Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


mamberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang Pancasila Sebagai Ideologi Perjuangan Bangsa Indonesia pada
mata kuliah Pancasila di Universitas Majalengka. Tak lupa sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah
mengarahkan kepada kita satu-satunya agama yang diridloi Allah SWT. Yakni
agama Islam .
Alhamdulillah penulisan makalah ini bisa diselesaikan, walaupun
kemungkinan dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekuragan baik dalam penggunaan bahasa maupun pengambilan data-data yang
bisa dibilang kurang komplit dan detail. Mengingat keterbatasan penulis yang
masih belum bisa maksimal dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan.
Dengan mengambil judul Pancasila Sebagai Ideologi Perjuangan Bangsa
Indonesia penulis berharap semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun orang yang membacanya .
Akhir kata penulis menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai,
maka akan tampak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami
tunggu demi peningkatan kualitas dan mutu dari makalah yang penulis susun ini.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.




PENULIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sebelum sidang BPUPKI telah terjadi perdebatan tentang dasar negara,
yakni kelompok islam yang menghendaki islam sebagai dasar negara dan
golongan nasionalis. Yang berakhir menghasilkan sebuah kompromi, yakni
BPUPKI bersepakat menghasilkan sebuah preambul (pembukaan UUD) yang
terdapat kalimat sebagai berikut .kemerdekaan Indonesia suatu susunan
Negera Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan
kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariah islam bagi pemeluk-
pemeluknya.. selain itu juga menerima islam sebagai agam negara, dan
menginginkan Presiden Republik Indonesia harus beragama Islam. Kemudian,
pada tanggal 22 juni 1945 kesepakatan tersebut ditandatangani bertepatan dengan
hari jadi kota jakarta. Sehingga dokumen tersebut terkenal dengan nama piagam
jakarta (Jakarta Charter). Hingga agama kristen yang sebagian besar di sebelah
timur Indonesia tidak bersedia bergabung dengan RI kecuali jika beberapa unsur
dalam piagam jakarta dihapuskan, yakni dengan kewajiban menjalankan syariat
islam bagi pemeluk-pemeluknya, islam sebagai agama negara, dan persyaratan
Presiden harus seorang muslim. Akhirnya sila pertama berbunyi Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Sejak peristiwa ini, maka dasar negara Indonesia yang berkedaulatan
rakyat adalah Pancasila dengan kelima silanya.
Pancasila merupakan hasil karya besar, ide bangsa Indonesia sendiri,
menjadi kepribadian bangsa, menjadi karakteristik bangsa, jiwa kepribadian
bangsa sejak zaman nenek moyang dan dimatangkan oleh sejarah perjuangan
bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu:
1. Munculnya kesadaran nasional
Kesadaran nasional terlahir karena pergerakan perkumpulan Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin Sudirohusodo, Sutomo,
dan Gunawan. Dalam kiprahnya, Budi Utomo sebagai gerakan kebangkitan
nasional mampu menggerakkan potensi generasi muda, pelajar, dan mahasiswa
untuk bangkit dari keterpurukan perjuangan yang masih bersifat kedaerahan
(ditelaah) menjadi perjuangan yang bersifat nasional. Sehingga lahirlah jiwa
patriotisme dan nasionalisme mulai tumbuh dikalangan para muda, pelajar, dan
mahasiswa. Semangat untuk merdeka terus mengalirseiring dengan sikap anti
penjajah (lahirlah kebangkitan nasional).
2. Ikrar sumpah pemuda 28 Oktober 1928
Pada tahun 1928 Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan, rasa
bangga, menemukan diri sendiri, rasa memiliki cita-cita yang tinggi, yaitu
Indonesia merdeka.
Dalam konggres pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta,
yang dihadiri oleh organisasi- organisasi pemuda, diikrarkanlah sumpah
pemuda yang isinya adalah:
Kami, Putra Dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah
Indonesia
Kami, Putra Dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa
Indonesia
Kami, Putra Dan Putri Indonesia Mengaku Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Pengertian ideologi
1.1.2 Arti penting ideologi bagi suatu Bangsa dan Negara
1.1.3 Perjuangan bangsa indonesia sebelum lahirnya Pancasila
1.1.4 Pancasila sebagai ideologi perjuangan Bangsa Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian tentang Ideologi.
2. Mengetahui manfaat Idologi dalam perjuangan
3. Mengetahui perjuangan Bangsa Indonesia sebelum lahirnya Pancasila
4. Mengetahui Pancasila sebagai sitem Filsafat.
5. Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap mahasiswa dalam
memahami Pancasila sebagai Ideologi perjuangan Bangsa Indonesia.
6. Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk memperoleh
keterampilan dalam melakukan penulisan dan perbendaharaan
pengetahuan tentang Pancasila sebagai Ideologi perjuangan Bangsa
Indonesia.
1.3 Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang kami lakukan yaitu metode studi literatur
atau pengumpulan data.
1.4 Sistematika Penulisan
Bab I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, tehnik
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II : LANDASAN TEORI
Terdiri dari : Ideologi menurut para ahli
Bab III : PEMBAHASAN
Terdiri dari : Pengertian ideologi, Arti penting ideologi bagi suatu Bangsa
dan Negara, perjuangan Bangsa Indonesia sebelum lahirnya Pancasila dan
Pancasila sebagai ideologi perjuangan Bangsa Indonesia.
Bab IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ideologi menurut para ahli :
1. Ali Syariati, mendefinisikan ideologi sebagai keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial,
suatu bangsa atau suatu ras tertentu.
2. Alfian, menyatakan ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai
yang menyeluruh dan mendalam ten tang bagaimana cara yang sebaiknya,
yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku
bersama dalam berbagai segi kehidupan.
3. C.C. Rodee menegaskan ideologi adalah sekumpulan gagasan yang secara
logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi
keabsahan bagi institusi dan pelakunya.
4. Destutt de Tracy mengartikan ideologi sebagai "science of ideas" di mana
di dalamnya ideologi dijabarkan sebagai sejumlah program yang
diharapkan membawa perubahan institusional (lembaga) dalam suatu
masyarakat.
5. Descartes, ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.
6. Francis Bacon, ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu
konsep hidup.
7. Harold H. Titus, mendefinisikan ideologi adalah sebagai suatu istilah
yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita. mengenai berbagai macam
masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosia serta filsafat sosial yang
dilaksanakan bagi suatu rencana sistematis tentang cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
8. Machiavelli, ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki
oleh penguasa.
9. M. Sastraprateja, ideologi adalah sebagai perangkat gagasan atau
pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu
sistem yang teratur.
10. Murdiono, ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai yang secara
keseluruhan menjad landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk
memahami jagad raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar
untuk mengelolanya.
11. Karl Marx, ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan
kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
12. Kirdi Dipoyuda mengartikan ideologi sebagai suatu kesatuan gagasan-
gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan
kehidupannya baik individual maupun sosial, termasuk kehidupan negara.
13. Soerjanto Poespowardojo, merumuskan ideologi sebagai kompleks
pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi
seseorang (atau masyarakat) untuk memahami jagat ray a dan bumi
seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
14. Thomas H., ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan
pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
15. W White, memberikan pengertian bahwa ideologi adalah soal cita-cita
politik atau doktrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakat atau sekelompok
manusia yang dapat dibeda-bedakan.






BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, khayalan. konsep,
keyakinan, dan kata logos yang artinya logika, ilmu atau pengetahuan. Jadi,
ideologi dapat diartikan ilmu tentang keyakinankeyakinan atau gagasan-gagasan.
Ada beberapa pengertian ideologi menurut para tokoh seperti berikut.:
1. Menurut Destutt de Tracy, ideologi diartikan sebagai Science of Ideas, di
dalamnya ideologi dijabarkan sebagai sejumlah program yang diharapkan
membawa perubahan lembaga dalam suatu masyarakat.
2. Menurut Ali Syariati, ideologi adalah keyakinan-keyakinan dan gagasan-
gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa,
atau suatu ras tertentu.

Ideologi umumnya dirumuskan dari pandangan hidup, baik pandangan
yang bersumber dari ajaran agama maupun dari falsafah hidup. Ideologi yang
berasal dari ajaran agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, maupun agama
lainnya, ideologi ini biasanya bersifat umum dan universal, artinya berlaku untuk
semua umat manusia. Sedangkan ideologi yang berdasarkan falsafah hidup
biasanya berlaku untuk partai, kelas maupun bangsa bersangkutan, sehingga
herlaku local atau untuk kelompok atau bangsa itu sendiri. Dari
pengertianpengertian ideologi di atas, maka dapat dikaji lebih lanjut mengenai
unsurunsur suatu ideologi. Menurut Koento Wibisono ada tiga unsur penting
dalam suatu ideologi, yaitu:
1) Keyakinan, yaitu setiap ideologi selalu menunjukkan gagasan vital yang
sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arch strategic bagi
tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
2) Mitos, yaitu konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang secara
optimal dan pasti, yang menjamin tercapainya tujuan melalui cara-cara
yang telah ditentukan
3) Loyalitas, yaitu setiap ideologi menuntut keterlibatan optimal atas dasar
loyalitas dari pendukungnya
Dengan memperhatikan pengertian dan unsur-unsur ideologi, dapat
dikatakan bahwa semua komponen itu adalah pandangan hidup yang sudah
disertai dengan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan, dan sudah menjadi milik kelompok atau bangsa tertentu. Misalnya
ideologi yang dimiliki bangsa Indonesia. Dalam suatu ideologi harus terkandung
tiga komponen dasar, yaitu:
Keyakinan hidup, yaitu konsepsi yang menyeluruh tentang alam semesta
(kosmos). Dalam konsepsi ini akan dihadapkan antara keyakinan hidup
dengan alam semesta, yang di dalamnya tercermin tiga keyakinan dasar,
yaitu hal yang menyangkut hakikat diri pribadi, hakikat yang menyangkut
hubungannya dengan sesama, serta hubungan antara pribadi dengan
Tuhan.
Tujuan hidup, yaitu konsepsi tentang cita-cita hidup yang diinginkan.
Cara-cara yang dipilih untuk mencapai tujuan hidup, termasuk juga di
dalamnya berbagai macam institusi (lembaga), program aksi, dan lain
sebagainya.
3.2 Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara
Bagi negara-negara yang mengalamai penjajahan, ideologi di maknai
sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin
diwujudkan. Ideologi sangat diperlukan karena dianggap mampu membangkitkan
kesadaran akan kemerdekaan, memberi motivasi dalam perjuangan melawan
penjajah. Pentingnya Ideologi dapat dilihat dari fungsinya. Bagi suatu negara,
ideologi merupakan sesuatu yang berfungsi sebagai pandangan hidup dan
petunjuk arah semua kegiatan hidup serta penghidupan suatu bangsa di berbagai
aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Ideologi diperlukan oleh suatu bangsa untuk mewujudkan tujuan
negaranya. Tanpa kesepakatan bersama, tidak mungkin tujuan untuk meraih cita-
cita atau harapan negara dapat menjadi kenyataan.
Arti penting Ideologi adalah sebagai berikut:
1. Negara mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan,
memberikan orientasi mengenai dunia beserta isinya, seta memberikan
motivasi perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
2. Dengan ideologi nasionalnya, suatu bangsa dan negara dapat berdiri kukuh
dan tidak mudah terombang-ambing oleh pengaruh ideologi lain serta
mampu menghadapi persoalan-persoalan yang ada.
3. Ideologi memberikan arah dan tujuan yang jelas menuju kehidupan yang
di cita-citakan. Ideologi yang dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh
seluruh rakyat dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan demi
kelangsungan hidupnya.
4. Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai golongan, suku, ras,
dan agama, bahkan dari berbagai ideologi.
5. Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai agama.
6. Ideologi mampu mengatasi konflik atau ketegangan social.
3.3 Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Lahirnya Pancasila
3.3.1 zaman kerajaan-kerajaan
1. Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan
prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari
raja Aswawarman ketrurunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut
prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para
Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu sebagai tanda
terimakasih raja yang dermawan (Bambang Sumadio, dkk.,1977 : 33-32).
Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya
ini menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk
kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil
mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya
di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
2. Kerajaan Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaaan
Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu : pertama, zaman Sriwijaya di
bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan. Kedua,
negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan
keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia
lama. Kemudian ketiga, kebangsaan modern yaitu negara bangsa Indonesia
merdeka (sekarang negara proklamasi 17 agustus 1945) (sekretariat negara
RI 1995 :11).
Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan
Wijaya, di bawah kekuasaaan bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam
prasasti Kedudukan Bukit di kaki bukit Sguntang dekat Palembang yang
bertarikh 605 caka atau 683 M., dalam bahasa melayu kuno huruf Pallawa.
Kerajaan itu adalah kerajaan Maritim yang mengandalkan kekuatan
lautnya, kunci-kunci lalu-lintas laut di sebelah barat dikuasainya seperti
selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775). Pada zaman itu kerjaan
Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan asia
selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan pedagang
pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuhan An Vatakvurah sebagai
pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakat mudah untuk
memasarkan dagangannya (Keneth R. Hall, 1976 : 75-77). Demikian pula
dalam sistem pemerintahaannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta
benda, kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis
pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat
itu kerajaan dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan
dengan nilai Ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu
universitas agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia.
Banyak musyafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih
dahulu di universitas tersebut terutama tentang agam Budha dan bahasa
Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-
guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara
adalah tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi marvuat
vanua criwijaya dhayatra subhiksa (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur) (Sulaiman, tanpa tahun : 53).
3. Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di
Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga
pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu
membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk
pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti
Syailendra (abad ke VII dan IX). Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam
periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi
Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan
(candi agama Hindhu pada abad ke X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur
muncullah kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad
ke X) demikian juga kerajaan Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga
membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap
toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama
Budha , agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara
damai (Toyyibin, 1997 : 26). Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga
teelah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala,
Chola dan Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.
Demikian pula Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di
hutan dan tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia
menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila keempat.
Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan
rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima (Toyyibin, 1997 : 28-29). Di
wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke
XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan
Majapahit.

4. Kerjaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai
zaman keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan
Mahapatih Gajah Mada yang di bantu oleh Laksamana Nala dalam
memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan
Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung Melayu
(Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan
damai dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama.
Dalam kitab tersebut telah telah terdapat istilah Pancasila. Empu tantular
mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka
persatuan nasional, yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang bunyi lengkapnya
Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua, artinya walaupun
berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki
tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam
sidang ratu dan menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit pada
tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan selur uh nusantara
raya sebagai berikut : Saya baru akan berhentui berpuasa makan pelapa,
jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau
Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang
dan Tumasik telah dikalahkan (Yamin, 1960 : 60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam
penasehat seperti Rakryan I Hino , I Sirikan, dan I Halu yang bertugas
memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah
mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.
3.3.2 Zaman penjajahan
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya
berdagang adalah orang-orang portugis. Pada akhir abad ke XVI bangsa
Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh
kesulitan. Utuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri,
kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama
V.O.C, yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah kompeni.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan
sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah
pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan
perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929,
walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen
tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.
Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil
juga dikuasai kompeni tahun 1667 dan timbullah perlawanan dari rakyat
Makasar di bawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah Banten (Sultan
Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684.
Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke
XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasa. Demikian kompeni
pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan Armada dari
Minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni
juga tidak mendapat sambutan yang hangat. perlawanan bangsa Indonesia
terhadap penjajahan yang terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi
tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan
korban bagi anka-anak bangsa.
3.3.3 Kebangkitan Nasional
Atas kesadaran bangsa Indonesia maka berdirilah Budi Utomo
dipelopori Dr. Wahidin Sudirihusodo pada tanggal 20 Mei 1908. Gerakan
ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan kekuatan sendiri. Lalu
mulailah berunculan Indische Partij dan sebagainya.
Dalam masalah ini munculah PNI (1927) yang dipelopori oleh
Soekarno. Mulailah perjuangan bangsa Indonesia menitik beratkan pada
kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai
penggerak kebangkitan nasional.
Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan
dan kekuataannya sendiri. Diantaranya adalah Budi Utomo yang
dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908, kemudian
Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909 serta Partai Nasional Indonesia
(PNI) tahun 1927 yang didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo,
Sartono serta tokoh lainnya.
Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang
jelas yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan nasional diteruskan dengan
adanya gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia
Raya.
3.3.4 Zaman Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu
kebohongan belaka dan tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir
penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian Jepang masuk ke
Indonesia dengan propaganda Jepang memimpin Asia. Jepang saudara
tua bangsa Indonesia.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar
Jepang, penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia yaitu janji kedua pemerintah jepang berupa kemerdekaan tanpa
syarat. Janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu.
Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan
untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang
menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi
Tiosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT.
Radjiman Widyodiningrat yang kemudian mengusulkan bahwa agenda
pada sidang BPUPKI adalah membahas tentang dasar negara.
3.3.5 Sidang BPUPKI pertama
Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama 4 hari, berturut-turut
yang tampil untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai
berikut :
a. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan
calon rumusan dasar negara sebagai berikut : 1. Peri kebangsaan, 2. Peri
kemanusiaan, 3. Peri ketuhanan, 4. Peri kerakyatan
Selain usulan tersebut pada akhir pidatonya Muh. Yamin
menyerahkan naskah sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usulan
sementara berisi rumusan Undang Undang Dasar RI
b. Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)
Berbeda dengan usulan Mr.Muh Yamin, Dalam pidatonya Prof. Dr.
Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:
1. Teori negara prseorangan(individualis)
Menurut paham ini negara adalah masyarakat hukum yang disusun
atas kontrak antara seluruh individu
2. Paham negara kelas(class theory)
Dalam teori ini negara adalah alat dari suatu golongan untuk menindas
klasse lain
3. Paham negara integralistik.
Menurut paham ini negara bukanlah menjamin perseorangan atau
golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya
sebagai suatu persatuan
c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri
atas lima prinsip yang rumusanya yaitu:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa. (ketuhanan yang berkebudayaan)
Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar
filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia atau philosophisce
grounslag juga pandangan dunia yang stingkatdengan aliran aliran besar
dunia atau sebagai weltanschauung dan diatas dasar itulah kita dirikan
negara indonesia.
3.3.6 Sidang BPUPKI II
Penyusunan pancasila oleh panitia sembilan, serta pemakaian istilah
hukum dasar diganti dengan undang-undang dasar karena hal ini
merupakan hukum retulis atas saran prof. Soepomo. Serta membahas
bentuk negara yang setuju adalah pro republik. Keputusan-keputusan lain
adalah membentuk panitia kecil. Perancang undang-undang dasar di
ketuai oleh Soekarno, panitia ekonomi dan keuangan di ketuai oleh Moh.
Hatta dan pembea tahan air di ketuai oleh Abikusno Tjokrosoejono.
Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang
dan popular disebut dengan panitia sembilan yang anggotanya adalah
sebagai berikut:
a. Ir. Soekarno
b. Wachid Hasyim
c. Mr. Muh. Yamin
d. Mr. Maramis
e. Drs. Moh. Hatta
f. Mr. Soebarjo
g. Kyai Abdul Kahar Muzakir
h. Abikoesmo Tjokrosoejoso
i. Haji Agus Salim
Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan
mencapai suatu hasil baik yaitu suatu persetujuan antara golongan islam
dengan golongan kebangsaan. Adapun naskah preambule yang disusun
oleh panitia sembilan tersebut pada bagian terakhir adalah sebagai berikut :
maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu
dalam suatu hukum dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sreta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar
diganti dengan istilah undang-undang dasar. Keputusan penting dalam
rapat ini adalah tentang bentuk negara republik dan luas wilayah negara
baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya
yang sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia.
Susunan Undang Undang Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian
yaitu :
a. Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka
dunia atas Penjajahan Belanda
b. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila
c. Pasal-pasal Undang Undang Dasar.
3.4 Pancasila sebagai ideologi perjuangan Bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pada
pembahasan kali ini, kita akan berusaha mempelajari bagaimanakah peran
Pancasila sebagai ideologi bangsa serta negara yang dapat memunculkan suatu
interpretasi baru untuk tumbuh dan berkembang, membentuk peraturan intelektual
bagi kehidupan masyarakat Indonesia, dan masih banyak lagi peran Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai awalan, banyak yang
menyebutkan bahwa ideologi Pancasila dapat membuka jalan bagi lahirnya
interpretasi baru dan hal ini benar adanya.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa mereka yang melahirkan ideologi
ini dulu secara jujur mengakui keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka untuk
mampu memberikan pengertian dan analisa final yang dapat secara terus menerus.
Mereka tampaknya mengakui bahwa visi mereka tak mampu menjangkau
perkembangan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Dengan memberikan
peluang tersebut, berarti mereka memberikan kesempatan bagi generasi baru
untuk memperbaiki atau menyempurnakannya, karena ideologi dituntut harus
mempunyai fleksibilitas yaitu membuka dirinya untuk diinterpretasikan kembali
dari waktu ke waktu sesuai dengan proses perkembangan dan kemajuan
masyarakat.
3.4.1 Pembagian Ideologi
Secara etimologis, istilah ideologi berasal dari kata Yunani yaitu idea
yang berarti pemikiran, gagasan dan konsep keyakinan serta logos yang berarti
pengetahuan. Dengan demikian, konsep ideologi pada dasarnya adalah ilmu
pengetahuan tentang gagasan, konsep keyakinan atau pemikiran. Ideologi dapat
dibedakan menjadi dua jenis:
Pertama, ideologi doktriner. Ideologi ini bersifat ketat dan
mengandung ajaran-ajaran yang disusun secara jelas dan sistematis,
serta diindoktrinasikan pada komunitasnya dengan pengawasan
ketat dalam rangka pelaksanaan ideologi dan seringkali dimonopoli
oleh rezim yang berkuasa. Dalam hal ini, berarti pemimpin suatu
negara memiliki kendali penuh dan kekuasaan dalam pelaksanaan
negara beserta ideologi yang dianut. Kedudukan pemimpin negara
seolah berada di atas kedudukan ideologi dan sistem pemerintahan
akan bersifat otoriter.
Kedua, ideologi pragmatis. Ideologi ini bersifat tidak ketat dan
mengandung ajaran-ajaran yang tidak disusun secara rinci, tidak
diindoktrinasikan, serta tidak memiliki pengawasan yang ketat
dalam pelaksanaannya (Emile Durkheim dalam George Simpson,
New York, Free Press, 1964.54).
Dalam pengertian lain, Alfian mendefinisikan ideologi sebagai akumulasi nilai-
nilai yang dianggap baik dan benar tentang tujuan yang ingin dicapai masyarakat,
sekaligus menjadi pedoman dan cita-cita pengatur perilaku masyarakat dalam
berbagai kehidupan. Karenanya, ideologi berfungsi menjadi tujuan dan cita-cita
bersama masyarakat, serta menjadi pedoman dan alat ukur perilaku dalam
hubungannya dengan kebijakan negara serta sebagai pemersatu masyarakat karena
menjadi prosedur penyelesaian konflik yang muncul dalam masyarakat tersebut.
(Alfian, Idiologi, Idealisme dan Integrasi Nasional, Prisma, 8-8-1976).
3.4.2 Implikasi Logis Pancasila Sebagai Ideologi
Sejak dirumuskannya Pancasila sebagai ideologi bangsa, secara eksplisit
maupun implisit Pancasila mengandung konsekuensi logis bagi seluruh organ-
organ dan masyarakat yang hidup tumbuh berkembang dalam Negara Indonesia
merdeka untuk menyandarkan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
atas dasar Pancasila. Ideologi Pancasila juga memberikan sandaran bagi lalu lintas
kehidupan umat manusia di Indonesia.
Suatu ideologi yang dibuat harus berorientasi pada kehidupan masyarakat,
mengapa? Hal ini dikarenakan dalam setiap proses pergaulan, apalagi dalam
terminologi bangsa yang plural dan heterogen seperti Indonesia haruslah
dibutuhkan suatu aturan main yang tentunya disepakati bersama untuk
memberikan arahan agar setiap konflik pluralitas dan heterogenitas yang mungkin
muncul akan dapat terminimalisir, serta bagaimana nilai-nilai dalam ideologi
tersebut mengkonstruk struktur sosial yang mempunyai visi kebangsaan yang
sama meski berawal dari keragaman (kepentingan). Namun demikian, bukan
berarti kehidupan masyarakat semata-mata merupakan manifestasi ideologi.
Sebab, selalu saja dialektika yang berkesinambungan antara ideologi dengan
kenyataan kehidupan masyarakatnya akan menentukan kualitas dari ideologi
tersebut.
3.4.3 Relasi Ideologi dengan Realitas Sosial
Setelah berbicara panjang lebar dan mengenali suatu ideologi, lantas
apakah korelasi logis antara sebuah ideologi (dalam hal ini adalah Pancasila)
dengan kenyataan kehidupan masyarakat? Sebuah ideologi bukanlah sesuatu yang
berdiri sendiri dan lepas dari kenyataan hidup masyarakat, namun ideologi adalah
sebuah produk atau hasil dari kebudayaan masyarakat. Dan karenanya, dalam
artian tertentu merupakan manifestasi sosial dari keinginan luhur masyarakat.
Artinya, perumusan suatu ideologi Pancasila seharusnya dimaknai dari adanya
keinginan untuk mewujudkan suatu struktur dan konstruk masyarakat yang
diidealisasikan sesuai dengan keadaannya.
Pada hakikatnya sebuah ideologi tidak lain merupakan sebuah refleksi
manusia atas kemampuannya dalam mengadakan distansi terhadap dunia
kehidupannya. Maksud kalimat tersebut adalah bahwa antara ideologi dan
kenyataan hidup masyarakat terjadi sebuah hubungan dialektis yang menimbulkan
kelangsungan pengaruh hubungan timbal balik yang terwujud dalam sebuah
interaksi. Dengan demikian, ideologi mencerminkan cara berpikir dan bertata
kehidupan masyarakat serta membentuk masyarakat menuju cita-cita yang telah
diharapkan bersama sehingga ideologi seharusnya tidak hanya dianggap sebagai
pengetahuan teoritis saja, namun lebih merupakan sesuatu yang dihayati menjadi
sebuah keyakinan.

3.4.4 Adakah Kritik Terhadap Pancasila Sebagai Sebuah Ideologi?
Dalam perjalanannya, Pancasila memang kerap kali mendapatkan kritik
dari masyarakat dengan melayangkan tuntutan-tuntutan yang bersifat
memperdebatkan keabsahan Pancasila sebagai sebuah ideologi Indonesia.
Seperti munculnya gagasan diberlakukannya federalisme dalam sistem
kenegaraan Indonesia, fenomena munculnya kembali partai-partai politik,
organisasi massa dan organisasi kepemudaan yang memakai asas di luar Pancasila
dalam menjalankan aktivitas administrasi dan organisasinya. Berbagai bentuk
penyelewengan atas Pancasila tidak harus dimaknai sebagai sebuah alasan untuk
menggantikan ideologi suatu negara. Penyelewengan adalah bukti ketidakseriusan
pengelola negara dalam menjalankan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Itulah sebabnya, agar berbagai penyelewengan atas Pancasila dapat diminimalisir,
maka sudah saatnya Pancasila didudukkan kembali menjadi ideologi terbuka yang
harus terus menerus disempurnakan sehingga pada akhirnya selalu up to date
untuk menjawab persoalan yang timbul di negara Indonesia.
3.4.5 Kekuatan Pancasila Sebagai Sebuah Ideologi
Kekuatan ideologi Pancasila dapat diukur dari tiga dimensi yang saling
berkaitan, saling mengisi dan saling memperkuat. Ketiga dimensi tersebut adalah:
a. Dimensi Realitas, dimana sebuah ideologi mengandung makna
bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber
dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakatnya.
b. Dimensi Idealitas, dimana suatu ideologi harus mengandung cita-
cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui idealisme atau
cita-cita yang terkandung dalam ideologi, suatu masyarakat akan
mampu mengetahui ke mana mereka ingin membangun kehidupan
bersama.
c. Dimensi Fleksibilitas, dimana sebuah ideologi harus memiliki
keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran baru yang relevan tanpa menghilangkan
atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai
dasarnya.
Berdasar pada ketiga dimensi tersebut, Pancasila jelas memenuhi standar realitas,
idealitas dan fleksibilitas, karena dinamika internal yang terkandung dalam
sifatnya sebagai ideologi terbuka. Secara ideal-konseptual, Pancasila adalah
ideologi yang kuat, tangguh, kenyal dan bermutu tinggi. Dinamika internal yang
terkandung dalam suatu ideologi biasanya mempermantap, mempermapan dan
memperkuat relevansi ideologi tersebut dalam masyarakatnya.
Namun hal tersebut tetap bergantung pada kehadiran beberapa faktor di
dalamnya yaitu: kualitas nilai dasar yang terkandung dalam ideologi tersebut;
persepsi, sikap, dan tingkah laku masyarakat terhadapnya; kemampuan
masyarakat dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
terhadap ideologinya; serta menyangkut seberapa jauh nilai-nilai yang terkandung
di dalam ideologi tersebut membudaya dan diamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan berbagai dimensinya.
3.4.6 Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa
Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal
28 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam
pidato pembukaannya selaku ketua BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada
seluruh anggota sidang mengenai dasar negara apa yang akan dibentuk untuk
Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan paling dominan sepanjang 29 Mei-1
Juni 1945 dan memunculkan sejumlah pembicara yang mengajukan gagasan
mereka mengenai dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan
gagasannya mengenai dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul
Lahirnya Pancasila. Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat
kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan tajam antara pendapat yang
mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki dasar negara
sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya dimenangkan kelompok yang
menginginkan Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan dikeluarkannya
Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan
Piagam Jakarta diganti dan menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap
pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta dan terus berkembang hingga masa
pemerintahan Soeharto, sampai-sampai Carol Gluck mengatakan bahwa Indonesia
adalah negara yang terlalu banyak meributkan masalah ideologi dibandingkan
negara-negara lain. Melihat pada perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni
sampai 18 Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami
perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan
Panitia Sembilan dan disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus
kompromi antara kelompok yang memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan
kelompok yang memperjuangkan dasar negara Islam. Akan tetapi, pada tanggal
18 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh PPKI berkembang
menjadi kompromi antara kaum nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam
hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering
dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an,
Pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau titik temu bagi semua
ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata ideologis
untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam yang
kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam
terhadap pemerintah pusat. Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas
desakan AH Nasution, selaku Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959
Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada UUD 1945
sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan pemerintahannya
dinamai dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang
diharapkan. Periode labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar,
Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan regional berideologi
Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai politik yang ada serta
mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena mereka menentang
konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila. Soekarno
juga menganjurkan sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang berarti
persatuan antara nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis dan
ideologis yang saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat labil
sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada
runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa
rezim baru adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto
mengambil Pancasila sebagai dasar negara dan ini merupakan cara yang paling
tepat untuk melegitimasi kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata
tidak semakin membuat stabilitas negara berjalan dengan baik, tetapi justru
struktur politik labil yang semakin mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali
mengulang pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk
melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak
boleh ada yang menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang
berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai
adanya jaman baru bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis
dari Orde Baru yang dianggap menindas dengan konfrimitas ideologinya. Pada era
ini timbul keingingan untuk membentuk masyarakat sipil yang demokratis dan
berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas kendalinya masyarakat
seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan.
Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada
masa Orde Lama, Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan
perekonomian secara mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini
cenderung mengaburkan dan menguburkan makna substansial Pancasila dan
berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami secara
politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila
menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia.
3.4.7 Seperti Apakah Reaktualisasi Ideologi Pancasila?
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat
menjadi etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan
perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja
terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya,
yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi.
Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan
sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai
alat lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main
yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional,
Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan
menentukan apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir
seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam pemikirannya The End of
Idiology. Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa
Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis yang
berkesatuan dalam keberagaman, demokrasi dalam musyawarah mufakat dan
yang berkeadilan sosial.
Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain,
tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur
bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran,
pemahaman dan pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap
bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai
dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel.
Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan
keterbukaannya tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia serta
Pancasila sebagai ideologinya akan tetap bertahan dan tidak goyah meskipun
dihantam badai globalisasi dan modernisme. Sebagai generasi penerus, marilah
kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar saling berdampingan dan tetap utuh
hingga anak cucu kita nantinya sebagai penerus kelangsungan negara ini.








BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah
melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh
gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita
dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri. Negara Republik Indonesia
memang tergolong muda dalam barisan negara-negara di dunia. Tetapi bangsa
Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya
kerajaan-kerajaan di Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan tiga
setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa untuk
merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah
penjajajahan itu sendiri.
Berbagai babak sejarah telah dilampaui dan berbagai jalan telah ditempuh
dengan cara yang berbeda-beda, mulai dengan cara yang lunak sampai cara yang
keras, mulai dari gerakan kaum cendikiawan yang terbatas sampai pada gerakan
yang menghimpun kekuatan rakyat banyak, mulai dari bidang pendidikan,
kesenian daerah, perdagangan sampai pada gerakan-gerakan politik. Bangsa
Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa
Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan
hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita
hidup di masa datang, yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya
sendiri. Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiaannya sendiri, yang
bersamaan dengan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan
sebagai ideologi atau pandangan hidup dan dasar negara, Pancasila.
4.2 Saran
Mengingat besarnya perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan,
maka perlu adanya kesadaran sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah ideologi
Bangsa dan dasar negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila
adalah sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia, manusia
Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
Oleh karena itu, pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. Dengan demikian Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan dasar negara akan mempunyai arti nyata bagi
manusia Indonesia dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Untuk itu, perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus
serta terpadu demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

















DAFTAR PUSTAKA

1. Hartiani, Uniqe, Makalah Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia, http://www.slideshare.net/UniqueHartianti/pancasila-dalam-sejarah-
perjuangan-bangsa-indonesia-21393763?related=1
2. http://klaussurinka.blogspot.com/2010/05/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa-
dan.html
3. http://wanda-prescilia-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-99324-SOH205-
Arti%20Penting%20Pancasila%20sebagai%20Ideologi%20Indonesia.html
4. http://www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-ideologi-menurut-para-
ahli.html

Anda mungkin juga menyukai