Anda di halaman 1dari 43

SINDIKAT WAJIB

NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI

Materi : Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI

Jenjang : Latihan Kader I (Bassic Training)

Alokasi Waktu : 14 jam

Metode : Ceramah, diskusi, dan Dialog/Tanya jawab

Bahan : Buku/ Sumber lain yang relevan, marker, Whiteboard, Power

Point, In focus, Kertas HVS

Evaluasi : Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisioner

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Peserta dapat memahami latarbelakang perumusan NDP


2. Peserta dapat memahami kedudukan NDP serta subtansinya
3. Peserta dapat memahami garis besar materi Nilai-Nilai Dasar Perjuangan

Trujuan Pembelajaran Khusus :

1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam


organisasi
2. Peserta dapat memahami dan menjelaskan seluruh inti materi Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan HMI
3. Peserta dapat menjelaskan hubungan antara iman, ilmu dan amal

1
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan

1. Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI

1.1. Pengertian NDP

1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP

1.3. NDP sebagai kerangka Global memahami Islam dalam konteks organisasi HMI

1.4. Hubungan antara NDP dan Mission HMI

2. Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)

2.1. Dasar-Dasar Kepercayaan

2.2. Esensi Ajaran Islam

2.3. Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir)

2.4. Individu dan Masyarakat

2.5. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi

2.6. Islam IPTEK

3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

2
PEMBAHASAN MATERI

1. Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI

1.1. Pengertian NDP

Nilai Dasar Perjuangan atau yang lebih akrab disebut NDP merupakan
landasan ideologis organisasi HMI. NDP tersusun dari tiga kata yakni Nilai, Dasar
dan Perjuangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Nilai memiliki makna :
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (KBBI Online),
Dasar memiliki makna : Pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran atau aturan),
landasan, pondasi, sedangkan Perjuangan memiliki makna : Usaha yang penuh
dengan kesukaran dan bahaya. Maka NDP HMI dihadapan KBBI dapat diartikan
sebagai sifat atau hal yang digunakan kader HMI sebagai landasan atau pondasi
dalam setiap usaha guna mencapai tujuan organisasi. Nilai-nilai Dasar Perjuangan
adalah hakikat kehidupan dan inti sari Al-Qur’an yang memuat nilai-nilai dasar
yang harus menjadi karakteristik anggota HMI dan juga dalam hubungannya
dengan mission. NDP menjadi nilai dasar moral yang menggerakkan perjuangan
HMI.

1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP

Setiap organisasi tentunya mempunyai sesuatu nilai yang menjadi dasar,


ukuran dalam perjuangan. Demikian halnya dengan organisasi HMI yang
mempunyai Nilai-Nilai Dasar Perjuangan di singkat NDP. NDP, kesimpulan
sebuah perjalanan. Kenyataannya masyarakat Indonesia selalu mengaku muslim
dan mengklaim diri sebagai pejuang Islam. Sebagai bangsa muslim terbesar,
Indonesia memiliki keunikan diantara bangsa muslim yang menggunakan bahasa
latin sebagai bahasa nasionalnya (Turki menggunakan bahasa latin karena
revolusi Kemal, Bangladesh karena mempunyai huruf sendiri yaitu huruf
Bengali). Indonesia menggunakan huruf latin untuk menulis bahasa nasionalnya,
Artinya Muslim Indonesia termasuk bangsa yang ter”arab”kan (Nurcholish

3
Madjid:xi). Draft awal NDP dirumuskan oleh Nurcholish Madjid yang berawal
dari tulisan keseharian yang disebut kertas kerja (1966-1969). Cak Nur
mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Amerika. Dengan sisa uang saku yang
dimiliki Cak Nur melakukan perjalanan ke timur tengah yang dimulai dari
Istanbul, Libanon, Syiria, Irak, Baghdad, Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia dan
berakhir di Mesir. Selama perjalanan Cak Nur melakukan diskusi dan study kritis
dan akhirnya memberikan ide serta sikap yang ditransformasikan menjadi draft
NDP. Ide nilai dasar pejuangan ini di tawarkan oleh Prof. Dr. Nurcholis Madjid
pada kongres ke-IX di Malang, Mei 1969. Atas dasar rekomendasi kongres
tersebut maka dibentuklah sebuah team khusus untuk merumuskan NDP yang di
dalam termasuk Nurcholis Madjid, Endang Saifudin Ansari, dan Sakib Mahmud.
NDP kemudian di sahkan pada kongres ke-X di Palembang tahun 1971, sebagai
Dokumen dan Acuan Gerak Organisasi (Ideologi). NDP pernah mengalami
perubahan azas, dari azas islam ke pancasila yang kemudian NDP juga berubah
penyebutannya menjadi Nilai Identitas Kader (NIK). Perubahan NDP ke NIK di
dasarkan pada pasal 3 AD HMI, namun pada Kongres ke-XXII di Jambi berubah
lagi dari NIK menjadi NDP.

Semangat dan latarbelakang lahirnya NDP

- Belum adanya sumber bacaan yang kompherensif tentang Ideologi Islam


- Eksistensi Ideologi Islam dan Perjuangan Ideologi Vs kaum muda marxis
(Nasionalis Vs Kiri)

1.3. NDP sebagai kerangka Global memahami Islam dalam konteks organisasi
HMI

Islam sebagai salah satu agama yang mengandung nilai-nilai kebenaran bagi
umat manusia. Setiap kader HMI haruslah memahami islam secara sempurna dan
pemahaman yang sempit terhadap islam haruslah di hilangkan dari kader HMI.
Islam harus dipahami secara mendalam karena begitu Universal tidak hanya di
pahami secara lokal.

4
1.4. Hubungan antara NDP dan Mission HMI

Karena NDP HMI dapat diartikan sebagai sifat atau hal yang digunakan
kader HMI sebagai landasan atau pondasi dalam setiap aktifitas atau usaha demi
mencapai tujuan organisasi. HMI mempunyai dua misi yang sangat jelas yaitu
keIslaman dan keIndonesiaan. Misi keIslaman dalam rumusan Nilai Dasar
Perjuangan mendapat posisi yang sangat penting, dimana sumber Al-Qur’an dan
Sunah Rasul menjadi pedoman dasar dalam perumusan Nilai Dasar Perjuangan.
Maka NDP menjadi landasan dan ruh perjuangan HMI dalam melaksanakan
aktifitas Mission HMI sekaligus sebagai dasar ideologis dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

2. Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)


2.1. Dasar-Dasar Kepercayaan
2.1.1. Pengantar (brainstorming)

Mempertanyakan keberadaan Tuhan (Kepercayaan)?

Perkembangan Konsep Tuhan sebelum Islam

Tuhan merupakan prodak hasil pemikiran manusia, dia lahir dari sebuah
konsepsi yang menjadi sandaran bagi manusia dalam menggantungkan hidupnya
yang sering disebut Tuhan.

Pada mulanya, manusia menciptakan satu tuhan yang merupakan penyebab


pertama bagi segala sesuatu dan penguasa langit dan bumi, dia tidak terwakili
oleh gambaran apapun dan tidak memiliki kuil atau pendeta yang mengabdoi
kepadanya (Monoteis) (Karen Amstrong;Sejarah Tuhan,27).

Para Antropolog memiliki asumsi bahwa tuhan telah digantikan dengan ruh
yang lebih rendah dan tuhan-tuhan yang lebih mudah dijangkau (Politeis).
Menurut teori Schmidt, di zaman kuno, tuhan tertinggi (langit) digantikan oleh
tuhan-tuhan kuil yang lebih menarik (Karen Amstrong;Sejarah Tuhan,28).

5
Sekitar 1200 – 1000 SM bangsa Yahudi dengan konsepsi Tuhan Yahweh dengan
Kitabnya Taurat dan Zabur (Perjanjian lama). Sekitar 1 – 32 Masehi lahir
Kristen dengan konsepsi Trinitas Ketuhanan dengan Kitab Injil (Perjanjian
baru). Sekitar 620 Masehi lahir Islam dengan konsepsi ke-Esaan Tuhan dan
Kitabnya Al-Qur’an. Perjalanan konsepsi Tuhan dalam pemikiran manusia
melalui tahap : Monoteis, Politeis dan Ateis.

Agama merupakan candu bagi masyarakat yang dijadikan alat penghibur dengan
mengumbar janji-janji surga di akhirat sehingga masyarakat (proletar) dapat
dininabobokan (Karl Marx;Islam Mazhab HMI,37)

Mempertanyakan Keberadaan Alam Semesta dan Penciptaan Manusia

Stephen Hawking – Teori Big Bang (1942 – sekarang)

Teori ini dikenal dengan teori ledakan dahsyat dari seorang ilmuwan Inggris
yang menjabarkan tentang terbentuknya alam semesta ini.menurut teori ini
bahwa alam semesta terbentuk melalui 6 fase, yaitu :

1. Fase sangat awal alam semesta


2. Fase awal alam semesta
3. Fase Reionisasi
4. Fase Pembentukan Bintang
5. Fase Pembentukan Galaksi
6. Fase Pembentukan Kluster dan Super Kluster

Charles Robert Darwin - Teori Evolusi (1809-1882)

Menurut Darwin, agen tunggal penyebab terjadinya evolusi adalah seleksi


alam. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa
lampau. Secara umum teori Darwin dapat disimpulkan sebagai berikut :

- Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya


- Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu

6
- Produksi varian baru melalui pada materi genetic yang diturunkan
(DNA/RNA)
- Kompetisi antar individu karena keb eradaan besaran individu melebihi
sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
- Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu
fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.

Setelah memberikan stimulus yang demikian maka instruktur mengajukan


pertanyaan kepada peserta.

Apakah alam ini ciptaan Tuhan?

Bagaimana dengan kemungkinan penciptaan alam ini dengan teori Big Bang
yang selama ini diajarkan di sekolah?

Apakah manusia hasil dari evolusi kera?

Masihkah peserta percaya denga keberadaan Tuhan?

Menyimpulkan bahwa sebagian besar peserta training memeluk Islam karena


keturunan keluarga.

