Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

PERBANKAN SYARIAH

Disusun Oleh

Nama : Salman Alfarisi


NIM : 1520001010
Semester : VII/D

Dosen Pengampu: Fulan, S.H.I., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala
hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Sejarah
dan Perkembangan Perbankan Syariah) sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.

Mataram, 08 September 2017

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang Masalah................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan (jika ada)............................................................................

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................
A. Ab...................................................................................................
B. Cd...................................................................................................
1. Ef..............................................................................................
2. Gh.............................................................................................
a. Ij.........................................................................................
b. Kl.......................................................................................
1) Mn................................................................................
2) Op.................................................................................
a) Qr...........................................................................
b) St............................................................................
C. dst.

BAB III : PENUTUP............................................................................................


A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan ekonomi
kontemporer, akibat dari perkembangan peradaban manusia dan kemajuan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi). Khususnya dalam kehidupan kontemporer sekarang, hukum
Islam terutama dalam bidang keperdataan (muamalah) semakin mempunyai arti penting,
terutama dengan lahirnya ide-ide baru, seperti berdirinnya institusi-institusi ekonomi
syariah yang sangat erat kaitannya dengan muamalah. Perkembangan institusi tersebut
secara tidak langsung mendorong pengembangan bidang fiqh muamalah sebagai
landasan yang memberikan acuan terhadap lembaga tersebut dari sudut syar’i.1
Salah satu perkembangan yang cukup pesat dalam dunia modern ini yaitu terlihat
pada aspek perjanjian, di mana perjanjian atau verbintenis mengandung makna suatu
hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi
kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan
pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.2 Suatu perjanjian tentunya tidak terlepas dari
kedua belah pihak yang mengadakan hubungan terhadap suatu prestasi, sebab jika salah
satu pihak/objek dari suatu perjanjian tersebut itu tidak ada, maka tidak mungkin
perjanjian tersebut akan lahir dengan sendirinya. Oleh sebab itu, para pihak yang ingin
mengadakan prestasi sangat mendukung bagi lahirnya suatu perjanjian, tentunya para
pihak dan objek di dalam suatu perjanjian tidak terlepas dari syarat sahnya perjanjian
yang dibuat.
Pelaksanaan suatu prestasi kemungkinan timbul terjadinya wanprestasi yang
dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian. Dalam keadaan demikian berlakulah
ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi timbul akibat wanprestasi, yaitu kemungkinan
pemutusan perjanjian, penggantian kerugian atau pemenuhan.3 Luas kemungkinan terjadi
wanprestasi yang dialami oleh salah satu pihak dalam perjanjian sehingga pihak tersebut
tidak dapat memenuhi prestasinya yang disebabkan suatu keadaan yang tidak dapat
diduga sebelumnya (force majeure).

1 Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah; Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, cet. ke-1, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 1-2
2 M Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, cet. ke-2, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 6.
3 Sri Soedewi Masjchum Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,
(Yogyakarta: Liberti, 1982), hlm. 82
Wanprestasi yang diakibatkan force majeure dapat menimbulkan sengketa antara
para pihak dalam hal ini bank dan nasabah. Berdasarkan ketentuan Pasal 55 UU
Perbankan Syariah beserta penjelasannya, penyelesaian sengketa perbankan syariah pada
dasarnya dilakukan oleh Peradilan Agama. Namun, bank dan nasabah dapat
memperjanjikan penyelesaian sengketa sesuai dengan isi akad (kontrak) dan tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah. Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi
akad (kontrak) pembiayaan adalah upaya berupa; musyawarah, mediasi perbankan,
melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase, dan atau
melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.4
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, melatar-belakangi
penulis dalam menelaah masalah wanprestasi, khususnya mengenai penyelesaian
sengketa wanprestasi diakibatkan force majeure dalam kontrak pembiayaan bank
syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep force majeure dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)?
2. Bagaimana penyelesaian sengketa wanprestasi diakibatkan force majeure dalam
kontrak pembiayaan bank syariah?
C. Tujuan (jika ada)

