Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI PAHLAWAN

I GUSTI KETUT JELANTIK

SMAN 1 PAMANUKAN TAHUN AJARAN


2019/2020
Jl. Eyang Tirtapraja NO. 83 (0260)551382 Pamanukan Subang
Kode Pos . 41254

Nama : Wahyu Agung Ramadhani


Kelas : XII – IPA 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


atas limpahan rahmat dankarunia - Nya lah sehingga saya
dapat menyelesaikan Makalah Sejarah ini tepat waktu.
Makalah saya, yaitu “Biografi I Gusti Ketut Jelantik”
Disamping itu, saya berharap bahwa Makalah Sejarah ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Saya sadar bahwa di dalam pembuatan Makalah Sejarah


ini masih ada kekurangan jadi saya harap saran dan kritik dari
pembaca sekalian khusus dari guru mata pelajaran Sejarah
agar bisa meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Pamanukan, 20 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………….1
Daftar Isi……………………………………………………..2
A. Biodata……………………………………………………3
B. Riwayat Perjuangan……………………………………….4
C. Kesimpulan………………………………..........................5

2
A. BIODATA

Nama : I GUSTI KETUT JELANTIK


Jabatan : Patih Agung/Wakil Raja
Putera dari : I Gusti Nyoman Jelantik Raya
Pendidikan : Pendidikan Tradisional dalam Lingkungan
Keluarga
Diriobatkan : Pada tahun 1828 sebagai Patih di Kerajaan
Buleleng
Meninggal : Tahun 1849

3
B. RIWAYAT PERJUANGAN

Keberanian dan keperwiraannya menentang penjajahan


Belanda diawali dengan sikap dan tindakannya yang menolak
tuntutan Belanda agar mengganti kerugian atas kapal-kapal
yang dirampas dan mengakui kedaulatan Belanda di Hindia
Belanda. Hal ini terbukti pada perundingan antara Belanda
yang dipimpin oleh JPT Mayor Komisaris Pemerintah
Belanda dengan Raja Buleleng I Gusti Ngurah Made
Karangasem dan Patih Agung I Gusti Ketut Jelantik.
Atas tuntutan itu Patih Jelantik sangat marah, sambil
memukul dada dengan kepalan tangan mengatakan: “Tidak
bisa menguasai negeri orang lain hanya dengan sehelai kertas
saja tetapi harus diselesaikan diatas ujung keris. Selama saya
masih hidup Kerajaan ini tidak akan pernah mengakui
kedaulatan Belanda. “Ucapan Patih Jelantik yang gagah
berani itu mengandung makna kepahlawanan dan
kolonialisme.
Pada tanggal 12 Mei 1845, Belanda mencari cara lain
yaitu dengan perantaran Raja Klungkung untuk
menyelesaikan masalah perampasan perahu dagang yang
terdampar di Pantai Sangit. Dalam pertemuan tersebut
Belanda menuntut agar Buleleng menghapuskan hak “ Tawan
Karang “ Yaitu hak dari Raja Bali untuk merampas perahu
yang terdampar di pantai Wilayah Kerajaannya ) dan
mengakui kedaulatan Belanda atas Kerajan Buleleng. Dalam

4
kesempatan itu I Gusti Ketut Jelantik memberikan reaksi yang
keras, sambil menghunus keris lalu menusuk kertas perjanjian
dan mencerca orang Belanda: ”Hai kau si mata putih (utusan
Belanda) yang biadab, sampaikan pesanku kepada
pimpinanmu di Betawi agar segera menyerang Den Bukit”
(Bali Utara).
Peristiwa ini menunjukkan bagaimana kebesaran dan
keberanian Patih I Gusti Ketut Jelantik dalam
mempertahankan sikap, setia pada ucapan dan perbuatan,
tekad yang kuat menentang penjajah Belanda.
Pada tanggal 27 Juni 1846 pihak Belanda mengadakan
perlawanan terhadap pasukan Bali dan pertempuran tersebut
berlangsung sangat seru yang berakhir dengan jatuhnya
Buleleng ke tangan Belanda pada tanggal 29 1846. Raja
Buleleng dan Patihnya I Gusti Ketut Jelantik mundur ke Desa
Jagaraga untuk menyusun kekuatan.
Dalam mempertahankan desa (benteng) Jagaraga Patih
Jelantik giat memperkuat pasukannya, dan mendapat
dukungan dari kerajaan lainnya seperti Karang Asem,
Klungkung, Badung dan Mengwi.
Patut kita catat disini bahwa Patih Agung I Gusti Ketut
Jelantik adalah orang yang ahli dalam strategis perang seperti
benteng Jagaraga dibuat dengan gelar “Supit Urang” selain itu
ia juga disegani oleh raja-raja di Bali karena keberanian dan
tekad bajanya menentang penjajah Belanda.

5
Pada tanggal 6 sampai dengan 8 Juni 1848 pihak Belanda
mengirim expedisi yang kedua dengan mendaratkan
pasukannya di Sangsit. Perlawanan dari pasukan Bali
dipimpin oleh Patih Agung I Gusti Ketut Jelantik. Ia memberi
komando dari Benteng Jagaraga yang merupakan benteng
paling kuat dari empat benteng lainnya. Dari pihak Belanda
dipimpin oleh Jenderal Van der Wijck, tetapi pasukan darat
Belanda tidak berhasil mendesak pasukan Bali, karena itu
iamemerintahkan pasukannya mundur ke panati. Di pihak Bali
hanya satu benteng saja yang jatuh ke tangan Belanda yaitu
benteng disebelah timur Sansit dekat Bungkulan.
Kekalahan Belanda ini menambah kepercayaan raja-raja
Bali akan kekuatan dan kepemimpinan Patih Agung I Gusti
Ketut Jelantik. Keberhasilan laskar Patih Jelantik sangat
mengagetkan orang-orang Belanda sehingga menggegerkan
Parlemen Belanda.
Kemenanagan laskar Buleleng menyebabkan pihak
Belanda mengirimkan expedisinya yang ketika pada tanggal
31 Maret 1849 di bawah pimpinan Jenderal Michiels. Mereka
melancarkan tembakan-tembakan meriam dari atas kapal,
mereka bergerak menuju Singaraja pada tanggal 2 April 1849.
Raja Karangasem dan Raja Buleleng mengirim utusannya
untuk menyerahan surat tetapi gagal. Kemudian pada tanggal
7 April 1849 Raja ‘ Buleleng I Gusti Ngurah Made
Karangasem dan Patih I Gusti Ketut Jelantik bersama 10-12
ribu orang prajurit berhadapan dengan tentara Belanda yang
dipimpin oleh Jenderal Michiels. Pihak Belanda tetap menun-

6
tut agar Raja Buleleng mengakui kekuasaan pemerintah
Hindia Belanda dan membongkar semua benteng yang ada di
Jagaraga.
Tuntutan Belanda tidak dilaksanakan oleh Patih Jelantik,
maka terjadilah perang dan akhirnya benteng Jagaraga jatuh
ketangan Belanda pada tanggal 16 April 1849.
Dari pihak Bali pasukannya terdesak mundur sampai ke
pegunungan Batur Kintamani, selanjutnya terus ke
Karangasem mencari bantuan.
Kemudian Karangasem diserang oleh pasukan Belanda
yang didatangkan dari Lombok. Pasukan Belanda terus
menyerang sampai kepegunungan Bale Punduk, akhirnya
Patih Jelantik gugur.

C. KESIMPULAN

Sifat Patriotismenya tampak dalam perjuangannya


menentang penjajah Belanda dari tahun 1846-1849, yaitu pada
peristiwa perang Buleleng dan perang Jagaraga. Sifat rela
berkorban untuk kepentingan rakyat, menjunjung tinggi
martabat manusia dan harga diri, terkandung dalam sifatnya
yang anti penjajah.

7
Sikap politiknya yang tegas tampak dalam sikap dan
tindakannya yang menolak tuntutan bahwa kerajaan Buleleng
berada dibawah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
Sikapnya konsisten dalam perjuangan melawan upaya
Pemerintah Hindia Belanda untuk memberlakukan Hukum
Kolonial di Wilayah Kerajaan Buleleng. Hal ini menunjukan
semangat nasionalisme yang sangat tinggi. I Gusti Ketut
Jelantik sebagai tokoh perlawanan/perjuangan dalam
perjalanan hidupnya tanpa cacat.
Atas jasa dan perjuangannya, Pemerintah RI
menganugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK
Presiden RI No. 077/TK/Tahun 1993 tanggal 19 Agustus
1993.

Anda mungkin juga menyukai