempurnaan yang tinggi.
Masyarakat dan Tradisi
Membedah tentang masyarakat dan tradisi kita berangkat daripada bagaimana
karakter susunan masyarakat dan hubungan masyarakat dengan manusia
(individu) yang jelaskan oleh Murtadha Muthahhari. Apabila eksistensi
masyarakat itu riil tentu masyarakat mempunyai hukum dan adat.
Pakar muslim pertama yang memilki pandangan bahwa hukum dan adatlah yang
mengatur masyarakat dan membedakan hukum dan adat ini dari hukum, adat
individu dan konsekuensinya berpandangan bahwa masyarakta mempunyai
personalitas, karakter, dan realitas adalah Abdurrahman bin Khaldun dari Tunis.
Pakar modern pertama yang berpendapat bahwa adatlah yang mengatur
komunitas adalah filsuf Prancis abad ke-18, Montesquieu (Masyarakat dan
Sejarah:21).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 17 menyatakan secara
gamblang bahwa bangsa dan masyarakat mempunyai hukum dan normanya.
Kemajuan dan kehancuran suatu bangsa dan masyarakat ditentukan oleh hukum
dan norma itu. Saat dikatakan sebuah bangsa atau masyarakat mempunyai nasib
yang sama, maka itu sama saja dengan menyatakan bahwa masyarakat
26
mempunyai hukum. Eksplisitnya bahwa hukum yang mengatur masyarakat
bersifat universal.
2.4.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)
Pandangan barat terhadap Individu dan Masyarakat
Sosiolog Prancis yang populer membahas tentang manusia (individu) adalah
Emil Durkheim. Dia memandang bahwa individu terdiri dari dua subtansi (jiwa)
yaitu jiwa individu dan jiwa masyarakat. Dia mempercayai bahwa
masyarakatlah yang fundamental (sesuatu yang penting) dengan menyatakan
bahwa seluruh permasalahan dan individu adalah produk masyarakat, bukan
produk pikiran atau kehendak individu. Permasalahan sosial ini mempunyai tiga
karakter : eksternal (datang dari luar yaitu dari masyarakat) mendorong dan
global. Permasalahan ini sebenarnya sudah terjadi dalam masyarakat, bahkan
sebelum individu itu lahir. Individu menerima masalah ini lantaran pengaruh
masyarakat. Durkheim juga meyakini bahwa masyarakat terbentuk dan ada
lantaran karna paksaan kolektif lantaran mengabaikan pentingnya karakter
manusia. Karena individu berkembang lantaran evolusi masyarakat, suatu
evolusi yang bersifat fundamental dan substansial (Masyarakat dan Sejarah:24-
25).
Pandangan Islam tentang Individu, prinsip interaksi sosial dan masyarakat
madani
a. Individu
Islam memandang manusia sebagai mahluk mono-dualistis, satu tapi dua.
Manusia memiliki unsur material-jasadiah dan unsur non material-rohaniah.
Hal ini kemudian menyebabkan manusia berada di antara lempung roh
illahi, di mana jika manusia mampu menaklukan pengaruh lempungnya
maka ia akan lebih mulia dari pada malaikat. Sebaliknya jika manusia di
kalahkan pengaruh lempunganya maka ia lebih hina daripada binatang.
Atas dasar itu maka manusia memiliki dimensi ganda, pertama sebagai
hamba dan yang kedua sebagai wakil tuhan atau khalifah. Manusia diberi
27
kekuatan dan tanggung jawab untuk mengelola bumi sekaligus wujud
kehambaannya.
b. Prinsip Interaksi Sosial
Islam memandang bahwa masyarakat seperti individu. Masyarakat memiliki
berbagai organ, yang jika salah satu sakit maka semuanya akan sakit. Meski
organ yang satu tidak mesti menjadi organ yang lain. Seperti individu, Al-
Qur’an mengisyaratkan bahwa masyarakat pun memiliki ajal. Islam
membedakan amal individual dan amal jariyah. Otomatis dosa pun terdiri
dari dosa individual dan dosa kolektif (Masyarakat dan Sejarah:16).
c. Masyarakat Madani
Madani diterjemahkan secara umum menjadi dua. Pertama madani adalah
nama lain dari kota madinah. Masyarakat madani adalah penggambaran dari
masrakat kota Madinah pada jaman Rasulullah. Pandangan kedua, madani
berasal dari kata dien, yang kurang lebih masyarakat yang berdien. Medinah
adalah negara kota (polis) yang multi etnis.
