Anda di halaman 1dari 15

SINDIKAT

MISSION
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Disusun oleh:
Muhammad Fathoni Dliya’ur Rohman

Sebagai syarat mengikuti Senior Course (SC) Badan Pengelola Latihan Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Tulungagung

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG TULUNGAGUNG
2023
SINDIKAT MISSION HMI
Jenjang : Latihan Kader I (LK I)
Materi : Mission
Alokasi Waktu : 240 menit

A. Tujuan Umum Pembelajaran


Peserta dapat memahami misi HMI dan hubungannya dengan status, sifat,
asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara integral.
B. Tujuan Khusus Pembelajaran
1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan perannya sebagai mahasiswa
2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI
3. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peran HMI
4. Peserta dapat menjelaskan hubungan status, sifat, asas, tujuan, fungsi dan
peran HMI secara integral.

C. Pokok-pokok Pembahasan
1. Pengertian Mission dan Vission
2. Makna HMI sebagai organisasi mahasiswa
a. Pengertian mahasiswa
b. Fungsi dan Peran Mahasiswa
c. Tridharma Perguruan Tinggi
3. Motivasi Dasar Kelahiran HMI
4. Pengertian Asas Islam
5. Basic Demand Bangsa Insonesia
6. Tujuan HMI
7. Hakikat keberadaan HMI
a. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam
b. Makna independensi HMI
8. Tujuan fungsi dan peran HMI
a. Penjelasan tafsir tujuan
b. Penjelasan fungsi dan peran strategis HMI
9. Hubungan antara status, sifat, asas, tujuan, fungsi dan peran HMI secara
integral
10. Strategi implementasi tujuan HMI

D. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Brainstorming
3. Diskusi atau dialog
4. Tanya Jawab

E. Media Pembelajaran
1. Spidol atau kapur
2. Papan tulis
3. Penghapus
4. PPT

F. Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi kegiatan Metode
waktu
1. Fasilitator memberi salam.
2. Fasilitator memberikan Mukadimah
dan berkenalan dengan peserta.
3. Fasilitator mengajukan pertanyaan
terkait kesehatan fisik dan mental.
Pendahuluan 4. Fasilitator mengajukan pertanyaan Ceramah 10 Menit
terkait materi yang disampaikan
sebelumnya.
5. Fasilitator menjelaskan tentang
tujuan pembelajaran yang akan di
sampaikan
Penyampaian Materi Ceramah,
1. Menjelaskan pengertian Mission dan Brain
Vission. storming, 220
Inti
2. Menjelaskan tentang HMI sebagai dan dialog Menit
organisasi Mahasiswa (tanya
jawab)
3. Menjelaskan tentang motivasi Dasar
Kelahiran HMI
4. Penjelasan mengenai Asas
5. Penjelasan Basic Demand Bangsa
Indonesia
6. Menjelaskan tentang tujuan HMI.
7. Menjelaskan tentang lima kualitas
Insan Cita dan tugas anggota HMI
beserta indikatornya.
8. Menjelaskan Hakekat Keberadaan
HMI
9. Menjelaskan hubungan integral
1. Fasilitator dan peserta melakukan
refleksi terhadap kegiatan forum.
2. Fasilitator memberikan motivasi
kepada peserta agar membuka Ceramah
Penutup 10 Menit
pikiran untuk ilmu pengetahuan dan dialog
3. Peserta diberikan kesempatan kesan
dan pesan (bila perlu)
4. Fasilitator mengucapkan salam

G. Uraian
Pengertian Mission dan Vission
Kita sering mendengar apa itu mission (misi) dan vission (visi) yang
memiliki arti berbeda namun tidak jarang seseorang mengartikannya secara
terbalik. Misi adalah tugas yang diemban dan visi adalah harapan jangka
panjang. Oleh karena itu kita harus tuntas terlebih dahulu pengertiannya. Di
sini Mission berasal dari bahasa Inggris yaitu Missionary yang artinya adalah
orang yang diberi tugas yang diemban. Jadi Mission adalah beban yang di
emban oleh kader suatu organisasi. Kemudian Vission dari bahasa Inggris yang
berarti penglihatan, maka vission dapat diartikan sebagai orientasi, harapan,
untuk dicapai.
HMI Sebagai Organisasi Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang menempuh pembelajaran di Perguruan
Tinggi. Mahasiswa juga diartikan sebagai Siswa dalam strata tertingginya,
karena sudah tidak ada lagi strata lebih tinggi dari Mahasiswa. Selain itu
Mahasiswa memiliki kemandirian dalam belajar dan kebebasan berpikir
daripada siswa. Oleh karena itu Mahasiswa mempunyai tanggung jawab dan
peran dalam masyarakat.
Fungsi Mahasiswa akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Direct of Change, maksudnya ialah mahasiswa mampu melakukan bentuk-
bentuk perubahan secara langsung, karena adanya Sumber Daya Manusia
yang banyak dan cukup.
2. Agent of Change, ialah mahasiswa diharapkan mampu menjadi sosok dari
agen perubahan dan menjadi Sumber Daya Manusia yang mampu
membawa perubahan.
3. Iron Stock, maksudnya ialah bahwa seorang mahasiswa adalah Sumber
Daya Manusia yang tidak akan pernah habis.
4. Moral of Force, diartikan bahwa mahasiswa adalah kumpulan dari banyak
orang yang diharapkan memiliki moral yang baik, karena memiliki
pendidikan, pengetahuan maupun ilmu yang tinggi.
5. Social Control, merupakan peran dan label yang disematkan pada
mahasiswa karena diharapkan akan menjadi pengontrol dalam kehidupan
sosial di masyarakat.
Selain itu ada pula Tridharma Perguruan Tinggi:
1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Penelitian dan Pengembangan
3. Pengabdian kepada Masyarakat
Dalam Hal ini HMI sebagai organisasi mahasiswa diharapkan menjadi alat
perjuangan untuk mengabdikan dan cenderung pada kebenaran. HMI juga
sebagai organisasi mahasiswa juga mencetak SDM yang berkualitas insan cita
untuk memenuhi kebutuhan mendasar umat dan bangsa.
Motivasi Dasar kelahiran HMI
Dalam mukadimah Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam
sebagai Agama yang Haq dan sempurna dengan ajaran-ajarannya yang
sepenuhnya mengatur kehidupan manusia didunia agar manusia dapat
menjalankan kehidupannya yang sesuai dengan fitrahnya yaitu sebagai
khalifah fil ard.
Kehidupan yang sesuai fitrah tersebut adalah kehidupan yang seimbang
antara kebutuhan jasmani dan rohani. Dalam mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan ukhrowi maka perlu keselarasan iman dan ilmu. Dengan keyakinan
ini maka HMI menjadikan Islam sebagai asas atau sandaran dalam
menjalankan aktivitas perjuangan. 1
Dasar motivasi HMI adalah Islam. Islam di definisikan sebagai agama
Allah yang di perintahkan kepada Nabi Muhammad untuk di sampaikan pada
umatnya. Dari definisi ini Islam dipahami sebagai agama yang di bawa oleh
Nabi Muhammad. Menelusuri makna Islam dalam Al Quran, kita akan
menemukan bahwa Islam bukan semata-mata nama sebuah agama yang di
bawa Nabi Muhammad. melainkan Islam merupakan ajaran yang universal.2

Asas
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat 3 yang
berbunyi,

ً ْ َ َ ْ ْ ُ ُ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َْ َ ْ ُ َ ْ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َْ
... ۗ‫اﻟﻴﻮم اﻛﻤﻠﺖ لﻜﻢ ِدﻳﻨﻜﻢ واﺗﻤﻤﺖ ���ﻜﻢ ِﻧﻌﻤ ِ�ي ور ِﺿ�ﺖ لﻜﻢ ا� ِ�ﺳ��م ِد�نﺎ‬...

“....Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu....”
Islam sebagai ajaran yang Haq dan sempurna hadir di bumi
diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah
kemanusiaannya yak ini sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban
mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya. 3
Iradat Allah SWT. kesempurnaan hidup terukur personaliti manusia yang
integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman,
ilmu dan amal yang mana semua mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di
dunia baik secara individu dan kolektif.4
Secara normatif, Islam bukan sekedar agama ritual yang cenderung
individual, akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas
dengan kesadaran kolektif yang memuat pemahaman atau kesadaran,
kepentingan, struktur dan pola aksi bersama demi tujuan politik (masyarakat).
Orientasi HMI ada pada ajaran-ajaran Islam yang memuat Iman, Islam
dan Ikhsan serta Iman, Ilmu dan Amal. Demi tercapainya idealisme Ke-
Islaman dan Ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai
doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transendental,
humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani

1
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, ed. M Alfan Alfian (Jakarta: Sinergi Persadatama
Foundation, 2010)., hal. 198
2
Azhari Akmal Taringan, NDP HMI: Teks, Interpretasi dan Kontekstualisasi, ed. Nunik Siti
Nurbaya, 1 ed. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018)., hal. 69
3
Ibid., hal. 191
4
Ibid.
menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi
tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan
Islam sebagai sumber kebenaran yang hakiki. 5
Al Qur’an sebagai wahyu dari Tuhan mengandung kebenaran mutlak dan
tak terbantahkan, karena itu ia bersifat Qath’iyu Dilalah dan Qath’iyu Tsubut.
Maksudnya adalah bahwa lafadz-lafadz (teks) yang terdapat al Qur’an
merupakan teks yang tak dapat diubah dan pasti kebenarannya, begitu pula
kandungan yang terdapat di dalamnya juga sebagai kebenaran yang mutlak. 6
Muhammad SAW mengakui sahnya kitab Yahudi dan Kristen.
Muhammad SAW mengakui Tuhannya Nabi Ibrahim dan Musa. Tetapi
Tuhannya Nabi Ibrahim dan Musa menurut Muhammad SAW itu mesti
dibersihkan dari pemalsuan Yahudi dan Kristen dikemudian hari.7 Dengan hal
demikian maka kita sebagai umat islam juga harus membersihkan dari tuhan-
tuhan palsu yang menjajah pikiran kita. Manusia pada dasarnya mencari-cari
kebenaran agar kebutuhan akan kepercayaan terpenuhi, namun apabila
kebenaran yang di terima itu palsu, maka manusia itu akan merugi.
Pemahaman terhadap al-Qur’an telah melahirkan berbagai macam
konsep yang merupakan usaha terhadap penggalian makna-makna al-Qur’an.
Namun demikian, konsep-konsep tersebut tidak menjadi persoalan yang
krusial, kecuali beberapa konsep yang berkaitan dengan penerapan prinsip-
prinsip Islam dalam masyarakat.8
Umat Islam juga tidak diperkenankan taklid buta terhadap segala sesuatu.
Keterbukaan adalah salah satu cara menemukan kebenaran. Manusia di
anugerahi akal untuk berpikir. Menurut Sayyid M. Manuqib Al-Attas
mengatakan bahwa mengenai akal sehat, ia bukan sekadar unsur-unsur
indriawi atau fakultas mental yang secara logis mensistemasi dan menafsirkan
fakta-fakta pengalaman indriawi, atau yang mengubah data pengalaman
indriawi menjadi citra akliah yang dapat dipahami, atau yang melakukan kerja
abstraksi fakta-fakta dan data indriawi serta hubungan keduanya. Lebih dari
itu, akal di sini adalah substansi rohaniah yang melekat dalam organ rohaniah
pemahaman yang disebut hati (qalb) yang merupakan tempat terjadinya
intuisi. 9
Meskipun sekarang Islam jauh tertinggal oleh Barat, namun kemajuan
Barat itu sendiri, seperti diakui dengan tegas oleh dunia kesarjanaan modern,
sebagian cukup besar adalah berkat Islam. Se andainya umat Islam tetap setiap

5
Ibid., hal 194
6
Mahmuddin, IDEOLOGI ISLAMISME DI DUNIA ISLAM, ed. Fitriani, 1 ed. (Makassar: Fakultas
Ushuluddin dan FIlsafat UIN Alauddin Makassar, 2019)., hal. 7
7
Tan Malaka, MADILOG (Koleksi Rowland, 1943)., hal 314
8
Mahmuddin, IDEOLOGI ISLAMISME DI DUNIA ISLAM., hal 29
9
Ahmad Khudori Soleh, FILSAFAT ISLAM dari Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2016)., hal. 250
kepada kemurnian ajarannya tentang sikap yang positif-optimis kepada alam,
manusia, dan peradaban dunia, termasuk ilmu pengetahuan, maka tentunya
sudah sejak beberapa abad yang lalu ilmu pengetahuan mencapai
perkembangannya seperti sekarang ini, tidak oleh orang-orang Eropa, tapi oleh
orang-orang Islam; tidak dalam lingkup kepercayaan yang masih banyak
mengandung mitologi dan misteri yang setiap saat bisa mengancam kreativitas
ilmiah, tapi oleh sistem keimanan yang tantangan untuk menerimanya justru
ditujukan kepada akal sehat dan pikiran, dan seterusnya.10
Nurcholis Madjid menerangkan tentang konsep Ke-Islaman, ke
Indonesiaan dan ke-Modernan harus saling berintegrasi untuk membangun
peradaban yang lebih maju.

Basic Demand Bangsa Indonesia


Kelahiran HMI adalah untuk memenuhi Basic Demand (Kebutuhan
mendasar) bangsa Indonesia. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan
tersebut tersebut maka kita perlu melihat dan memahami keadaan masa lalu
dan kini. 11
1. Periode Penjajahan
Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakan, sebagai bangsa yang terjajah
maka Indonesia pada kala itu telah kehilangan hak asasinya. Idealisme dan
tuntutan bangsa Indonesia pada kala itu adalah kemerdekaan.
2. Periode Revolusi
Periode ini adalah masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Dengan Rahmat Allah SWT bangsa Indonesia telah memperoleh
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan periode ini yang dibutuhkan adalah
solidaritas dalam bentuk kekuatan fisik guna menghancurkan penjajah.
3. Periode Membangun
Setelah kemerdekaan itu kokoh, maka timbullah cita-cita dan idealisme
sebagai manusia untuk direalisasikan. Periode ini adalah periode pengisian
kemerdekaan. Pada periode ini dibutuhkan negarawan yang problem solver
dan juga administrator didampingi dengan ilmu pengetahuan yang
memadai.

Tujuan
Tujuan HMI mengalami tiga kali perubahan seiring Basic Demand-nya
bangsa Indonesia berubah. Ada pun perubahan tersebut adalah:

10
Nurcholish Madjid, ��ISLAM DAN DOKTRIN PERADABAN, ed. Abu Maula, IV. (Jakarta:
PARAMADINA, 1999)., hal. 22
11
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa., hal. 199
1. Hasil rapat 5 Februari 1947 oleh para pendiri, yaitu:
• Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan Mempertinggi
Derajat Rakyat Indonesia
• Menegakkan dan menampilkan Syariat Agama Islam
Pada masa ini adalah masa giat revolusi yang masih digencarkan untuk
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia,
oleh karena itu kebutuhan mendasar dari bangsa Indonesia adalah
kemerdekaan.
2. Hasil ketetapan Kongres I HMI di Yogyakarta, yaitu:
• Menegakkan Dan Mempersembahkan Agama Islam
• Mempertinggi Derajat Rakyat dan Negara Republik Indonesia
Walau baru sembilan bulan, namun anggota HMI kala itu bermusyawarah
dan sepakat menjadi anak umat daripada bangsa. Namun mereka tetap
mempunyai komitmen kebangsaan yang tinggi.
3. Hasil ketetapan Kongres IV HMI di Bandung 1955, yaitu:
“Ikut Mengusahakan Terbentuknya Manusia Akademis, Pencipta dan
Pengabdi yang Bernafaskan Islam”
Pada perubahan ini terdapat fenomena politik Pemilihan Umum pertama. Di
sini HMI harus Ikut Mengusahakan Terbentuknya Manusia Akademis,
Pencipta dan Pengabdi yang Bernafaskan Islam dalam mengisi pemerintah
melalui terbentuknya SDM yang memadai. Karena tujuan sebelumnya
sudah tidak relevan lagi. Basic Demand bangsa Indonesia untuk
mempertahankan kemerdekaan sudah terpenuhi, karena Indonesia sudah
berdaulat.
Dengan pertimbangan akan kurang tepat jika memosisikan HMI sebagai
organisasi massa apalagi kekuatan politik (praktis), sehingga disepakati
memfungsikan HMI sebagai organisasi kader.

4. Hasil ketetapan Kongres X HMI di Palembang 1971


“Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang Bernafaskan Islam
dan bertanggung jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil dan Makmur
yang di-Ridhoi Allah Subhanahu Wa Ta' ala”
Pada masa ini perjalanan HMI merasa ada yang kurang dari rumusan tujuan,
yakni fungsi dari “manusia akademis, pencipta dan pengabdi yang
bernafaskan Islam. oleh karena itu disempurnakan lagi tujuan HMI, sembari
pengesahan NDP sebagai landasan perjuangan kader HMI.

Kualitas Insan Cita HMI


Kualitas insan cita HMI merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI
di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta
mampu melaksanakan tugas dan kerja kemanusiaan. 12 Tujuan tersebut ada
pada Anggaran Dasar HMI pasal 4 yang berbunyi “Terbinanya Insan
Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di-Ridhoi Allah Subhanahu
Wa Ta’ala”. 13 Adapun indikator lima kualitas insan cita sebagai berikut:
1. Kualitas Insan Akademis
• Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir rasional, objektif
dan kritis
• Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirasakannya. Dia selalu berlaku dan menghadapi
suasana sekelilingnya dengan penuh kesadaran
• Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai
dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun teknis dan
sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur,
mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta
• Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-
bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa
yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan
kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
• Bersifat independen, terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari
dengan sikap demikian potensi, sehingga dengan demikian
kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-
indah.
• Dengan memiliki kemampuan akademis dan mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi
• Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan ummat dan bangsa.
• Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya sanggup
membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya
menjadi baik.
• Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah insan yang
• bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas
mengamalkan ilmunya untuk kepentingan umat dan bangsa.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan Islam
• Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan
pola lakunya tanpa memakai merek Islam. Islam akan menajdi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai
universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan
menjiwai karyanya.

12
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa., hal. 201
13
Tim Penyusun, HASIL-HASIL KONGRES HMI XXXI (Surabaya, 2021)., hal. 60
• Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam
dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh
tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya
sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan
ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan
nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam
Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang di-Ridhoi Allah SWT.
• Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam
dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang di-Ridhoi oleh Allah SWT.
• Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat dari perbuatannya dan
sadar dalam menempuh jalan yang benar diperlukan adanya
keberanian moral.
• Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
• Rasa tanggung jawab, Taqwa kepada Allah SWT, yang
menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang
dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang di-Ridhoi
Allah SWT.
• Evaluatif dan selektif terhadap setiap langkah yang berlawanan
dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
• Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan. 14
Berbagai Nama untuk “Insan Cita”. Pada intinya, “insan cita” dengan totalitas
5 kualitas diatas adalah jenis manusia terbaik yang dicita-citakan lahir dari
proses ber-HMI dan pengabdian setelahnya. Diharapkan, pada suatu waktu
mereka ini akan membentuk komunitas intelegensi atau intellectual
community. Tafsir Tujuan HMI juga menyebut “insan cita” dengan berbagai
nama: man of future (manusia masa depan), man of innovation (duta-duta
pembaharu), dan penyuara idea of progress (ide-ide kemajuan). 15
Banyak nama lain yang dapat diberikan untuk “insan cita”. Seperti, manusia
ideal (teomorfis –sadar ketuhanan), manusia utuh, manusia unggul, insan
Ilahiyah, insan yang memiliki kesalehan individual dan kesalehan sosial,
pemimpin sejati, dan sebagainya. Namun secara umum, HMI menyebut “insan
cita” ini dalam beberapa istilah:

14
Agussalim Sitompul, SEJARAH PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (1947-1975),
2008 ed. (Jakarta: Misaka Galiza, 1976)., hal. 170
15
Said Muniruddin, Bintang Arasy: Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI, ed. Devayan Ampuh dan
Dayyan Muhammad, 2017 ed. (Banda Anceh: Syiah Kuala University Press, 2014)., hal. 49
1. Insan yang beriman, berilmu dan beramal shaleh;
2. Muslem-intelektual-profesional;
3. Insan yang berakhlakul karimah;
4. Insan kamil. 16
Menurut Mohamad Musilih, persoalan epistemologi tidak pernah berhenti
sampai kapan pun disebabkan manusia hidup senantiasa berhajat kepada ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan memberikan kita kemudahan dalam
menghadapi semua tantangan di alam semesta, dan sampai saat ini telah
banyak penemuan dalam berbagai bidang ilmu yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Sebut saja di bidang ilmu sosial, kedokteran,
biologi, farmasi, psikologi, dan lain sebagainya. Penemuan dan lahirnya
disiplin ilmu diperuntukkan bagi kelangsungan hidup manusia. 17

Hakekat Keberadaan HMI


1. HMI sebagai organisasi mahasiswa (pasal 6 AD HMI)
Makna HMI sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi yang
menghimpun mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di perguruan
tinggi dan memilik ciri-ciri kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri
kemahasiswaan tersebut adalah ilmiah, kritis dan analitis, rasional,
obyektif, serta sistematis.
2. HMI sebagai organisasi berasaskan Islam (pasal 3 AD HMI)
HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi
yang menghimpun mahasiswa yang beragama Islam, di mana secara
individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber
inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap aktivitas dan dinamika
organisasi.
3. HMI sebagai organisasi yang bersifat Independen (pasal 5 AD HMI)
HMI yang bersifat independen adalah watak organisasi yang selalu
tunduk dan berorientasi pada kebenaran (hanif), sehingga kiprah setiap
individu dan dinamika organisasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara mempunyai pola pikir, pola sikap, dan pola tindak tidak terikat
dan tidak mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau
organisasi mana pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas kehendak atau
paksaan pihak lain. Independensi dilihat dari dua
dimensi, yakni:
a. Independensi etis
Sikap dan watak HMI yang ter-manifestasikan secara individu dan
organisasi dalam dinamika berpikir, bersikap, dan bertindak, baik

16
Ibid.
17
Raja Oloan Tumanggor dan Caroulus Sudaryanto, PENGANTAR FILSAFAT Untuk Psikologi, vol.
4 (Yogyakarta: Kanisius, 2017)., hal 88.
dalam hubungan terhadap Tuhan, ataupun hubungan terhadap sesama,
sesuai dengan fitrah kemanusiaannya, yakni tunduk dan patuh kepada
kebenaran (hanif).
b. Independensi organisatoris
Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara organisatoris di
dalam kiprah dinamika intern organisasi maupun dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keutuhan kehidupan
nasional melakukan partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional
terhadap perjuangan bangsa dan pencapaian cita-cita nasional, hanya
komitmen kepada kebenaran, dan tidak tunduk atau komit terhadap
kepentingan atau organisasi tertentu.
Prinsip-prinsip Independensi HMI dalam implementasi dirumuskan
sebagai berikut:
a. Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan
tanggung jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan
organisasi dalam melaksanakan program-program organisasi, oleh
karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan yang
membawa organisasi atas kehendak pihak luar mana pun.
b. Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan mengadakan
komitmen dalam bentuk apa pun dengan pihak luar selain segala
sesuatu yang telah ditetapkan dan diputuskan secara organisatoris.
c. Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan
dan mengembangkan watak independensi etis di mana pun mereka
berada dan berfungsi sesuai dengan profesinya dalam rangka
membawa hakikat misi HMI, menganjurkan serta mendorong alumni
HMI untuk menyalurkan aspirasinya secara tepat melalui semua jalur
pengabdian, baik jalur organisasi profesi, instansi pemerintah, wadah
aspirasi politik, dan jalur lainnya yang semata- mata karena hak dan
tanggung jawab dalam rangka merealisasikan kehidupan masyarakat
adil makmur yang di-Ridhoi Allah SWT.
Aplikasi dan dinamika berpikir, bersikap dan bertindak secara
keseluruhan dari watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk :
a. Cenderung kepada kebenaran
b. Bebas, merdeka dan terbuka
c. Obyektif, rasional, dan kritis
d. Progresif dan dinamis
e. Demokratis, jujur dan adil18

18
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa., hal. 209
Hubungan Integral
Dalam mission HMI tentu ada hubungan integral dengan unsur-unsur
yang ada. Dengan demikian maka kita uraikan sebagai berikut:

H. Referensi
Akmal Taringan, Azhari. NDP HMI: Teks, Interpretasi dan Kontekstualisasi. Diedit oleh
Nunik Siti Nurbaya. 1 ed. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018.
Khudori Soleh, Ahmad. FILSAFAT ISLAM dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016.
Madjid, Nurcholish. ��ISLAM DAN DOKTRIN PERADABAN. Diedit oleh Abu Maula. IV.
Jakarta: PARAMADINA, 1999.
Mahmuddin. IDEOLOGI ISLAMISME DI DUNIA ISLAM. Diedit oleh Fitriani. 1 ed.
Makassar: Fakultas Ushuluddin dan FIlsafat UIN Alauddin Makassar, 2019.
Malaka, Tan. MADILOG. Koleksi Rowland, 1943.
Muniruddin, Said. Bintang Arasy: Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI. Diedit oleh
Devayan Ampuh dan Dayyan Muhammad. 2017 ed. Banda Anceh: Syiah Kuala
University Press, 2014.
Oloan Tumanggor, Raja, dan Caroulus Sudaryanto. PENGANTAR FILSAFAT Untuk
Psikologi. Vol. 4. Yogyakarta: Kanisius, 2017.
Penyusun, Tim. HASIL-HASIL KONGRES HMI XXXI. Surabaya, 2021.
Sitompul, Agussalim. SEJARAH PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (1947-
1975). 2008 ed. Jakarta: Misaka Galiza, 1976.
Solichin. HMI Candradimuka Mahasiswa. Diedit oleh M Alfan Alfian. Jakarta: Sinergi
Persadatama Foundation, 2010.

Anda mungkin juga menyukai