Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PANCASILA


DOSEN PENGAMPU : DR. BASRI, S.H, M.Kn

Disusun Oleh
Topas Nurpala : 2340501071
Kevin Jhonatan Norman : 2340501076
Cheerylyn Mendaun : 2340501010
Frysco Dimaz Firmananda Basuki : 2340501077
Putri Dea Amanda : 2340501058
Patrice Vani Hosana : 2340501057
Arya Ayang : 2340501050
Mainaya Sabitha Zein : 2340501064

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
2024

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampu (DR. Basri, S.H, M.Kn) pada mata kuliah Pancasila.
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ideologi
negara dan Pancasila sebagai ideologi negara.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan masukan pengetahuan yang sangat membantu kami dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tarakan, 17 Februari 2024


Penyusun,

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang.…………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 1

1.3 Tujuan.………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………... 3

2.1 Pengertian Ideologi Negara……………………………………… ...3

2.2 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara……………………… 4

2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka………………………………. 5

2.4 Pancasila Dan Ideologi Dunia……………………………………… 7

2.5 Pancasila Dan Agama……………………………………………... 11

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………. 14

3.1 Kesimpulan………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara adalah cerminan bangsa dan masyarakatnya. Setiap negara
adalah perwujudan dari adanya suatu pandangan ideologi yang melatar
belakanginya. pandangan ini lahir akibat dari gejala sosial dengan pengaruh
dari berbagai pandangan yang telah ada jauh sebelumnya. Agama adalah
faktor pembentuk pemikiran ideologis paling besar sepanjang peradaban
manusia. Dunia lama seperti eropa diabad pertengahan dan timur tengah
adalah contoh nyatanya.
Disamping itu jauh ditempat yang berbeda terdapat kelompok
masyarakat yang memiliki pandangan ideologis berlainan, kelompok
masyarakat ini kental dengan pandangan budaya-adat istiadat yang menjadi
sumber ideologisnya. Nilai-nilai luhur yang tumbuh adalah penjelmaan dari
keterikatan manusia dengan alam atau lingkungan tempat ia hidup.
Ideologi semakin tumbuh dan berkembang melalui buah pemikiran
para filsuf, maupun tokoh sejarah lainnya. Ianya dapat menjadi pegangan
hidup sebagai manifestasi ide-ide mengenai tatanan masyarakat, hubungan
antar masyarakat, dan bentuk kekuasaan serta penyaluran kekuasaan. Ianya
juga bisa menjadi alat kekuasaan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadikan Pancasila
sebagai ideologi negaranya. Yang mana ia lahir dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Keterikatan ideologi Pancasila sebagai dasar negara sangat besar.
Pancasila selain sebagai dasar negara juga menjadi pegangan hidup bagi setiap
masyarakatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:

iv
1. Apa yang dimaksud dengan ideologi negara serta bagaimana
perkembangannya dalam sejarahnya
2. Mengapa Pancasila menjadi sebuah ideologi negara serta hakikatnya
dalam ruang kebangsaan Indonesia

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui serta memahami sejarah dan perkembangan dari ideologi
negara.
2. Mengetahui dan memahami hakikat Pancasila sebagai sebuah ideologi
negara Indonesia.
3. Memahami karakter Pancasila sebagai ideologi yang terbuka dan dapat
diterima, serta eksistensinya terhadap ideologi dunia dan agama.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ideologi Negara

Sebelum kita membahas tentang ideologi negara perlu kita ketahui


terlebih dahulu apa itu ideologi. Secara secara etimologis kata ideologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Idea dan Logos. Idea berarti mengetahui,
atau melihat dengan budi, sedangkan Logos dapat mengandung arti kata,
pengertian, gagasan, dan ilmu pengetahuan. Kata ideologi yang digunakan di
era modern saat ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf Prancis,
Destutt de Tracy pada tahun 1796 untuk mendefinisikan “science of idea”
yang diklaimnya diadaptasi dari epistemologi filsuf John Locke dan Étienne
Bonnot de Condillac, yang menganggap semua pengetahuan manusia pada
dasarnya adalah pengetahuan tentang gagasan sehingga secara harfiah
ideologi berarti pengetahuan tentang ide-ide.

Sedangkan dalam pengertian sehari-hari, kata “idea” biasanya


disamakan artinya dengan “cita-cita”. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-
cita yang bersifat tetap dan harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat
tetap itu sekaligus menjadi dasar, pandangan, atau paham. Jadi, kata ideologi
berarti ilmu yang membicarakan tentang suatu gagasan atau pemikiran untuk
dijadikan pedoman, dasar, Iandasan, prinsip, dan cita-cita dalam hidup.