Untuk membangun system yang diperuntukkan untuk mengabdikan diri
pada Allah SWT, maka membentuk tatanan sosial yang Islami adalah suatu
kemestian. Sementara masyarakat madinah adalah masyarakat yang
majemuk dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Rasul bertindak
sebagai pemimpin yang adil yang mewadahi, menengahi, memutuskan
persoalan umat yang muncul. Syarat terbentuknya masyarakat madani
adalah pemimpin yang adil, dalam kontrak sosialnya melibatkan segenap
masyarakat, sistem yang berkeadilan, untuk membangun kembali
masyarakat madani setidaknya kita mencoba memenuhi beberapa syarat
hingga syaratnya sempurna.
Teori Negara
Baik sosiologi maupun ilmu politik memahami bahwa Negara adalah asosiasi,
alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan dan system pengadilan sosial bersama atas nama
28
masyarakat. Sebelum membahas lebih jauh tentang Negara, berikut ini
dipaparkan tentang konsepsi Negara menurut beberapa tokoh dunia.
a) Max Webber (Gerth & Mills, 1962:78), memahami bahwa Negara adalah
lembaga yang memilki keabsahan untuk melakukan tindakan kekerasan
terhadap warganya (T eori Negara “Negara, Kekuasaan, dan Ideologi”, 1996:
6).
b) Karl Marx (Gold et al, 1975:31) mengungkapkan bahwa Negara adalah
sebuah panitia yang mengelola kepentingan kaum borjuis secara menyeluruh
(Teori Negara “Negara, Kekuasaan, dan Ideologi”, 1996:56).
c) Menurut Calvert Negara adalah komunitas yang diorganisir untuk suatu
tujuan politik (Teori Negara “Negara, Kekuasaan, dan Ideologi”, 1996:84).
d) Dari buku Antonio Gramsci Negara & Hegemoni Hegel, Adam Smith
menyatakan bahwa Negara adalah representasi dari ‘kolektivitas sosial’,
yang berdiri di atas kepentingan klas-klas tertentu dan menjamin bahwa
persaingan antara individu-individudan kelompok-kelompok terpelihara
secara teratur (Negara & Hegemoni, 2015:9).
29
Model negara
Ada beberapa model Negara antara lain :
1. Minimal State
2. Capital State
3. Socialis State
4. Organic State
5. Ideal State
6. Integralistic State
7. Berocratic State
8. Berocratic Capitalists State
Manusia sebagai mahkluk yang mono-dualistik berperan ganda, satu sisi sebagai
manusia adalah hamba Allah. Disisi lain sebagai wakil tuhan dimuka bumi untuk
30
memakmurkan dan mensejahterakan bumi. Islam memandang bahwa perlu
diselaraskan antara gerak Individu dengan gerak masyarakat menuju sang
khalik, karena tiap individu diciptakan untuk beribadah.
31
waktu, norma-norma, nilai, ras, ideology, dsb. Ekonomi berasal dari
penggabungan dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu oikos dan nomos yang
artinya pengaturan dan pengelolaan rumah tangga. Dalam hidup berkelompok
keadilan menjadi sangat penting. Keadilan dalam bidang ekonomi mendorong
terciptanya keadilan social. Betapa pentingnya posisi Negara/ pemerintah dalam
ranbgka menciptakan keadilan dan kemaslahatan manusia. Pelaksanaan
pemerintahan tidak boleh mengganggu kebebasan dan harkat kemanusiaan
masyarakat itu sendiri.
2.5.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)
Ideology Dunia
Ideology pertama diperkenalkan oleh seorang dari Prancis yang bernama Dustec
de Tracy pada abad 18. Ideology berasal dari dua kata: ideos artinya pemikiran,
dan logos yang berarti logika, ilmu, pengetahuan. Dapatlah didefinisikan
ideology merupakan ilmu mengenai keyakinan. Ideology merupakan kata ajaib
yang menciptakan pikiran dan semangat hidup diantara manusia Selanjutnya
ideology dapat di pahami sebagai cita-cita ideal yang hendak diwujudkan.
