Anda di halaman 1dari 13

Tugas UAS Mata Kuliah Filsafat Ilmu 1.

Pemikiran Hasan Hanafi


Silahkan buat artikel, setiap anggota dalam 2. Pemikiran Al-Kindi
kelompok pilih salah satu topik yang 3. Pemikiran Al-Farabi
berbeda (jangan sama). 4. Pemikiran Al-Gazali
Jadi setiap individu memiliki satu topik Kelompok 5
masing-masing. Mazhab Filsafat Kontemporer
Berikut ketentuan pembuatan tugas: 1. Fahruddin Faiz
 Minimal 8 halaman 2. F. Budi Hardiman
 Diketik menggunakan m.word/ 3. Eko Armada Ryanto
wps kertas A4 4. Mulyadhi Kartanegara
 Rata kiri & kanan (justify) 5. Rocky Gerung
 Spasi paragraf 1 Kelompok 6
 referensi minimal 3 dari buku 1. Epistemologi Bayani
 tambahkan footnote 2. Epistemologi Irfani
 Dikumpul hari sabtu (jadwal UAS) 3. Epistemologi Burhani
 Di print 4. Ide-Ide Tentang Islamisasi Ilmu
 Soft File di share di group (tulis 5. Pemikiran Ismael Raji Al-Faruqi
nama & nim, kelas) 6. Pemikiran Sir M Iqbal
7. Pemikiran Sayid Husein Nasr
Pembagian topik setiap kelompok.
8. Pemikiran Said M. Naquib Al-
Kelompok 1 Attas
1. Empirisme Kelompok 7
2. Positivisme
1. Hubungan manusia, ilmu
3. Intuisionisme
pengetahuan dan kebenaran
4. Kritisme
2. Ilmu dan moral, serta tanggung
5. Idealisme
jawab sosial ilmuan
6. Fenomenalisme
3. Dari pola pikir hingga pola hidup
7. Skeptisisme
4. Problematika filsafat ilmu
Kelompok 2 5. Problem filsafat ilmu dewasa ini
1. Agnotisisme
2. Objektivisme
NB: di bawah ini, contoh pembuatan
3. Subjektivisme
artikel.
4. Pragmatisme
5. Scinetisme
6. Fallibilisme
Kelompok 3
1. Anti-intelektualisme
2. Pemikiran Ibnu Rusyd
3. Pemikiran Suhrawardi
4. Pemikiran Ibnu Arabi
5. Pemikiran Mulla Sadra
Kelompok 4
AGAMA ISLAM DAN RUANG KAJIANNYA
Oleh: Siti Murtosiah

A. Agama Islam
1. Pengertian Agama
Agama itu kata majmu‟ bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua
perkataan, yang pertama (a) dan kedua gama. A, artinya dalam bahasa sansekerta:
tidak; gama, artinya kocar-kacir, berantakan, yang sama artinya dengan
perkataan Griek: chaos. Jadi arti kata agama ialah tidak kocar-kacir, atau tidak
berantakan. Lebih jelas lagi kata agama itu ialah teratur, beres.
Dan dalam bahasa Latin atau bahasa Inggris yaitu „religion‟ dan dalam
bahasa Belanda yaitu „religie‟ dan dalam bahasa Indonesia yaitu „agama‟ serta
dalam bahasa Arab ialah „diin‟. Di dalam Al-Munjid dapat kita temukan
keterangan tentang arti Diin sebagai berikut: Ad-Din (jama‟: Adyan): (1) Al-Jaza
wa‟l-Mukafaah; (2) Al-Qadha; (3) Al-Malik/al-muluk wa‟s-Sulthan; (4) At-
thadbir; (5) Al-Hisab. (Artinya: (1) pahala, (2) ketentuan, (3) kekuasaan, (4)
pengelolaan, (5) perhitungan).1
Agama, dalam kamus pendidikan pengajaran dan umum dapat diartikan
sebagai “suatu keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan, serta ajarannya oleh
manusia mencari hakikat dari hidupnya dan yang mengajarkan hubungan antara
manusia dengan Tuhannya, sesuai dengan kewajibannya.2
Kata “diin”. (ٍٚ‫ )د‬ialah akar kata “daana” (ٌ‫)دا‬, yang berarti berhutang
disebut “dain”(ٍ‫)دائ‬. Orang yang berhutang terpaksa menjadi hamba kepada yag
memberikan piutang, yakni ia mesti setia kepada peraturan dan janji yang
dibebankan kepadanya ketika membuat hutang. Diin merupakan peraturan yang
merupakan hukum yang harus dipatuhi, menguasai diri seseorang dan membuat ia
tunduk dan patuh kepada Tuhan dan menjalankan ajaran diin itu, dan membawa
kewajiban yang kalau tidak dijalankan menjadi hutang.3
Brightman memberikan definisi deskriptif agama sebagai berikut:
“Religion is an organization of the whole of life under the principle of
supreme value. Reliigion is man‟s aspiration toward the source of his
highest values, and his sense of cooperation with and dapandence on that
source. Religion is man‟s concern about his own value and destiny. Hence
every religion has required a conception of man (the religious subject) as
well as God (the religious object). God, in all the discuussions of this
book, means primarily the source and countinuer of values, and the
problem of belief in God is the problem of finding a definition of the
axiogenetic and axiosoteric aspect of reality which is self-consistent,
consistent with all known facts and valid theories, and more coherent
than any other definition”.4

1
Endang Saifddin Anshari,Ilmu, Filsafat dan Agama, Srabaya: PT. Bina Ilmu, 2002), hlm. 120.
2
Saliman, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994, hlm. 5
3
Sidi Gazalba, ilmu filsafat da islam tentang manusia dan agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm.
94.
4
Edgar S. Brigthman, A philosophy Of Religion, (New York: Prentice-Hall, 1940), hlm. 119
Brightman memberikan defenisi dekriptif sebagai berikut: “Agama ialah
utuh unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang di pandang mempunyai nilai
yang tertinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaaan-kekuasaan yang dipercayai
seabgai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai-
nilai ini, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian
tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara-upcara yang simbolis maupun
melalui perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat pesseorangan serta bersifat
kemasyarkatan.5
Agama ialah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai
Petunjuk Bagi Manusia Dan Hukum-Hukum Sempurna Untuk Dipergunakan
manusia dalam menyelenggarakan tatacara hidup yang nyata serta mengatur
hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Tuhan, kepada masyarakat serta
alam sekitar.
Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan
pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai permasalahan hidupnya
seperti ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer, sehingga
terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada
keridhaan Allah (akhlak).6
Agama adalah cara yang dipakai manusia dalam menghidupkan
hubungannya dengan kekuatan-kekuatan di atas jangkauan manusia, yaitu
kekuatan yang ghaib dan pada kekuatan-kekuatan tersebutlah kepercayaan
manuia menggantungkan harapannya.7
Agama memberikan jalan kebenaran kepada umat manusia agar
mencapai suatu kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan agama juga bisa
dimaknai dengan “the way of live” (cara seseorang mejalankan kehidupannya).
Dan agama memang sebagai jalan petunjuk untuk manusia dalam menjalani
kehidupan mereka selama di dunia. Sebagai petunjuk arah, dan menjawab
kemodernan zaman saat ini.
2. Pengertian Islam8
Menurut Bahasa, Islam berasal dari kata ‫ اسلن‬yang berakar dari kata ‫سلن‬.
Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
‫اإلسالم هصدر هن أسلن يسلن إسالها‬

Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:
a. Berasal dari ‘salm’ (‫ )الس َّْلن‬yang berarti damai.
Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman (QS. Al-Anfal: 61)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata „salm‟ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian.
Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam
merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada
perdamaian.
Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. Al-Hujarat : 9)

5
Kattsoff. Louis O, Pengantar Filsafat. Yogyakarta, 1996 Tiara wacana yogya, hlm. 448 (alih bahasa soejono soemargono)
6
Abu Ahmadi & Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm, 4
7
Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung:PT Refika Aditama, 2004), hlm. 87.
8
dikutip dari el-misbah.blogspot.com. http://www.duniaislam.org
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu‟min berperang
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan
kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman: (QS. Al-Hajj : 39)
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu.”
ْ َ ‫ )أ‬yang berarti menyerah
b. Berasal dari kata ‘aslama’ (‫سلَ َن‬
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan
seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada
Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap
apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur‟an: (QS.
An-Nisa : 125) yang artinya:
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk
menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah
ayat Allah berfirman: (QS. Al-an‟am : 162), artinya:
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk
Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan
dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah
berfirman: (QS. Al-Maidah : 83), yang artinya:
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan
di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita
menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah
SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita
tentram, damai dan tenang (baca; mutma‟inah).
c. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada
Allah.
Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman (QS. As-Shaffat : 26) artinya:
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki,
hanya kepada Allah SWT.
Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada
Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku,
pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain
sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi
kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik,
ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya
dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah.
Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman (QS. Al-Baqarah : 208), artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total
kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam
menjauhi segala yang dilarang-Nya.
d. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫س ِليْن‬
َ ) yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur‟an (QS. Asy-
syu‟ara‟ : 89):
Artinya: “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. Ash-shaffat: 84) “(Ingatlah) ketika
ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan
bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki
kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan
hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika
Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan
utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia. Allah
berfirman: (QS. Al-Maidah : 6)
Artinya: “Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari‟at
Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia
berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
e. Berasal dari ‘salam’ (‫سالَم‬ َ ) yang berarti selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an: (QS. Maryam : 47), artinya:
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu,
aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya
Dia sangat baik kepadaku.”
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam
memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan. Adapun
Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap
dinul Islam), Islam adalah „ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW
guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT
yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke
kebahagiaan dunia dan akhirat.‟
Dalam istilah, islam merupakan nama bagi agama yang dibawa atau
disampaikaan oleh Nabi Muhammad SAW di dalamnya wahyu yang
terkodifikasikan dalam apa yg secara terkini di sebut mushaf, namun secara
umum disebut dengan al-Quran merupkan sumber utama sedangkan praktek
nabi muhamad bersama para sahabatnya yang dalam pengawasan beliau
merupkan sumbr kedua-yang disebut sunnah (tradisi) 9
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan
didasari oleh ayat-ayat Al-Qur‟an. Diantara poin-poinnya adalah:
a. Islam sebagai wahyu ilahi
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. An-Najm : 3-4 :
Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur‟an) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
b. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. Al-Imran : 84)
Artinya: “Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa
yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa
yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara
mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.”
c. Sebagai pedoman hidup
Allah berfirman (QS. Al-Jatsiyah : 20):
Artinya: “Al Qur‟an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang meyakini.”
d. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah
SAW. Allah berfirman (QS. Al-Maidah : 49-50)
Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki
akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum
Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?”
e. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.
Allah berfirman (QS. Al-an‟am : 153)
Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
f. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah berfirman (QS. An-nahl 16 : 97)
Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang

9
Mathar. Moch Qasim, Sejarah, Teologi dan Etik Aga-Agama. Yogykarta, 2003 Interfidei. hlm, 147
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”
Dari sekian banyaknya pengertian tentang islam, disini pemakalah
dapat mendefenisikan islam ialah sebuah kedamaian, keselamatan,
penyerahan sepenuhnya jiwa dan raga pada Allah SWT sehingga
meimbulkan ketenangan di dalam hati setiap insan yang mempercayai
dan meyakini islam itu sendiri.dan islam juga begitu menjunjung tinggi
perdamaian baik dengan golongan muslim maupun non muslim.
3. Pengertian Agama Islam
Agama Islam10 adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
„alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya.
Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam
ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam
sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun
yang diterima selain Islam.

Allah ta‟ala berfirman,

َ ‫اَّللُ بِ ُك ِّم‬
‫ًب‬ٛ‫ءٍ َع ِه‬ْٙ ‫ش‬ َّ ٌَ‫ٍَ َٔ َكب‬ِِّٛٛ‫اَّللِ َٔخَبت ََى انَُّب‬ ُ ‫َّيب َكبٌَ ُي َح ًَّذ ٌ أَبَب أ َ َح ٍذ ِ ّيٍ ِ ّس َجب ِن ُك ْى َٔنَ ِكٍ َّس‬
َّ ‫عٕ َل‬

Artinya: “Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara

kalian, akan tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.”

(QS. Al Ahzab: 40)

Allah ta‟ala juga berfirman,

ِ ‫ َٔ َس‬ِٙ‫ ُك ْى َِ ْع ًَت‬ْٛ َ‫َُ ُك ْى َٔأَتْ ًَ ًْتُ َعه‬ِٚ‫َ ْٕ َو أ َ ْك ًَ ْهتُ نَ ُك ْى د‬ٛ‫ْان‬


ِ ‫تُ نَ ُك ُى‬ٛ‫ض‬
‫ُب‬ِٚ‫اإل ْعالَ َو د‬

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku
telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi
agama bagi kalian.” (QS. Al Maa‟idah: 3)

Allah ta‟ala juga berfirman,


‫اإل ْعالَ ُو‬ ّ َ‫ٍَ ِعُذ‬ِّٚ‫إِ ٌَّ انذ‬
ِ ِ‫اَّلل‬

Artinya: “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.”


(QS. Ali Imran: 19)
Allah ta‟ala berfirman,
ٍَٚ‫خ َشةِ ِيٍَ ْانخَب ِع ِش‬ٜ‫ا‬
ِ ِٙ‫ُ ْمبَ َم ِي ُُّْ َْٔ َُٕ ف‬ٚ ٍَ‫ُب فَه‬ِٚ‫اإل ْعالَ ِو د‬
ِ ‫ َْش‬ٛ‫َ ْبت َغِ َغ‬ٚ ٍ‫َٔ َي‬

Artinya: “Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan
pernah diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang
yang merugi.” (QS. Ali „Imran: 85)

10
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al „Utsaimin rahimahullah Diterjemahkan oleh: Abu Muslih Ari
Wahyudi dari Syarh Ushul Iman, hal. 5-8, Penerbit Darul Qasim: www.muslim.or.id
Allah ta‟ala mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama demi
Allah dengan memeluk agama ini. Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam,

ْ‫آيُُٕا‬ ِ ‫ت َٔاأل َ ْس‬


ِ َ‫تُ ف‬ًُِٛ َٚٔ ٙ‫ـ‬ِٛ ْ‫ُح‬ٚ َُٕ ْ َّ‫ض ال ِإنَـَّ ِإال‬ ِ ‫غ ًَ َبٔا‬ َّ ‫عب انَّزِ٘ نَُّ ُي ْهكُ ان‬ًِٛ ‫ ُك ْى َج‬ْٛ َ‫اَّللِ ِإن‬
ّ ‫عٕ ُل‬ ُ ‫ َس‬َِّٙ‫بط ِإ‬ ُ َُّ‫ُّ َٓب ان‬َٚ‫َب أ‬ٚ ‫لُ ْم‬
ٌَُٔ‫بَّللِ َٔ َك ِه ًَبتِ ِّ َٔاتَّ ِبعُُِٕ نَعَهَّ ُك ْى تَ ْٓتَذ‬ ّ ‫ ِ األ ُ ِ ّي‬ٙ
ّ ِ‫ُؤْ ِيٍُ ب‬ٚ ِ٘‫ ِ انَّز‬ٙ ّ ِ‫عٕ ِن ِّ انَُّب‬ ّ ِ‫ب‬
ُ ‫بَّللِ َٔ َس‬

Artinya: “Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan
Allah bagi kalian semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan
bumi, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, Dia lah yang menghidupkan
dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya
seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah beriman kepada Allah serta
kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan hidayah.”
(QS. Al A‟raaf: 158)
Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur
Abu Hurairah radhiallahu „anhu dari Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Beliau
bersabda yang artinya”
“Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya. Tidaklah ada seorang
manusia dari umat ini yang mendengar kenabianku, baik yang beragama
Yahudi maupun Nasrani lantas dia meninggal dalam keadaan tidak mau
beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti termasuk salah
seorang penghuni neraka.”
Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang
beliau bawa dengan disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar pembenaran
saja. Oleh sebab itulah maka Abu Thalib tidak bisa dianggap sebagai orang yang
beriman terhadap Rasul shallallahu „alaihi wa sallam walaupun dia membenarkan
ajaran yang beliau bawa, bahkan dia berani bersaksi bahwasanya Islam adalah agama
yang terbaik.
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang
diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih
istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa
diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun. Allah ta‟ala
berfirman kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam,

ِ ‫ ِّ ِيٍَ ْان ِكت َب‬ْٚ َ‫َذ‬ٚ ٍََْٛ‫صذِّلب ِنّ ًَب ب‬


‫ ًُِْب‬َٛٓ ‫ة َٔ ُي‬ ِ ّ ‫َبة بِ ْبن َح‬
َ ‫ك ُي‬ َ ‫ْكَ ْان ِكت‬َٛ‫َٔأََضَ ْنَُب إِن‬

Artinya: “Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai
pembenar kitab-kitab yang terdahulu serta batu ujian atasnya.” (QS. Al
Maa‟idah: 48)
Maksud dari pernyataan Islam itu cocok diterapkan di setiap masa, tempat dan
masyarakat adalah dengan berpegang teguh dengannya tidak akan pernah
bertentangan dengan kebaikan umat tersebut di masa kapan pun dan di tempat
manapun. Bahkan dengan Islamlah keadaan umat itu akan menjadi baik. Akan tetapi
bukanlah yang dimaksud dengan pernyataan Islam itu cocok bagi setiap masa, tempat
dan masyarakat adalah Islam tunduk kepada kemauan setiap masa, tempat dan
masyarakat, sebagaimana yang diinginkan oleh sebagian orang.
Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah
mendapatkan jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah ta‟ala bagi siapa saja
yang berpegang teguh dengannya dengan sebenar-benarnya. Allah ta‟ala berfirman,
ٌَٕ‫ٍ ُك ِهّ ِّ َٔنَ ْٕ ك َِشَِ ْان ًُ ْش ِش ُك‬ِٚ ْ ٛ‫ك ِن‬
ِ ّ‫ُظ ِٓ َشُِ َعهَٗ انذ‬ ِ ّ ‫ٍ ْان َح‬ِٚ
ِ ‫عٕنَُّ ِب ْبن ُٓذَٖ َٔد‬ َ ‫ْ َُٕ انَّزِ٘ أ َ ْس‬
ُ ‫ع َم َس‬

Artinya: “Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk
dan Agama yang benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama
yang ada, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (QS. Ash
Shaff: 9)

Allah ta‟ala berfirman,

‫ُ ًَ ِ ّكُ ٍََّ نَ ُٓ ْى‬َٛ‫ٍَ ِيٍ لَ ْب ِه ِٓ ْى َٔن‬ِٚ‫ف ا َّنز‬ ِ ‫ ْاأل َ ْس‬ٙ‫ ْغت َْخ ِهفََُّ ُٓى ِف‬َٛ َ‫ت ن‬
َ ‫ض َك ًَب ا ْعت َْخ َه‬ َّ ‫ٍَ آ َيُُٕا ِيُ ُك ْى َٔ َع ًِهُٕا ان‬ِٚ‫اَّللُ ا َّنز‬
ِ ‫صب ِن َحب‬ َّ َ‫َٔ َعذ‬
َ ُ
‫ْئب َٔ َيٍ َكفَ َش َب ْعذَ رَنِكَ فَؤ ْٔنئِكَ ُْ ُى‬ٛ‫ش‬ َ َ َ َ
َ ِٙ‫ُ ْش ِش ُكٌَٕ ب‬ٚ ‫ َال‬ََُُِٙٔ ‫َ ْعبُذ‬ٚ ‫ُبَ ِذّنَُّ ُٓى ِ ّيٍ بَ ْع ِذ خ َْٕفِ ِٓ ْى أ ْيُب‬ٛ‫ضٗ ن ُٓ ْى َٔن‬
َ َ ‫است‬ َّ
ْ ِ٘‫َُ ُٓ ُى انز‬ِٚ‫د‬
ٌَُٕ‫ْانفَب ِعم‬

Artinya: “Allah benar-benar telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman


serta beramal salih diantara kalian untuk menjadikan mereka berkuasa di
atas muka bumi sebagaimana orang-orang sebelum mereka telah dijadikan
berkuasa di atasnya. Dan Allah pasti akan meneguhkan bagi mereka agama
mereka, sebuah agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka peluk. Dan
Allah pasti akan menggantikan rasa takut yang sebelumnya menghinggapi
mereka dengan rasa tenteram, mereka menyembah-Ku dan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang ingkar
sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur: 55)
Dari berbagai pengertian tentang agama islam, pemakalah akan mencoba
menarik kesimpulan megenai agama islam yaitu, agama yang istimewa dan special
teruntuk umat muslim dan muslimah di dunia, namun agama islam ini bukanlah hanya
untuk di dunia saja melainkan untuk di akhirat juga. Agama yang benar-benar
mendatangkan penuh mafaat dan kesejahteraan bagi pemeluknya.
Dan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan yang semakin modern
ini. Dan memang sangat perlu sekali agama islam ini, sebab tanpa adanya agama
islam, apa jadinya dunia ini? Tentu kita sebagai umat muslim akan sangat menjunjung
tinggi dengan adanya agama islam ini, agama yang penuh dengan kerahmatan,
keridhoan dan kasih sayang sari Allah SWT.
Menurut hemat saya, di Indonesia negaranya begitu damai meskipun ada juga
perselisihan kecil antar umat beragama, namun tidak sampai ada pengeboman disana-
sini, itu sebab warga Negara Indonesia beragama islam dan berpegang teguh terhadap
ajarannya, beda dengan di luar negeri sana, contoh seperti di Amerika, sampai ada
film bioskop yang mengisahkan “bulan terbelah di langit amerika” dan mereka
mengira kekacauan itu penyebabnya adalah “islam”.
Padahal sejatinya islam itulah yang membawa kedamaian, perdamaian, dan
ketenangan. Lalu apa jadinya jika islam tidak ada? Apakah benar amerika akan selalu
aman-aman saja? Justru sebaliknya, amerika akan menjadi Negara yang kacau balau,
peperangan disana-sini, dan selalu saja menimbulkan konflik.
jika dunia tanpa islam, Seperti apakah dunia tanpa Islam? Apakah dunia akan
lebih damai dan menjadi tempat yang lebih baik? Umumnya orang di Barat akan
menjawab: Tentu. Tanpa Islam, pasti tidak terjadi Perang Salib, konflik Israel-
Palestina, aksi bom bunuh diri, dan Peristiwa 11 September.
Bukankah Islam sumber dari semua tragedi itu? Graham Fuller11
menawarkan sebuah eksperimen berpikir untuk menguji pandangan itu.

11
Graham E. Fuller, Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam, (Jakarta: Mizan, 2014), hlm. 1
Dengan analisis historis yang serius, dia menyusun sebuah skenario alternatif
seandainya Islam tidak pernah ada dan memengaruhi jalannya sejarah. Kesimpulan-
kesimpulannya di luar dugaan:
 Tanpa Perang Salib, Barat tetap akan menyerbu Timur Tengah karena nafsu
imperialisnya.
 Gereja Ortodoks akan mendominasi Timur Tengah dan mungkin sampai hari ini
tetap berkonflik dengan Gereja Roma dan Dunia Barat.
 India tidak akan sekaya sekarang tanpa warisan budaya Islam Mughal. Tidak
akan ada Taj Mahal.
 Aksi bom bunuh diri akan tetap terjadi, karenabukan Muslim yang pertama kali
melakukannya. Melalui penuturan yang segar, provokatif, sekaligus
mencerahkan, Fuller menunjukkan sumber sebenarnya dari konflik yang
merobek dunia saat ini.
B. Ruang Kajian Agama Islam
Ada empat ruang kajian agama Islam, yaitu:
1) Aqidah
2) Ibadah
3) Akhlak
4) Muamalah
Disini pemakalah akan mencoba menjabarkan sedikit lebih luas lagi, mengenai
pengertian dari ke empat ruang kajian agama islam,
1) Aqidah
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ ‫)ان َع ْمذ‬ ْ yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu (‫ ُْك‬ِٛ‫ )انت َّ ْٕث‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat,
al-ihkaamu (‫ )اْ ِإلحْ كَب ُو‬yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
ُ ‫)انش ْب‬
biquw-wah (‫ط ِبمُ َّٕ ٍة‬ َّ yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh
dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.12
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti
kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat
kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya,
hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah
shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang
ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih,
serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih
serta ijma' salaf as-shalih.
Salah satu contoh dalam aqidah yaitu, seperti yang kita tau saat ini,
sedang hebohnya berita di TV tentang Dimas Kanjeng dan Gatot Brajamusti.
Lalu apa yang menjadi permasalahan disini, yaitu Kenyataan pahit yang dialami
umat Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan masalah-
masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi pemahaman
dan pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da‟wah Islam di
berbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan manhaj generasi
pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik.
Menyaksikan praktek penggadaan uang, penipuan dan pelecehan yang
sangat merajalela dan transparan di Indonesia membuat bulu kuduk kita
merinding. Bagaimana mungkin sebuah dosa besar berlangsung begitu sangat

12
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam, di kutip pada hari sabtu, 24 september 2016
transparan tanpa ada peringatan secara sistemik dari pemerintah. Seorang
muslim yang jujur ketika ditanya tentang hukum perdukunan tentu saja akan
menjawab bahwa itu adalah terlarang dan merupakan perbuatan syirik kepada
Allah SWT. Tapi kenapa hal ini justru begitu menjamur dan mengakar dalam
masyarakat kita. Setidaknya ada beberapa argumen untuk menjelaskan
kenyataan ini;
Pertama : adanya sosok-sosok yg menamakan diri mereka kyai dan
ulama tapi pada kenyataan mereka mempraktekkan sihir dan perdukunan seperti
bekerjasama dengan jin untuk keperluan di luar kuasa manusia seperti jodoh dan
rezki pasang susuk dll. Mereka bukanlah ulama melainkan para da‟i yg
mengajak pada neraka jahannam . Oleh karena itu melakukan berbagai tindakan
yang bertentangan dengan aqidah Islam dengan legitimasi segelintir orang yg
menamakan dirinya kyai adalah kebodohan yang kuadrat.
Kedua: lemahnya iman. Hal ini adalah akibat logis dari minimnya
pengetahuan orang tentang Islam ditambah minus dalam pengamalan. Disadari
tuntutan dan godaan hidup begitu kompleks. Kadang-kadang terasa begitu berat
sehingga seorang muslim yg lemah iman kemudian melarikan masalah mereka
kepada dukun dan tukang sihir.
Lantas bagaimana sikap kita ? Kaum muslimin khususnya para du‟at
mempunyai kewajiban untuk menerangkan masalah esensial ini sejelas-jelasnya.
Dan negara sebagai sebuah institusi yang dituntut mengayomi kehidupan
masyarakat mempunyai kewajiban untuk menerangkan masalah ini. Dalam hal
ini pemerintah jelas berkewajiban untuk melakukan prosedur-prosedur sistemik
dan bertanggung jawab jika ingin keamanan masyarakat terjamin.
Karenanya orientasi perbaikan pemahaman aqidah sesuai dengan
petunjuk Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasullah SAW. dan para Sahabat ridwanullah „alaihim harus mendapat prioritas
utama. Yang harus selalu diingat bahwa sikap dan prinsip manusia dibangun di
atas aqidah yang dianutnya.
2) Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara‟ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan)
yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja‟ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan
dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta
masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati,
lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
ُٔ‫اق ر‬
ُ ‫انش َّص‬
َّ َُٕ ْ َ‫ٌٕ ِإ ٌَّ ا ََّّلل‬ ْ ٚ ٌَ‫ذ ُ أ‬ٚ‫ق َٔ َيب أ ُ ِس‬
ِ ًُ ‫ُط ِع‬ ٍ ‫ذ ُ ِي ُْ ُٓى ِ ّيٍ ِ ّس ْص‬ٚ‫ٌُٔ َيب أ ُ ِس‬
ِ ‫ ْعبُذ‬َٛ ‫َظ ِإ َّال ِن‬ ِ ْ َٔ ٍَّ ‫ََ َيب َخهَ ْمتُ ْان ِج‬
َ ‫اإل‬
ٍُِٛ‫ْانمُ َّٕةِ ْان ًَت‬

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah
Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
[Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan
manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa
Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi
merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada
Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah
sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari‟atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi‟ (pelaku bid‟ah). Dan barangsiapa
yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari‟atkan-Nya, maka ia
adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
3) Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti
tabeat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak
ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa
mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu
pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah sebagai
berikut:
Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani
Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam
diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
ringan tanpa berpikir dan direnungkan.Dalam Al-Qur‟an surat Al-Qolam ayat
4 dikatakan bahwa “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas budi
pekerti yang agung”. Dan dalam sebuah haditspun dikatakan bahwa “Aku diutus
hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Sehinga jelasa bagi mat
Islam diselrh alam berpatoka pada akhlaknya nabi Muhammad SAW.
Sebagai contoh, yang sederhana saja Sifat dermawan Rasulullah s.a.w
memang tidak dapat ditandingi. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Ibnu Abbas r.a, ia berkata, “Rasulullah s.a.w adalah orang yang paling
dermawan. Lebih-lebih lagi pada waktu Ramadhan ketika bertemu dengan
Jibril. Pada setiap malam Jibril menemui baginda untuk mengajarkan al-Quran.
Jibril berkata “Bagi Rasulullah s.a.w kedermawanan lebih baik daripada angin
yang sedang berhembus.”
4) Mu’amalah
Dari segi bahasa, "muamalah" berasal dari kata aamala, yuamilu,
muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan
kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus
mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling melakukan
pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita dari
satu terhadap yang lainnya.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa
pengertian muamalah;
Menurut Louis Ma‟luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum
syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual
beli, perdagangan, dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah
peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia,
seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak,
sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran,
baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum
atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar
manfaat di antara mereka.
Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu
muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia
dalam hal tukar menukar manfaat.
Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah
segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang
seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan
antara manusia dengan alam sekitarnya.
Contoh-contoh dari kegiatan itu dapat kita saksikan dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain adalah kegiatan jual beli, pinjam meminjam,
perserikatan, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan bisa
berjalan dengan lancar atau baik tanpa berbagai himpunan aturan sebagai
pegangan.

Referensi

Anshari,Endang Saifddin. 2002. Ilmu, Filsafat dan Agama, Srabaya: PT. Bina Ilmu.
Saliman, 1994. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Gazalba, Sidi. 1978. Ilmu Filsafat Da Islam Tentang Manusia Dan Agama, Jakarta: Bulan
Bintang.
Brigthman, Edgar S. 1940. A Philosophy Of Religion, New York: Prentice-Hall.
Louis O, Kattsoff. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta, Tiara wacana yogya, (alih bahasa
Soejono Soemargono)
Ahmadi, Abu & Noor Salimi. 2004. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Syafiie, Inu Kencana. 2004. Pengantar Filsafat, Bandung:PT Refika Aditama.
el-misbah.blogspot.com. http://www.duniaislam.org
Moch Qasim, Mathar. 2003. Sejarah, Teologi dan Etik Aga-Agama. Yogykarta, Interfidei.
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al „Utsaimin rahimahullah Diterjemahkan oleh: Abu
Muslih Ari
Wahyudi dari Syarh Ushul Iman, Penerbit Darul Qasim: www.muslim.or.id
Fuller, Graham E., 2014. Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam, Jakarta: Mizan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam, di kutip pada hari sabtu, 24 september 2016

Anda mungkin juga menyukai