2.1.2. Kajian Sistemik (Brainwhosing)

Sedikit tentang kebenaran :


Kebenaran adalah kesesuaian antara ide dan realitas. Kesesuain adalah adanya
relasi antara dalam diri (ide) dan diluar diri diluar diri (realitas) secara Identik. Ini
sederhana, contoh dalam ide api panas dan diluar pemahaman api juga panas, tapi
panasnya api tidak membakar ide.
Teori Kemunculan Agama
1. Teori Alienasi (Ludwig Fuerbach)
2. Teori Kebodohan (Spencer, Taylor dan Comte)
3. Teori ketakutan dan kelemahan (Russle dan Nietsczse)
4. Teori Marxisme (Karl Marx)

7
Kontradiksi dalam Kitab

Logika kita menyatakan bahwa sesuatu yang Kontradiksi mustahil kita ikuti
kesemuanya. Misal, seseorang yang menyuruh kita ke timur dan yang satu ke
barat, maka mustahil kita melaksanakan secara bersamaan. Ternyata dalam Kitab
Al-Qur’an terdapat Kontradiksi dalam surah Al-Ahzab ayat 21 dinyatakan
kemuliaan nabi sedangkan di surah Abasa ayat 01 dinyatakan tentang kesalahan
Nabi. Juga dalam surah Al-Anfal ayat 17 tentang determinisme dan surah Az-
Zukhruf ayat 11 tentang Free Will. Dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 33
dikatakan Keluarga Nabi disucikan, sedangkan dalam Surah At-Tahrim, dua Istri
Nabi dikecam dengan keras. Begitupun dengan ayat-ayat yang lain serta hadits-
hadits.

2.1.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)

Sanggahan terhadap teori kemunculan agama


1. Teori Alienasi
Fuerbach melanjutkan analisisnya bahwa pertama-tama Tuhan dalam
manusia primitif itu berbentuk abstrak. Dalam agama Yahudi, Tuhan mulai
di dekatkan dengan sifat kemanusiaan. Pada Tuhan agama Kristen “bahkan”
menampakkan dirinya sebagai manusia material. Dari sini Fuerbach
berpendapat bahwa manusia semakin dekat dengan “kemanusiaanya”
dengan semakin berkurangya keterasingan tersebut. Artinya, semakin
memanusianya Tuhan (sepanjang sejarah ketuhanan) adalah parameter
semakain memanusianya manusia. Padahal, dalam analisisnya Fuerbach
melupakan Islam. Jika teori Fuerbach benar, setelah membahas kepercayaan
primitif lalu Yahudi dan Kristen pasti Tuhan dalam Islam lebih memanusia
dibanding lainnya. Fuerbach juga belum membahas tentang ratusan agama
yang ada di dunia. Pengakuan Fuerbach tentang adanya eksistensinya luhur
yang inheren dalam diri manusia, dalam agama disebut fitrah justru
menjustifikasi kebenaran agama.

8
2. Teori Kebodohan
Dari pandangan Comte, fase-fase sejarah yang dilalui manusia seiring
dengan berkembangnya pengetahuannya. Maka, sedikit demi sedikit
penyebab fenomena alam semakin jelas. Maka, jumlah tuhan semakin
sedikit, atau mengalami penyederhanaan. Kemudian dilanjutkan, suatu saat
tuhan akan hilang dari manusia jika manusia telah menguasai alam.
3. Teori kelemahan dan ketakutan
Dari perspektif ini, agama adalah produk kelemahan, ketertindasan dan
ketakutan. Argumen mereka dengan menunjukan pemabawa ajaran dari
kelas bawah dan ajaran yang isinya ketakutan. Tetapi bagaimana Nabi
Sulaiman dan Nabi Daud yang dalam barat dikenal dengan King Solomon
dan David. Mereka justru memiliki kekuatan yang sangat besar. Memang
sekilas jika kita melihat ajaran kristen sebagai representasi agama bagi
kaum materialis, terkesan mengajarkan kelemahan. Namun bukankah di
beberapa agama lain selain diajarkan dimensi kelembutan juga diajarkan
dimensi keperkasaan.
4. Teori Marxisme
Jika teori ini benar, tentu tidak ada nabi atau penganjur agama yang berlatar
kelas bawah. Memang pada suatu sisi, agama melalui kaum agamawan telah
meligitimasi penindasan, tetapi agama tidak meligitimasi untuk
mengajarkan seperti itu. Marx berpendapat, kaum agamawan tidak dapat
melakukan revolusi. Sekiranya Karl Marx masih hidup pada tahun 1979,
maka ia pasti merevisi teorinya karena justru kaum ulama yang menjadi
penggerak revolusi menentang tirani.

Sanggahan tentang Kontradiksi Kitab


Memang dalam berbagai kitab ditemukan banyak kontradiksi. Untuk
pembahasan ini kita hanya membahas tentang Islam dengan Alquran dan Hadits.
Ayat-ayat Al-Qur’an tidak ada yang kontradiksi, namun pemahaman yang
kontradiksi. Tentang surah Al-Ahzab ayat 21 tidak bertentangan dengan surah

9
Abasa ayat 1. Alasannya adalah dalam surah Abasa ayat 1 dikatakan “Dia
(Muhammad) bermuka masam”. Surat yang diturunkan untuk Muhammad
biasanya dimulai dengan “Qul” ataua katakanlah. Atau bisa juga Yaa Nabiy
serta Ya Rasul. Sedangkan kata Abasa ditunjuk pada orang ketiga tunggal.
Artinya ayat tersebuat tidak mengacu pada Muhammad. Jika betul Muhammad
bermuka masam pada orang miskin, pada hal itu bertentangan dengan sikapnya
dan tentu hal ini menggugurkan kenabiannya.

Sanggahan terhadap sains modern


Teori Big Bang memiliki banyak kelemahan. Pertama, dari mana datangnya bola
energi raksasa. Bukankah energi adalah massa yang dipercepat, sedang
percepatan berkaitan dengan waktu dan dimensi, mengapa justru dikatakan pada
saat itu waktu (t) = 0 ? kedua, apakah ia mempercepat diri atau dipercepat oleh
yang lain Teori ini berangakat dari konsep kebetulan. Terjadinya alam semesta
secara kebetulan adalah sebuah kemustahilan. Mengapa, karena dalam akal kita
menyatakan setiap sebab pasti mengakibatkan akibat.
Dengan segala keteraturan Alam semesta, mungkinkah asal mula alam
semesta tercipta dari teori Big Bang tanpa Sang Arsitek (Tuhan)? Perdebatan
antara kaum atheis dengan kaum theis tentang keberadaan dan Intervensi Tuhan
dalam proses penciptaan Alam semesta beserta isinya mewarnai perjalanan dan
perkembangan peradaban manusia.

Ketika penganut atheistik bertanya, jika yang menciptakan alam ini Tuhan
apakah itu pasti? Dan siapakah diantara manusia yang pernah melihat tuhan
sedang menciptakan bumi ini. Lalu penganut theistik kembali bertanya, jika
bukan tuhan siapa? Kaum Atheistik menjawab, tercipta dengan sendirinya.
Pengikut theistik kembali menggugat, siapakah yang menyaksikan bahwa alam
tercipta dengan sendirinya (Islam Mazhab HMI:39).

Akhirnya, baik argument theistik dan atheistik sama-sama tidak dapat


membuktikan karena keduanya tidak dapat di verifikasi. Di sisi lain akal sehat

10
kita tetap akan lebih mudah menerima argument theistik ketimbang yang
menyatakan Tuhan tidak ada (Islam Mazhab HMI:40).

Perdebatan tidak hanya terjadi antara kaum theistik dan atheistik, sesama kaum
theistik pun terjadi perdebatan yang cukup mendalam dikarenakan agama dan
setiap kepercayaan mengklaim dirinya sebagai ajaran yang benar dengan
Tuhannya masing-masing. Jika hanya ada satu Tuhan di dunia ini, maka da
kemungkinan salah satu Tuhan dari sekian agama (Islam, Kristen, Yahudi,
Budha, Hindudan lainnya) merupakan Tuhan penguasa Langit dan Bumi dengan
teks suci yang mendukungnya (Kitab Suci), tidak mungkin ada dua Tuhan atau
lebih.

Lalu pertanyaanya Tuhan yang mana? Pada prakteknya setiap agama


membenarkan Tuhan yang tersimbol pada agama atau kepercayaannya dan
menyesatkan Tuhan yang tersimbol pada agama lain. Para pemikir agama,
membedakan aspek esoteris (al-bawahin) dan eksoteris (al-dzawahir) dalam
sebuah agama. Yang berbeda didalam kehidupan keberagaman adalah sisi
eksoterisnya yang terkadang disebut dengan aspek syari’ah, sedangkan dari sisi
esoterisnya semua agama mengajarkan kepada monoteisme (Tauhid) dan sikap
pasrah (Islam) itu sendiri (Islam Mazhab HMI:48)

Semua agama pada dasarnya (secara esoteris) sama menuju kepada Tuhan yang
satu (Tauhid), namun secara eksoteris (syari’at) agama-agama itu berbeda antara
yang satu denga yang lainnya. Dapat juga dikatakan, keberagaman yang
menekankan pada aspek esoteris (batin) agama, maka perbedaan semakin kecil
sampai akhirnya bertemu pada satu titik. Sebaliknya keberagaman yang
menekankan pada aspek eksoteris atau formalisme agama, amaka perbedaan itu
semakin tampak dan melebar (Islam Mazhab HMI, 49).

Hal ini tidak berarti kita menganut agama atau kepercayaan apapun hasilnya
akan sama, karena setiap agama atau kepercayaan akan melahirkan tata nilai
bagi para pengikut atau pemeluknya. Tata nilai yang bersumber pada setiap kitab

11
suci atau pedoman lain dalam sebuah agama atau kepercayaan akan menjadi
ukuran utama dalam melegitimasi tingkah laku, sikap, sifat sang penganut dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain agama yang di anut harus benar, cara
kita melakukan aktifitas keagamaan sebagai konsekuensi berkepercayaan juga
harus benar.

Maka dalam memilih sebuah kepercayaan bukanlah sebuah permainan yang


tidak mengandung konsekuensi apapun.

2.1.4. Penegasan Komitmen (Doktrinasi)

Karen Amstrong dalam bukunya Sejarah Tuhan, mencatat manusia mencoba


mencari Kebenaran Sejati (Tuhan) selama 4000 Tahun lamanya, maka mecari
kebenaran merupakan sebuah kebutuhan dasar bagi manusia mengingat rasa
ingin tahu dan proses mencari hakikat hidup bagi manusia begitu tinggi.

Rudolf Otto sejarahwan agam berkebangsaan Jerman dalam bukunya The Ide Of
Holy (1971) meyakini bahwa setiap orang memiliki apa yang di sebutnya
nominous yang juga menjadi dasar dari setiap agama. Yang dimaksud
“ nominous” adalah perasaan dan keyakinan sesorang terhadap adanya yang
maha kuasa yang lebih besar dan tinggi dan tidak bias dijangkau dan dikuasai
oleh manusia (Islam Mazhab HMI,42).

Dalam pandangan Nurcholish Madjid, persoalan manusia tidak terletak pada


apakah ia hendak berbakti atau tidak berbakti, melainkan hendak berbakti
kepada apa atau kepada siapa, dan bagaimana caranya serta apa konsekuensi.
Tentu saja keingina untuk berbakti kepada siapa dan apa itu haruslah kepada
yang ahad (tunggal) (Islam Mazhab HMI,42).

Teolog abad ke-10, Imam Al Ghazali juga mengingatkan betapa akal bisa
menyesatkan apabila kita terlalu berpatokan padanya, kritik yang di tujukan
terhadap hokum kausalitas (sebab-akibat) yang menjadi ujung tombak kemajuan
ilmu pengetahuan lewat karyanya Tahafut Al Falasifah (kerancuan para filosof).

12
Dalam karyanya Imam Al Ghazali mengajukan pertanyaan “ apa buktinya bahwa
api adalah faktor yang membakar?” Imam Ghazali berpendapat jika api dapat
membakar, maka itu bukanlah karena api itu sendiri memiliki kemampuan untuk
membakar, melainkan karena Tuhan telah memberi api kemampuan membakar,
ia memberikan antithesis deng contoh ketika Nabi Ibrahim AS tidak terbakar
ditengah kobaran Api (Imam Al Ghazali dan Hume, 87).

Seberapapun manusia telah menguasai Ilmu pengetahuan, tidak akan pernah


membuat manusia menjadi dewa atau sekedar manusia setengah dewa. Dr. Zakir
Naik pendebat Islam abad 20 juga berpendapat bahwa kuasa Tuhan tidak
sedikitpun berkurang hanya karena manusia di beri kemerdekaan dan
berpengetahuan dengan kemajuan dan teknologi, Dia menganalogikannya
dengan pertanyaan berkurangkah apabila air yang ada di hamparan di ambil
setetes, dan apakah berkurang tingginya air dalam samudra tersebut. Pantaskah
manusia sombong karenanya?

Maka manusia tidak boleh menyombongkan pengetahuannya dan senantiasa


menggunakan Al-Qur’an dan Hadits sahih sebagai referensi utama dalam
melihat sebuah kebenaran di atas bumi dan sudah menjadi hal yang niscaya bagi
manusia untuk menolak sebuah kepercayaan dalam dirinya, karerna tuntutan
agar manusia memiliki kepercayaan datang dari dalam dirinya. Walaupun
manusia mempunyai sebuah kepercayaan, tetapi kalau kepercayaan itu salah
tidak akan membawa kebahagiaan. Hanya kepercayaan yang benarlah yang akan
membawa kebahagiaan.

2.2. Esensi Ajaran Islam

2.2.1. Pengantar (brainstorming)


Islam adalah Dienullah yang mengajarkan keimanan, mentauhidkan Allah dan
menentang segala bentuk kemusyrikan, kedhaliman, kejahilan, kekufuran,
kemunafikan dan semua nilai atau moral yang tidak benar atau batil (Meluruskan
Akidah:39).

13
2.2.2. Kajian Sistemik (Brainwhosing)

Esensi dapat diartikan sebagai batasan yang membedakan sesuatu dengan yang
lain. Esensi juga dapat dipahami sebagai suatu inti sari sesuatu. Ajaran adalah
kumpulan pengetahuan yang serupa kemudian tersusun secara tersistematis dan
menjadi norma atau aturan. Ajaran juga adalah sesuatu dari objek penyampaian.
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islaaman, maknanya tunduk, taat, patuh
dan berserah diri (Meluruskan Akidah:38).

2.2.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)

Pembedahan keyakinan
Keyakinan terbagi dua. Pertama keyakinan dibawah keraguan, yaitu keyakinan
tanpa melewati proses keraguan dan tentunya pemikiran. Kedua adalah
keyakinan diatas keraguan yaitu keyakinan yang melewati proses keraguan.
Adapun keyakinan itu sendiri bertingkat-tingkat sesuai dengan kapasitas orang
yang yakin tersebut. Pertama adalah Ilmal Yaqin, yaitu yakin berdasarkan
keilmuan. Keyakinan seperti ini adalah keyakinan tahap awal. Kedua adalah
Haqqul Yaqin yaitu yakin dengan sebenar-benarnya. Analoginya adalah orang
yang meyakini adanya api sedang ia sendiri berada dalam api. Begitu dekatnya
dengan api, sehingga sulit dibedakan yang mana api dan yang bukan. Orang
yang mempunyai keyakinan pada tingkatan ini adalah orang yang segala ucapan
dan tindakannya adalah ucapan dan tindakan Allah SWT.

Perbandingan Teologi
Tuhan itu tunggal, tuhan itu tidak tersusun dan tidak terbatas. Tidak bersebab
tapi merupakan sebab dari semua sebab (prima causa). Tidak berakhir, tapi akhir
dari segala yang akhir (causa finalis), sederhana. Maha meliputi, maha kaya, dst.
Disisini kita akan mengadakan perbandingan konsep ketuhanan yang paling
rasional dari sampel monotheis versi kristen (trinitas).

14
Hindu (trimurti), dan assy’aryah. Ketiga konsep teologi tersebut mengakui
bahwa tuhan itu Esa, namun kemudian penafsiran tentang ketunggalan tersebut
akan kita persoalkan sebagai berikut:

Dari ke tiga konsep telogi terdapat kesamaan yaitu sama-sama mengaku


monotheis. Tapi pada saat yang sama justru memahami ketersusunan dan
keterbatasan Tuhan. Logikanya adalah jika tuhan tersusun, berarti ada yang
menyusunnya. Jika terbatas, berarti ada yang batasi. Ini berarti Tuhan akibat dari
ciptaan. Lebih lanjut berarti makhluk dan dengan sendirinya menyangkali
ketuhanan tuhan itu sendiri.

Prinsip Ketuhanan
Agama tentu tidak sama dengan sebuah organisasi, beragama tidak cukup hanya
dibuktikan dengan bertuliskannya “Islam” dalam kartu tanda penduduk atau
pengenal lain ataupun memakai simbo-simbol dan atribut yang identic dengan
identitas Islam. Tidak juga sekedar menjalankan peribadatan yang sifatnya ritual
maupun non ritual, beragama lebih dari itu. Namun banyak muslim yang
terjebak dalam nama dan symbol Islam dan melupakan subtansi yang
terkandung di dalamnya. Orang bijak mengatakan: Barang siapa yang
menyembah Allah bukan subtansinya, itu sama dengan kafir. Barang siapa yang
menyembah Allah dan subtansinya, itu adalah syirik. Barang siapa yang tidak
menyembah Allah, melainkan substansinya itulah tauhid sejati (Islam Mazhab
HMI,47-48).

Dalam agama Islam konsep Tauhid terumuskan dalam dua kalimat Syahadat
yakni “ Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan
rasulullah” yang artinya Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah SWT dan saya
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT. Kata syahadat pertama,
Saya bersaksi “ tiada Tuhan” merupakan peniadaan (Negasi) terhadap
pengakuan Tuhan di dunia ini, sedangkan “ Selain Allah” mengandung
pengecualian (Afirmasi) yang berarti tidak ada dan tidak akan pernah ada dan

15
tidak akan pernah ada tuhan kecuali Allah SWT sebagai satu-satunya tuhan
penguasa langit dan bumi, awal dari segala awal yang tidak pernah diawali
sekaligus akhir dari segala akhir yang tidak pernah berakhir. Sebagaimana Allah
SWT berfirman yang artinya “ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain Aku, maka dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(Q.S. Thahaa:14). Untuk mengetahui hakikart Tuhan yang sebenarnya, manusia
memerlukan tata nilai yang bersumber kepada-Nya yang disebut “ wahyu” yaitu
pengajaran langsung dari tuhan sendiri kepada manusia. Disamping itu manusia
harus berpegang pada Al-Qur’an dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan
Nabi Muhammad SAW. Maka kalimat persaksian kedua “ bahwa Muhammad
adalah Rasul Allah” . Secara logis kita sudah membuktikan bahwa Allah adalah
penyebab yang tidak tersebabkan dan segala sesuatu berasal dari dia. Selain itu
bahwa rantai kausalitas akan berakhir pada satu titik, yakni tujuan dari segala
sesuatu. Dalam logika hal ini di kenal dengan istilah causa finalis. Penyebab
yang tidak tersebabkan dan tujuan akhir dalam Islam dikenal dengan Istilah
“ innalillahi wa inna ilaihi raji’un” . Dari titik ini kita bisa menarik kongklusi
bahwa alam materi ini akan pasti berakhir.

Macam-macam Tauhid
1) Tauhid Zati
2) Tauhid Rububiyah
3) Tauhid Ibadi

2.2.4. Penegasan Komitmen (Doktrinasi)


Sejarah mencatat bahwa perkataan Allah SWT telah dipakai orang arab sebelum
kedatangan Nabi Muhammad dan agama Islam sebagai penamaan untuk dewa
air atau dewa yang mengairi bumi sehingga menyuburkan pertanian dan
tumbuh-tumbuhan. Tentu Allah untuk menyebut Dewa Air orang arab sebelum
Islam tidak sama dengan Konsep Allah yang dibawa oleh Rasulullah sebagai
Tuhan Yang Maha Esa, tempat berlindung bagi segala yang ada, tidak beranak

16
dan tidak diperanakkan, juga tidak ada satupun yang menyerupainya (Islam
Mazhab HMI,45).
Eksistensi Allah sebagai sang pencipta itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah
Tuhan Allah. Pendekatan kearah pengetahuan akan adanya tuhan dapat
ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah,
history pengalaman dan lainnya. Tetapi karena kemutlakan dan kenisbian
manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pemberian hakikat tuhan yang
sebenarnya. Nabi Muhammad SAW Rasul penutup, jadi tiada lagi Rasul
setelahnya. Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul
seluruhnya dalam kitab suci Al-Qur’an. Selain berarti “Bacaan”, kata Al-Qur’an
juga berarti “kumpulan” atau kompilasi dari segala keterangan. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam Surah An-Nahl ayat 89.