BAB II
PEMBAHASAN

4 A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarat: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm.
465
A. Pengertian Force Majeure
Force majeure merupakan suatu keadaan di luar kekuasaan manusia
mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian tidak dapat memenuhi prestasinya.
Sehingga tidak ada kesalahan dari pihak yang tidak memenuhi prestasinya. 5 Ketentuan
tentang force majeure (keadaan memaksa) dapat dilihat dalam Pasal 1244 KUHPerdata
dan Pasal 1245 KUHPerdata. Pasal 1244 KUH Perdata Berbunyi:
Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian, dan bunga, bila tidak dapat
membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu
dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh suatu hal yang tidak terduga, yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya, walaupun tidak ada iktikad buruk
padanya.6
Selanjutnya dalam Pasal 1245 KUHPerdata yang berbunyi:
Tidak ada penggantian biaya, kerugian, dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau
karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau
berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan sesuatu perbuatan yang terlarang
olehnya.7
Selain kedua ketentuan tersebut, konsep force majeure (keadaan memaksa) didasarkan
dalam Pasal 1444 dan 1445 KUHPerdata.8
Ketentuan di atas memberikan kelonggaran kepada debitur untuk tidak
melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga kepada kreditur, oleh karena suatu
keadaan yang berada di luar kekuasaannya. Ada tiga hal yang menyebabkan debitur tidak
melakukan penggantian biaya, kerugian dan bunga, yaitu:
1. adanya suatu hal yang tidak terduga sebelumnya, atau
2. terjadinya secara kebetulan, dan atau
3. keadaaan memaksa (force majeure).9
Keadaan yang dapat menimbulkan tidak dipenuhinya prestasi oleh debitur yang
diakibatkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, seperti gempa bumi,
banjir, lahar dan lain-lain.
Pengertian force majeure selain dari KUH Perdata, bisa diperoleh dari peraturan
perundang-undangan. Namun, tidak semua ketentuan perundang-undangan yang

5 F.X. Djumialdji, Hukum Bangunan; Dasar-dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia,
cet. ke-1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 17
6 R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, cet. ke-34, (Jakarta: PT
Pradnya Paramita, 2004), hlm. 324
7 Ibid.
8 Ibid., hlm. 363
9 Salim H.S., Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),
hlm. 101-102
R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang…, hlm. 327
mengatur force majeure memberikan pengertian force majeure. Peraturan perundang-
undangan yang mengatur force majeure yang erat kaitannnya dengan perjanjian, dengan
memberikan pengertian force majeure, di antaranya adalah Pasal 22 ayat 2 huruf J UU
no.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi jo Pasal 23 ayat 1 huruf j Peraturan
Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi10 dan Pasal 91
ayat 1 Perpres No. 4 Tahun 2015 1 1 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.12
B. Ruang Lingkup Force Majeure
Ruang lingkup force majeure dalam hukum perdata positif yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan maupun dalam berbagai kontrak tidak sama. Makna
force majeure telah disesuaikan dengan karakteristik setiap peraturan perundang-
undangan atau kontrak. Berikut ruang lingkup force majeure yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa dan d, antara lain:
1. peperangan,
2. kerusuhan,
3. revolusi,
4. bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah
5. longsor, wabah penyakit, dan angin topan,
6. pemogokan,
7. kebakaran, dan
8. gangguan industri lainnya,
9. kenaikan harga.13
Pemaparan di atas menandakan bahwa ruang lingkup force majeure lebih
mengkhususkan pada kejadian-kejadian yang betul-betul dapat membahayakan debitur
dan dapat secara langsung diketahui oleh masyarakat pada umumnya.

C. Unsur-unsur Force Majeure

10 Force majeure diartikan sebagai suatu kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.
11 Force majeure disebut keadaan kahar, artinya suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para
pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
12 Rahmat S,S, Soemadipradja, Penjelasan Hukum tentang Keadaan Memaksa, (Jakarta: Nasional
Legal Reform Program, 2010), hlm. 73
13 Ibid., hlm. 77 dan lihat juga Perpres No.70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 38, hlm. 35
Unsur-unsur force majeure jika didasarkan pada pasal-pasal KUHPerdata,
meliputi beberapa hal:
1. peristiwa yang tidak terduga;
2. tidak dapat dipertanggungjawabkan
kepada debitur;
3. tidak itikad buruk dari debitur;
4. adanya keadaan yang tidak disengaja oleh
debitur;
5. keadaan itu menghalangi debitur
berprestasi;
6. jika prestasi dilaksanakan maka akan
terkena larangan;
7. keadaan di luar kesalahan debitur;
8. debitur tidak gagal berprestasi
(menyerahkan barang);
9. kejadian tersebut tidak dapat dihindari
oleh siapa pun (baik debitur maupun pihak lain);
10. debitur tidak terbukti melakukan
kesalahan atau kelalaian.14
Pada dasarnya unsur-unsur di atas, masih terlihat umum untuk dijadikan sebagai
pijakan di dalam menganalisis persoalan force majeure yang diatur di berbagai peraturan
perundang-undangan dan kontrak-kontrak pernjanjian. Sehingga, Rahmat S.S.
menyimpulkan unsur-unsur force majeure yang tepat dijadikan dasar dari aturan-aturan
tersebut, antara lain:
1. terjadinya keadaan/kejadian di luar kemauan, kemampuan atau kendali para pihak;

2. menimbulkan kerugian bagi para pihak atau salah satu pihak;

3. terjadinya peristiwa tersebut menyebabkan tertunda, terhambat, terhalang, atau tidak

dilaksanakannya prestasi para pihak;

4. para pihak telah melakukan upaya sedemikian rupa untuk menghindari

5. peristiwa tersebut

14 Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum…, hlm. 6


6. kejadian tersebut sangat mempengaruhi pelaksanaan perjanjian.15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

15 Ibid., hlm. 77
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syari’ah, Studi tentang Teori Akad dalam Fikih
Muamalat, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Badruljaman, Mariam Darus dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, cet. ke-1, - : PT. Citra Aditya
Bakti, 2001.
Djumialdji, F.X., Hukum Bangunan; Dasar-dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya
Manusia, cet. ke-1, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996
Fatwa DSN-MUI No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah.
Fatwa DSN-MUI No. 45/DSN-MUI/II/2005 tentang Line Facility (at-Tashilat as-Saqfiyah).
Fatwa DSN-MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan
Murabahah.
Fatwa DSN-MUI, No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
H.S., Salim, Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika,
2005.
Harahap, M Yahya, Segi-segi Hukum Perjanjian, cet. ke-2, Bandung: Alumni, 1986.
Ismanto Kuat, Asuransi Syari’ah; Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, cet. ke-1, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Karim Mustofa, M. Abdul, “Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Bagi Korban Erupsi
Gunung Merapi Perspektif Hukum Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada BPR
Syariah Forum Masyarakat Ekonomi Sleman”, Tesis: Program Pascasarjana, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Masjchum Sofwa, Sri Soedewi, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,
Yogyakarta: Liberti, 1982.
Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 38.
S, Burhanuddin, Hukum Kontrak Syari’ah, cet. ke-1, Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan
Bisnis UGM, 2009.
Soemadipradja, Rahmat S,S., Penjelasan Hukum tentang Keadaan Memaksa, Jakarta:
Nasional Legal Reform Program, 2010.
Subekti, R. & . Tjitrosudibio, R., Kitab Undang-undang Hukum Perdata, cet. ke-34, Jakarta:
PT Pradnya Paramita, 2004.
Syakir Sula, Muhammad, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Wangsawidjaja Z., A., Pembiayaan Bank Syariah, Jakarat: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012.

Lampiran: Contoh Daftar Pustaka

I. BUKU
Saleh, Watjik, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Balai Aksara, 1987.
Buku dengan Cetakan
Saleh, Watjik, Hukum Perkawinan Indonesia, Cet. ke-2, Jakarta: Balai Aksara, 1987.
Buku dengan Jilid atau Volume
Tanūkhī at-, al-Imām Muḥammad Saḥnūn bin Sa‘īd, al-Mudawwanah al-Kubrā, Beirūt:
DārṢādir, 1323 H. 4 Vol.
Buku Tidak Ada Data Pustaka
Syāfi’ī asy-, Muḥammad bin Idrīs, al-Umm, edisi al-Muznī, ttp.: t.p., t.t. 4 Vol.

II. ARTIKEL/PAPER
Artikel/Paper dalam Jurnal
Zahid, Moh., “Dua Dasawarsa Undang-undang Perkawinan,”
DIALOG: Jurnal Studi dan Informas Keagamaan, BadanPenelitian dan Pengembangan
Agama Depag., No. 39, Th. XVIII, Maret 1994.
Artikel/Paper dalam Jurnal
Rinsyah, “Hak Wanita Islam”, dalam Hidayatullah (ed.), Antologi Hukum Islam, Yogyakarta:
Jinayah Press, 2012.
Artikel/Paper dalam Buku Antologi tanpa editor
Joned, Ahilemah, “Keupayaan dan Hak Wanita Islam untuk
Berkahwin: Indah Khabar daripada Rupa”, dalam tim penulis, Makalah Undang-
Undang Menghormati AhamadIbrahim, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
PustakaKementerian Pendidikan Malaysia. 1988.
Paper Dipresentasikan
Mubarak, Jaih, “Fikih Peternakan”, Paper dipresentasikan dalam acara Temu Ilmiah Magister
HI FSHIAIN/STAIN seIndonesia di PPs IAIN Walisongo Semarang, tanggal 10-
12Nopember 2001.
Paper Lepas
Anwar, Syamsul, ”Metodologi Hukum Islam” Diktat Matakuliah Ushul Fikih Pasca Sarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

III. HADIS
Tirmiżī, at-. Sunan at-Tirmiżī, “Kitāb an-Nikāḥ”, Beirūt: Dār al-Fikr, 1967, hlm. 5, hadis no.
1060. Hadis diriwayatkan oleh Hasan.
IV. ENSIKLOPEDI
The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, diedit olehJohn L. Esposito. New
York, Oxford: Oxford University Press. 1995. 6 Vols.