Maka jika kita kaitkan dengan konteks kenegaraan, ideologi negara


dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori
atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan,
pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri
berupa derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

Manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara selalu membutuhkan


adanya cita-cita bersama. Cita-cita tersebut perlu dirumuskan dengan cara

vi
mencurahkan segala pikiiran dan gagasan dari segenap penduduk bangsa.
Hasil gagasan, die, dan pikiran dari segenap bangsa tersebut kemudian
disepakati dan dijadikan sebagai landasan, tujuan, pandangan hidup, dan
semangat bersama untuk dijunjung tinggi dan diamalkan oleh suatu bangsa
dalam kehidupan. Hal inilah yang kemudian disebut dengan ideologi.

Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas
ke arah mana bangsa itu dibawa, jelas sangat membutuhkan pandangan hidup
atau ideologi. Pandangan hidup suatu bangsa pada hakikatnya adalah
kristalisasi dari nilai nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa dan diyakini
kebenarannya sehingga menimbulkan tekad untuk mewujudkannya. Ini
berarti ideologi itu digali dari budaya dan nilai-nilai kehidupan mereka
sendiri yang diakni kebenarannya serta terbukti ampuh untuk mengatur dan
mengarahkan kehidupan mereka.

2.2 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Walaupun dalam kalimat terakhir pembukaan UUD 1945 tidak


tercantum kata ‘pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat yang berbunyi
“dengan berdasar kepada” ini memiliki makna dasar negara adalah pancasila.
Hal ini didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan oleh
BPUPKI bahwa dasar negara Indonesia itu disebut dengan istilah pancasila.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar Negara Republik
Indonesia.

Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam


pembukaan UUD 1945, ketetapan No. XX/MPRS/1966. (Jo ketetapan MPR
No. V/MPR/1973 dan ketetapan No. IX/MPR/1978). Dijelaskan bahwa
pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum indonesia yang ada pada hakikatnya adalah merupakan suatu

vii
pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang
meliputi suasana kebatinan dari bangsa indonesia. Selanjutnya dikatakan
bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
prikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional, cita-cita politik
mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawatan dari budinurani
manusia.

Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melaui sidang istimewa


tahun 1998, mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia yang tertuang dalam Tap. No.XVIII/MPR/1998. Oleh
karena itu segala agenda dalam proses reformasi, meliputi berbagai bidang
lain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat (Sila 1V) juga harus
mendasarkan nilai-nilai yangterkandung dalam pancasila.

2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Seperti yang telah dijelaskan diatas, kata “ideologi” berasal dari


gabungan kata “idea” dan “logos”. Idea merujuk pada gagasan, konsep,
pengertian dasar, atau cita-cita, sedangkan logos mengacu pada ilmu, ajaran,
atau paham. Dalam pengertian ini, ideologi didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan dasar atau ajaran tentang gagasan dan pemikiran. Secara luas,
ideologi berkembang menjadi suatu paham yang menggambarkan
seperangkat nilai atau pemikiran yang dipegang oleh individu atau kelompok.

Ideologi terbuka, di sisi lain, adalah bentuk ideologi yang dijadikan


pandangan hidup bangsa. Ideologi ini mencakup nilai dasar serta nilai
instrumental yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
dinamika secara internal.

Seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran, dan akselerasi dari


masyarakat, Pancasila sebagai ideologi terbuka terus berkembang. Tujuan
utamanya adalah untuk mewujudkan cita-cita hidup berbangsa dan bernegara

viii
yang mencapai harkat dan martabat kemanusiaan. Nilai-nilai dasar Pancasila
dapat diperkaya dan dikembangkan agar sesuai dengan dinamika kehidupan
masyarakat Indonesia dan tuntutan zaman yang terus berubah.

Sebagai ideologi terbuka, Pancasila mengandung tiga jenis nilai yaitu:

1. Nilai Dasar. Nilai Dasar Pancasila adalah prinsip-prinsip yang


diterima sebagai landasan yang mutlak, nilai dasar dianggap benar
dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila
adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai dasar ini merupakan inti dari
sila-sila Pancasila yang universal, sehingga mengandung cita-cita,
tujuan, dan nilai-nilai yang baik dan benar. Cita-cita dan tujuan
negara diuraikan dalam pembukaan Undang-undang Dasar atau
UUD 1945.
2. Nilai Instrumental. Nilai instrumental merujuk pada nilai-nilai yang
berhubungan dengan pelaksanaan nilai dasar. Biasanya, nilai-nilai
instrumental ini berbentuk norma sosial dan hukum yang
diwujudkan dalam bentuk peraturan dan mekanisme lembaga
negara. Nilai instrumental dapat berubah seiring dengan
perkembangan dan implementasi nilai-nilai dasar dalam kehidupan
nyata, namun perubahan tersebut tidak boleh melanggar prinsip-
prinsip dasar yang telah ditetapkan.
3. Nilai Praktis. Nilai praksis Pancasila merujuk pada nilai-nilai yang
benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai
ini terkait dengan etika atau moralitas. Nilai praksis Pancasila
diwujudkan melalui interaksi antara nilai instrumental dengan
situasi konkret di tempat dan situasi tertentu.

Penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa mengalami


perkembangan dan perbaikan yang sesuai dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan aspirasi masyarakat, namun tetap
berlandaskan pada nilai dasar Pancasila.

ix
Pancasila dapat dianggap sebagai ideologi terbuka karena memiliki
prinsip-prinsip dasar yang sangat inklusif dan dapat diinterpretasikan secara
luas oleh berbagai kelompok masyarakat, termasuk kelompok minoritas.
Pancasila juga terbuka untuk perkembangan dan perubahan dalam
menghadapi perubahan sosial dan politik. Selain itu, Pancasila memiliki
nilai-nilai universal yang dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks, baik
lokal maupun global.

2.4 Pancasila dan Ideologi Dunia

Untuk memahami ideologi Pancasila akan terasa lebih lengkap bila


diketahui juga ideologi-ideologi lainnya yang ada di dunia, hal ini bukan
untuk mengganti Pancasila tetapi justru untuk memantapkan pandangan kita
terhadap Pancasila. Beberapa ideologi besar yang ada di dunia sebagai bahan
perbandingan itu adalah sebagaimana akan diuraikan berikut ini.

a. Ideologi Liberalisme
Yaitu faham yang megutamakan kemerdekaan individu, sebagai
pangkal dan pokok dari kebaikan hidup. Liberalisme lebih menekankan
pada manusia sebagai individu dengan masalah hak-hak asasi,
kemerdekaan, kebebasan dan lain-lain. Yang terpenting dalam kehidupan
ini adalah individu. Karena itu masyarakat dan negara harus
mementingkan individu, karena masyarakat teridiri dari individuindividu,
dan keberadaan masyarakat adalah sebagai akibat adanya individu.
Liberalisme ini timbul akibat adanya penindasan oleh kaum bangsawan
dan agama di zaman monarki absolut. Oleh karena orang ingin melepaskan
diri, dari kekengan bangsawan dan agama dan mengumumkan
kemerdekaan individu. Dari beberapa sumber, Liberalisme merupakan
derivat dari ideologi kapitalisme, bersama dengan beberapa ideologi
lainnya.

Dalam implementasinya liberalisme terbagi kepada 3 bidang, yaitu:

x
a) Liberalisme dibidang politik
Maksudnya karena negara terbentuk atas individu, maka oleh
karenanya individulah yang berhak menentukan segala-segalanya
bagi negara. Kekuasaan tertinggi, kedaulatan harus berada ditangan
individu, yang berarti berada di tangan rakyat. Karena negara
terdiri dari individu, maka kemerdekaan individu adalah yang
utama, dan oleh karena itu tiap negara harus merdeka, tidak boleh
ada yang tertindas oleh negara lainnya, ataupun oleh siapapun.
Karena negara mempunyai hak dalam menentukan nasibnya
sendiri. (self determination).
b) Liberalisme di bidang ekonomi.

Maksudnya bahwa individu mengetahui segala kebutuhan hidupnya


sendiri daripada orang lain maupun negara, dan apabila tiap
individu diberi kemerdekaan untuk mendapatkan kebutuhannya,
pasti kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. Oleh sebab itu perlu
diterapkan ekonomi bebas, produksi bebas, perdagangan bebas.

c) Liberalisme di bidang agama

Maksudnya individu harus merdeka untuk memilih sendiri apapun


yang baik, yang buruk bagi dirinya, oleh sebab itu mereka harus
merdeka dalam beragama.

b. Ideologi Sosialisme
Yaitu ideologi yang menghendaki suatu masyarakat disusun secara
kolektif. (oleh kita semua, untuk kita semua). Agar menjadi masyarakat
yang bahagia. Sosialisme bertitik tolak pada masyarakat, bukan pada
individu, sehingga sosialisme adalah lawan dari liberalisme. Perkembangan
masyarakat menurut Marx, dengan hukum dialektika (konsep ini merupakan
konep evolusi) ditinjau dari perkembangan ekonomi (alat produksi):
Masyarakat Feodal (contohnya kerajaan) kemudian menjadi Masyarakat

xi
kapitalis (mengutamakan materi) kemudian menjadi masyarakat Sosialis
(yang menghilangkan golongan dalam masyarakat).
Konsep/ pemikiran Sosialisme muncul pada abad ke-19. Pada abad
itu, Robert Owen (1771- 1858) dari Inggris, Saint Simon (1760-1825) dan
Fourier (1772-1837) dari Perancis, ketiganya membuat rumusan sebuah
pemikiran mengenai sosialisme (yaitu sebuah istilah yang belum dikenal
dan digunakan pada waktu itu). Namun konsep/ pemikiran yang digagas
oleh mereka dianggap oleh Karl Marx dan Fredrich Engels (tokoh
sosialisme) sebagai sebuah khayalan karena tanpa tindakan. Lalu mucullah
istilah Sosialisme Utopis (sosialisme hayalan), yaitu suatu istilah untuk
pemikiran yang digagas oleh Owen, Simon dan Fourier.
Dalam perkembangannya, sosialisme ini berkembang menjadi dua
aliran yaitu: Pertama, Sosialisme dan kedua, Komunisme. Yang masing-
masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Sosialisme mempunyai karakterik sebagai berikut:
a) Untuk mencapai masyarakat sosialis memilih jalan evolusi,
b) Milik individu diperbolehkan, hanya perusahaan yang penting bagi
masyarakat yang harus dimiliki oleh negara.
c) Distribusi dan konsumsi didasarkan jasa.

Sementara bagi Komunisme memiliki karakteristik, berupa :

a) Untuk mencapai masyarakat sosialis ditempuh dengan jalan revolusi,


b) Milik individu dilarang;
c) Distribusi dan konsumsi didasarkan pada kebutuhan.

c. Ideologi Komunisme
Komunisme merupakan sebuah ideologi dunia yang muncul
sebagai reaksi dari kapitalisme. Paham Komunisme mendasarkan pada
Marxisme dan Leninisme. Dengan begitu, Komunisme adalah Marxisme-
Leninisme. Karl Marx, pencetus Marxisme menganggap negara sebagai
susunan golongan masya- rakat yang dibentuk untuk menindas golongan

xii
lain. Pemilik modal menindas kaum buruh. Menurut Karl Marx, kaum
buruh perlu membuat revolusi (perubahan secara mendadak) untuk
merebut kekuasaan negara dari golongan kapitalis dan borjuis (orang-
orang kaya). Dengan cara ini, kaum buruh akan menjadi penguasa dan
dapat mengatur negara. Paham yang dicetuskan oleh Karl Marx ini
berhubungan dengan aliran materialisme. Aliran ini menonjolkan
penggolongan, pertentangan antargolongan, konflik kekerasan atau
revolusi, serta perebutan kekuasaan negara. Ajaran Karl Marx ini
kemudian dipopulerkan oleh Frederick Engels dan dipadu dengan
pemikiran Lenin, menjadi landasan komunisme.

Adapun prinsip-prinsip komunisme yang memberikan pengaruh


terhadap kehidupan bermasyarakat dan negara sebagai berikut:

a) Pemerintah dipimpin oleh satu partai, yaitu Partai Komunis.


Pemerintahan bersifat diktator proletariat.
b) Komunisme merupakan sistem pemerintahan tunggal. Usaha
menciptakan masyarakat yang hanya terdiri dari satu macam kelas
dilakukan dengan menghancurkan kaum borjuis (orang-orang
kaya). Setiap individu merupakan alat yang digunakan pemerintah
untuk mencapai tujuan negara. Oleh karena itu, seluruh penduduk
wajib bekerja untuk negara.
c) Hak milik pribadi dihilangkan, tidak ada kebebasan demokrasi,
dan menolak keadilan sosial.
d) Pengelolaan ekonomi dalam komunisme sebagai berikut:
(1) Tidak ada kebebasan memilih pekerjaan.
(2) Perekonomian ditentukan dan dikuasai negara.
(3) Bebas dari persaingan ekonomi pasar.
(4) Seluruh harta kekayaan menjadi milik negara.

Berikut ini ciri khas yang melekat pada ideologi komunisme.

a) Hak milik pribadi atas alat-alat produksi.

xiii
b) Dalam mencapai kesejahteraan menghalalkan segala cara, dengan
tindakan revolusioner.
c) Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara diktator
proletariat, terutama pada masa-masa pelalihan (transisi).
d) Negara hanya diperlukan untuk sementara waktu saja, selama
belum mencapai kesejahteraan.

Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Besar Dunia Lainnya


Aspek Liberalisme Komunisme Sosialisme Pancasila
Politik Dan  Demokrasi  Demokrasi  Demokrasi  Demokrasi
Hukum liberal. Rakyat. untuk Pancasila.
 Hukum  Kekuasaan kolektifitas.  Hukum
untuk mutlak satu  Diutamakan untuk
melidungi parpol kebersamaan menjunjung
individu.  Hukum untuk  Masyarakat tinggi
 Politik untuk melanggeng- sama dengan keadilan
melindungi kan komunis Negara. dan
individu kebenaran
individu
dan
Masyarakat
.
Ekonomi  Peran Negara  Peran Negara  Peran negara  Peran
kecil. Dominan demi negara ada
 Swasta  Demi pemerataan. agar tidak
mendominasi kolektifitas Keadilan terjadi
 Kapitalisme yaitu demi distributive monopoli
 Monopolisme Negara. yang dan
 Persaingan  Monopoli diutamakan. sejenisnya,
Bebas Negara yang dapat
merugikan
rakyat.
Agama  Agama  Agama harus  Agama  Bebas
urusan dijauhkan harus memilih
pribadi dari mendorong salah satu
 Bebas untuk Masyarakat. berkembang agama.
beragama  Ateis nya  Agama
atau tiak kebersamaan harus
beragama. menjiwai
dalam
kehidupan
bermasya-

xiv
rakat
Pandangan  Individu  Individu  Masyarakat  Individu
terhadap lebih penting tidak penting Lebih dan
Individu daripada  Masyarakat penting masya-
dan Masyarakat tidak penting daripada rakat
Masyarakat  Masyarakat  Kolektifitas individu. sama
diabaikan yang penting
bagi individu dibentuk dan diakui
negara-lah keberada-
yang lebih annya
penting  Hubungan
individu
dan
masya-
rakat
dilandasi
keselaras-
an,
keserasian
, keseim-
bangan
 Masya-
rakat ada
karena
individu.
 Individu
akan
mem-
punyai
arti
apabila
hidup di
tengah
masya-
rakat

2.5 Pancasila dan Agama


Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan antara
negara dan agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui the
founding fathers Negara Republik Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri
negara yang tertuang pada pancasila merupakan khas yang secara
antropologis merupakan local genius bangsa Indonesia (Ayathrohaedi dalam

xv
Kaelan, 2012). Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka
Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik
semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila
adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi yang maknanya sejalan
dengan agama Islam, Kristen, Budha dan bahkan juga Animisme (Chaidar,
1998:36). Menurut Notonegoro (dalam Kaelan, Materialis) yang menyatakan
bahwa “Bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila, yang
digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan
serta nilai-nilai religious yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia”.

Secara lengkap pentingnya dasar ketuhanan ketika dirumuskan oleh


founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato presiden Ir. Soekarno
pada 1 Juni ketika berbicara mengenai dasar negara 1945 (philosophische
grondslag) yang menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa
Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-
Tuhan, Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk
Isa Al-Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad S.A.W, orang
Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi
marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah Negara
yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap
dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa, Segenap rakyat hendaknya ber-
Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoism agama”. “Dan
hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan” (Zoelva, 2012).
Pernyataan ini mengandung dua arti pokok. Pertama pengakuan akan
eksistensi agama-agama di Indonesia yang menurut presiden Soekarno,
“mendapat tempat yang sebaik-baiknya”. Kedua, posisi Negara terhadap
agama, presiden Soekarno menegaskan bahwa “negara kita akan ber-Tuhan”.
Bahkan dalam bagian akhir pidatonya, presiden Soekarno mengatakan,
“Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa
Indonesia berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

xvi
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Religiusitas bangsa
Indonesia ini, secara filosofis merupakan nilai fundamental yang meneguhkan
eksistensi Negara Indonesia sebagai negara yang ber- Ketuhanan Yang Maha
Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar kerohanian bangsa dan
menjadi penopang utama bagi persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka
menjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin hubungan selaras dan
harmonis antara agama dan negara, maka negara sesuai dengan Dasar Negara
Pancasila wajib memberikan perlindungan kepada agama-agama di
Indonesia. Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi
sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya
kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan hubungan
di antara mereka. Semua pemeluk agama memang harus mawas diri. Yang
harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan
keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu
kelompok pemeluk agama yang mau menang sendiri. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa, adat
istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Dengan
kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang
netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia.

Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama.


Konsep negara yang menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan
agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah
negara agama, bukan pula negara sekuler apalagi negara atheis. Sebuah
negara yang tidak tunduk pada salah satu agama, tidak pula memperkenankan
pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada
agama manapun. Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua
penduduk untuk tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-hukum agama
secara utuh dalam negara Pancasila adalah dimungkinkan. Semangat
pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah siap mengadopsi
kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun,
karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan

xvii
konsep negara agama-agama akan menghapus superioritas satu agama atas
agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas minoritas. Bahkan pemeluk
agama dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-
hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar
negara Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI

Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalam Bidang Pancasila dan


Agama memiliki peran penting dalam hubungannya dengan agama di
Indonesia. Berikut beberapa poin penting terkait hal tersebut:

1. Pancasila dan Agama saling melengkapi. Pancasila dan agama tidak


saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. Pancasila sebagai
ideologi negara memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, sedangkan agama memberikan tuntunan moral dan spiritual
bagi kehidupan pribadi individu.
2. Nilai-nilai pancasila selaras dengan ajaran agama. nilai-nilai pancasila,
seperti Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sejalan dengan ajaran
agama-agama di indonesia.
3. Pancasila menjamin kebebasan beragama. pancasila menjamin
kebebasan beragama bagi seluruh warga negara indonesia. Hal ini
tercantum dalam sila pertama pancasila, yaitu ketuhanan yang maha
esa, yang mengandung makna bahwa setiap warga negara berhak
memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.
4. Pancasila Mendorong Kerukunan Antar Umat Beragama. Hal ini
penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kerukunan
antar umat beragama dapat diwujudkan melalui dialog antar agama,
toleransi, dan saling menghormati perbedaan.

xviii
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Setiap negara adalah cerminan dari masyrakatnya. itulah kenyataan
bila kita memandang sebuah negara. Apa yang telah lahir dan tumbuh
didalam kelompok masyarakat adalah sebab dari pergerakan masyarakat itu
sendiri. Demikian hal dengan ideologinya.

Ideologi adalah karya besar umat manusia. Tidak akan kita sebut
karya seseorang, sejatinya pemahaman tentang kemasyarakatan adalah
kumpulan dari berbagai pemikiran dari periode-periode yang berbeda.
Ideologi adalah sebuah dogma, yang mana ia mampu memanipulasi manusia
sesuai kehendak siapa yang menjalankannya.

Indonesia juga memiliki Pancasila, yang mana ideologi ini


mencerminkan masyarakatnya. Pancasila tidak kontradiktif dengan
pandangan agama, Pancasila tidak menghendaki otoriter, Pancasila adalah
pasar bebas. Pancasila adalah ideologi yang terbuka serta dapat diterima
dimanapun.

xix
DAFTAR PUSTAKA

R. Herawati Suryanegara. 2021. Ideologi Negara.


Syafiie, Inu Kencana. 2001. Filsafat Pemerintah. Jakarta: PT.Perca.
Indriyani Silvia Ningsih. 2021. Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan
Ideologi Negara. Padang: STIE AKBP PADANG
Sukadi. 2021. Pemahaman Terhadap Hakikat Pancasila Dalam Hubungannya
Dengan Penerimaan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Nasional
Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Hukum Dan Ilmu Sosial Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha). Jurnal Pembumian Pancasila Volume I,
Nomor 1, Juni 2021
Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. (2023). Diakses pada 17 Februari
2024 dari https://pasla.jambiprov.go.id/pengertian-pancasila-sebagai-ideologi-
terbuka/
Aminullah. 2018. Pendidikan Pancasila Dan Agama. Jurnal Ilmiah Mandala
Education, Vol. 4. No. 1, Edisi April 2018
Arafat, Yasser dkk. 2020. Pancasila Sejarah Dan Kedudukannya Bagi Sejarah
Indonesia. Intelegensia Media, Malang.

xx

Anda mungkin juga menyukai