Kelas : VII-D
No. Absen : 21
Sistem Keagamaan
Sebelum ajaran Hindu-Budha datang, masyarakat Indonesia pada awalnya menganut
sistem kepercayaan animisme (kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang) dan
dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap sebagai tempat
menetapnya roh-roh nenek moyang). Masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia
menyebabkan masyarakat Indonesia mulai menganut dan mengenal adanya agama.
Dalam perkembangannya, agama Hindu-Budha mengalami perpaduan dengan
kepercayaan lokal di Indonesia sehingga lebih mudah diterima.
Sistem Pemerintahan
Masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia telah membawa sistem pemerintahan baru,
yaitu kerajaan. Sebelumnya, masyarakat Indonesia hanya mengenal sistem kesukuan
dengan kepala suku sebagai pemimpinnya. Kepala suku dipilih berdasarkan kelebihan
dibandingkan dengan anggota suku yang lain. Sistem ini berubah dengan
diperkenalkannya sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pemimpin yang
didasarkan kepada keturunan. Raja pun dianggap sebagai titisan dewa yang memimpin
kerajaan secara mutlak.
Sistem Sosial
Di bidang sosial, masuknya agama Hindu-Budha membawa sistem stratifikasi sosial
bernama kasta. Dalam agama Hindu, kasta dibagi menjadi empat, yaitu:
kasta brahmana (pendeta, pemuka agama, dan guru),
kasta ksatria (bangsawan, anggota lembaga pemerintahan, dan prajurit),
kasta waisya (pedagang, pengrajin, dan buruh kelas menengah),
kasta sudra (para pelayan atau budak).
Adanya pembagian masyarakat berdasarkan kasta berdampak pada perbedaan hak-hak
antara golongan-golongan kasta yang berlainan, terutama dalam hal pewarisan harta,
pemberian sanksi dan kedudukan dalam pemerintahan.
Bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara
unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya asli Indonesia.Bangunan yang megah,
patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa adalah
unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden
berundak yang merupakan unsur Indonesia asli.
Bangunan punden berundak sebenarnya sudah berkembang dari masa praaksara, sebagai
penggambaran dari alam semesta yang bertingkattingkat. Tingkat paling atas adalah
tempat persemayaman nenek moyang. Punden berundak menjadi sarana khusus untuk
pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabrata dan Ramayana,
melahirkan seni pertunjukan wayang kulit.Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak
mengandung nilai-nilai yang bersifat mendidik.Cerita dalam pertunjukan wayang berasal
dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia.
Selain itu ada pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia.Misalnya tokoh-tokoh
punakawan seperti Semar, Gareng, Bagong dan Petruk. Tokohtokoh ini tidak ditemukan
di India.Perkembangan sastra ini didukung oleh penggunaan Bahasa Sansekerta dan
huruf-huruf India seperti Pallawa, Prenagari, dan Dewanagari.