“ (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” .

Manusia lahir ke dunia dalam keadaan fitri dan suci yang diberi oleh Pencipta
kesadaran tentang eksistensi diri, eksistensi alam sekitar, dan eksistensi
kekuasaanyang mengatur alam raya ini. Sifat kesadaran manusia tentang
kekuasaan yang mengatur diri dan alam semesta raya inilah di sebut kesadaran
ketuhanan. Kesadaran ketuhanan ini bukan saja ada pada individu, tetapi tampak
pada kehidupan masyarakat (Meluruskan Akidah:59).
Menurut Imam Al-Ghazali, alat kesadaran manusia ada lima tingkat yaitu :
instink, indera, daya khayali atau imajinasi, akal dan pikiran (Meluruskan
Akidah:63-66).

Sesungguhnya Implementasi dari syahadat adalah menjadikan kita lebih dekat


kepada Allah SWT. Ketundukan, kepasrahan serta penyerahan diri secara

17
totalitas adalah kuncinya. Tapi ini berangkat pada pemikiran dan renungan yang
memunculkan keyakinan hakiki.

2.3. Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir)


2.3.1. Pengantar (Brainstorming)
Satu hal yang mesti dilakukan sebelum kita membicarakan hal-hal lain dari
manusia adalah sebuah pertanyaan filosofis yang senantiasa hadir pada setiap
manusia itu sendiri, yakni apa sesungguhnya manusia itu? Dari segi aspek
apakah manusia itu mulia atau terhina? Dan apa tolak ukurnya?
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna jika
dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya, sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an surah At-Tin ayat 4 yang artinya “ Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalambentuk yang sebaik-baiknya” . Manusia selain
merupakan makhluk basyariah (dimensi fisiologis) dan Annaas (dimensi
sosiologis) ia juga memiliki aspek insan (dimensi psikologis) sebuah dimensi
lain dari diri manusia yang paling sublim serta memiliki kecenderungan yang
paling kompleks. Dimensi yang disebut terakhir ini bersifat spritual dan
intelektual dan tidak bersifat material sebagaimana merupakan kecenderungan
aspek basyarnya. Dari aspek inilah nilai dan derajat manusia ditentukan dengan
kata lain manusia dinilai dan dipandang mulia atau hina tidak berdasarkan aspek
basyar (fisiologis). Sebagai contoh cacat fisik tidaklah dapat dijadikan tolak ukur
apakah manusia itu hina dan tidak mulia tetapi dari aspek insanlah seperti
pengetahuan, moral dan mentallah manusia dinilai dan dipahami sebagai
makhluk mulia atau hina. Dalam beberapa kebudayaan dan agama manusia
dipandang sebagai makhluk mulia dengan tolak ukurnya bahwa manusia
merupakan pusat tata surya. Pandangan ini didasarkan pada pandangan
Plotimius bahwa bumi merupakan pusat seluruh tata surya. Seluruh benda-benda
langit ‘berhikmat’ bergerak mengitari bumi. Karena di situ makhluk mulia
bernama manusia bercokol. Jadi pandangan ini menjadikan kitaran benda-benda
langit mengelilingi bumi sebagai tolak ukur kemulian manusia. Namun seiring

18
dengan kemajuan sains pandangan ini kemudian ditinggalkan dengan tidak
menyisakan nilai mulia pada manusia. Para ahli astronomi justru membuktikan
hal sebaliknya bahwa bumi bukanlah pusat tata surya tetapi matahari.

2.3.2. Kajian Sistemik (Brainwhosing) :


Kemerdekaan berarti keleluasaan, kebebasan untuk memilih dan melakukan
sesuatu. Individu bermakna suatu entitas manusia yang tak terbagi atau secara
personal. Kemerdekaan Individu bermakna keleluasaan atau kebebasan
seseorang. Kemerdekaan Individu juga berarti ikhtiar manusia.
Keharusan berarti keniscayaan, keharusan, tidak boleh tidak atau demikian
adanya. Universal bermakna menyeluruh. Keharusan Universal bermakna
keniscayaan mutlak yang berlaku menyeluruh. Atau juga diartikan sebagai
Takdir.
Kemerdekaan individu dan keharusan universal adalah pembahasan yang
mencari titik temu antara ikhtiar dan takdir manusia.
Oleh karena itu, subtansi materi ini adalah keadilan tuhan. Materi ini membahas
tentang beberapa konsep argumentasi tentang keadilan Tuhan.

2.3.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)


Determinisme dan Freewill
Determinisme berasal dari kata determinan yang berarti ditentukan.
Determinisme kurang lebih berarti satu pahaman yang menyatakan bahwa segala
sesuatu telah ditentukan. Segalanya dilakoni dengan keterpaksaan, bukan atas
dasar kemerdekaan atau kesadaran. Faktor yang menetukan tergantung dari
sudut pandangnya. Determinisme yang memandang bahwa alam yang menjadi
Faktor penentu diusung oleh Karl Marx dengan konsep Materialisme Dialektika
Historis. Bahwa kesejarahan manusia diatur oleh hukum besi sejarah dimana
terjadi dialektika materi. Terjadi pertentangan (dilektika) yang mengakibatkan
loncatan kualitas menuju tahap masyarakat berikutnya.

19
Freewill berarti kebebasan berkehendak. Pahaman ini berangkat dari asumsi
bahwa manusia memiliki kehendak dan kekuatan untuk menentukan jalan
hidupnya sendiri tanpa harus diintervensi oleh pihak lain. Jika dihadapkan
dengan alam, bahwasanya manusia dapat menetapkan sejarahnya sendiri tanpa
harus terikat oleh hukum besi sejarah bahkan Tuhan sekalipun.
Jabariah dan Mu’tazilah
Bagi kita umat Islam, alam adalah ciptaan Tuhan. Sehingga Tuhanlah yang
menjadi faktor penentu alam semesta raya dan manusia. Cuma persoalannya
adalah sejauh mana interfensi Tuhan.
Jika dalam pandangan Islam, Tuhan sebagai faktor yang menentukan, maka
yang selaras dengan Determinisme adalah Jabariah dan Asyariyah. Jabariah
memahami bahwa manusia tinggal menjalankan skenario Tuhan. Manusia tidak
memiliki sedikitpun kebebasan apalagi dalam hal Jodoh, rezki dan ajal. Setiap
tindakan manusia sudah ditetapkan, termasuk hal yang baik dan hal yang buruk.
Dalam sejarah perkembangan Ilmu Kalam, pemikiran kaum Jabariah kemudian
ditentang oleh kaum Mu’tazilah. Mereka menganggap bahwa tugas Tuhan tidak
sampai pada sekedar mencipta belaka. Selanjutnya tergantung pada ikhtiar
manusia. Keadilan Tuhan dalam perspektif Mu’tazilah adalah Tuhan hanya
dapat memasukkan orang saleh ke surga dan orang kafir ke neraka.
Kelemahan Mu’tazilah dan Jabariyah
Kaum Mu’tazilah mengkritik kaum Jabariyah dengan mengatakan bahwa Tuhan
perspektif Jabariah adalah zalim, semena-mena. Untuk memberikan
pendapatnya, Mu’tazilah mengutip beberapa ayat yang mengindikasikan
kebebasan manusia. Ayat yang sering digunakan adalah “ tidaklah-Ku rubah
nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya” (QS. Ar-Ra’d:11).
Mu’tazilah mengatakan bahwa ayat ini muhkamat (jelas) adanya. Dan ayat-ayat
yang nampak menyerang argument Mu’tazilah dianggap Mutasabih.
Sebaliknya kaum Jabariah mengkritik Mu’tazilah dengan mengatakan bahwa
Tuhan perspektif Mu’tazilah adalah lemah, dan tidak maha kuasa. Untuk
membenarkan pendapatnya, Jabariah mengutip beberapa ayat mengindikasikan

20
kekuasaan Tuhan, salah satunya adalah “ bukan kamu yang membunuh, Aku yang
membunuh” (QS. A-Anfal:17). Jabariah mengatakan bahwa Muhkamat adanya,
dan justru yang digunakan kaum Mu’tazilah ini Mutasabih (samar-samar).
Untuk mengkaji landasan berpikir kedua mazhab ini maka kita perlu memahami
konsep ketuhanannya. Dari mana sebelunya dibahas tentang Tauhid Zati, Sifati
dan a’fali. Dalam hal tauhid Zati kedua Mazhab sepakat Mu’tazilah kemudian
terlalu cenderung pada Tauhid Sifati, dimana pahaman tentang kemahaadilan
Tuhan kemudian justru mengurangi bahkan mungkin menghilangkan pahaman
tentang kekuasaan Tuhan untuk berkehendak.
Sebaliknya Jabariah terlalu cenderung pada Tauhid A’fali (tindakan), dimana
kekuasaan tuhan untuk bertindak malah mengurangi bahkan menghilangkan
keadilan Tuhan.
Akibat dari pahaman Jabariyah adalah stagnasi Individu dan Masyarakat karena
sikap pesimisme dalam berikhtiar. Sementara akibat pemahaman Mu’tazilah
adalah “ terlepasnya” Tuhan dari kehidupan Manusia. Kedua pahaman ini
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk
menengahi perdebatan ini, kita harus mencari jalan tengah, dimana pemahaman
kita tidak menjadikan Tuhan tidak adil atau tidak maha kuasa.
Prinsip dinamika Alam semesta
Persoalan mendasar dalam penciptaan adalah apakah semuanya terjadi secara
kebetulan belaka tanpa ada yang mengatur atau ada yang mengatur secara
mutlak, atau ada yang mengatur sesuai dengan hukum-hukumnya. Dengan
segala keteraturan Alam semesta, mungkinkah asal mula alam semesta tercipta
dari teori Big Bang tanpa Sang Arsitek (Tuhan)? Perdebatan antara kaum atheis
dengan kaum theis tentang keberadaan dan Intervensi Tuhan dalam proses
penciptaan Alam semesta beserta isinya mewarnai perjalanan dan perkembangan
peradaban manusia. Ketika penganut atheistik bertanya, jika yang menciptakan
alam ini Tuhan apakah itu pasti? Dan siapakah diantara manusia yang pernah
melihat tuhan sedang menciptakan bumi ini. Lalu penganut theistik kembali
bertanya, jika bukan tuhan siapa? Kaum Atheistik menjawab, tercipta dengan

21
sendirinya. Pengikut theistik kembali menggugat, siapakah yang menyaksikan
bahwa alam tercipta dengan sendirinya (Islam Mazhab HMI:39).
Jika mengikuti pendapat pertama bahwa tanpa ada yang mengatur berarti sama
saja kita mengatakan bahwa tidak ada pencipta, dan ini tentunya mustahil.
Jika mengikuti pendapat kedua bahwa ada yang mengatur mutlak dimana
ciptaan dalam hal ini manusia tidak memiliki kebebasan untuk berikhtiar dan
memilih, berarti sama saja kita katakana bahwa Tuhan tidak adil.
Dengan demikian otomatis dalam penciptaan kita mempercayai bahwa alam
semesta ini diatur berdasarkan hukun-hukum yang ditetapkan sang pencipta
(Sunnatullah). Manusia sebagai bagian alam semesta juga pasti akan dikenai
hukum-hukum dari sejak penciptaan, tindakan sampai akhir perjalanan manusia.
Takwini dan Tasrii
Untuk mempermudah pembahasan, kita bagi dua wilayah hukum Tuhan.
Pertama Takwini, dalam hal ini penciptaa dan Tasrii, dalam hal ini aksiden-
aksiden di alam material.
Perlu dibedakan antara hukum penciptaan dengan hukum syar’i. dalam hal
hukum penciptaan, tidak ada hak manusia. Sebagai contoh, binatang diberi
Insting dan manusia diberi insting dan akal. Karena manusia adalah ciptaan
Tuhan yang paling sempurna dimana manusia dibekali akal untuk mengelola
alam semesta, maka tuhan kemudian menurunkan aturan abagi manusia dalam
hal ini syariat. Jadi syariat berlaku pada manusia, itupun yang memenuhi syarat
agar terjaga keseimbangan sesuai dengan peran dan fungsi penciptaan manusia.

2.3.4. Penegasan Komitmen (Doktrinasi)


Tuhan menciptakan Alam ini dengan sebenarnya dan mengaturnya dengan pasti.
Firman Allah SWT dalam Surah AL-An’am ayat 732 yang artinya : ” Dan ia
(Tuhan) menciptakan sesuatu dan mengaturnya dengan peraturan yang pasti” ,
oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang real dan objektif serta berjalan
mengikuti hukum-hukum yang tetap. Kenyataan menunjukkan bahwa bumi ini
riil (ada) teratur (cosmo) dan tidak kacau (chaos), berarti ada yang

22
menciptakannya yaitu Tuhan yang satu, tunggal, esa, dan mutlak. Hal ini berarti
di Bumi hanya ada satu Tuhan Yang Maha Kuasa, jika Tuhan itu terbilang,
Bumi tidak akan tercipta (IslamMazhab HMI,23) sebagaimana firmannya dalam
surah Al-Anbiya ayat 30 disebutkan : “ Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu padu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Keadilan Ilahi bermakna segala sesuatu diciptakan tidak sia-sia melainkan


memiliki peran dan fungsi masing-masing.. untuk itu, tuhan menciptakan
fasilitas pada makhluk sesuci tujuan penciptaannya. Fasilitas yang diberi pada
makhluk kemudian akan dimintai pertanggung jawaban sebagai ketetapan sesuai
dengan fasilitas sebagai ukuran untuk ketetapan. Sederhananya adalah “ Tuhan
memaksa manusia untuk memilih, pilihan manusia tidak lepas dari
kehendaknya, dan kehendaknya memberikan pilihan pada manusia” .
Fitrah manusia selalu menuntun manusia kepada jalan kebenaran (hanif), namun
manusia dalam menuju fitrahnya harus melalui medan perang abadi dengan
syaitan sebagai musuh alamiah manusia yang menjerumuskan manusia kepada
kesesatan. Selain “fitrah” manusia mempunyai “syahwah” yang berarti
menyukai (wanita, anak-anak, harta, dll) dan manusia juga mempunyai “hawa”
yang bermakna kecenderungn manusia kepada syahwat dalam makna yang
negatif. Syaitan dalam menyesatkan manusia “syahwah” dan “hawa” yang
terdapat dalam diri manusia untuk membuat manusia melupakan fitrahnya
sebagai seorang hamba (Islam Mazhab HMI,76-78). Hidup adalah siklus yang
berjalan dealektis, saling mempengaruhi dan berganti secara terus menerus.
Hidup merupakan sebuah anugerah dari Tuhan, memberi wujud yang lengkap
dengan akal dan hati serta kelengkapana tubuh. Tuhan juga memberi untuk
memilih dan kebebasan. Namun pilihan dan kebebasan itu tidak terlepas dari
konsekuensi sendiri yang harus dipertanggung jawabkan. Manusia tidak akan
lepas dari tanggung jawab itu, seperti firman Allah yang artinya “ Telinga mata

23
dan hati (manusia) masing-masing akan di mintai pertanggung jawabannya”
(QS. Al-Isra:36).

2.4. Individu dan Masyarakat

2.4.1. Pengantar (Brainstorming)


Berkaitan dengan materi individu dan masyarakat ada pertanyaan-pertanyaan
yang relevan dalam bukunya Murtadha Muthahhari Masyarakat dan Sejarah :
1. siapakah individu dan mayarakat itu?
2. Apakah manusia hanya sebatas makhluk individual saja ataukah manusia
adalah mahkluk yang bermasyarakat saja ataukah makhluk individual
sekaligus masyarakat?
3. Apakah manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial?
4. Bagaimana hubungan masyarakat dengan tradisi?
2.4.2. Kajian Sistemik (Brainwoshing)
Individu berasal dari kata “In” yang berarti tidak dan “devide” yang berarti
terbagi. Individu sendiri berarti satu subjek otonom yang tidak terbagi, dalam hal
ini Manusia. Atau biasa dipahami sebagai seorang person. Masyarakat berarti
kumpulan Individu yang berinteraksi atas pola tertentu dan kepentingan tertentu.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena system
tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hokum tertentu yang sama, serta
mengarah kepada kehidupan kolektif. Harus diingat, bahwa kehidupan kolektif
tidak serta merta bermakna sekelompok orang harus hidup berdampingan di satu
daerah tertentu, memanfaatkan iklim yang sama mengonsumsi makanan yang
sama (Murtadha Muthahhari : Masyarakat dan Sejarah:5)
Montgomery Watt menyatakan pendapat “ sesungguhnya manusia sepanjang
sejarahnya hidup berkelompok” , maka apakah nama kelompok manusia ini,
yang mereka saling berinteraksi dan di dalamnya mereka hidup?

Persoalan ini dijawab oleh Ali Syariati dalam bukunya Ummah wa al-imamah.
Menurutnya ada beberapa istilah yang digunakan dalamAl-Qur’an untuk

24
mengacu pada kelompok tersebut. Ada lima term yaitu qabillah, qawn (kaum),
sya’ab, mujtama’, jama’ah dan tha’ifah. Masyarakat (ummah) bagi Ali Syariati
memiliki empat arti kunci, gerakan, tujuan, ketetapan kesadaran, dan kemajuan.
Secara istilah ummah adalah kumpulan orang, dimana setiap individu sepakat
dalam tujuan yang sama dan masing-masing saling membantu agar bergerak
kearah tujuan yang diharapkan, atas dasar kepemimpinan yang sama (Islam
Mazhab HMI:97).
Proses terbentuknya masyarakat
Pada mulanya adalah seorang laki-laki dan perempuan yang membentuk
keluarga. Seterusnya perkembangan keluarga terbentuk suku. Dalam satu suku
terdapat beberapa keluarga. Kemudian suku ini berkembang menjadi bangsa.
Pada satu bangsa terdapat beberapa suku. Akhirnya masyarakat dunia yang multi
etnis dan ras seperti dewasa ini. Manusia harus berusaha untuk mempertahankan
hidupnya, sementara kemampuan terbatas. Oleh karena itu, pembagian peran,
tugas dan tanggung jawab menjadi konsekuensinya. Semangat kolektifitas untuk
saling menutupi keluarga masing-masing kemudian mengarahkan pada
penggunaan tenaga yang lain dan saling malakukan hubungan timbal balik
antarmanusia. Hidup bersosial merupakan matalamat (tujuan) umum yang
hendak di tuju oleh fitrah manusia secara naluriah. Kebutuhan manusia unutk
hidup bersosial merupakan bagian dari penciptaannya (Masyarakat dan
Sejarah:8).
Sebagaimana firman Allah yang artinya “ Wahai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang permpuan serta
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
adalah yang paling taqwa di antara kalian,” (QS. Al-Hujurat:13).
Ayat di atas menyebutkan bhwa hikmah penciptaan manusia dari sedemikian
rupa sehingga terbentuk berbagai bangsa dan suku dengan syarat penting
sanggup mengenal satu sama lain yang menjadi ciri pemersatu dan pembeda
dalam mengidentifikasi manusia (Masyarakat dan Sejarah:8).