V. KAMUS
A Dictionary of Modern Written Arabic, Hans Wehr. Ithaca, NewYork: Spoken Languange
Services, Inc., 1976.
Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Achmad Warson Munawwir.Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997.

VI. TULISAN DI KORAN


Muflihin, “Selalu Bergerak ke Depan sebagai Sifat Orang Sukses”, dalam Kompas, Kamis 5
Desember 2012.

VII. RUJUKAN WEB


Mursyid, Ahmad Yani, “Islam dan Negara Bangsa”, dalam www.blogspot-yanimursyid.com.
Akses tanggal 20 Oktober 2011.
Lampiran: Contoh Catatan Kaki

I. BUKU
Watjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta: Balai Aksara, 1987), hlm. 26.
Buku dengan Cetakan:
Watjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, cet. ke-2 (Jakarta: Balai Aksara, 1987),
hlm. 26.
Buku dengan Jilid atau Volume:
Al-Imām MuÍammad SaÍnūn bin Sa‘īd at-Tanūkhī, al-Mudawwanah al-Kubrā (Beirūt:
DārØādir, 1323 H.), III: 155.
Buku yang Tidak Ada Data Pustaka
MuÍammad bin Idrīs asy-Syāfi‘ī, al-Umm, edisi al-Muznī (ttp.: t.p., t.t.), V:11-16.
Buku yang Sudah Pernah Dirujuk
Watjik Saleh, Hukum Perkawinan …, hlm. 82.

II. ARTIKEL/PAPER
Artikel/Paper dalam Jurnal
Moh. Zahid, “Dua Dasawarsa Undang-undang Perkawinan,” DIALOG: Jurnal Studi
dan Informas Keagamaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Depag., No. 39, Th.
XVIII, Maret 1994, hlm. 33-40.
Artikel/Paper dalam Buku Antologi dengan editor
Rinsyah, “Hak Wanita Islam”, dalam Hidayatullah (ed.), Antologi Hukum Islam
(Yogyakarta: Jinayah Press, 2012), hlm. 18.
Artikel/Paper dalam Buku Antologi tanpa editor
Ahilemah Joned, “Keupayaan dan Hak Wanita Islam untuk Berkahwin: Indah Khabar
daripada Rupa”, dalam tim penulis, Makalah Undang-Undang Menghormati Ahamad
Ibrahim (KualaLumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia,
1988), hlm. 8.
Paper yang Dipresentasikan
Jaih Mubarak, “Fikih Peternakan”, Paper dipresentasikan dalam acara Temu Ilmiah
Magister HI FSHIAIN/STAIN seIndonesia di PPs IAIN Walisongo Semarang, tanggal 10-12
Nopember2001, hlm. 2.
Paper Lepas
Syamsul Anwar, ”Metodologi Hukum Islam” Diktat Matakuliah Ushul Fikih Pasca
Sarjana UIN Sunan KalijagaYogyakarta, hlm. 48.
Makalah yang Sudah Ditulis Sebelumnya
Joned, “Keupayaan …”, hlm. 8.
Penulisan Ibid.
Ibid., hlm. 103.
Ibid.
III. HADIS
At-Tirmiżī, Sunan at-Tirmiżī, “Kitāb an-Nikāḥ” (Beirūt: Dār al-Fikr, 1967), hlm. 5.
Hadis diriwayatkan oleh Hasan.

IV. ENSIKLOPEDI
Soraya Altorki, “Women and Islam” dalam The OxfordEncyclopedia of the Modern
Islamic World, diedit oleh John L.Esposito (New York, Oxford: Oxford University Press,
1995), IV:323.

V. KAMUS
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (Ithaca, New York: Spoken
Languange Services, Inc., 1976), hlm. 424.
Achmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), hlm. 654.
VI. TULISAN DI KORAN
Muflihin, “Selalu Bergerak ke Depan sebagai Sifat Orang Sukses”, dalam Kompas,
Kamis 5 Desember 2012, hlm. 3.

VII. RUJUKAN WEB


Ahmad Yani Mursyid, “Islam dan Negara Bangsa”, dalam www.blogspot-
yanimursyid.com, diakses tanggal 20 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai