Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN PEMERSATU

BANGSA

Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Linda Zakiah, M.Pd

Penulis : Amran Simarsoit

NIM : 1520622012

JAKARTA

TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara yang mempunyai dasar Negara yaitu pancasila yang memiliki 
sebuah arti penting memiliki ideologi. Setiap bangsa dan negara ingin berdiri kokoh, tidak
mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara.Tidak
terkecuali negara Indonesia. Negara yang ingin berdiri kokoh dan kuat, perlu memiliki
ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan
rapuh. Di era yang serba modern ini, makna pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia sedikit dilupakan oleh sebagian rakyat Indonesia dan digantikan oleh
perkembangan tekhnologi yang sangat canggih. Padahal sejarah perumusan Pancasila melalui
proses yang sangat panjang dan rumit. Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi
bangsa Indonesia, pancasila merupakan  pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi negara, menguraikan nilai-nilai
Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara.
Pengetahuan ideologi mempunyai arti tentang gagasan-gagasan. Ideologi secara
fungsional merupakan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan negara yang dianggap baik.  Ciri-ciri ideologi pancasila
merupakan ideologi yang membedakan dengan ideologi yang lainnya. Ciri-ciri tersebut yang
pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap
Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya.Kedua adalah penghargaan kepada
sesama umat manusia, suku bangsa dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Ketiga adalah bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat
adalah bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem
demokrasi. Makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan agar dapat menganalisis dan
bersikap kristis terhadap para petinggi negara yang menyimpang dari Ideologi bangsa dan
negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1  Apa arti Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pemersatu Bangsa Indonesia?
1.2.2  Bagaimana Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa?
1.2.3  Apa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pemersatu
Bangsa Indonesia?
1.2.4  Apa fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pemersatu Bangsa Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pemersatu Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Pemersatu Bangsa
Pengertian Ideologi – Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti
melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi
yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan
buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai
komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau
masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar
untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap
apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any
group of ideas concerning various political and aconomic issues and social philosophies often
applied to a systematic scheme of ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi
filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-
cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat
kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari
kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang
digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu
kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu
pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma
hidup dan kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang
diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status atau
kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu
sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat
maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima
dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat dan
utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan
bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan hidup
masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilai-nilai
sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya.
Sebagai ideologi bangsa, maka keberadaannya  selalu diimplementasikan ke dalam perilaku
kehidupan dalam rangka berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-
butir kelima sila dalam ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran
pembentukan karakter manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para
penggali dari pancasila itu sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu,
dapat diilustrasikan  Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan
dengan Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana manusia
Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang
punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi
dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang. Sila ketiga Pancasila, yakni Sila
Persatuan Indonesia. Artinya, bahwa Pancasila sangat menekankan dan menjunjung tinggi
persatuan bangsa. Hal ini berarti, bahwa Pancasila juga menjadi alat pemersatu bangsa.
Disebutnya sila Persatuan Indonesia sekaligus juga menunjukkan, bahwa bangsa Indonesia
memiliki perbedaanperbedaan. Apakah itu perbedaan bahasa (daerah), suku bangsa, budaya,
golongan kepentingan, politik, bahkan juga agama. Artinya, bahwa para pemimpin bangsa,
terutama mereka yang terlibat dalam penyusunan dasar negara, sangat mengerti dan sekaligus
juga sangat menghormati perbedaan yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Mereka juga
menyadari bahwa perbedaan sangat potensial menimbulkan perpecahan bangsa, dan oleh
sebab itu mereka juga sangat menyadari pentingnya persatuan bagi bangsa Indonesia.
Pencantuman Sila Persatuan bagi bangsa Indonesia selain menyadari pentingnya persatuan
bagi kelangsungan hidup bangsa, juga menunjukkan adanya pemahaman bahwa perbedaan
itu suatu realita yang tidak mungkin dihilangkan oleh manusia. Perbedaan sesungguhnya
adalah suatu hikmah yang harus disukuri, dan bukan sesuatu yang harus diingkari. Apalagi
harus dihilangkan dari muka bumi ini. Perbedaan adalah juga kodrati yang ada di mana-
mana, di negara manapun juga dan di bangsa manapun juga. Menyikapi realita semacam ini,
jalan keluarnya tidak dapat tidak adalah menjadikan perbedaan yang ada sebagai suatu
kekayaan yang justru harus dijunjung tinggi dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa di atas kepentingan pribadi, golongan maupun daerah. Dalam wacana nasional maka
barometer yang harus dijunjung tinggi adalah kepentingan nasional, dan bukan kepentingan
yang lebih kecil, lebih rendah, ataupun yang lebih sempit. Dengan kesadaran semacam ini,
maka terlihat jelas bahwa persatuan bangsa sesungguhnya nilai luhur yang seharusnya
dijunjung tinggi oleh semua umat manusia. Karena pada hakekatnya, perpecahan atau
pertikaian justru akan menghancurkan umat manusia itu sendiri. Seloka Bhineka tunggal Ika
memang sangat tepat untuk direnungkan kembali esensi dan kebenaran yang terkandung di
dalamnya. Karena pada hakekatnya semua bangsa, semua manusia memerlukan persatuan
dan kerjasama di antara umat manusia. Kerjsama butuh persatuan, dan persatuan butuh
perdamaian. Oleh sebab itu perpecahan sebagai lawan dari persatuan mutlak perlu dihindari
dan disingkirkan dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari penjelasan
ini, kita semakin tahu dan sadar, bahwa Sila Persatuan Indonesia sangat tepat dicantumkan
dalam dasar negara, mengingat kebenaran dan kebutuhan yang dihadapi oleh seluruh umat
manusia.

Sila keempat telah menegaskan bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan


cara bersikap dan berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum
secara bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang  terlindungi antara
menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.  
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran
kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya
itu layak dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai
pembimbing dalam menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi
dan diimplementasikan dalam segala macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.
Adanya realita semacam ini, menunjukkan bahwa arti dan fungsi Pancasila bukan saja
menjadi dasar negara ideologi negara bahkan pemersatu bangsa, tetapi juga mempunyai arti
dan fungsi yang semakin banyak lagi. Kedudukan dan fungsi Pancasila juga dapat menjadi:
1.) Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia:Hal ini berarti bahwa Pancasila melekat erat pada
kehidupan bangsa Indonesia, dan menentukan eksistensi bangsa Indonesia. Segala aktivitas
bangsa Indonesia disemangati oleh Pancasila. 2.)Pancasila adalah kepribadian bangsa
Indonesia: Hal ini berarti bahwa sikap mental, tingkah laku dan amal perbuatan bangsa
Indonesia mempunyai ciri-ciri khas yang dapat membedakan dengan bangsa lain. Ciri-ciri
khas inilah yang dimaksud dengan kepribadian, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah
Pancasila. 3.)Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia: Hal ini berarti bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk, penuntun, dan
pegangan dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4.)Pancasila adalah falsafah hidup bangsa
Indonesia: Falsafah berasal dari kata Yunan “philosophia”. Philos atau philein berarti to love
(mencintai atau mencari). Sophia berarti wisdom, kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi secara
harafiah, falsafah berarti mencintai kebenaran. Dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah
hidup bangsa Indonesia mempunyai arti bahwa, Pancasila oleh bangsa Indonesia diyakini
benar-benar memiliki kebenaran. Falsafah berarti pula pandangan hidup, sikap hidup,
pegangan hidup, atau tuntunan hidup. 5.)Pancasila sebagai weltanshauung bangsa Indonesia
atau sebagai philosophische grondslag bangsa Indonesia: Kata-kata ini diucapkan oleh Ir.
Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 di muka sidang BPUPKI. Welt berarti
dunia, anshauung berarti pandangan. Dalam kamus Jerman-Inggris weltanschauung diberi
arti conception of the world, philosophy of life. Jadi weltanschauung berarti pandangan dunia
atau pandangan hidup, atau falsafah hidup atau philoshopischegrondslag (dasar filsafat).
6.)Pancasila adalah perjanjian luhur rakyat Indonesia: Hal ini berarti bahwa Pancasila telah
disepakati dan disetujui oleh rakyat Indonesia melalui perdebatan dan tukar pikiran baik
dalam sidang BPUPKI maupun PPKI oleh para pendiri negara. Perjanjian luhur tersebut
dipertahankan terus oleh negara dan bangsa Indonesia. Kita semua mempunyai janji untuk
melaksanakan, mempertahankan serta tunduk pada azas Pancasila.
Mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat
imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat
kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak
menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan
Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan
Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak
disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia
Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam
hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai
dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa. Sedangkan
pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari
tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar Negara,
yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dapatlah
disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara.
2.2 Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dan Pemersatu Bangsa dari Masa ke Masa
            Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal 28 Mei 1945
hingga 1 Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato pembukaannya
selaku ketua BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai dasar
negara apa yang akan dibentuk untuk Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan paling
dominan sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945 dan memunculkan sejumlah pembicara yang
mengajukan gagasan mereka mengenai dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan gagasannya mengenai
dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul “Lahirnya Pancasila”.
Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat kompromis dan dapat
meneduhkan pertentangan tajam antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan
mereka yang menghendaki dasar negara sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya
dimenangkan kelompok yang menginginkan Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan
dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam Jakarta
diganti dan menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan Soekarno dan
Mohammad Hatta dan terus berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai
Carol Gluck mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak meributkan
masalah ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada perkembangan perumusan
Pancasia sejak 1 Juni sampai 18 Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami
perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia
Sembilan dan disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi antara
kelompok yang memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan kelompok yang
memperjuangkan dasar negara Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila
yang dirumuskan kembali oleh PPKI berkembang menjadi kompromi antara kaum nasionalis,
Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering dibicarakan oleh
kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan lagi
merupakan kompromi atau titik temu bagi semua ideologi. Dikarenakan Pancasila telah
dimanfaatkan sebagai senjata ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan
negara atas Islam yang kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul
Islam terhadap pemerintah pusat. Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas desakan AH
Nasution, selaku Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir. Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi
legal Republik Indonesia dan pemerintahannya dinamai dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang diharapkan.
Periode labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena dianggap
ikut andil dalam pemberontakan regional berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi
kekuasaan partai politik yang ada serta mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik
karena mereka menentang konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam
Pancasila. Soekarno juga menganjurkan sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM
yang berarti persatuan antara nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis dan
ideologis yang saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat labil sampai
pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan
Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa rezim baru
adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto mengambil Pancasila
sebagai dasar negara dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi
kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata tidak semakin membuat stabilitas negara
berjalan dengan baik, tetapi justru struktur politik labil yang semakin mengedepan
dikarenakan Soeharto seringkali mengulang pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru
hanyalah untuk melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, yang berarti bahwa
tidak boleh ada yang menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang
berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai adanya jaman
baru bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari Orde Baru yang
dianggap menindas dengan konfrimitas ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk
membentuk masyarakat sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh
dari negara. Lepas kendalinya masyarakat seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar
dan konflik berkepanjangan. Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi
yang terjadi pada masa Orde Lama, Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan
perekonomian secara mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini cenderung
mengaburkan dan menguburkan makna substansial Pancasila dan berakibat pada Pancasila
yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami secara politis-ideologis untuk kepentingan
kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia
2.3 Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi Negara dan
Pemersatu
Bangsa Indonesia
Nilai nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan
kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai-nilai pancasila tergolong nilai
kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis,
baik nilai material, vital, kebenaran, atau kenyataan. Estetis, estis maupun religius. Nilai-
nilai-nilai Pancasila bersibat obyektif dan subyektif, artinya hakikat nilai-nilai pancasila
bersifat universal atau berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di negara lain.
Nilai –nilai pancasila bersifat objektif, maksutnya :
1.    Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan adanya sifat
umum universal dan abstrak
2.    Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
3.    Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber  dari segala sumber hukum di
Indonesia
Sedangkan nilai-nilai pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan nilai-nilai pancasila itu
terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena, 
1. Nilai- nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia
2. Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan hati nurani bangsa
Indonesia.
2.4  Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pemersatu Bangsa Indonesia
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan
republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia
yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya ( cultural
bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan
secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupanehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar
dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi
yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila
sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan realita
atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk
pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada
awal kelahira nnya.
2. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu
mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang
masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktikkehidupan bersama sehari-
hari.
3.Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi
dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan zamantanpa
menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai
dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –
tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru
yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila
dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :
1.    Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
2.    Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3.    Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4.    Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos
yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal
setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat
lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan,
kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi
pembangunan sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya. Menata sebuah
negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan memberlakukan hidup
bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah
disepakati bersama sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung
hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga
mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah
Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir seperti dalam perkiraan David P.
Apter dalam pemikirannya “The End of Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian dari
nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis
yang berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang
berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain,
tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa.
Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan
pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi
terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai
praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi
bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia serta Pancasila sebagai
ideologinya akan tetap bertahan dan tidak goyah meskipun dihantam badai globalisasi dan
modernisme. Sebagai generasi penerus, marilah kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar
saling berdampingan dan tetap utuh hingga anak cucu kita nantinya sebagai penerus
kelangsungan negara ini. Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu
cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai
generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut. Untuk dapat hal tersebut
maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :
1.       Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus pancasila pada
setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2.       Lebih memasyarakatkan pancasila.
3.       Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
4.       Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran terhadap pancasila.
5.       Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan dengan pancasila.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai Ideologi negara dan pemersatu bangsa Indonesia itu sangat
penting.Karena Ideologi    merupakan alat yang paling ampuh untuk menciptakan negara
Indonesia yang kokoh, bermartabat dan berbudaya tinggi.
 Tanpa Ideologi bangsa akan rapuh dan hilang jati dirinya. Pancasila sebagai
sumber nilai menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan bahwa denganPancasila bangsa
Indonesia menolak segala bentuk penindasan, penjajahan dari satu bangsa terhadap
bangsa yang lain. Ideologi bangsa Indonesia itu adalah Pancasila.
 Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan  mampu untuk membawa
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih bagus dari sekarang.  Ideologi juga diharapkan
mampu untuk membangkitkan kesadaran bangsa. Setiap pengambilan keputusan harus
berdasarkan ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila. Supaya dalam pengambilan keputusan
keputusan tidak keluar dari aturan dan kaidah negara Indonesia.
Tidak hanya negara yang menganut ideologi Pancasila, tetapi juga masyarakat
Indonesia, masyarakat Indonesia dalam bertingkah laku juga harus berpedoman teguh pada
ideologi Pancasila supaya cita-cita yang diharapkan oleh masyarakat tersebut dapat terwujud
dengan benar.
  
Daftar Pustaka
Bahan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. 1990. Jakarta: BP-7
Pusat.

Darmodihardjo, Dardji. 1997. Orientasi Pancasila. Malang: Universitas Brawijaya.

Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.


Oesman, Oetojo dan Alfian (Ed). 1991. Pancasila sebagai Ideologi: Dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat.

https://indosmartschool.com/2018/12/17/makalah-pancasila-sebagai-ideologi-bangsa/

Panitia Lima, 1997. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara.

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ketetapan MPR No II/MPR/1978).


1990. Jakarta: BP-7 Pusat.

Pranarka, A.M.W. 1985 Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila. Jakarta: CSIS.

Soekarno.t.th. Lahirnya Pancasila. Jakarta: Deppen.

Sunoto, 1982. Mengenal Filsafat Pancasila. Seri pertama, kedua, ketiga, keempat.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII.

Undang-undang Dasar 1945. 1990. Jakarta: BP-7 Pusat.

Wahyono, Padmo. 1984. Bahan-bahan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.


Jakarta: Aksara Baru.

YAmin, Muhammad. 1971. Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945. Jakarta:


Siguntang.

Anda mungkin juga menyukai