25
Konsep Masyarakat
Masyarakat tersusun dari individu-individu. Apabila tidak ada individu-individu,
maka tidak ada masyarakat. Dalam kaitan terbentuknya masyarakat, ada
beberapa asumsi terhadap sikap masyarakat seperti dijabarkan oleh Murthada
Muthahhari dalam bukunya masyarakat dan sejarah. Adapun asumsi tersebut
sebagai berikut :
a) Komposisi masyarakat tidaklah riil.
b) Masyarakat adalah senyawa riil yang merupakan kombinasi pikiran, emosi,
hasrat, kehendak dan juga budaya.
c) Masyarakat adalah senyawa riil dan sejenis senyawa sintetis.
d) Masyarakat adalah senyawa riil dan senyawa yang memilki aras
kesempurnaan yang tinggi.
Masyarakat dan Tradisi
Membedah tentang masyarakat dan tradisi kita berangkat daripada bagaimana
karakter susunan masyarakat dan hubungan masyarakat dengan manusia
(individu) yang jelaskan oleh Murtadha Muthahhari. Apabila eksistensi
masyarakat itu riil tentu masyarakat mempunyai hukum dan adat.
Pakar muslim pertama yang memilki pandangan bahwa hukum dan adatlah yang
mengatur masyarakat dan membedakan hukum dan adat ini dari hukum, adat
individu dan konsekuensinya berpandangan bahwa masyarakta mempunyai
personalitas, karakter, dan realitas adalah Abdurrahman bin Khaldun dari Tunis.
Pakar modern pertama yang berpendapat bahwa adatlah yang mengatur
komunitas adalah filsuf Prancis abad ke-18, Montesquieu (Masyarakat dan
Sejarah:21).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 17 menyatakan secara
gamblang bahwa bangsa dan masyarakat mempunyai hukum dan normanya.
Kemajuan dan kehancuran suatu bangsa dan masyarakat ditentukan oleh hukum
dan norma itu. Saat dikatakan sebuah bangsa atau masyarakat mempunyai nasib
yang sama, maka itu sama saja dengan menyatakan bahwa masyarakat

26
mempunyai hukum. Eksplisitnya bahwa hukum yang mengatur masyarakat
bersifat universal.
2.4.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)
Pandangan barat terhadap Individu dan Masyarakat
Sosiolog Prancis yang populer membahas tentang manusia (individu) adalah
Emil Durkheim. Dia memandang bahwa individu terdiri dari dua subtansi (jiwa)
yaitu jiwa individu dan jiwa masyarakat. Dia mempercayai bahwa
masyarakatlah yang fundamental (sesuatu yang penting) dengan menyatakan
bahwa seluruh permasalahan dan individu adalah produk masyarakat, bukan
produk pikiran atau kehendak individu. Permasalahan sosial ini mempunyai tiga
karakter : eksternal (datang dari luar yaitu dari masyarakat) mendorong dan
global. Permasalahan ini sebenarnya sudah terjadi dalam masyarakat, bahkan
sebelum individu itu lahir. Individu menerima masalah ini lantaran pengaruh
masyarakat. Durkheim juga meyakini bahwa masyarakat terbentuk dan ada
lantaran karna paksaan kolektif lantaran mengabaikan pentingnya karakter
manusia. Karena individu berkembang lantaran evolusi masyarakat, suatu
evolusi yang bersifat fundamental dan substansial (Masyarakat dan Sejarah:24-
25).
Pandangan Islam tentang Individu, prinsip interaksi sosial dan masyarakat
madani
a. Individu
Islam memandang manusia sebagai mahluk mono-dualistis, satu tapi dua.
Manusia memiliki unsur material-jasadiah dan unsur non material-rohaniah.
Hal ini kemudian menyebabkan manusia berada di antara lempung roh
illahi, di mana jika manusia mampu menaklukan pengaruh lempungnya
maka ia akan lebih mulia dari pada malaikat. Sebaliknya jika manusia di
kalahkan pengaruh lempunganya maka ia lebih hina daripada binatang.
Atas dasar itu maka manusia memiliki dimensi ganda, pertama sebagai
hamba dan yang kedua sebagai wakil tuhan atau khalifah. Manusia diberi

27
kekuatan dan tanggung jawab untuk mengelola bumi sekaligus wujud
kehambaannya.
b. Prinsip Interaksi Sosial
Islam memandang bahwa masyarakat seperti individu. Masyarakat memiliki
berbagai organ, yang jika salah satu sakit maka semuanya akan sakit. Meski
organ yang satu tidak mesti menjadi organ yang lain. Seperti individu, Al-
Qur’an mengisyaratkan bahwa masyarakat pun memiliki ajal. Islam
membedakan amal individual dan amal jariyah. Otomatis dosa pun terdiri
dari dosa individual dan dosa kolektif (Masyarakat dan Sejarah:16).
c. Masyarakat Madani
Madani diterjemahkan secara umum menjadi dua. Pertama madani adalah
nama lain dari kota madinah. Masyarakat madani adalah penggambaran dari
masrakat kota Madinah pada jaman Rasulullah. Pandangan kedua, madani
berasal dari kata dien, yang kurang lebih masyarakat yang berdien. Medinah
adalah negara kota (polis) yang multi etnis.
Untuk membangun system yang diperuntukkan untuk mengabdikan diri
pada Allah SWT, maka membentuk tatanan sosial yang Islami adalah suatu
kemestian. Sementara masyarakat madinah adalah masyarakat yang
majemuk dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Rasul bertindak
sebagai pemimpin yang adil yang mewadahi, menengahi, memutuskan
persoalan umat yang muncul. Syarat terbentuknya masyarakat madani
adalah pemimpin yang adil, dalam kontrak sosialnya melibatkan segenap
masyarakat, sistem yang berkeadilan, untuk membangun kembali
masyarakat madani setidaknya kita mencoba memenuhi beberapa syarat
hingga syaratnya sempurna.
Teori Negara
Baik sosiologi maupun ilmu politik memahami bahwa Negara adalah asosiasi,
alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan dan system pengadilan sosial bersama atas nama

28
masyarakat. Sebelum membahas lebih jauh tentang Negara, berikut ini
dipaparkan tentang konsepsi Negara menurut beberapa tokoh dunia.
a) Max Webber (Gerth & Mills, 1962:78), memahami bahwa Negara adalah
lembaga yang memilki keabsahan untuk melakukan tindakan kekerasan
terhadap warganya (T eori Negara “Negara, Kekuasaan, dan Ideologi”, 1996:
6).
b) Karl Marx (Gold et al, 1975:31) mengungkapkan bahwa Negara adalah
sebuah panitia yang mengelola kepentingan kaum borjuis secara menyeluruh
(Teori Negara “Negara, Kekuasaan, dan Ideologi”, 1996:56).
c) Menurut Calvert Negara adalah komunitas yang diorganisir untuk suatu
tujuan politik (Teori Negara “Negara, Kekuasaan, dan Ideologi”, 1996:84).
d) Dari buku Antonio Gramsci Negara & Hegemoni Hegel, Adam Smith
menyatakan bahwa Negara adalah representasi dari ‘kolektivitas sosial’,
yang berdiri di atas kepentingan klas-klas tertentu dan menjamin bahwa
persaingan antara individu-individudan kelompok-kelompok terpelihara
secara teratur (Negara & Hegemoni, 2015:9).

Prinsip dasar Negara


Adapun prinsip dasar Negara oleh Alfred Stephen antara lain :
a. Negara pada dasarnya mempunyai tujuan utama yaitu moral.
b. Tujuan moral itu merupakan Common Good yang diarahkan kepada politics
community.
c. Common good merupakan prinsip yang berlaku dalam mengontrol setiap
kepentingan yang ada.
d. Negara memiliki sifat kuat dan interfensioner. Negara memiliki peran yang
otonom dalam proses-proses politik.
e. Walaupun Negara merupakan kekuatan yang paling utama dalam kekuatan
politik, tetapi komponen dari Negara seperti individu, keluarga, asosiasi-
asosiasi pribadi, mempunyai fungsi sendiri dalam organisasi.

29
Model negara
Ada beberapa model Negara antara lain :
1. Minimal State
2. Capital State
3. Socialis State
4. Organic State
5. Ideal State
6. Integralistic State
7. Berocratic State
8. Berocratic Capitalists State

2.4.4. Penegasan Komitmen (Doktrinasi)


Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Ali Syariati bahwa tujuan manusia
berkelompok untuk mencapai tujuan yang sama dengan empat arti kunci,
gerakan, tujuan, ketetapan kesadaran, dan kemajuan. Terlahir sebagai makhluk
sosial tidak memungkinkan manusia hidup seorang diri tanpa berinteraksi
dengan sesamanya. Manusia tidak diciptakan dengan bakat dan kemampuan
yang sama. Sekiranya diciptakan sama, sudah tentu orang-orang mempunyai
sesuatu yang dipunyai orang lain dan tidak mempunyai apa yang tidak dipunyai
orang lain. Jika demikian halnya, tentu saja satu sama lain tidak membutuhkan
sehingga pertukaran jasa tidak berlangsung. Allah menciptakan manusia
berbeda-beda bakatnya,kekuatan fisiknya, kekuatan ruhaninya, serta kekuatan
emosionalnya. Allah SWt menjadikan sebagian manusia unggul atas sebagian
lainnya dalam hal tertentu, sementara sebagian lainnya itu sering unggul dalam
hal-hal yang lain. Dengan demikian, seluruh manusia saling bergantung
sehingga ada keinginan untuk saling bekerja sama (Masyarakat dan Sejarah,10).
Dalam proses berkelompok keadilan menjadi hal yang mutlak bagi peradaban
manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 8.

Manusia sebagai mahkluk yang mono-dualistik berperan ganda, satu sisi sebagai
manusia adalah hamba Allah. Disisi lain sebagai wakil tuhan dimuka bumi untuk

30
memakmurkan dan mensejahterakan bumi. Islam memandang bahwa perlu
diselaraskan antara gerak Individu dengan gerak masyarakat menuju sang
khalik, karena tiap individu diciptakan untuk beribadah.

2.5. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi


2.5.1. Pengantar (Brainstorming)
Hubungan antara individu dan masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas
kemerdekaan saling bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat
tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika jika
kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak
terbatas) maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan
bebas segala segala keinginan peribadinya. Akibatnya pertarungan keinginan
yang bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi (92:8-
10). Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan
kemanusiaan sebab itu harus di tegakkan keadilan dalam masyarakat (5:8).

Dalam interaksi sosial, Islam mengajarkan tentang keadilan. Keadilan dibangun


dengan prinsip kesetaraan sesama manusia (egaliter), dan prinsip keikhlasan
dalam muamalah melalui akad. Prinsip lain sebagai pelengkap adalah perwalian
dan persaksian atas interaksi muamalah tersebut sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebuah system sosial yang berkeadilan
adalah system sosial yang menganut prinsip-prinsip tersebut diatas dan dalam
pelaksaanaanya terdapat orang yang adil.

2.5.2. Kajian Sistemik (Brainwoshing)


Ada beberapa pendapat tentang adil antara lain : setara, seimbang, sama rata,
sesuai tempatnya, proporsional, tidak berat sebelah dan menempatkan sesuatu
pada tempatnya. Keadilan berarti bersifat adil atau penerapan gagasan tentang
adil. Sosial berasal daribahasa Yunani : Socius, yang berarti masyarakat. Social
berarti kumpulan Individu yang bersenyawa dan terikat oleh geografis (ruang),

31
waktu, norma-norma, nilai, ras, ideology, dsb. Ekonomi berasal dari
penggabungan dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu oikos dan nomos yang
artinya pengaturan dan pengelolaan rumah tangga. Dalam hidup berkelompok
keadilan menjadi sangat penting. Keadilan dalam bidang ekonomi mendorong
terciptanya keadilan social. Betapa pentingnya posisi Negara/ pemerintah dalam
ranbgka menciptakan keadilan dan kemaslahatan manusia. Pelaksanaan
pemerintahan tidak boleh mengganggu kebebasan dan harkat kemanusiaan
masyarakat itu sendiri.
2.5.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)
Ideology Dunia
Ideology pertama diperkenalkan oleh seorang dari Prancis yang bernama Dustec
de Tracy pada abad 18. Ideology berasal dari dua kata: ideos artinya pemikiran,
dan logos yang berarti logika, ilmu, pengetahuan. Dapatlah didefinisikan
ideology merupakan ilmu mengenai keyakinan. Ideology merupakan kata ajaib
yang menciptakan pikiran dan semangat hidup diantara manusia Selanjutnya
ideology dapat di pahami sebagai cita-cita ideal yang hendak diwujudkan.
Ideology memiliki 3 unsur. Pertama pandangan dunia (Worrd of View). Kedua,
adalaha metodologi dan Ketiga tujuan atau cita-cita ideal. Secara singkat
pandangan dunia dapat dimaknai dengan cara seseorang memandang tentang
hakikat dunia. Cara pandang ini sangat mempengaruhi tujuan atau cita-cita ideal,
berikut metode yang digunakan untuk mencapai cita-cita tersebut (Sejarah
Ideologi Dunia, 2010:5).
Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital
(modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya (Sejarah Ideologi Dunia,
2010:13).
Ayn Rand dalam bukunya “Capitalism” (1970) selaras dengan karya Adam
Smith “ The Wealth Of Nation” (1776) menyebut tiga asumsi dasar dari paham
kapitalisme, yaitu : (a) kebebasan individu, (b) kepentingan diri sendiri, dan (c)
pasar bebas. Menurut Rand, kebebasan individu merupakan tonggak daripada

32
kapitalisme, karena dengan pengakuan hak alami tersebut individu bebas
berpikir, berkarya dan berproduksi untuk keberlangsungan hidupnya (Sejarah
Ideologi Dunia, 2010:15).
Sosialisme
Setelah melebarnya sayap-sayap ideology liberalisme dan kapitalisme, maka
dunia telah tersentuh ideology ini dipenuhi dengan pragmatism hidup, sikap
individualistis, konsumeris, hedonisme, materialisme dan sekularisme. Ini telah
menimbulkan masalah-masalah sosial sampai pada unit sosial yang terkecil,
seperti melemahnya emosional dalam keluarga. Lahiralah faham sosialisme,
mereka menentang individu sebagai dasar pribadi, juga kebebasan ekonomi yang
melibatkan negara. Faham sosialis mengusahakan industri negara bukan semata-
mata digunakan untuk mencarik keuntungan kapitalis (Sejarah Ideologi Dunia,
2010:35).
Sosialisme pada mulanya dimaksudkan untuk menunjukan sitem-sistem
pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi (selain labor) secara
kolektif. Sosialisme kemudian tidak hanya dinamakan pada system ekonomi,
tapi juga falsafah, ideology dan gerakan. Secara umum sosialisme di bagi 3.
Pertama, sosialisme sebelum Marx dan Angels. Sosialisme ini sering juga
disebut sebagai sosialisme utopis. Karena menurut Marx sosialisme ini tidak
memiliki landasan dan metode untuk mencapai tujuannya. Kedua, sosialisme
menurut Marx dan Angels sering disebut sebagai sosialisme ilmiah, karena
memiliki landasan teoritis dan filosophis. Ketiga, sosialisme pasca Marx dan
Angels banyak pemikir social yang menganggap bahwa sosialisme warisan
Marx perlu ditinjau kembali karena beberapa argumennya tidak relevan
berdasarkan perkembangan jaman.
Teori-teori ekonomi dan sosial
a. Merkantilisme
Berasal dari kata Merchant yang berarti pedagang. Sebagian Ekonom
beranggapan bahwa Merkantilisme bukanlah sebuah aliran ekonomi, tapi

33
sebuah kebijakan ekonomi menyangkut system perdagangan yang
dipraktekkan sekitar tahun 1500-1750.
b. Konolianisme dan Imperialisme
Perkembangan eropa sejak perang salib sangat pesat sangat pesat sehingga
masuk pada jaman renaissance dan jaman pencerahan. Kaum bangsawan dan
raja menginginkan harta (gold) dan kejayaan (glory) dilain pihak, gereja
menginginkan agar kristenisasi disebarkan pada mereka yang tidak beradab
(gospelt).
c. Teori Keterbelakangan
Terjadinya keterbelakangan dan kemiskinan pada masyarakat dunia ketiga
yang pernah terjajah kemudian menggelitik para pemikir untuk menganalisa
gejala tersebut.
d. Teori modernisasi vs teori structural
Beberapa teori modernisasi teori kebutuhan Meclelland, teori 5 tahap
pembangunan Rostow, teori tabungan dan investasi, teori manusia modern.
Sementara teori struktur di susun oleh kaum sosialis mengemukakan adanya
faktor eksternal seperti penjajahan dan pertukaran tidak seimbang (inequal
exchange) dari Raul Fresbitch.
e. Evelopmentalisme
Premis utama yang dibangun adalah developmentalisme adalah kebodohan dan
penyebab keterbelakangan dan kemiskinan. Olehnya, untuk mengejar
ketertinggalan maka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi
titik awalnya. Maka investasi sektor pendidikan menjadi persyaratan.
Disebutkan bahwa ada lingkaran setan yang terus menjebak negara sehingga
semakin terpuruk. Secara teoritis, memaknai developmentalisme ampuh
memajukan negara yang keterbelakangan tapi secara praktek justru sebaliknya.
Developmentalisme sebagai anak kandung kapitalisme semakin menunjukan
kelemahannya.
f. Teori Hegemoni

34
Adalah Antonio Gramsci yang pertama yang mencetus teori ini. Berangkat dari
perenungannya akan bahaya reduksionisme dikalangan pemikir Marxis dan
non Marxis. Gramsci menjadikan hegemoni dan dominasi sebagai dua hal yang
selaras, dimana diantara keduanya tercipta penindasan. Sementara penindasan
terjadi adanya penindasan dan tertindas. Dominasi adalah penindasan pada
wilayah ekonomi, dimana sistim , masyarakat dan sebagainya telah merancang
adanya penindas dan tertindas. Hegemoni adalah penindasan pada level
pemikiran, dimana struktur kesadaran masyarakat dipoles sedemikian rupa oleh
pihak penguasa, sehingga penindasan dijadikan hal yang lumrah, atau dengan
kata lain hegemoni berarti merasuki berpikir masyarakat sehingga tidak terjadi
penindasan atau perlawanan terhadap penindasan.
Konteks Kekinian
a. Umat Islam secara umum.
Ummat islam secara umum telah terpisahkan oleh batas-batas negara,
sehingga tidak begitu sulit di jajah oleh pihak luar. Keterbelakangn,
kemiskinan, dan kebodohan menjadikan umat islam mengalami
kemunduran. Di sisi lain, penguatan ekonomi umat islam belum
menemukan titik keseimbangan. Beberapa Negara islam hidup dengan
kekayaan melimpah, tapi di negara lain banyak umat islam kelaparan.
Upaya kongkrit dalam menyelamatkan umat islam dari jurang kemiskinan
belum ada atau mengkin belum nampak.
Ketertinggalan pengetahuan juga melanda umat islam. Usaha untuk
membangun intelektual muslim masih terhambat oleh sikap jumud dan picik
sebagian umat, juga sokongan dana yang sangat minim.
Dari beberapa hal di atas, umat islam yang dalam beberapa abad lalu
umumnya terjajah, sekarangpun mengalami hal sama, namun caranya saja
yang berbeda. Secara sosial ekonomi, budaya, militer, dan keagamaan umat
islam di jadikan objek penderita. Sayangnya islam masih terkurung dalam
perdebatan bid’ah dan ritualitas.
b. Umat islam Indonesia

35
Umat islam Indonesia berada dalam empat sisi penting. Pertama, islam
yang beragam warna. Kedua, persoalan kebangsaan yang multikompleks
dan ketiga adalah intervensi asing.
Pada zaman kolonial, islam menjadi spirit perlawanan. Namun setelah
kemerdekaan, kekuatan umat islam perlahan di kurangi. Akibatnya adalah
adalah proses re-sekularisasi. Islam semakin tersudut di tembok mesjid.
Sementara sistem sosial yang menindas dan tak berpihak pada rakyat kecil
yang umumnya umat islam.
Gagasan Keadilan Dalam Islam

Sesungguhnya Allah SWT menciptakan alam semesta beserta isinya


berdasarkan keadilanya. Manusia sebagai wakilnya atau khalifah bertanggung
jawab memelihara keseimbangan tersebut. Salah satu ukuran keberhasilanya
adalah sejauh mana menerapkan keadilan. Ekonomi islam yang paling penting
adalah bagaimana seseorang mendapatkan haknya sesuai dengan kewajiban
yang telah dipenuhinya. Bahkan Islam melihat dan menilai tiga bentuk
perilaku manusia yang dapat memicu keadilan social ekonomi yakni:
keserakahan manusia, menggunakan harta tanpa perhitungan, dan menumpuk-
numpuk harta (Islam Mazhab HMI:151-154).

2.5.4. Penegasan Komitmen (Doktrinasi)


Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah
susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah
yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula dan
fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah guna
melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada kemungkinan
perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia sebaliknya
setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-masalah
atas dasar persamaan yang diperoleh melalui demokrasi.

36
Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan
kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu) adalah
kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung
tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia. Menegakkan
keadilan amanat rakyat kepada pemerintah yang musti dilaksanakan. Pemerintah
yang benar dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran
dan akhirnya kepada Tuhan YME.
Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah
menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekayaan diantara
anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian yang
wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal batas-
batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan tanpa
kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh
ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan
pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa
dilain pihak.
Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh
kapitalisme. Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia ke arah
pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap orang
kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat
(amar ma’ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala bentuk
penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan
(nahi munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-restriksi atau
cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara
yang tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma’ruf
dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang
(yang munkar diharamkan).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat
yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan
berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya dengan tidak

37
berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup
sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata.
Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu
tersalurkan kearah sesuatu yang lain dan membahayakan kemanusiaan.
Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan
kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan. Dalam masyarakat, yang adil
mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin.
Tetapi hal itu terjadi dalam batas-batas kewajaran dan kemanusian dengan
pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan
dibenarkannya pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan
adanya perbedaan-perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan-kemampuan
pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha-usaha kearah perbaikan
dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan oleh
masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir masalah perbedaan
kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang-orang kaya dalam jumlah
presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin.
Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah, dan halal
saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus
dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu
harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang
Maha Esa, dimana tidak lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram,
diman penindasan atas manusia oleh manusia dihapus.
Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu diperoleh,
juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan
pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak bertentangan,
pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan konfikasi.
Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas-batas tertentu,
yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata-rata atau israf
pertentangan dengan perikemanusiaan. Hal itu semuanya merupakan kebenaran

38
karena pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia
seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian
yang wajar dari padanya.
Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana
amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang
dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau terjadi kemiskinan,
orang-orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang-orang kaya, terutama
yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Adalah kewajiban negara dan
masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan
dorongan.

2.6. Islam IPTEK


2.6.1. Pengantar (Brainstorming)
Ilmu merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
pengetahuan atau fakta yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti
dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian
ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain). Dalam
perkembangan peradaban manusia Sumber Ilmu Pengetahuanpun tidak hanya
terletak pada pengalaman (empiris) dan juga akal manusia (rasio) tapi juga
bersumber dari kitab suci untuk menjelaskan sesuatu seperti konsep Surga,
Neraka, Tuhan dan lain sebagainya.

2.6.2. Kajian Sistemik (Brainwoshing)


Iptek sebagai singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memiliki beberapa
penafsiran. Ilmu bagi pemikiran barat adalah kumpulan pengetahuan yang
sejenis yang tersistematis. Ilmu dikenal dengan science (sains). Pengetahuan
adalah hasil abstraksi pemikiran manusia terhadap salah satu objek. Pengetahuan
dikenal dengan istilah knowledge. Sedang Tekhnogi adalah hasil kreasi sains dan

39
pengetahuan manusia dalam menciptakan alat untuk memudahkan kebutuhan
manusia.

Dalam Islam, ilmu berasal dari akar kata ‘ilm yang derivasinya antara lain
ulama, alim, mualim, yuallimu dsb. Ilmu sendiri berarti tahu. Artinya dalam
khazanah pemikiran Islam tidak ada pendikotomian antara sains dan
pengetahuan. Ilmu itu satu, tapi sudut pandang manusia menjadikan ada
perbedaan antara cabang yang satu dengan yang lain.

2.6.3. Refleksi Pemahaman (Semidoktrin)


Perkembanngan IPTEK
Perkembangan IPTEK dimulai sejak awal sejarah kehidupan manusia tercatat
dalam teks kesejarahan peradaban China, Mesir, Babylon, Assyiria, Tunisia, dsb.
Terdapat jejak-jejak perkembangan tknologi dan pemikiran manusia. Pada
mulanya, Yunani muncul pemikir lam yang mengkaji tentang asla muasal
kehidupan. Tokoh-tokohnya antara lain Thales, Anaximendes, dll. Setelah itu
muncul kaum sophis. Dalam bahasa Yunani yang berarti bijak, arif, bijaksana.
Tokohnya antara lain adalah Pyrrho. Efeknya dari kaum sophis adalah muncul
keresahan masyarakat pada saat itu. Muncul kemudian Socrates yang dengan
kerendahan hatinya mengaku cerdas, pandai, arif sebagai mana kaum sophis.
Islam memandang bahwa ilmu itu satu adanya, namun pembiasaan dialam
material sehingga kelihatan berbeda. Dilandasi dengan konsepsi seperti ini,
maka umat Islam mempelajari semua bidang Ilmu. Tidak ada pembatasan ilmu
duniawi dan ilmu ukhrawi. Kegiatan mempelajari semua cabang Ilmu disebut
“ kulliyat”

Selanjutnya, pada kisaran abad 16-17, muncul pemikir-pemikir baru yng


melahirkan tonggak kemajuan peradaban. Newton dengan hokum newtonnya
telah meletakkan fondasi kearah` kemajuan teknologi. Muncul pula Rene
Descartes dengan “ Cogito Eregusum” nya yang membawa filsafat maju
beberapa langkah. Pada fase ini di sebut masa pencerahan atau aufklarug.

40
Peran IPTEK terhadap peradaban

Perkembangan IPTEK seperti pisau bersisi dua, satu sisi dia mempermudah
manusia, sedangkan sisi lain justru menghancurkan manusia. Sebaliknya,
perkembangan IPTEK juga turut mempengaruhi peradaban manusia.
Ditemukannnya pesawat telepon, internet, dan lain-lain yang menjadikan batas-
batas antara negrapun tanpa sekat lagi. Pola interaksi manusia mengalami
perubahan, sebagai contoh muncul elektronik government dan elektronik
commerce pada wilayah ekonomi dan politik.

2.6.4. Penegasan Komitmen (Doktrinasi)


Pandangan Islam terhadap IPTEK
Islam sebagai tuntutan bagi manusia untuk mencapai keselamatan dunia dan
akhirat memandang bahwa manusia adalah khalifah fil arghi berdasarkan tujuan
penciptaan manusia.
Untuk itu, manusia dibekali dengan akal sebagai sumber IPTEK. Olehnya,
IPTEK sesungguhnya harus menjadi alat untuk mendekatkan diri pada sang
khalik.
Islam tidk mengajarkan manusia untuk kembali pada masa unta dan kuda untuk
alat transportasi. Islam tidak mengajarkan manusia untuk bersikap Jumud, masa
bodoh dengan perkembangan IPTEK islam tidak mengajarkan untuk menguasai
IPTEK tanpa spirit Ilahiyah. Islam tidak mengajarkan sekularisasi seperti di
barat. Islam tidak mengajarkan untuk memenuhi kebutuhan material belaka.
Islam dari munculnya menyindir manusia untuk bertafakur dan berpikir. Islam
selalu mendorong akan perkembangan pemikiran dan penguasaan IPTEK
sebagai saran untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kecuali bebarapa
agamawan yang mengaku memiliki otoritas ilahi yang menyebabkan stagnasi
intelektual.

41
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

“Hidup kita sebagai manusia, sebagai kader HMI cukup sederhana, beriman, berilmu
dan beramal” begitulah pandangan Nurcholish Madjid sebagai salah satu perumus
NDP sekaligus cendekiawan Muslim abad ke-20. Allah berfirman : “ Liyabluwakum
ayyukum ahsanu ‘amala” artinya “Bahwa perbuatan yang paling baik itu adalah
perbuatan yang berangkat dari niat yang ikhlas dan berdasarkan ilmu yang benar”.
Tentunya kata iman-ilmu-amal mempunyai makna dan arti yang mendalam karena
menyangkut tiga dimensi kehidupan secara Keimanan (Kepercayaan), Keilmuan
(Ilmiah) dan peramalan (Perilaku) sebagai seorang hamba sekaligus wakil tuhan di
bumi. Maka kerja-kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses
perkembangan yang permanen. Perjuangan kemanusiaan berusaha mengarah kepada
yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu manusia harus mengetahui arah yang
benar dari perkembangan peradaban di segala bidang. Dengan kata lain manusia
harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan
kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa
rasa kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan menghancurkan
peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia.
Mendalami ilmu pengetahuan harus didasari dengan sikap terbuka. Mampu
mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban dan
berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan di antaranya yang baik (BAB
VIII Kesimpulan NDP).

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an terjemahannya, Departemen Negara Republik Indonesia


2. Nilai Dasar Perjuangan HMI
3. Tarigan, Azhari Akmal. Islam Mazhab HMI : Tafsir tema Besar Nilai Dasar
Perjuangan” .(Jakarta: Kultura (GP Press Group).2007
4. Mulyadi, Kartanegara. Gerbang Kearifan : Sebuah Pengantar Filsafat
Islam” .(Jakarta:Lentera Hati).2006
5. Amstrong Karen.Sejarah Tuhan : Kisah Pencarian Tuhan Yang dilakukan oleh
orang-orang yahudi, Kristen dan islam selama 4.000 tahun.(Bandung:Penerbit
Mizan).2002
6. Nawawi Ahmad.Perspektif Teologi dan Filsafat Al Ghazali dan
Hume.(Malang:Penerbit Madani).2011
7. Muthahhari Murtadha.2012.Masyarakat dan Sejarah : Pandangan Dunia Islam
tentang Hakikat Individu dan Masyarakat dalam Gerakan Sosial Berbasis
Agama.(Yogyakarta:Rausyan Fikr Institute).2012
8. Madjrie Abdurrahman.Meluruskan Akidah.(Yogyakarta:Penerbit Titian Ilahi
Press).1997
9. Sayyid Nur.Sejarah Ideologi Dunia “ Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme,
Fasisme, Anarkisme, Marxisme dan Konservatisme” .(Yogyakarta:Eye on The
Revolution Press).2010
10. Arief Andi, Patria Nesza.Antonio Gramsci “ Negara dan
Hegemoni” .(Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar).2015
11. Budiman Arief.Teori Negara “ Negara, Kekuasaan, dan Ideologi” .(Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama).1996

43

Anda mungkin juga menyukai