Ideology memiliki 3 unsur. Pertama pandangan dunia (Worrd of View). Kedua,
adalaha metodologi dan Ketiga tujuan atau cita-cita ideal. Secara singkat
pandangan dunia dapat dimaknai dengan cara seseorang memandang tentang
hakikat dunia. Cara pandang ini sangat mempengaruhi tujuan atau cita-cita ideal,
berikut metode yang digunakan untuk mencapai cita-cita tersebut (Sejarah
Ideologi Dunia, 2010:5).
Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital
(modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya (Sejarah Ideologi Dunia,
2010:13).
Ayn Rand dalam bukunya “Capitalism” (1970) selaras dengan karya Adam
Smith “ The Wealth Of Nation” (1776) menyebut tiga asumsi dasar dari paham
kapitalisme, yaitu : (a) kebebasan individu, (b) kepentingan diri sendiri, dan (c)
pasar bebas. Menurut Rand, kebebasan individu merupakan tonggak daripada
32
kapitalisme, karena dengan pengakuan hak alami tersebut individu bebas
berpikir, berkarya dan berproduksi untuk keberlangsungan hidupnya (Sejarah
Ideologi Dunia, 2010:15).
Sosialisme
Setelah melebarnya sayap-sayap ideology liberalisme dan kapitalisme, maka
dunia telah tersentuh ideology ini dipenuhi dengan pragmatism hidup, sikap
individualistis, konsumeris, hedonisme, materialisme dan sekularisme. Ini telah
menimbulkan masalah-masalah sosial sampai pada unit sosial yang terkecil,
seperti melemahnya emosional dalam keluarga. Lahiralah faham sosialisme,
mereka menentang individu sebagai dasar pribadi, juga kebebasan ekonomi yang
melibatkan negara. Faham sosialis mengusahakan industri negara bukan semata-
mata digunakan untuk mencarik keuntungan kapitalis (Sejarah Ideologi Dunia,
2010:35).
Sosialisme pada mulanya dimaksudkan untuk menunjukan sitem-sistem
pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi (selain labor) secara
kolektif. Sosialisme kemudian tidak hanya dinamakan pada system ekonomi,
tapi juga falsafah, ideology dan gerakan. Secara umum sosialisme di bagi 3.
Pertama, sosialisme sebelum Marx dan Angels. Sosialisme ini sering juga
disebut sebagai sosialisme utopis. Karena menurut Marx sosialisme ini tidak
memiliki landasan dan metode untuk mencapai tujuannya. Kedua, sosialisme
menurut Marx dan Angels sering disebut sebagai sosialisme ilmiah, karena
memiliki landasan teoritis dan filosophis. Ketiga, sosialisme pasca Marx dan
Angels banyak pemikir social yang menganggap bahwa sosialisme warisan
Marx perlu ditinjau kembali karena beberapa argumennya tidak relevan
berdasarkan perkembangan jaman.
Teori-teori ekonomi dan sosial
a. Merkantilisme
Berasal dari kata Merchant yang berarti pedagang. Sebagian Ekonom
beranggapan bahwa Merkantilisme bukanlah sebuah aliran ekonomi, tapi
33
sebuah kebijakan ekonomi menyangkut system perdagangan yang
dipraktekkan sekitar tahun 1500-1750.
b. Konolianisme dan Imperialisme
Perkembangan eropa sejak perang salib sangat pesat sangat pesat sehingga
masuk pada jaman renaissance dan jaman pencerahan. Kaum bangsawan dan
raja menginginkan harta (gold) dan kejayaan (glory) dilain pihak, gereja
menginginkan agar kristenisasi disebarkan pada mereka yang tidak beradab
(gospelt).
c. Teori Keterbelakangan
Terjadinya keterbelakangan dan kemiskinan pada masyarakat dunia ketiga
yang pernah terjajah kemudian menggelitik para pemikir untuk menganalisa
gejala tersebut.
d. Teori modernisasi vs teori structural
Beberapa teori modernisasi teori kebutuhan Meclelland, teori 5 tahap
pembangunan Rostow, teori tabungan dan investasi, teori manusia modern.
Sementara teori struktur di susun oleh kaum sosialis mengemukakan adanya
faktor eksternal seperti penjajahan dan pertukaran tidak seimbang (inequal
exchange) dari Raul Fresbitch.
e. Evelopmentalisme
Premis utama yang dibangun adalah developmentalisme adalah kebodohan dan
penyebab keterbelakangan dan kemiskinan. Olehnya, untuk mengejar
ketertinggalan maka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi
titik awalnya. Maka investasi sektor pendidikan menjadi persyaratan.
Disebutkan bahwa ada lingkaran setan yang terus menjebak negara sehingga
semakin terpuruk. Secara teoritis, memaknai developmentalisme ampuh
memajukan negara yang keterbelakangan tapi secara praktek justru sebaliknya.
Developmentalisme sebagai anak kandung kapitalisme semakin menunjukan
kelemahannya.
f. Teori Hegemoni
34
Adalah Antonio Gramsci yang pertama yang mencetus teori ini. Berangkat dari
perenungannya akan bahaya reduksionisme dikalangan pemikir Marxis dan
non Marxis. Gramsci menjadikan hegemoni dan dominasi sebagai dua hal yang
selaras, dimana diantara keduanya tercipta penindasan. Sementara penindasan
terjadi adanya penindasan dan tertindas. Dominasi adalah penindasan pada
wilayah ekonomi, dimana sistim , masyarakat dan sebagainya telah merancang
adanya penindas dan tertindas. Hegemoni adalah penindasan pada level
pemikiran, dimana struktur kesadaran masyarakat dipoles sedemikian rupa oleh
pihak penguasa, sehingga penindasan dijadikan hal yang lumrah, atau dengan
kata lain hegemoni berarti merasuki berpikir masyarakat sehingga tidak terjadi
penindasan atau perlawanan terhadap penindasan.
Konteks Kekinian
a. Umat Islam secara umum.
Ummat islam secara umum telah terpisahkan oleh batas-batas negara,
sehingga tidak begitu sulit di jajah oleh pihak luar. Keterbelakangn,
kemiskinan, dan kebodohan menjadikan umat islam mengalami
kemunduran. Di sisi lain, penguatan ekonomi umat islam belum
menemukan titik keseimbangan. Beberapa Negara islam hidup dengan
kekayaan melimpah, tapi di negara lain banyak umat islam kelaparan.
Upaya kongkrit dalam menyelamatkan umat islam dari jurang kemiskinan
belum ada atau mengkin belum nampak.
Ketertinggalan pengetahuan juga melanda umat islam. Usaha untuk
membangun intelektual muslim masih terhambat oleh sikap jumud dan picik
sebagian umat, juga sokongan dana yang sangat minim.
Dari beberapa hal di atas, umat islam yang dalam beberapa abad lalu
umumnya terjajah, sekarangpun mengalami hal sama, namun caranya saja
yang berbeda. Secara sosial ekonomi, budaya, militer, dan keagamaan umat
islam di jadikan objek penderita. Sayangnya islam masih terkurung dalam
perdebatan bid’ah dan ritualitas.
b. Umat islam Indonesia
35
Umat islam Indonesia berada dalam empat sisi penting. Pertama, islam
yang beragam warna. Kedua, persoalan kebangsaan yang multikompleks
dan ketiga adalah intervensi asing.
Pada zaman kolonial, islam menjadi spirit perlawanan. Namun setelah
kemerdekaan, kekuatan umat islam perlahan di kurangi. Akibatnya adalah
adalah proses re-sekularisasi. Islam semakin tersudut di tembok mesjid.
Sementara sistem sosial yang menindas dan tak berpihak pada rakyat kecil
yang umumnya umat islam.
Gagasan Keadilan Dalam Islam
36
Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan
kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu) adalah
kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung
tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia. Menegakkan
keadilan amanat rakyat kepada pemerintah yang musti dilaksanakan. Pemerintah
yang benar dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran
dan akhirnya kepada Tuhan YME.
Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah
menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekayaan diantara
anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian yang
wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal batas-
batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan tanpa
kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh
ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan
pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa
dilain pihak.
Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh
kapitalisme. Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia ke arah
pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap orang
kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat
(amar ma’ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala bentuk
penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan
(nahi munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-restriksi atau
cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara
yang tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma’ruf
dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang
(yang munkar diharamkan).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat
yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan
berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya dengan tidak
37
berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup
sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata.
Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu
tersalurkan kearah sesuatu yang lain dan membahayakan kemanusiaan.
Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan
kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan. Dalam masyarakat, yang adil
mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin.
Tetapi hal itu terjadi dalam batas-batas kewajaran dan kemanusian dengan
pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan
dibenarkannya pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan
adanya perbedaan-perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan-kemampuan
pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha-usaha kearah perbaikan
dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan oleh
masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir masalah perbedaan
kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang-orang kaya dalam jumlah
presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin.
Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah, dan halal
saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus
dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu
harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang
Maha Esa, dimana tidak lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram,
diman penindasan atas manusia oleh manusia dihapus.
Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu diperoleh,
juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan
pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak bertentangan,
pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan konfikasi.
Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas-batas tertentu,
yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata-rata atau israf
pertentangan dengan perikemanusiaan. Hal itu semuanya merupakan kebenaran
38
karena pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia
seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian
yang wajar dari padanya.
Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana
amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang
dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau terjadi kemiskinan,
orang-orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang-orang kaya, terutama
yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Adalah kewajiban negara dan
masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan
dorongan.
39
pengetahuan manusia dalam menciptakan alat untuk memudahkan kebutuhan
manusia.
Dalam Islam, ilmu berasal dari akar kata ‘ilm yang derivasinya antara lain
ulama, alim, mualim, yuallimu dsb. Ilmu sendiri berarti tahu. Artinya dalam
khazanah pemikiran Islam tidak ada pendikotomian antara sains dan
pengetahuan. Ilmu itu satu, tapi sudut pandang manusia menjadikan ada
perbedaan antara cabang yang satu dengan yang lain.
40
Peran IPTEK terhadap peradaban
Perkembangan IPTEK seperti pisau bersisi dua, satu sisi dia mempermudah
manusia, sedangkan sisi lain justru menghancurkan manusia. Sebaliknya,
perkembangan IPTEK juga turut mempengaruhi peradaban manusia.
Ditemukannnya pesawat telepon, internet, dan lain-lain yang menjadikan batas-
batas antara negrapun tanpa sekat lagi. Pola interaksi manusia mengalami
perubahan, sebagai contoh muncul elektronik government dan elektronik
commerce pada wilayah ekonomi dan politik.
41
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal
“Hidup kita sebagai manusia, sebagai kader HMI cukup sederhana, beriman, berilmu
dan beramal” begitulah pandangan Nurcholish Madjid sebagai salah satu perumus
NDP sekaligus cendekiawan Muslim abad ke-20. Allah berfirman : “ Liyabluwakum
ayyukum ahsanu ‘amala” artinya “Bahwa perbuatan yang paling baik itu adalah
perbuatan yang berangkat dari niat yang ikhlas dan berdasarkan ilmu yang benar”.
Tentunya kata iman-ilmu-amal mempunyai makna dan arti yang mendalam karena
menyangkut tiga dimensi kehidupan secara Keimanan (Kepercayaan), Keilmuan
(Ilmiah) dan peramalan (Perilaku) sebagai seorang hamba sekaligus wakil tuhan di
bumi. Maka kerja-kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses
perkembangan yang permanen. Perjuangan kemanusiaan berusaha mengarah kepada
yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu manusia harus mengetahui arah yang
benar dari perkembangan peradaban di segala bidang. Dengan kata lain manusia
harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan
kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa
rasa kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan menghancurkan
peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia.
Mendalami ilmu pengetahuan harus didasari dengan sikap terbuka. Mampu
mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban dan
berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan di antaranya yang baik (BAB
VIII Kesimpulan NDP).
42
DAFTAR PUSTAKA
43