Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA”
Dosen Pengampu,
Dr. Mohtar Kamisi, S.Pd., M.Si

Oleh :
Nama : Saniyyah Suaib
NPM : 03292111003
Kelas :A
Semester : II (Dua)
Kelompok : II (Dua)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang
“Pancasila Sebagai Ideologi Negara”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-
kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon
maaf dan kritiknya.

Serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan
oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam
pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Ternate, 1 April 2022


Penulis

Saniyyah Suaib
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara
2.2 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara
2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup
2.4 Arti Pancasila Sebagai Ideologi Negara
2.5 Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia dan jiwa seluruh rakyat
Indonesia yang membimbing bangsa Indonesia menjadi bangsa yang luhur
dan memiliki kepribadian yang khas. Pancasila berasal dari diri bangsa
Indonesia itu sendiri sehingga pancasila tidak dapat dipisahkan dari bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu, perlu tindakan nyata dari rakyat Indonesia untuk
menghayati dan mengamalkan semua cita-cita mulia bangsa Indonesia
yang sudah tercantum dalam setiap sila pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
2. Bagaimana Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
3. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup?
4. Apa Arti Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
5. Bagaimana Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan agar para pembaca bisa mengetahui tentang
Pancasila sebagai ideologi negara dan pancasila sebagai ideologi bangsa
indonesia yang sesungguhnya, dan dengan adanya makalah ini juga di
harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara


a. Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah pancasila sebagai
cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori
atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan
ketetapan MPR tentang P4. Ditegaskan bahwa pancasila adalah
dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Pancasila sebagai ideologi negara.


Pengertian ideologi-ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu
iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka,
perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran,
dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan
dan buah pikiran atau science des ideas (Marsudi, 2001).

Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat di


rumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya, serta menentukan sikap
dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah


suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai
berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-
cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat.

Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut:


a) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan
dan kenegaraan
b) Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan-pandangan hidup,
pegangan hidup yang dipelihara diamalkan, dilestarikan kepada
generasi berikutnya, dipeijuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.

Fungsi ideologi menurut pakar dibidangnya :


a. Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan
manusia secara individual (Cahyono,1986).
b. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua
dengan generasi muda, (Setiardja,2001).
c. Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi
individu, masyarakat,dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam
mencapai tiijuan. (Hidayat,2001).

2.2 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila
pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan
pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi
lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-
nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain unsur-
unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini
merupakan kausa materialistis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan
oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar
negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada
pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau
mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga bukan
hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya
mempeijuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan
Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga
Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa
secara komprehensif.

Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian


dengan bangsa Indonesia.Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya
gagasan, pengertian kata “logi” yang artinya pengetahuan. Jadi ideologi
mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan
tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian pengertian
dasar.

Istilah ideologi pertama kali di kemukakan oleh Destutt de Tracy


seorang perancis pada tahun 1796. Karl Marx mengartikan Ideologi
sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan
golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial atau
sosial ekonomi. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian
ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural. Ideologi secara
fungsional di golongkan menjadi dua tipe yaitu ideologi doktriner dan
ideologi yang pragmatis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah


kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang
menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip oleh Kaelan mengemukakan,
bahwa ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
menjadi dasar atau yang menjadi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh
rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerohanian yang antara lain memiliki ciri: Mempunyai derajat yang
tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan, Mewujudkan
suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup,
yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat


yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu memiju cita-citanya.
Ideologi merupakan sesuatu yang di hayati menjadi sesuatu keyakinan.
Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang maka akan semakin
tinggi pula komitmen nya untuk melaksanakannya.

Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan


mendalam yang dimilikinya dan dipegang oleh seseorang atau suatu
masyarakat sebagai wawasan atau pedoman hidup mereka. Pengertian
yang demikian itu juga dapat di kembangkan untuk masyarakat yang lebih
luas, yaitu masyarakat bangsa.

2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup


Ideologi terbuka bersifat inklusif tidak totaliter dan tidak dapat
dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya
berada dalam sistem pemerintahan yang demokratis. Ideologi terbuka
merupakan ideologi yang hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan
peneij emahannya ke dalam tiijuan- tujuan dan norma-norma sosial-politik
selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral
yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai
tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara
demokratis.

Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat


yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang
dinyatakan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi,
melainkan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai- nilai atau prinsip-prinsip moral yang
lain.Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis berarti
mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori ,
yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan, ideologi tertutup
tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur
oleh masyarakat elit tertentu atau kelompok masyarakat, yang berarti
bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang totaliter. Bersifat totaliter
berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.

Dari arti kedua Ideologi ini, perbedaannya adalah Ideologi terbuka


bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi
kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini bersifat demokratis
dan terbuka, sedangkan Ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku
sebagai penguasa) dan totaliter, arti dari totaliter itu sendiri adalah bahwa
pemerintahan dengan kekuasaannya mempunyai hak mutlak untuk
mengatur di segala bidang aspek yang ada.

Ciri-ciri ideologi terbuka dan ideologi tertutup adalah:


a. Ideologi Terbuka
1. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat
sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsesus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformasi.
b. Ideologi Tertutup
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam
masyarakat.
2. Bukan berupa nilai dan cita-cita.
3. Kepercayaan dan kesetiaan ideologis yang kaku.
4. Terdiri atas tuntutan kongkrit dan operational yang diajukan
secara mutlak.

2.4 Arti Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Sebelum membahas tentang arti dari Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia,marilah kita fahami terlebih dahulu apa itu
ideologi, ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat,
atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan
kata logi yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau
ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau Science Des Ideas (AL-
Marsudi, 2001:57). Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi
dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar
untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang
dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang
dinilai baik dan tidak baik.

Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah:


Aterm used for any group of ideas concerning various political and
aconomic issues and social philosophies often applied to a systematic
scheme of ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana
yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau
lapisan masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-
definisi filsafat dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha
pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai
mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang
digenggamnya seirama dengan mang dan waktu. Hasil pemikiran manusia
yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemudian dituangkan
dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu
pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas,
pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka
perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.

Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian


diberi status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan
memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang
diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian
kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari
pusat sampai ke daerah-daerah.

Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan


pegangan hidup masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal
mencakup segala macam nilai- nilai sosial dan budaya Indonesia serta
menjadi orientasi dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai
ideologi bangsa, maka keberadaannya selalu diimplementasikan ke dalam
perilaku kehidupan dalam rangka berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi
Pancasila tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan
karakter manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan
para penggali dari pancasila itu sendiri.

Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu, dapat


diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia
berhubungan dengan Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua
tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan
orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak
hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan
dengan mahkluk lainnya yaitu binatang.

Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia Indonesia menciptakan


suatu pandangan betapa pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa
dari pada bercerai berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan
bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan bagaimana manusia
Indonesia mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta
memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum secara bijak demi
kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang terlindungi antara
menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang dalam
mengimplementasikannya.

Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia


mewiijudkan suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat
Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka
sudah sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu layak
dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai
pembimbing dalam menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan
roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam segala macam praktik
kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam
Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.maka mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif
dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan
taat kepadanya.

Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus


ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan
kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu
pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi
hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia
terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan
dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.

Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan


Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat
imperatif memaksa. Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila
sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-
sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengisebag. Pancasila sebagai
filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar Negara,
yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik
Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi
Negara.

2.5 Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, tetapi
dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila dalam
perkembangannya bersifat aktual, dinamis, dan senantiasa menyesuaikan
dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi negara


adalah sebagai berikut:
1. Nilai dasar, merupakann isi dari sila-sila Pancasila yang bersifat universal
sehingga dalam nilai dasar ini terkandung cita-cita, tiijuan, serta nilai-nilai
yang baik dan benar.
2. Nilai Instrumental, merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran, serta
lembaga pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan penjabaran
lebih lanjut dari nilai- nilai dasar ideologi Pancasila.
3. Nilai Praktis, dalam kehidupan, nilai-nilai Pancasila dilaksanakan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara nyata.

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara secara struktur memiliki


tiga sisi atau dimensi, yaitu:
a. Dimensi idealis, artinya nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh.
b. Normatif (aturan), artinya nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma sebagaimana yang terkandung dalam
norma kenegaraan.
c. Dimensi realistis (kenyataan), maksudnya nilai-nilai itu harus mampu
mencerminkan kenyataan hidup dan perilaku yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat.

Ideologi mempunyai beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut:


1. Struktur pengetahuan, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadi
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kej adian-kej adian
di alam sekitar.
2. Orientasi dasar, yaitu dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma, yaitu menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
5. Kekuatan yang mampu dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Pendidikan bagi masyarakat untuk memahami dan menghayati tingkah
lakunya sesuai dengan norma-norma yang terkandung di dalamnya.

Pancasila sebagai dasar negara memuat konsep dasar kehidupan


yang dicita- citakan dan member kemudahan untuk membangun
bangsanya. Demikian pula ideologi Pancasila, yang memiliki arti penting
bagi bangsa Indonesia, yaitu sebagai berikut (Nurlaili & Aniaty, 2014: 4):
1. Memberi arah yang mantap dalam berkelompok dan menggerakkannya
menuju tujuan masyarakatnya;
2. Membentuk identitas kelompok atau bangsa dan mempersatukannya dalam
satu kesatuan utuh;
3. Mengatasi berbagai konflik dan ketegangan social yang teijadi dan
menciptakan kehidupan yang penuh kepedulian dan kebersamaan;
4. Mempersatukan keanekaragaman yang ada dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut pancasila sebagai dasar negara
mempunyai sifat imperatif atau memaksa serta memiliki nilai - nilai luhur
yang terkandung dalam pancasila yang bersifat obyektif - subyektif. Bagi
bangsa indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian
tersebut sudah selayaknya kita pahami akan hakikatnya. Selain dari
pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan yang berbeda.

Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu


istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai
macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan
bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan
oleh sekelompok atau lapisan masyarakat Pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah sebagai suatu sistem pemikiran terbuka yang dimana
memiliki ciri-ciri ideologi dan fungsi ideologi sesuai bidangnya. Pancasila
sebagai ideologi memiliki dua ciri yaitu ideologi terbuka dan ideologi
tertutup.

3.2 Saran
Makalah yang disusun ini, semoga bisa membantu kita lebih
memahami tentang pancasila sebagai ideologi negara yang lebih
mendalam. Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah kami
ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman.
Karena tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.
DAFTAR PUSTAKA

Al Marsudi Subandi H. 2003. Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma


Reformasi. Rajawali Pers: Jakarta.
Juremi, Radi Anky. 2006. Penerapan Ideologi dan Konstitusi Negara Indonesia
Dewasa ini. Law Review, Fakultas Hukum, Universitas Pelita
Harapan, Volume IV, Nomor 2.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Yogyakarta.
Saifudin, I. 2017. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Universitas
Muhammadiyah Jember: Jember.
Setiady Elly M. 2000. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila. PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Suwarno, P. J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Kanisius: Yogyakarta.
Tjarsono, Idjang. 2013. Demokrasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika Solusi
Heterogenitas. Jurnal Transnasional, Volume IV, Nomor 2.
Wahana, Paulus. 1993. Filsafat Pancasila. Kanisius: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai